Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENELITIAN

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 4-6


BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGAMBIRAN KOTA
PADANG

TIM PENGUSUL

Ade Nurhasanah Amir, M.Keb


Febby Herayono, M.Keb
Silvie Permata Sari, M.Keb

PRODI SARJANA KEBIDANAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan bayi usia 4-6 bulan di wilayah
kerja puskesmas pengambiran kota padang

I . Ketua Tim Pengusul


A. Nama : Ade Nurhasanah Amir, M.Keb
B. NIDN : 1014068903
C. Jabatan : Asisten Ahli
D. J urusan : Sarjana Kebidanan
E. PerguruanTinggi : Syedza Saintika
F. Bidang Keahlian : Kebidanan
G. Alamat kantor : J1.Prof. Hamka, No.228 Padang

2. Anggota Tim Pengusul


A. Jumlah Anggota : 2 Orang
B. Nama AnggotaI/bidang keahlian : Febby Herayono, M.Keb/Kebidanan
C. Nama Anggota II/Bidang Keahlian : Silvie Permata
Sari,M.Keb/Kebidanan

3. Lokasi penelitian
A. Wilayah : Indonesia
B. Kota : Padang
C. Propinsi : Sumatera Barat
D. Jarak PT ke Lokasi :-

4. Luaran yang di hasilkan : Artikel Jurnal Nasional Terakrediatsi


Sinta 3 ( Jurnal Endurace)
5. Jangka waktu pelaksanaa : 30 Hari
6. Biaya Penelitian : 5.000.000

Padang, Maret 2022

Mengetahui Ketua PPPM Ketua Pelaksana

Eliza Arman. Farm, Apt Ade Nurhasanah Amir, M.Keb

Mengetahui,
Ketua Stikes

Drs. Hasrinal, Amd.Kep, MM


ABSTRAK

Pertumbuhan dan perkembangan yang diberikan pada saat bayi akan memberikan
efek stimulus dalam kemampuan motorik dan adaptasi sosial di masa
perkembangan hingga dewasa, maka perlunya di berikan pijat bayi untuk
membantu pertambahan panjang badan dan berat badan bayi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat terhadap pertumbuhan bayi. Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre and post test desain
with control group desain. Jumlah sampel penelitian sebanyak 16 bayi yang
terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok perlakukan (8 bayi) dan kelompok
kontrol (8 bayi). Teknik samping dalam penelitian ini adalah accidental samping
dengan melakukan intervensi pada kemlompok perlakuan selama 30 hari. Hasil
penelitian bahwa hasil analisa univariat di dapatkan rata-rata panjang bayi pada
kelompok perlakuan setelah postes adalah 67 cm sedangkan pada kelompok
kontrol adalah 63 cm sedangkan untuk berat badan bayi setelah posttes adalah
9,2kg untuk kelompok perlakuan dan 7,7 kg untuk kelompok kontrol. Analisis
bivariat menunjukkan tindakan massage memiliki pengaruh yang positif terhadap
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan. Pada pertumbuhan (berat badan)
diperoleh nilai p = 0,017. Pada pertumbuhan (panjang badan) diperoleh nilai p =
0,012 atau < 0,05, Hal ini membuktikan efektifitas pemijatan terhadap
pertumbuhan (panjang badan). Pada perkembangan diperoleh nilai p = 0,028 atau
< 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh antara pemijatan dengan
pertumbuhan yaitu panjang bayi dan berat badan bayi

Keywords/Kata Kunci : Pijat bayi; Berat badan ; Panjang bayi.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan,


