Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ILMU KESEHATAN ANAK

OBAT-OBAT SESUAI KEWENANGAN BIDAN

Esti Hastuti
P07124215049
DIV B Kebidanan

1
PRODI DIV KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2016

DAFTAR ISI

Sampul .............................................................................................................. 1
Daftar isi ........................................................................................................ 2
Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ 3
A. Latar belakang ............................................................................................ 3
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................................... 3
Bab II Pembahasan ........................................................................................... 5
A.  Kewenangan bidan dalam pemberian obat ................................................. 5
B. Obat-obat yang dapat diberikan ..................................................................17
Bab III Penutup ............................................................................................ 33
A. Kesimpulan ............................................................................................... 33
B. Saran.......................................................................................................... 33
Daftar Pustaka................................................................................................. 34

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi
gejala atau menyembuhkan penyakit. Obat merupakan sebuah substansi
yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau
pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar
persyaratan obat diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki
obatkarena unsure keasliannya, tidak ada pencampuran dan potensi yang
baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas berupa
keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas. Pemberian obat harus
diberikan sesuai dengan yang berwenang misalnya dokter, apoteker maupun
bidan. Bidan mempunyai wewenang dalam pemberian obat baik untuk ibu
hamil, persalinan, ataupun anak. Ada beberapa obatyang dapat diberikan
bidan kepada anak namun bidan haruslah bidan yang terlatih.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup dan hubungan bidan dan obat?

3
2. Bagaimana Kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek
legalnya?
3. Apa isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5380/Hukum Tahun
1963?
4. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980?
5. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996?
6. Apa isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002?
7. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Hk.02.02/Menkes/149/I/2010?
8. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010?
9. Apa saja obat yang dapat diberikan bidan pada anak?

C. Tujuan
1. Mengetahui ruang lingkup dan hubungan bidan dan obat.
2. Mengetahui Kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek
legalnya.
3. Mengetahui isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5380/Hukum
Tahun 1963?
4. Mengetahui isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
363/Menkes/Per/IX/1980?
5. Mengetahui isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
572/Menkes/Per/VI/1996?
6. Mengetahui isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002?
7. Mengetahui isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Hk.02.02/Menkes/149/I/2010?
8. Mengetahui isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010?
9. Mengetahui obat - obat yang dapat diberikan bidan pada anak.

4
BAB II
PEMBAHASAN

I.    Kewenangan bidan dalam pemberian obat


Dalam setiap Puskesmas atau Rumah sakit, bidan merupakan tenaga
profesi kesehatan yang sangat penting peranannya terutama terhadap
pelayanan kesehatan keluarga. Seorang bidan dalam menjalankan setiap
tugasnya mempunyai standar pelayanan dan kode etik yang harus
dipatuhi.adapun wewenang bidan diantaranya:
1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk
mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap
ibu hamil / bersalin , nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar
penanganan dini atau pertolongan pertama sebelun rujukan dapat
dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
2. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan
oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan
penundaan haid.Pengobatan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan
sementara sebelum dirujuk ke dokter.
3. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang
sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan segera merujuk pada
dokter.
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI , nomor :

5
900/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 25 Juli 2002. Wewenang seorang
bidan mengeai pemberian obat adalah :
1. Pelayanan dan pengobatan kelaianan ginekologik yang dapat
dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti
keputihan dan penundaaan haid. Pengobatan ginekologik yang
diberikan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara
sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut pengobatan sesuaii advis
dokter.
2. Penyediaan dan Penyerahan obat-obatan :
a). Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
b). Bidan diperkenankan menyerhakan obat kepada apsien sepanjang
untuk keperlua darurat sesuai dengan protap.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mengatur
kewenangan bidan sebagai berikut:
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
1) pelayanan kesehatan ibu

2) pelayanan kesehatan anak

3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

1. Pelayanan kesehatan ibu

(a) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil,


kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
danmasa antara dua kehamilan.