bersifat kontinu dan pertumbuhan merupakan bagian dari proses perkembangan
(Wong, 2009; Potter & Perry, 2005). Pertumbuhan yang meliputi perubahan
tinggi badan, berat badan, gigi, struktur tulang, dan karakteristik seksual.
Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif. Sedangkan perkembangan seperti
perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan psikososial bersifat kualitatif
(Potter & Perry, 2005).
Jumlah bayi di Indonesia pada tahun 2020 tercatat sebanyak 4.870.004 jiwa
dari 23.960.310 balita. Wilayah Sumatera Barat jumlah kelahiran sebesar 111.511
bayi lahir hidup pada tahun 2020 menempati urutan 10 besar untuk jumlah
kelahiran di Indonesia
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini masih banyak di temukannya
anak–anak yang mengalami keterlambatan pada pertumbuhan dan
perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008). Fenomena ini terjadi karena
banyak orang tua yang kurang memahami akan pentingnya proses serta tahapan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak mereka. Kondisi ini dapat dilihat,
seperti seorang ibu yang tidak mengajak bayinya berbicara ketika sedang
melakukan perawatan ataupun tidak memberikan latihan-latihan gerak pada kaki
dan tangan bayi. Sehingga mereka kurang memberikan dan melakukan stimulasi
sejak dini pada anak mereka (Hurlock, 2002).
Keterlambatan perkembangan anak dirasakan oleh orang tua ketika seharusnya
anak usia 2 – 3 tahun yang seharusnya sudah mulai berbicara, namun hingga saat
usia anak semakin bertambah melebihi dari usia untuk seorang anak dapat
berbicara, hingga waktunya terlewati anak belum dapat berbicara seperti anak–
anak lainnya, orang tua baru merasakan kekhawatiran dan menyadari bahwa
anaknya mengalami keterlambatan pada pertumbuhan & perkembangannya
(Widodo & Herawati, 2008; Hurlock, 2002).
Pemberian stimulus yang diberikan sesaat setelah bayi lahir memberikan efek
yang sangat penting pada perkembangan kemampuan motorik dan adaptasi sosial
di masa perkembangan bayi hingga dewasa nanti (Jin Jing et al, 2007). Dalam
perkembangan seorang anak, stimulasi merupakan suatu kebutuhan dasar.
Stimulasi memegang peran yang sangat penting untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi untuk dapat berkembang dengan maksimal.
Selain itu, stimulasi yang diberikan terus-menerus secara rutin dapat merangsang
perkembangan pada sel- sel otak dan akan memperkuat hubungan antar syaraf
yang telah terbentuk, secara otomatis fungsi otak akan menjadi semakin baik
(Chamida, 2009).
Stimulasi yang diberikan orang tua dalam bentuk stimulasi visual, verbal,
audiktif, taktil dan lain-lain. Perhatian, kehangatan, semtuhan, pelukan, senyuman
dan kasih sayang yang diberikan orang tua merupakan stimulasi yang penting
pada awal perkembangan bayi (Irmawati, Ardani, Astasari, Irwanto, Suryawan &
Narendra, 2012; Chamida, 2009). Stimulasi rangsangan yang mudah diberikan
oleh orang tua secara aktif pada bayi dapat melalui stimulasi taktil dalam bentuk
pijatan, menggerakkan kaki dan tangan bayi pada posisi ekstensi serta fleksi
(Soedjatmiko, 2006).
Pijat adalah terapi yang telah dilakukan oleh orang tua dahulu dan populer
sebagai seni perawatan (Andrews dalam Widodo & Herawati, 2008). Sekarang ini
mulai dikembangkan pijat pada bayi atau baby massage yang telah banyak
dilakukan penelitiannya (Onozawa dalam Inal & Yildiz, 2012).
Pijat bayi selain dapat membantu pertambahan panjang badan dan berat badan
bayi juga dapat memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan motorik kasar,
motorik halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur seorang bayi
(Inal& Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Manfaat dari pijat bayi mekanisme
dasarnya (fisiologi), yang terjadi antaralain karena Beta endorphin mempengaruhi
mekanisme pertumbuhan, aktivitas nervus vagus mempengaruhi mekanisme
penyerapan makanan, aktivitas nervus vagus meningkatkan volume ASI, produksi
serotonin meningkatkan daya tahan tubuh dan pemijatan dapat mengubah
gelombang pada otak (Roesli, 2013).
Penelitian terkait dengan pijat bayi antara lain, penelitian oleh Jin Jing et al
(2007) mendapatkan hasil bahwa pada bayi yang diberikan perlakuan pijat bayi
dan latihan gerak, pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat dibandingkan
dengan bayi yang tidak diberikan pijat dan latihan gerak. Didapatkan hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Inal dan Yildiz (2012) bahwa bayi sehat lahir
cukup bulan yang mendapatkan tindakan pijat bayi perkembangan mental – motor
lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan
tindakan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Merineherta (2009)
mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertatik melakukan penelitian ini
dengan judul pengaruh pijat bayi terhadap tumbuh kembang bayi usia 4-6 bulan di
wilayah kerja puskesmas pengambiran kota padang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi

1. Definisi Masa Bayi

Neonatus merupakan istilah untuk bayi saat bulan pertama setelah

kelahiran. Masa bayi adalah periode dari saat lahir hingga berusia genap 1 tahun

(Gruendemann & Fernsebner, 2006). Menurut Kasdu (2004) yang dikatakan bayi

adalah individu yang berusia 0 hingga 1 tahun. Masa bayi merupakan kehidupan

awal saat usia 18 bulan pertama (Papalia dan Old dalam Akbar & Hawadi, 2008).

Masa bayi atau infancy adalah masa perkembangan yang pertama setelah

dilahirkan hingga berusia 18 atau 24 bulan (Santrock, 2003).

Masa bayi merupakan waktu yang penting untuk kesehatan, pertumbuhan

dan perkembangan bayi (Public Health Agency of Canada, 2012). Masa bayi

sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan dari fisik, psikologis dan

sosial seorang individu yang akan menapaki masa–masa berikutnya (Mares,

Newman & Warren, 2011). Setiap bayi yang lahir ke dunia ini memiliki potensi

yang harus dikembangkan sejak masa keemaasannya (Soedjatmiko, 2006). Pada

masa ini bayi masih sangatlah bergantung kepada orang tuanya maupun orang

dewasa lainnya. Banyak aktivitas psikologis baru dimulai kemampuan bicara,

mengatur indera-indera, tindakan fisik, berfikir dengan simbol, meniru, dan

belajar dari orang lain (Santrock, 2003).

Dari beberapa pengertian yang ada, penulis menyimpulkan bahwa masa

bayi adalah periode kehidupan yang terjadi selama usia 0 hingga 12 bulan, seluruh

kehidupannya masih bergantung kepada orangtua, serta menjadi masa untuk


tumbuh dan berkembang secara cepat selama 1 tahun pertama.

2. Pertumbuhan Bayi

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi di dalam tubuh yang

meliputi ukuran, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang

bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan

metabolik. Pertumbuhan dapat dilihat secara fisik, seperti ukuran lingkar kepala,

berat badan, panjang badan, lingkar lengan, dan lain-lain (Pratiwi, 2013).

Pertumbuhan adalah suatu ukuran dari kematangan fisik (Gupte, 2004). Keunikan

pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok

umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda.

Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun

dan masa pubertas (Chamida, 2009).

Pemantauan terhadap pertumbuhan anak sangat penting dilakukan untuk

mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk

mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan anak setiap bulan sangat

diperlukan (Kemenkes RI, 2013). Pemantauan pertumbuhan seorang bayi dan

balita dapat dilakukan melalui penimbangan saat kegiatan posyandu tiap bulannya

dengan menggunakan catatan grafik di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS)

(Chamida, 2009).

Pada awal pertumbuhan seorang anak mengalami pertumbuhan yang

cukup cepat dan signifikan. Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan

mengalami penambahan 150-210 gram/minggu (Wong, 2009). Menurut Gupte


(2004), bayi akan memiliki berat badan dua kali berat lahirnya pada umur 5

sampai 6 bulan. Bayi akan mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm

setiap bulannya. Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang hingga

usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti

pada usia 18–20 tahun (Wong, 2009).

Tabel. 2.1 Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Berat Badan Anak


Usia 0-1 tahun

Usia Bayi (Bulan) Berat Badan (gram)


0 2700 – 3000
1 3400 – 4000
2 4000 – 4700
3 4500 – 5400
4 5000 – 6000
5 5500 – 6500
6 6000 – 7000
7 6500 – 7500
8 6800 – 8200
9 7300 – 8500
10 7600 – 9000
11 8000 – 9500
12 8200 – 9700

Tabel. 2.2 Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Panjang Badan Anak


Usia 0-1 tahun

Usia Bayi (Bulan) Panjang Badan (centimeter)


0 40,5 – 50,5
1 43,5 – 55,5
2 46,0 – 58,0
3 48,0 – 60,0
4 49,5 – 62,5
5 51,0 – 64,5
6 52,5 – 66,0
7 54,0 – 67,5
8 55,5 – 69,0
9 56,5 – 70,5
10 57,5 – 72,0
11 58,5 – 73,5
12 60,0 – 74,5
2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bayi
Dalam kehidupan seorang individu sejak dalam kandungan lalu di lahirkan

ke dunia ini hingga tua nantinya akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Berbagai faktor pun mempengaruhi dari proses pertumbuhan dan

perkembangan. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik

dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau keturunan adalah faktor yang

berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor

lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial (Chamida,

2009). Faktor lingkungan ini sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan, karena lingkungan memberikan stimulasi terbesar pada seorang

anak (Kania, 2006).

Gupte (2004) menjelasakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yakni:

a) Faktor keturunan

Memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan tubuh. Seperti

orangtua yang tinggi cenderung memiliki anak yang tinggi juga.

b) Faktor nutrisi

Kekurangan gizi mengakibatkan keterbelakangan pertumbuhan fisik dan

perkembangan fisik pada anak.

c) Faktor lainnya seperti status sosial, ekonomi, emosional, pengaruh

lingkungan, penyakit kronis dan infeksi juga mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan pada anak.

Sedangkan menurut Wong (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan antara lain :

a) Keturunan

Kebanyakan karakteristik fisik, pola dan gambaran bangun tubuh diturunkan

dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat

hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam hal sifat tinggi badan,

berat badan dan laju pertumbuhan.

b) Faktor Neuroendokrin

Pusat pertumbuhan berada di bagian hypotalamus. Beberapa hubungan

fungsional diantara hypotalamus dan sistem endokrin mempengaruhi

pertumbuhan. Ada 3 hormon yang mempengaruhi yaitu, hormon

pertumbuhan, hormon tyroid dan androgen. Hormon – hormon ini akan

merangsang metabolisme protein sebagai zat pembangun tubuh.

c) Nutrisi

Nutrisi merupakan satu-satunya faktor yang pengaruhnya paling penting

bagi pertumbuhan. Selama masa bayi dan kanak-kanak, kebutuhan kalori

lebih besar. Saat masa ini kebutuhan kalori dan protein jauh lebih tinggi,

seperti yang dibuktikan oleh peningkatan berat badan dan tinggi badan yang

sangat cepat.

d) Hubungan Interpersonal

Hubungan dengan orang lain memiliki peran kritis dalam perkembangan.

Seorang ibu memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pada bayinya,

khususnya perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian. Melalui

orangtua seorang anak mengenal dunia dan perasaan aman untuk


memberanikan dalam pergaulan di lingkungannya nanti.

e) Tingkat Sosioekonomi

Tingkat sosial ekonomi memberikan dampak yang signifikan pada

pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyebab perbedaan ini masih belum

pasti, tingkat derajat kesehatan dan nutrisi yang berada pada level sosial

ekonomi rendah lebih kurang dibandingkan dengan sosial ekonomi sedang

dan tinggi.

f) Penyakit

Perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu

manifestasi klinis dalam sejumlah gangguan herediter. Gangguan

pertumbuhan yang dapat dilihat pada skeleta, seperti dwarfisme. Dalam

gangguan lainnya seperti yang terjadi pada sindrom klineferter dan marfan.