(b) Pelayanan kesehatan ibu meliputi:

· Pelayanan konseling pada masa pra hamil

6
· Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

· Pelayanan persalinan normal

· Pelayanan ibu nifas normal

· Pelayanan ibu menyusui

· Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

(c) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) berwenang untuk:

· Episiotomi

· Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

· Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan


perujukan

· Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

· Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

· Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air


susu ibu eksklusif

· Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan


postpartum

· Penyuluhan dan konseling

· Bimbingan pada kelompok ibu hamil

· Pemberian surat keterangan kematian

· Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

2. Pelayanan kesehatan anak

Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir,


bayi,anak balita, dan anak pra sekolah.

7
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang
untuk:

1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,


pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan
perawatan tali pusat

2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

6. Pemberian konseling dan penyuluhan

7. Pemberian surat keterangan kelahiran

8. Pemberian surat keterangan kematian.

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.


Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempua dan
keluarga berencana, berwenang untuk:

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi


perempuan dan keluarga berencana

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Selain kewenangan tersebut bidan yang menjalankan program


Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:

- pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam ra


him, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

- asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit


kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter

8
- penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan

- melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan


ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyegatan
lingkungan

· pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sek olah
dan anak sekolah

· melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

· melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan


Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktflainnya
(NAPZA) serta penyakit lainnya

· pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah


Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal
terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
penanganan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat
dilakukanoleh bidan yang dilatih untuk itu.

Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang


tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangannya.

Daerah yang tidak memiliki dokter adalah kecamatan


atau k elurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas
kesehatan kabu paten/kota. Dalam hal daerah tersebut
telah terdapat dokter, kew enangan bidan dimaksud tidak
berlaku.

Untuk bidan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan


meliputi:

9
· memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan
untuk tindakan asuhan kebidanan, serta peralatan untuk
menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan pr
asekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat

· menyediakan maksimal 2 (dua) tempat tidur untuk pers


alinan

· memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan kete


ntuan yang berlaku

Perbedaan bermakna Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1464/Menkes/Per/X/2010 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 adalah bahwa bidan hanya memberikan
pelayananantenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal
dan pelayanan ibu nifas normal dimana di Kepmenkes Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 diberikan kewenangan persalinan abnormal,
demikian juga dengan imunisasi bidan hanyadiperkenankan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit dalam rangka
menjalankan program pemerintah. Pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota akan menugaskan bidan praktik mandiri tertentu
untuk melaksanakan program Pemerintah.

c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996


kewenangan bidan diatur sebagai berikut:

Bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk memberikan


pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kebidanan yang ditujukan kepada ibu dan anak.

Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa


kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara
(periode interval). Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada

10
masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra
sekolah.

(1) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :

- penyuluhan dan konseling

- pemeriksaan fisik

- pelayanan antenatal pada kehamilan normal.

- pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup


ibu hamil dengan abortus

- iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I,


preeklamsi ringan dan anemi ringan.

- pertolongan persalinan normal

- pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak


sungsang, partus macet

- kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD)


tanpa infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, d
istosia karena inersia uteri primer, post term dan preterm

- pelayanan ibu nifas normal

- pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plase nta,


renjatan dan infeksi ringan

- pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang


meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan
haid.

(2) Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :

- pemeriksaan bayi baru lahir

- perawatan tali pusat

11
- perawatan bayi

- pemantauan tumbuh kembang anak

- pemberian pengobatan pada penyakit ringan

- pemberian penyuluhan.

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu,


berwenang untuk :

· memberikan suntikan pengebalan

· memberikan suntikan pada penyulit kehamilan

· bimbingan senam hamil

· kuretase digital untuk sisa jaringan konsepsi

· episiotomi

· penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat


II

· amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm

· pemberian infus

· pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan


sedativa

· kompresi bimanual

· versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan


seterusnya

· vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul

· pengendalian anemi

· meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu

· resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia dan hipotermi

12
· pemberian minum dengan sonde /pipet

· pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan


obat sesuai dengan Formulir terlampir

· pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

2. Pelayanan keluarga berencana

Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana berwena


ng untuk :

· pemberian obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat


kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan
kondom dan tablet vaginal serta tissue vaginal

· memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi

· melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim letak normal

· melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit.

3. Pelayanan kesehatan masyarakat

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat


berwenang untuk pembinaan:

· peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan


anak

· tenga yang bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan


kemampuan lebih rendah

· tumbuh kembang anak.

Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan


pelayanan kebidanan selain kewenangan tersebut, dan
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

13
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5380/Hukum Tahun 1963
diatur kewenangan terbatas bidan meliputi:

1. memimpin persalinan normal;

2. merawat bayi di dalam dan diluar klinik;

3. memimpin biro konsultasi ibu dan anak;

4. memimpin dapur susu;

5. memberikan suntikan pituitrine;

6. memimpin persalinan dengan letak sungsang;

7. memasang tang pada kepala bayi yang rendah


letaknya dan kemudian menolong lahirnya bayi.

8. membalikkan bayi dan kemudian menolong lahirnya


si bayi;

9. memberikan suntikan secale cornutum.

Kewenangan terbatas tersebut diberikan kepada bidan dimana


mereka dipandang cakap/cerdas dan cukup berpengalaman, mereka
berkedudukan di tempat-tempat seperti balai pengobatan dan/atau rumah
sakit yang jarang dikunjungi dokter dan untuk keadaan yang darurat hal
mana kemudian dibenarkan oleh dokter atasannya.Untuk perizinan
mengacu pada pasal 5 dan 6 UU Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga
Kesehatan bahwa tenaga kesehatan untuk melakukan pekerjaan harus
mendapat izin dari Menteri Kesehatan

e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980


Tentang Wewenang Bidan dalam Bab II diatur wewenang umum dan
khusus bidan sebagai berikut:

1. Wewenang Umum

14
Dalam melakukan pekerjaan kewenangan umum ini tanggung jawa berada
pada bidan yang bersangkutan.

Bidan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai wewenang umum :

1) memberikan penerangan dan penyuluhan tentang kehamilan, pers


alinan, nifas, menyusukan dan perawatan buah dada, keluarga b
erencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, gizi.

2) melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain


yang juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampu an
yang lebih rendah termasuk pembinaan para dukun peraji.

3) melayani kasus ibu untuk:

a. pengawasan kehamilan

b. pertolongan persalinan normal termasuk pertolongan persalinan


letak sungsang pada multipara.

c. episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II

d. perawatan nifas dan menyusukan termasuk pemberian uterotonik

e. pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijaksaan


Pemerintah.

4) melayani bayi dan anak prasekolah untuk:

a. pengawasan pertumbuhan dan perkembangan

b. pemberian pengebalan

c. perawatan

d. petunjuk pemberian makan

5) memberikan obat-obatan:

a. roboransia

15
b. pengobatan tertentu dalam bidang kebidanan sepanjang hal itu
tidak melalui suntikan.

2. Wewenang Khusus

Dalam melakukan pekerjaan ini tanggung jawab berada pada dokter


yang mengawasinya.

Dibawah pengawasan dokter, bidan diberi wewenang khusus sebagai


berikut:

1) pengawasan kehamilan

a. versi luar

b. pengeluaran dengan jari (secara digital) sisa jaringan konsepsi pada


keguguran.

2) pertolongan persalinan

a. persalinan sungsang primipara

b. pertolongan dengan cuman atau ekstraktor vakum pada kepala di


luar panggul

c. pemberian infusa intravena untuk membpertahankan keadaan pe


nderita

3) pertolongan masa nifas

a. pemberian antibiotika pada infeksi baik yang di makan maupun yang


di suntikkan

b. pemasangan alat kontasepsi dalam rahim ( AKDR )

c. pemberian kontrasepsi suntikan

4) pertolongan kedaruratan

a. pencegahan keadan syok pendarahan (infusa)

16
b. pengatasan pendarahan pasca persalinan dengan pengeluaran uri
dengan tangan (secara manual)

c. pengatasan kedaruratan eklampsi

d. pengatasan infeksi bayi baru lahir

Disamping kewenangan umum dan khusus tersebut maka bidan dapat diberi
wewenang oleh atasannya untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat yang lain, sesuai dengan program pemerintah dan pendidikan serta
latihan yang diterimanya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberiwewenang
untuk melakukan tindakan pertolongan yang dianggap perlu untuk membantu
menyelamatkan penderita atas tanggung jawab sendiri. Segera setelah melakukan
tindakan darurat tersebut bidan diwajibkan membuat laporan ke pusat kesehatan
masyarakat wilayah tempat kegiatannnya.