B. Pijat Bayi

1. Definisi Pijat Bayi

Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam kehidupan

manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulan–bulan pertama kehidupan bayi

sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini, 2011). Sentuhan

merupakan bagian dalam dari perawatan pada bayi untuk membantu dalam

kematangan dari fisik bayi dan hubungan emosi antara orang tua dan bayi

(Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010). Sentuhan adalah suatu bentuk dari

stimulus bagi bayi yang merupakan bagian dari pengalaman awal dalam beberapa

tahun pertama kehidupan yang akan membantuya dalam pertumbuhan dan

perkembangan selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010).


Sentuhan pada bayi dapat berupa sentuhan aktif atau pasif. Sentuhan pasif

dapat dilakukan saat orang tua melakukan perawatan seperti mengganti popok,

kangoro mother care, memberikan susu dan berupa sentuhan minimal lainnya.

Sentuhan pasif atau metodologis berupa pemijatan yang dilakukan oleh orang tua

pada bayinya sebagai cara menstimulasi rangsangan yang diberikan yang biasa

disebut baby massage atau pijat bayi (Leonard, 2008). Pijat bayi merupakan cara

memberikan stimulasi berupa sentuhan dengan cara pemijatan (Lee HK, 2006).

Pijat bayi merupakan praktek yang sudah ada sejak dahulu di sebagian besar

belahan dunia, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Eropa yang dilakukan secara

tradisional dan diturunkan secara turun-temurun pada generasi berikutnya. Pada

awal abad ke-20 banyak folk practices seperti pijat bayi yang terlewatkan dalam

kemajuan ilmu pengetahuan. Namun sekarang ini, banyak peneliti modern yang

melakukan penelitian kembali terhadap folk practices yang digabungkan dengan

kaidah-kaidah ilmu yang ada sekarang (Lappin & Kretschmer, 2005). Pijat bayi

adalah salah satu “folk practices” yang saat ini sangat banyak dieksplorasi oleh

para ilmuan, dokter, ahli fisiologi, spesialis perkembangan anak dan para pendidik

kesehatan yang ada (Schafidi et al dalam Lappin & Kretschmer, 2005).

Pijat bayi telah menjadi bagian dalam perawatan umum sehari-hari yang

dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh bayi. Selain sebagai bagian dari

perawatan umum sehari-hari pijat bayi juga merupakan cara sederhana dalam

berkomunikasi antara orang tua dan bayi yang menciptakan kontak mata langsung

sehingga menjadikan rasa hubungan fisik dan emosional yang kuat antar

keduanya karena dapat mencerminkan perasaan masing–masing (Gurol & Polat,


2012; Cheng, Volk & Marini, 2011; Underdown, Barlow & Stewart-Brown,

2010).

Pijat bayi dilakukan dengan cara sederhana yang mudah untuk dipelajari

dan dilakukanya, hanya memerlukan sedikit perlengkapan dan kita tidak perlu

mengeluarkan uang lebih kecuali waktu yang kita butuhkan. Pijat bayi dapat

dilakukan sendiri di rumah saat luang oleh orang tua, pengasuh bayi, maupun

kakek dan nenek si bayi (Moszkowski & Stack, 2007; Heath & Bainbridge, 2004).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan pijat bayi adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh bayi sebagai

tindakan menstimulasi bayi dan otot-ototnya untuk lebih berkembang dengan cara

sentuhan dan pijatan-pijatan lembut pada tubuh bayi.

2. Manfaat Pijat Bayi

Pijat bayi memberikan manfaat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan

relaksasi (Field, Diego, Medina, Delgado & Hernandez, 2011). Dari berbagai

literature review yang ada, pijat bayi dapat membantu pertambahan panjang badan

dan berat badan bayi serta memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan

motorik kasar, motorik halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur

seorang bayi (Inal& Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Pada penelitian yang

dilakukan Nuryanti (2012) pijat bayi dapat memberikan manfaat menurunkan

angka frekuensi sakit pada bayi usia 1-3 bulan.

Menurut Lorenz, Moyse dan Surguy (2005) manfaat dari pijat bayi antara

lain:

a) Physical health
Para peneliti menemukan bahwa pijat dapat memiliki dampak yang baik

pada kenaikan berat badan bayi premature. Pada bayi yang sehat dan cukup

bulan saat lahir ketika diberikan pijatan, tidurnya lebih nyenyak dan jatuh

tertidur lebih cepat. Bayi yang nyenyak tidurnya dapat membantu bayi

senantiasa sehat.

b) Psychological development

Perkembangan psikologis, terutama kognitif dapat ditingkatkan dengan

stimulus yang diberikan saat pijat bayi dilakukan. Para peneliti

menyimpulkan bahwa respon bayi meningkat melalui pijat bayi

dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan pijat bayi.

c) Benefit for parents

Ibu yang melakukan pemijatan pada bayi mereka lebih banyak merasakan

kesenangan pada diri mereka saat melakukannya, mereka juga merasakan

psikologis mereka lebih baik dibandingkan mereka yang tidak melakukan

pemijatan. Ayah juga merasakan hubungan kedekatan mereka dengan bayi

mereka jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang tidak melakukan

pemijatan.

d) Developing parenting skills

Para orang tua yang berpartisipasi dalam kelompok pijat bayi mereka dapat

saling bertukar informasi pengalaman mereka saat melakukan perawatan

pada bayi terutama bagi orangtua baru dapat memberikan tambahan

wawasan orang tua dalam melakukan perawatan pada bayinya.

Manfaat pijat bayi bagi ibu yaitu, menjadikan ibu semakin dekat hubungan
batinnya dengan sang anak, membuat ibu merasa rileks dan merasakan stresnya

berkurang, ibu lebih memiliki waktu yang banyak untuk berkomunikasi dengan

bayinya dan dapat memperbanyak produksi ASI (Air Susu Ibu). Sedangkan

manfaat pijat bayi bagi bayi itu sendiri seperti, bayi akan merasakan kenyamanan

setelah mendapatkan pijat bayi sehingga dapat tidur lebih nyaman, bayi menjadi

tidak mudah stres, pencernaannya tidak mudah terganggu, membantu

perkembangan mental bayi, dan meningkatkan kekuatan otot serta sirkulasi darah

pada bayi (Suririnah, 2009).

Pijat bayi memberikan begitu banyak manfaat untuk bayi dan orangtua.

Pemberian pijat bayi sedini mungkin akan memberikan manfaat yang lebih

banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Subakti & Rizki, 2008).

Setelah orangtua mengetahui manfaat dari pijat bayi adahal yang harus

diperhatikan oleh orangtua untuk melakukan pijat bayi, seperti waktu dan semua

persiapan untuk melakukan pemijatan pada bayi (Suririnah, 2009).

3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi

Pada bayi usia 0 – 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan halus

dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut. Bayi dengan

usia 1 – 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun pijatan halus dengan

tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas bayi sudah dapat diberikan

pijat bayi dengan tekanan yang lebih (Roesli, 2013).

Pijat bayi dapat dilakukan pada pagi hari saat orangtua serta bayi akan

memulai hari baru dan pada sore hari ataupun malam hari sebelum bayi tidur

dengan pemberian pijatan akan membuat bayi merasa rileks dan nyaman sehingga
dapat tidur dengan nyenyak. Selain waktu menurut Roesli (2013) ada hal – hal

yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemijatan, seperti:

a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar.
b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan

perhiasan.

c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup

diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara

berjalan dengan lancar.

d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk orang tua ataupun pengasuh

bayi untuk memberikan pijatan pada bayi. Orang tua ataupun pengasuh

harus dalam kondisi yang sehat dan nyaman tidak dalam kondisi yang stres

ketika melakukan pemijatan, karena akan berdampak juga pada bayi yang

diberikan pijatan.

e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih.

f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi.

Selama melakukan pemijatan orang tua melakukan kontak mata dengan

bayi dengan penuh kasih sayang, bernyanyilah ataupun memutarkan lagu–lagu

yang tenang dan lembut untuk menciptakan suasanan yang nyaman untuk orang

tua dan bayi. Pemijatan dapat dilakukan menggunakan baby lotion atau minyak

kelapa yang lembut untuk bayi. Tidak disarankan untuk pemberian pijatan setelah

bayi selesai makan, membangunkan bayi yang tertidur khusus untuk pijat,

memijat saat kondisi bayi sedang tidak sehat dan memaksakan pemberian pijatan

pada bayi saat bayi tidak mau dipijat (Roesli, 2013).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan – kesulitan

yang akan timbul selama proses penelitian berlangsung (Notoatmojo, 2005).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperiment,

yaitu memberikan perlakuan atau intervensi pada kelompok eksperimen dan

kemudian efek dari perlakuan tersebut diukur dan dianalisa (Polit & Hungler,

2006). Pendekatan penelitian ini dengan non randomized pre and post test with

control group design. Digunakan untuk mengetahui efektifitas dari pijat bayi

terhadap pertumbuhan bayi dengan cara melihat hasil pertumbuhan bayi sebelum

diberi perlakuan (pre) saat bayi dengan usia 4-6 bulan dan sesudah diberi

perlakuan (post) selama 30 hari pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

yang kemudian akan dilihat hasil efektifitas dari perlakuan yang didapatkan kedua

kelompok tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini direncanakan selama 30 hari pada bulan November hingga

Desember 2021 di wilayah kerja Puskesmas Pengambiran Kota Padang. Alasan

peneliti memilih lokasi ini karena peneliti melihat keadaan pada pola asuh dan

perawatan serta pemberian stimulasi pada anak masih sedikit sekali yang

diberikan orang tua kepada anak dan masih sedikit orang tua yang mengerti

berbagai cara menstimulasi anaknya. Banyak para ibu-ibu yang kurang

mengetahui seberapa pentingnya stimulasi yang harus diberikan kepada anaknya


selama masa-masa pertumbuhan dan perkembangan awal anak.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2002).

Menurut Nursalam (2008) populasi merupakan sekumpulan subyek dalam satu

wilayah generalisasi yang memiliki jumlah dan telah memenuhi kriteria dalam

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang bertempat

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pengambiran Kota Padang.

2. Sampel

a) Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang terjangkau, memiliki

karakteristik pada populasi dan kemudian diambil sebagai subyek penelitian

dengan proses sampling (Santoso, 2009). Pada penelitian ini pengambilan

sampelnya dengan menggunakan teknik accidental sampling.

b. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan sebagai cara untuk

pengumpulan dan pengukuran data (Gulo, 2010). Penelitian ini menggunakan

lembar identitas responden, pita (meteran) dengan ukuran centimeter (cm),

timbangan dengan gram (gr) yang sudah dikalibrasi Lembar identitas digunakan

untuk mencatat data identitas responden. Meteran centimeter sebagai alat

pengukuran panjang badan bayi. Timbangan bayi yang sudah dikalibrasi sebagai

alat pengukuran berat badan bayi.