II. Obat-obatan yang dapat diberikan


1. Amoxcisillin
a). Indikasi
1) Infeksi saluran pernapasan kronik dan akut : pneumonia, faringitis,
bronchitis, laringitis
2)    Infeksi saluran cerna : disentri basiler
3)   Infeksi saluran kemih : gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis,
pielonefritis
b). Dosis
2 x sehari selama 3 hari untuk Pneumonia
2 x sehari selama 5 hari untuk Infeksi Telinga Akut
Umur/ berat TABLET SIRUP per 5 ml
badan
500 mg (125 mg)
2 bln - < 4 bln 1/4 5 ml

(4 - < 6 kg) (1 sendok takar)


4 bln - < 12 bln 1/2 10 ml

17
(6- < 10 kg)
(2 sendok takar)
12 bln - < 3 tahun 2/3 12.5 ml

(10 - < 16 kg) (2.5 sendok takar)


3 tahun - < 5 3/4 15 ml
tahun
(3 sendok takar)
(16 - < 19 kg)

c). Efek samping
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti
urtikaria, ruam kulit, pruritis, angiodema dan gangguan saluran cerna
seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomasitis.
d). Kontra indikasi
Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.
2. Ampisilin
a). Indikasi
1) Infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia, faringitis, bronkitis,
.laringitis.

2)  Infeksi saluran pencernaan seperti : shigellosis, salmonellosis.


3) Infeksi saluran kemih dan kelamin seperti gonore, uretritis, sistitis,
.pielonefritis

4)  Infeksi kulit dan jaringan kulit


5)  Septikemia, meningitis.
b). Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap penisilin
c). Dosis

Dosis : 50 mg per kg BB . Tambahkan 4,0 ml aquadest dalam


1 vial 1000 mgsehingga menjadi 1000 mg/5 ml atau 200
mg/ml

2 bulan - <4 bulan (4 - <6 kg) yaitu 1.25 ml = 250 mg

18
4 bulan - <9 bulan (6 - <8 kg) yaitu 1.75 ml = 350 mg

9 bulan - <12 bulan (6 - < 8 kg) yaitu 2.25 ml = 450 mg

12 bulan - <3 tahun (10 - <14 kg) yaitu 3 ml = 600 mg

3 tahun - 5 tahun (14 - 19 kg) yaitu  3.75 ml = 750 mg

e). Efeksamping
Diare ringan sementara,Gangguan pencernaan, Urtikaria Bercak merah
3.     Paracetamol
a). Indikasi
1). Sebagai antipiretik/analgesic termasuk bagi pasien yang tidak
tahan asetosal
2). Sebagai analesik misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada
sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.
3). Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi
b). Kontra indikasi
Hipersensitif tehadap parasetamol, Deisiensi glucose-6- fosfat
dehidrogenase.Tidak boleh digunakan pada pendeita dengan
gangguan fungsi hati.
c). Dosis
PARASETAMOL Setiap 6 jam sampai demam atau nyeri telinga
hilang

Umur atau BB

TABLET SIRUP (120mg/5ml) 
TABLET (500 mg)
(100 mg)
2 bulan - < 6 bulan 2.5 ml

1/8 1/2
(4 - < 7 kg) (1/2 sendok takar)

19
6 bulan - <3 tahun   5 ml

1/4 1
(7 - < 14 kg) (1 sendok takar)
3 tahun - < 5 tahun   7.5 ml
  1/2  2
(14 - < 19 kg)  (1.5 sendok takar)

d).efek samping
1) Ruam, pembengkakan, kesulitan bernafas atau gejala alergi
2) Tekanan darah rendah atau hipotensi
3) Kerusakan hati dan ginjal ketika overdosis