D. Langkah – langkah Pengumpulan Data

1. Proses Persiapan Pengumpulan Data

a) Setelah proposal penelitian yang diajukan peneliti disetujui peneliti

mengajukan surat permohonan izin penelitian dan permohonan kerjasama

dengan Kepala Puskesmas Pengambiran Kota Padang

b) Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kota Padang

c) Setelah izin penelitian dan permohonan kerjasama disetujui oleh Kepala

Puskesmas Pengambiran Kota Padang peneliti akan mengumpulkan sampel

dari populasi yang ada menggunakan teknik accidental sampling

d) Orang tua sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi diberikan

informed consent dan penjelasan manfaat dari penelitian.

e) Orang tua yang bersedia menjadi responden dan berkomitmen penuh untuk

mengikuti proses dari awal hingga akhir penelitian, membaca lembar

persetujuan dan orang tua mendatangani lembar persetujuan.

f) Setelah orang tua menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya peneliti

memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan selama

penelitian.

g) Setelah didapatkan persetujuan orang tua untuk menjadi responden, bayi

dikelompokkan menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesuai

wilayah RW dengan jarak yang tidak terlalu jauh serta memudahkan

pengontrolan ketika penelitian berlangsung.


2. Pengumpulan Data Kelompok Intervensi

a) Bayi yang menjadi sampel kelompok intervensi sebelumnya dilakukan

pretest untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan

dengan/ timbangan

b) Orang tua dan keluarga ataupun tetangga dekat dengan responden yang

membantu pengontrolan aktivitas pijat bayi selama penelitian berlangsung

pada kelompok intervensi mendapatkan pengetahuan tentang teknik

pemberian pijat bayi melalui demonstrasi dan redemonstrasikan yang

dilakukan oleh peneliti kepada orang tua selama 60 menit. Orang tua pun

dibekali dengan booklet dan video langkah-langkah pijat bayi. Setelah orang

tua mendapatkan pengetahuan pijat bayi, peneliti melakukan evaluasi dan

obervasi orang tua ketika melakukan pemijatan. Masing-masing untuk

penjelasan dan demonstrasi orang tua dikelompokkan perwilayah tempat

responden tinggal.

c) Selama demonstrasi kegiatan pijat bayi orang tua dan keluarga ataupun

tetangga terdekat responden dianjurkan bertanya apabila adahal terkait

dengan teknik pemijatan yang kurang jelas dan belum dapat dimengerti.

d) Waktu pemberian pijat bayi dilakukan secara intensif 2 kali sehari dengan

durasi waktu 15-20 menit selama 30 hari.

e) Selama 30 hari orang tua sebagai responden melakukan pijat bayi langsung

pada bayinya, keluarga dan tetangga terdekat responden yang menjadi

pengawas ibu dalam kegiatan pijat bayi selama penelitian.

f) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan pada orang tua bayi 2


hari sekali dan dibantu oleh 2 orang teman sebagai anggota penelitian yang

sebelumnya sudah diberikan pengetahuan terkait dengan pijat bayi dan

proses penelitian, untuk melihat benar-benar dilakukan atau tidak intervensi

yang diberikan.

g) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest untuk

pengukuran pada panjang badan, berat badan, lingkar kepala dan

perkembangan kembali pada kelompok intervensi.

h) Setelah data dan hasil pengukuran didapatkan, dilakukanlah pengolahan dan

analisa data oleh peneliti.


Pengumpulan Data Kelompok Kontrol

i) Bayi yang menjadi sampel kelompok kontrol sebelumnya dilakukan pretest

untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan dengan

timbangan

j) Pada kelompok kontrol tidak ada intervensi khusus, hanya saja orang tua

kelompok kontrol mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya stimulasi dan

sentuhan lembut untuk bayi selama periode pertumbuhan dan perkembangan

anak.

k) Pada orang tua kelompok kontrol peneliti hanya menjelaskan pentingnya

stimulasi dan sentuhan lembut yang diberikan pada bayi dan leaflet sebagai

bekal orang tua untuk mengingat pentingnya stimulasi pada bayi.

l) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan keberadaan serta kesehatan

bayi setiap 7 hari sekali.

m) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest pengukuran

panjang badan, berat badan dan perkembangan kelompok kontrol.

n) Setelah data dan hasil pengukuran didapatkan, dilakukanlah pengolahan dan

analisa data oleh peneliti.

Proses dan Tahap Alur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan dasar kuat pengumpulan data, baik dalam
proses observasi awal mencari fenomena maupun dalam proses penelitian
berlangsung.
Sumber : Diolah penulis,2021
BAB IV HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan bayi panjang dan berat
badan bayi dapat di jelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan (Panjang Badan Bayi


Usia 4 – 6 Bulan

Kelompok Panjang Bayi


N Rata- Rata- P
rata rata Value
Pretest Postest
Perlakuan 8 62 cm 67 cm
0,012
Kontrol 8 59 cm 63 cm

Berdasarkan tabel 1. didapatkan hasil pre-test dari 8 bayi pada kelompok perlakuan
selama 30 hari rerata panjang badan 62 cm dan sesudah dilakukan pemijatan rerata
menjadi 6 7cm. sedangkan pada kelompok kontrol pre test dari 8 bayi di dapatkan 59
cm dan hasil post test 63 cm. Selanjutnya dilakukan hasil uji statistis t independen
terhadap kelompok perlakuan dan kontrol di dapatkan P value 0,012 yang berarti
terdapat perngaruh pijat bayi terjahap pertumbuhan panjang badan bayi usia 4-6
bulan.

Tabel 2. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan (Berat Badan Bayi


Usia 4 – 6 Bulan

Kelompok Berat Badan Bayi


N Rata- Rata- P Value
rata rata
Pretest Postest
Perlakuan 8 8,6 kg 9,2 kg 0,028
Kontrol 8 7,5 kg 7,7 kg

Berdasarkan tabel 2. didapatkan hasil pre-test dari 8 bayi pada kelompok perlakuan
selama 30 hari rerata berat badan 8,6 kg dan sesudah dilakukan pemijatan rerata
menjadi 9,2kg . sedangkan pada kelompok kontrol pre test dari 8 bayi di dapatkan 7,5
kg dan hasil post test 7,7 kg. Selanjutnya dilakukan hasil uji statistis t independen
terhadap kelompok perlakuan dan kontrol di dapatkan P value 0,028 yang berarti
terdapat perngaruh pijat bayi terjahap pertumbuhan Berat badan bayi usia 4-6 bulan.
BAB V PEMBAHASAN

Pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan bayi kelompok intervensi
dan kelompok kontrol usia 4-6 bulan. Dari hasil penelitian didapatkan nilai P =
0,028 atau < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh pijat bayi terhadap berat badan
bayi pada usia 4-6 bulan dengan mean posttes kelompok perlakuan 9,2 kg dan mean
posttes kelompok kontrol 7,7 kg. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dasuki
2016 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat
badan bayi. Pijat bayi dapat menaikan berat badan dikarenakan pemijatan pada bayi
akan merangsang nervus vagus, dimana saraf ini akan meningkatkan peristaltik usus
untuk mengosongkan lambung, dengan begitu bayi cepat lapar sehingga masukan
makanan akan meningkat.
Syaraf ini juga merangsang peningkatan produksi enzim pencernaan, sehingga
penyerapan nutrisi meningkat. Nutrisi yang diserap akan ikut dalam peredaran darah
yang juga meningkat oleh potensial aksi saraf simpatis. Selain itu peningkatan
distribusi mikro dan makro nutrien akan membantu peningkatan metabolisme organ
dan sel sehingga ada penyimpanan bawah kulit dan pembentukan sel baru. Keadaan
ini yang dapat meningkatkan berat badan bayi (Roseli, 2016).
Penelitian serupa dilakukan oleh Jin Jing, et al (2007) dengan judul “Pijat dan
Latihan Gerak Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi” yang menyatakan
pemberian pijatan dan latihan gerak dapat meningkatkan pertumbuhan fisik dan
kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir dengan p=0,010 untuk index berat badan.
Penelitian pijat bayi juga dilakukan oleh Universitas Gajah Mada pada tahun
2012, pijat bayi merupakan peluang yang berpengaruh terhadap peningkatan berat
badan sebesar 2,68%. Kenaikan berat bayi berat lahir rendah yang diberikan
perlakuan pijat selama 10 hari lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak
dilakukan pijat (Asmar, 2012).
Jenny Swcliffe dalam Roesli (2013) juga mengemukakan bahwa bayi- bayi yang
dipijat secara teratur sejak lahir sering memperoleh peningkatan berat badan yang
lebih cepat dari yang lainnya, dia beranggapan bahwa mungkin karena pijatan
merangsang produksi hormon-hormon pertumbuhan.
Peningkatan berat badan bayi tentunya sangat dipengaruhi oleh pemberian pijat
bayi yang diberikan secara kontiniu. Pada dasarnya bayi yang dipijat akan
mengalami peningkatan kadar enzim penyerapan dan insulin sehingga penyerapan
terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik hasilnya bayi menjadi cepat lapar dan
karena itu lebih sering menyusu sehingga meninggkatkan produksi ASI (Suparyanto,
2011). Pemijatan juga meningkatkan penyerapan makanan oleh nervus vagus
sehingga nafsu makan bayi juga akan meningkatkan yang dapat secara langsung
meningkatkan berat badan bayi (Syaukani, 2015).
Aktifitas pemijatan akan meningkakan aktifitas neorotransmitter serotin, yaitu
meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi meningkatkan glucocorticoid
(adrenalin, suatu hormon stres). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan
kadar hormon adrenalin (hormon stres) penurunan kadar hormon stres ini akan
meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG. Pijat bayi akan membuat
bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal
ini dikarenakan pijatan yang baik dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini
terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta
serta tetha yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG (electro encephalogram)
(Syaukani, 2015).
Gichara (2006) lebih lanjut juga mengemukakan bahwa terdapat dua aspek dalam
tubuh bayi yang dipengaruhi ketika pemijatan berlangsung, yaitu: 1). Aspek
emosional, meliputi: a. Menanamkan rasa percaya diri, bebas dan aman, serta
seimbang, b. Menanamkan kepercayaan antara orang tua dan anak, c. Mengurangi
hormon Kortisol (pemicu stres) dalam aliran darah atau menjaga kestabilannya
selama pemijatan, d. Merangsang produksi hormon Endokrin (pereda rasa sakit)
sehingga menimbulkan rasa nyaman pada bayi,e. Menjaga kedekatan antara orang
tua dan bayi lewat kontak fisik, seperti kontak mata, mencium, membelai lembut,
mengusap, dan mengajaknya berbicara 2). Aspek fisik yang meliputi: a. Melancarkan
pencernaan dan pembuangan sehingga bayi terangsang untuk menyusui dengan baik,
b.Menghindari sembelit, kolik dan diare, c. Meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, d. Meningkatkan hormon-hormon pertumbuhan yang dihasilkan
oleh kelenjar Pituitari, e. Melancarkan aliran darah dalam tubuh sehingga timbul rasa
hangat pada tangan dan kaki, f. Merileksasikan otot-otot
dan melenturkan persendian terutama saat bayi meregangkan tubuh untuk memulai
lebih banyak gerakan fisiknya, g. Membantu menghilangkan sel-sel mati dan
membuang racun-racun tubuh melalui kulit, h. Melancarkan pernafasan seperti:
mengurangi lendir, mengatasi batuk, flu, infeksi pada telinga, dan gangguan pada
hidung. Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke
10), ini membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik sehingga
penyerapan makanan lebih baik. Penyerapan makanan yang lebih baik akan
menyebabkan bayi cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusu akibatnya
produksi ASI akan lebih banyak dan berat badan bayi cepat naik. Bayi yang dipijat
juga mengalami penurunan kadar hormone stress karena pijatan pada bayi dapat
membuat bayi lebih tenang, tidak mudah rewel karena capek sehingga bayi dapat
tidur lebih nyenyak. Pijatan juga dapat membuat bayi mengalami peningkatan daya
tahan tubuh sehingga bayi tidak gampang sakit maka pertumbuhan bayi tidak akan
terganggu dan berat badannya akan meningkat (Roesli, 2001).
Pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan panjang badan bayi kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Pada pertumbuhan panjang badan diperoleh nilai P
= 0,012 atau < 0,05, Hal ini membuktikan ada pengaruh pemijatan terhadap
pertumbuhan (Panjang badan). Penelitian ini senada dengan penelitian yang
dilakukan Jin Jing (2017), yang menyatakan bahwa pemberian pijatan dan latihan
gerak dapat meningkatkan perkembangan fisik dan kecerdasan bayi mulai dari lahir
sampai usia 6 bulan dengan P=0,019 pada kelompok eksperimen dibandingkan
dengan kelompok control.
Hormon pertumbuhan(Growth hormone) yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
pada bayi dapat dirangsang melalui terapi pijat bayi yang diberikan menyebabkan
disekresikannya serotonin. Dalam fisiologi pijat bayi disebutkan bahwa serotonin
yang disekresikan oleh sistim saaraf dalam hipotalamus akan meningkatkan
kecepatan sekresi hormone pertumbuhan yang pada akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan bayi termasuk tulang (Rosalina, 2017).
BAB VI PENUTUP