4. Piridoksin atau B6
a). Indikasi
Radang kulit, kejang, anemia
b). Kontraindikasi
Hipersensivitas terhadap piridoksin
c). Dosis
Bbl : 0,1 mg/hari
7 -12 : 0,3 mg
1-3 tahun : 0,5 mg
4-8 tahun : 0,6 mg
9-13 tahun : 1 mg
d). Efek samping
Mual, muntah, sakit kepala, nafsu makan turun, sakit perut, kesemutan,
mengantuk

5. Vitamin A
a). Indikasi

20
Campak dengan komplikasi berat atau anak sangat kurus yang akan di
rujuk, beri dosis pertama vitamin A sesuai umur sebelum di rujuk

b). Kontraindikasi : Penyakit hati, alergi komponen obat


c). Dosis

UMUR DOSIS
50 000 IU (1/2 kapsul biru)
< 6 bulan
100 000 IU (kapsul biru)
6 bulan - 11 bulan
12 bulan - 59 bulan  200.000 IU (kapsul merah) 

d). Efek samping


1) Mengantuk dan kelelahan.
2) Uring-uringan.
3) Kehilangan nafsu makan.
4) Sakit perut.
5) Mual dan muntah.
6) Sakit kepala.
7) Keringat berlebih.

6. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)


a). Dosis
1). Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
,,,,,,,,,,,,,,dahulu.Melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril Auto
Distruct Scheering (ADS) 5 ml.
2). Dosisi pemberian: 0,05 ml.
3). Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
,,,,,,,,,,,,,,(insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto
Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
4). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3
jam.
b). Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

21
c) .Kontra indikasi
1) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim,
furunkulosis dan sebagainya.
2) Mereka yang sedang menderita TBC.

d). Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat


umum seperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul
indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka
tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi
pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher,
terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam.
Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan
akan menghilang dengan sendirinya (Departemen
Kesehatan RI,2006,p.21-22).

7. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)


a) Dosis
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar ......
.suspensi menjadi homogen.
2) Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml .....
sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis
..... selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 .....
.bulan) (Departemen Kesehatan RI,2006, p.23).
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis,
dan tetanus.
c) Kontra indikasi
Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau

22
gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan
kontraindikasi,pertusis. Anak-anak yang mengalami gejala-gejala parah
pada dosis pertama,komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis
kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. 5) Efek
samping Gejal-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam
tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi(Departemen Kesehatan RI,2006,p.23 )

d) Efek samping

Kebnyakan bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan vaksin


DPT tapi panas ini akan sembuh dalam waktu 1-2 hari. Sebagian bayi
merasa 17 nyeri, merah atau bengkak ditempat suntikan. Keadaan ini
tidak berbahaya dan tidak perlu pengobatan karena akan sembuh sendiri.

8. Vaksin Hepatitis B
a) Dosis
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
11111111menjadi homogen.
2) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara
11111111intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha.
3) Pemberian sebanyak 3 dosis.
4) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan
interval 1minimum 4 minggu (1 bulan).

b) Indikasi Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus hepatitis
B.

c) Kontra indikasi

23
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti
vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita
,,,,infeksi berat disertai kejang.

d) Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar


tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah 2 hari. (Departemen Kesehatan RI,2006,p.28)

9. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)


a) Dosis
1) Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2 (dua) tetes 4 m
..sebanyak4 kali (disis) pemberian dengan interval setiap dosis
.....minimal 4 minggu.
2) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
ppppp p yang baru.
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
c) Kontra indikasi

Pada individu yang mnderita “immune deficiency” tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang
sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare,
maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

d) Efek samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa


paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
(Departemen Kesehatan RI,2006,p.26)

24
10. Vaksin Campak
a) Dosis:
1) .Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutlan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut.
2) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan 11 (booster) pada usia 6-7
tahun (kelas 1 SD) setelah catchup campaign campak pada anak
Sekolah Dasar kelas 1-6.
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
c) Kontra indikasi

Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau


individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, limfoma.
d) Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan


kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi (Departemen Kesehatan RI,2006,p. 27).

11. KLORAMFENIKOL

a) Indikasi

Untuk mengobati blepharitis, catarrhae, konjungtivitis


bernanah, traumatic keratitis, trakoma, keratitis ulserativ,
uveitis, konjungtivitis, keratitis, dakriosistitis, dan infeksi lain
oleh bakteri patogen..

b) Kontraindikasi : Penderita gangguan fungsi hati dan gagal ginjal

25
c) Dosis

Oleskan 3 sampai 4 kali sehari pada mata dosis 25 mg/kg/hari dibagi 3


atau 4 kali pemberian

d) Efek samping

Diskrasia darah terutama aplastik anemia yang dapat menjadi serius dan
fatal, reaksi hipersensitif lainnya seperti anafilaktik dan urtikaria,
syndroma gray pada bayi prematur atau bayi yang baru lahir dan
gangguan gastrointestinal seperti misalnya mual, muntah dan diare

12. Albendazol dan Pirantel pamoat

a) Indikasi : Penderita cacingan


b) Kontraindikasi : Wanita hamil

c) Dosis : ALBENDAZOL untuk anak umur 1 - 5 tahun dan PIRANTEL


PAMOAT untuk anak umur 4 bulan - 5 tahun

ALBENDAZOL PIRANTEL PAMOAT


UMUR  TABLET UMUR atau BERAT BADAN  TABLET
400 mg 125 mg

DOSIS DOSIS
TUNGGAL  TUNGG
AL 
1 tahun - <2   1/2  4 bulan - <9 bulan (6 - <8 kg)  1/2 
9 bulan - <1 tahun (8 - <10 kg)  3/4 
tahun 
2 tahun - <5  1   1 tahun - <3 tahun ( 10 - <14 kg)   1
  3 tahun - <5 tahun (14 - <19 kg)  1.5
tahun   

d) Efek samping

Gangguan epigastrik ringan, sakit kepala, rasa mual, pusing, kelesuan

26
13. Zinc

a) Indikasi : Pada saat diare

b) Kontra indikasi :Hipersensitif terhadap mineral zinc

c) Dosis
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis

1). balita umur <6 bulan 1/2 tablet (10 mg)/hari


2). balita umur =6 bulan 1 tablet (20 mg)/hari

d) Efek samping: Hanya muntah.

14. Glyceryl Guaiacolste

a) Indikasi : Meredakan batuk berdahak


b) Kontra indikasi
,,Penderita yang hipersensitif terhadap Glyceryl Guaiacolste

c) Dosis

Dewasa : 2-4 tablet setiap 4 jam maksimum 24 tablet sehari

Anak 6-12 tahun : 1-2 tablet setiap 4 jam maksimum 12 tabletsehari

Anak 2-6 tahun : 1/2-1 tablet setiap 4 jam maksimum 6 tablet sehari

d) Efek samping : Mual dan mengantuk

15. Gentamycin

a) Indikasi : Mencegah infeksi, penderita gangguan ginjal setelah


dioprasi
b) Kontraindikasi : Riwayat kerusakan ginjal, bayi prematur

27
c) Dosis

GENTAMISIN
Umur atau BB
Dosis : 7.5 mg per kg BB

Sediaan 80 mg/2 ml
2 bulan - <4 bulan
1 ml = 40 mg
(4 - <6 kg)
4 bulan - <9 bulan
1.25 ml = 50 mg
(6 - <8 kg)
9 bulan - <12 bulan
1.75 ml = 70 mg
(6 - < 8 kg)
12 bulan - <3 tahun
2.5 ml = 100 mg
(10 - <14 kg)
3 tahun - 5 tahun
3 ml = 120 m
(14 - 19 kg)

28
d) Efek samping : Menyebabkan nefrotoksisitas , edema, kemerahan
kulit dll.

16. CTM

a) Dosis

Anak- anak 1-6 tahun : 0,25 dosis dewasa

Anak- anak 6-12 tahun : 0,5 dosis dewasa

Dewasa : 3-4 kali sehari 0,5-1 tablet

b) Kontraindikasi : retensi urin, glaukoma

c) I ndikasi : Gejala alergi, bersin, prutitis dll.

d) Efek samping : mengantuk , mulut kering, gangguan saluran NNN


pencernaan, kesukaran miksi

17. Zat besi

a) Indikasi : Anemia defisiensi

b) Kontraindikasi

Fungsi penyerapan besi terganggu, kelebihan zat besi pada tubuh

29
c) Dosis : Beri tiap hari selama 4 minggu untuk anak umur 6 bulan
sampai 5 tahun

SIRUP BESI
TABLET BESI/ FOLAT
(setiap 5 ml
UMUR atau
(60 mg besi elemental dan 0.25 mengandung 30
BERAT BADAN
mg asam folat) mg besi
elemental)

1 x sehari 1 x sehari
6 bulan - <12
bulan 2.5 ml (1/2 sendok
1/4
takar)
(7 - <10 kg)
12 bulan - <5
tahun 5 ml (1 sendok
  1/2
takar)
(10 - <19 kg)

d) Efek samping : Mual, muntah, konstipasi

18. Tetrasiklin dan Kotrimoksazol

a) Indikasi

Penderita kolera, infeksi saluran pernafasan yang disebabkan


streptococcus pneumoniae, infeksi saluran pencernaan, pertusis,demam
tifus akibat salmonella

b) Kontraindikasi

Wanita hamil, hipersensitiv kandungan obat

c) Dosis

30
KOTRIMOKSAZOL

TETRASIKLIN Tablet 500 mg

UMUR atau Kapsul 250 mg 2 x sehari selama 3 hari


BERAT TABLET TABLET
BADAN 4 x sehari selama DEWASA ANAK SIRUP/per 5ml
3 hari
(80 (20 (40mg/200mg) 
mg/400mg) mg/100mg) 
2 bulan - <4
bulan
jangan diberi  1 2.5 ml
1/4
(4 - <6 kg)
4 bulan - <12
bulan
  1/2   1/2 2   5 ml

(6 - <10 kg) 
12 bulan - <5
tahun
 1  1 3   10 ml

(10 - <19 kg) 

d) Efek samping : mual, muntah, diare, demam, gatal, nyeri otot

19. Asam Nalikiksat, Kotrimoksazol, Metronidazol

a) Indikasi : Infeksi saluran kemih, disentri,


b) Kontraindikasi : Riwayat kejang, porfiria, alergi terhadap
komponen obat, wanita hamil

c) Dosis

UMUR KOTRIMOKSAZOL ASAM L


2 x sehari selama 5 NALIDIKSAT 
atau Tablet 500 mg
hari 4 x sehari selama 5

31
BERAT BADAN 3 x sehari selama 10
hari hari

untuk amuba
2 bulan - < 4 bulan 1 1/8  50 mg (1/8 tab)
4 bulan - < 12 bulan
2 1/4   100 mg (1/4 tab)
(6 - < 10 kg)
12 bulan - < 5 tahun
3    1/2   200 mg (1/2 tab)
(10 - < 19 kg) 

d) Efek samping

Asidosis metabolik, peningkatan tekanan intrakranial, kejang, nafsu


makan turun

20. Artesunat, Amodiakuin dan Primakuin

a) Indikasi : Malaria falsifarum


b) Kontraindikasi : Hipersensitivitas, riwayat gangguan hati

c) Dosis

 UMUR
Artesunat Amodiakuin PRIMAKUIN

atau
Tablet Tablet Tablet (15 mg basa)

BERAT
(50 mg) (153 mg basa) Diberikan sebagai
BADAN

dosis tunggal 

2 - < 12 bulan
1/2 1/2 Jangan diberi
(4 - < 10 kg)

12 bulan - < 5
1 1 3/4
tahun 32

(10 - < 19 kg)


d) Efek samping : Mual, sakit kepala, penurunan kadar gula darah,
kejang, perdarahan, sepsis, edema paru-paru, penglihatan kabur,
gangguan saraf.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk


mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil
/ bersalin , nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini atau
pertolongan pertama sebelun rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat
waktu
   Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh
bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid.Pengobatan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum
dirujuk kedokter
   Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan segera merujuk pada dokter.

33
B. Saran

Jadilah seorang bidan yang profesional. Bekerja sesuai dengan wewenang


yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5380/Hukum Tahun 1963

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002

Modul MTBS

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/201

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171 diakses tanggal 6 november


2016

34
http://www.alodokter.com diakses tanggal 6 november 2016

35

Anda mungkin juga menyukai