Pemijatan yang dilaksanakan secara rutin pada bayi dengan gerakan pemijatan pada
kaki, perut, dada, tangan, punggung dan gerakan peregangan berpengaruh pada
pertumbuhan bayi seperti berat badan bayi dan panjang badan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Rena & Hawadi. (2008). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo.
Ariani. (2013). Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Risiko Gangguan
Perkembangan Anak. Malang: Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar.
Bainbridge, N. & Heath, A. 2007. Baby Massage (Kekuatan Menenangkan dari
Sentuhan). Jakarta: Dian Rakyat
Briawan, Dodik & Herawati, Tin. (2008). Peran Stimulasi Orang Tua Terhadap
Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Vol. 1 No. 1/Januari 2008 – 63.
Chamida, Atien N. (2009). Deteksi Dini Gangguan Prtumbuhan dan Perkembangan
Anak. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY.
Fitriani, Lourentina & Nurhidayati, Novita. (2007). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap
Peningkatan Nafsu Makan Bayi Usia Diatas 6 Bulan Di Poli Klinik Fisioterapi
Handicamp International Wedi Klaten. Semarang: UNS.
Gurol, Asye & Polat, Sevinc. (2012). The Effects of Baby Massage on Attachment
between Mother and their Infants. Asian Nursing Research.
Heath, Alan & Bainbridge, Nicki. (2004). Baby Massage: The Calming Power of
Touch. New York: DK Publishing, Inc.
Jing, Jin et al. (2007). Massage and Motion Training For Growth and Development of
Infants.Guangzhou : World J Pediatr.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Instrumen Stimulasi, Deteksi
Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
Kristanto, Heny. (2008). Pengaruh Terapi Sentuh Terhadap Antropometri Pada Bayi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren I Kediri. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.
Merineherta. (2009). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi
Usia 3-6 Bulan di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota
Padang. Padang: Universitas Andalas.
Pratiwi, Anindita R. (2013). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Di
Desa Pamdak Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Jurusan
Keperawatan UNSOED.
Rosalina, I. 2007. Fisioligis Pijat Bayi. Bandung: Trikarsa Multi Media dan
Johnson & Johnson Indonesia
Syaukani, Aulia. 2015. Petunjuk Praktis Pijat, Senam, dan Yoga Sehat untuk
Bayi agar Tumbuh Kembang Maksimal . Yogyakarta: Araska
LAMPIRAN RAB PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai