Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang saat ini jumlahnya mulai
semakin banyak. Dalam bertugas, bidan memiliki batas-batas wewenang yang
tidak boleh dilanggar. Wewenang bidan ini diatur dalam Permenkes Nomor
1464 Tahun 2010. Dalam permenkes ini disebutkan apa saja wewenang bidan
termasuk dalam pemberian obat. Perlu kita kehatui obat sendiri adalah semua
bahan tunggal ataupun campuran yang digunakan untuk mencegah,
meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Terdapat berbagai jenis obat yang
bisa kita temui di lingkungan sekitar kita.
Kita sebagai bidan perlu paham benar akan wewenang tentang
pemberian obat obat agar tidak terjadi kesalahan ataupun pelanggaran
wewenang. Karena saat ini banyak dijumpai bidan-bidan yang melakukan
tindakan di luar batas wewenang kita sehingga hal ini membuat citra buruk
bidan di mata masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini akan dibahas beberapa obat yang bisa diberikan oleh bidan kepada bayi
dan anak dengan harapan bisa mengurangi penyalahgunaan wewenang bidan
sehingga bisa mengembalikan citra baik bidan di kalangan masyarakat dan juga
untuk meningkatkan kualitas mutu bidan.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja obat yang bisa diberikan bidan untuk bayi dan anak?
2. Bagaimana jenis obat yang bisa diberikan bidan untuk bayi dan anak?
3. Bagaimana dosis yang disa diberikan pada setiap obat?
4. Bagaimana efek samping dari penggunaan obat yang diberikan bidan?
5. Apa indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan pada setiap obat?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja obat yang menjadi wewenang bidan untuk bayi dan
anak.
2. Mengetahui jenis obat yang bisa diberikan bidan pada bayi dan anak.
3. Memahami bagaimana dosis setiap obat yang bisa diberikan pada bayi dan
anak.
4. Mengetahui bagaimana efek samping yang ditimbulkan oleh setiap obat.
5. Mengetahui apa saja indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan setiap
obat.

2
BAB II

ISI

A. Wewenang Bidan dalam Pemberian Obat pada Anak


Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan
tugasnya, bidan memiliki wewenang yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan. Dalam permenkes ini wewenang bidan tertera pada
bab III, yaitu :

Pasal 9
Bidan dalam  mejalankan  praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang
meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak
3. Pelayanan  kesehatan  reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 10
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan
pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
dan masa antara dua kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
berwenang untuk:
a. Episiotomi

3
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Bimbingan  inisiasi   menyusui   dini   dan  promosi  ASI  ekslusif
4. Pemberian   uterotonika   pada   manajemen  aktif   kala  tiga  dan postpartum
a. Penyuluhan dan konseling
b. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
c. Pemberian surat keterangan kematian
d. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

Pasal 11
1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan  asuhan  bayi  baru lahir normal  termasuk  resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi  menyusu  dini,  injeksi  vit  K1,perawatan  bayi   baru   lahir
pada  masa neonatal (0-28 hr) perawatan tali pusat
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e. Pemantauan   tubuh  kembang  bayi,  anak  balita  dan  anak pra sekolah
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keterangan kelahiran
h. Pemberian surat keterangan kematian

Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk
a. Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuandan
keluarga berencana

4
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Pasal 13
1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan
yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi :
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat
kontrasepsi bawah kulit
b. Asuhan
antenatal  terintegrasi  dengan  intervensi  khusus    penyakit kronis tertentu
dilakukan dibawah supervisi dokter
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
d. Melakukan    pembinaan    peran    serta    masyarakat  di   bidang kesehatan  ib
u  dananak,  anak   usia  sekolah  dan   remaja,  dan penyehatan lingkungan
e. Pemantauan   tumbuh   kembang   bayi,    anak   balita,   anak  prasekolah,
dan anak sekolah
f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi  Menular  Seksual ( IMS )  termasuk  pemberian kondom, dan penyakit
lainnya
h. Pencegahan  penyalahgunaan  Narkotika,   Psikotropika  dan  Zat
Adiktif  lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
i. Pelayanan  kesehatan  lain yang merupakan program  Pemerintah
2. Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan
memberikan peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit
lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih
untuk itu.

5
Pasal 14
1. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
dapat  melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9.
2. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.

Sebenarnya, bidan tidak memiliki wewenang untuk memberikan obat pada anak.
Namun, berdasarkan Permenkes di atas dapat kita pahami dan simpulkan bahwa
ada beberapa ayat yang secara tidak langsung membolehkan bidan untuk
memberikan obat pada anak. Pada pasal 11 ayat 2 (b) disebutkan bahwa,
“Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berwenang untuk :
Melakukan  asuhan  bayi  baru lahir normal  termasuk  resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi  menyusu  dini,  injeksi  vit  K1,perawatan  bayi   baru   lahir
pada  masa neonatal (0-28 hr) perawatan tali pusat.”
Dari ayat tersebut, bidan memiliki wewenang untuk memberikan vit K pada bayi
baru lahir.
Kemudian pada pasal 11 juga disebutkan bahwa, “Penanganan kegawat-
daruratan, dilanjutkan dengan rujukan.” Kalimat tersebut berarti bidan berwenang
menangani kasus gawat-darurat sebelum merujuk. Padahal, pada kasus ini sebelum
dirujuk biasanya pasien harus diberi obat dosis perama. Jadi, untuk kasus kegawat-
daruratan bidan boleh memberikan obat dosis pertama. Sebagai contoh, bidan boleh
memberikan diazepam dosis pertama pada balita kejang sebelum melakukan
rujukan.
Selain itu, berdasarkan pasal 13 ayat 1 (c), ”Penanganan bayi dan anak balita
sakit sesuai pedoman yang ditetapkan” bidan boleh memberikan obat pada bayi dan
balita sakit. Namun, bidan yang diperolehkan untuk memberikan obat ini adalah

6
bidan yang sudah mengikuti pelatihan dan bidan yang menjalankan program
pemerintah.
Jadi, berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa bidan boleh
memberikan obat pada bayi dan balita apabila dalam keadaan gawat darurat
sebelum rujukan, keadaan karena tidak terdapat dokter, serta bidan boleh
menangani balita sakit sesuai pedoman, dengan syarat bidan telah terlatih dan bidan
tersebut menjalankan program pemerintah. Meskipun dalam permenkes tidak
disebutkan dengan jelas obat apa saja yang boleh diberikan, namun dalam
pelaksanaannya kita bisa menggunakan pedoman yang telah ditentukan dalam
penanganan kasus balita sakit. Karena, dalam pedoman tersebut sudah ada kasus
beserta obat dan dosis yang bisa kita berikan.

B. Pemberian Obat Sesuai Wewenang Bidan untuk Bayi dan Anak


1. Zinc
a. Jenis
Zinc termasuk salah satu mineral yang biasa digunakan untuk penyembuhan
luka, memperkuat sistem kekebalan, dan membantu pertumbuhan sel. Bisa
dikonsumsi dewasa dan anak-anak. Sediannya berupa obat larut dan tablet.
b. Dosis
Berikut tabel penggunaan zinc. Perlu diketahui bahwa tiap 125 mg tablet
zinc mengandung 45 mg unsur zinc.

Pengguna Tablet zinc sulphate Frekuensi


(mg)
Dewasa dan anak-anak 125 1-3 x sehari
(> 30 kg)
Anak-anak (10-30 kg) 62,5 1-3 x sehari
Anak-anak (< 10 kg) 62,5 1x sehari
Untuk dosis sebagai obat diare, zinc bisa digunakan dengan acuan :
1) Bayi 2-5 bulan : 1/2 tablet (zinc 10 mg) 1x sehari selama 10 hari
berturut-turut sekalipun diare telah berhenti.
2) Anak 6-60 bulan : 1 tablet (zinc 20 mg) 1x sehari selama 10 hari
berturut-turut sekalipun diare telah berhenti.
c. Efek Samping

7
1) Sakit perut
2) Mual muntah
3) Sakit kepala
4) Uring-uringan
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari penggunaan zinc yaitu diare, sedangkan kontraindikasinya
apabila hipersensitif terhadap mineral zinc.
2. Paracetamol
a. Jenis
Paracetamol merupakan obat analgesik yaitu pereda nyeri dan pereda
demam. Cara kerjanya dengan mengurangi produksi zat prostaglandin dalam
tubuh. Bisa dikonsumsi dewasa dan anak-anak. Sediaan yang ada berupa
tablet, kapsul, suntik, infus, suposituria, obat larut.
b. Dosis
Dosis paracetamol diberikan berdasarkan umur dan berat badan. Berikut
tabelnya:

Usia Paracetamol 4-6 jam/mg


2-3 bulan 60 mg
3-6 bulan 60 mg
6-24 bulan 120 mg
2-4 tahun 180 mg
4-6 tahun 240 mg
6-8 tahun 240-250 mg
8-10 tahun 360-375 mg
10-12 tahun 480-500 mg
12-16 tahun 480-750 mg
>16 tahun 500-1000 mg
c. Efek Samping
1) Ruam, pembengkakan
2) Sulit bernapas
3) Hipotensi
4) Trombosit dan sel darah putih menurun
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari penggunaan paracetamol :
1) Sakit kepala

8
2) Nyeri gigi
3) Nyeri otot
4) Demam
5) Nyeri haid
Sedangkan kontraindikasinya :
1) Alergi AINS
2) Hepatitis
3) Gangguan hati atau ginjal
4) Alkoholisme

3. Oralit
a. Jenis
Oralit adalah jenis larutan yang mengandung gula dan elektrolit sebagai obat
diare dan untuk mencegah dehidrasi. Bisa dikonsumsi dewasa dan anak-
anak. Sediaannya berupa bubuk yang kemudian akan dilarutkan.
b. Dosis
Oralit biasa digunakan untuk menangani dehidrasi untuk 3 jam pertama.
Dosis yang diberikan sesuai berat badan, yaitu bisa dihitung dengan berat
badan (dalam kg) x 75 ml. Namun, apabila berat badan tidak diketahui bisa
dihitung berdasarkan umur seperti:

Umur < 4 bulan 4 - < 12 1 - < 2 tahun 2 - < 5 tahun


bulan
Berat badan < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-1400

c. Efek Samping
1) Hiperkalemia
2) Edema kelopak mata
3) Mual muntah
4) Dehidrasi hipernatraemia
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasinya :
1) Keringat berlebihan

9
2) Muntah terus menerus
3) Diare
Tidak ada kontraindikasi dari penggunaan oralit.

4. Zat besi (Fe)


a. Jenis
Zat besi merupakan mineral mikro yang digunakan sebagai penambah darah,
sehingga bisa mencegah dan mengobati anemia. Selain itu zat besi juga bisa
sebagai sistem pertahanan tubuh. Sediaan yang ada berupa tablet dan sirup.
Tablet ini bisa dikonsumsi dewasa dan anak, terutama ibu hamil.
b. Dosis
Pada bab ini dosis yang akan dibahas adalah dosis untuk anak dengan
anemia. Dosis yang diberikan didasarkan pada usia dan berat badan.
Tabelnya sebagai berikut :

Umur dan Berat Badan Tablet Besi Sirup Besi


60 mg besi dan 0,25 5ml/30 mg besi
mg asam folat
1 x sehari 1 x sehari
6 - < 12 bulan (7 - < 10 kg) ¼ 2,5 ml (1/2 sendok
takar)
1 - < 5 tahun (10 - < 19 kg) ½ 5 ml (1 sendok takar)
c. Efek Samping
1) Mual, kram
2) Tinja lebih gelap
3) Konstipasi
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi paracetamol:
1) Kelelahan dan letih
2) Kehabian napas
3) Pusing dan sakit kepala
4) Denyut jantung cepat
Kontrasindikasinya :
1) Tidak dikonsumsi bersama kalsium

10
2) Ulcus pepticum
3) Transfusi darah berulang
4) Hemokromatosis

5. Gentian Violet
a. Jenis
Gentian violet merupakan zat warna ungu yang digunakan untuk mengobati
infeksi jamur pada mulut dan vagina. Selain itu, juga bisa digunakan untuk
pengobatan topikal pada infeksi permukaan kulit, sebagai antiseptik pada
luka. Sediaannya dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 1% dan 2 %,
serta dalam bentuk tampon 5 mg.
b. Dosis
Penentuan dosis juga bervariasi, untuk infeksi jamur pada kulit rata-rata
digunakan konsentrasi 1% atau 2% 2-3 x/hari selama 3 hari. Penggunaannya
bisa dioleskan dengan cutton bud. Pengobatan infeksi jamur ini bisa
diberikan pada anak-anak ataupun orang dewasa. Untuk infeksi jamur vagina
digunakan tampon 5 mg dimasukkan ke dalam vagina selama 3-4 jam, 1 atau
2 kali/hari selama 12 hari. Biasanya untuk infeksi vagina ini diberikan pada
orang dewasa.
c. Efek Samping
Jarang terjadi efek samping karena penggunaan gentian violet, namun
gentian violet ini bisa menyebabkan bengkak dan nekrosis.
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari gentian violet :
1) Infeksi jamur pada mulut dan vagina
2) Infeksi pada kulit
3) Luka tali pusat
Kontraindikasi dari gentian violet :
1) Alergi gentian violet
2) Infeksi jamur pada mulut ibu hamil

6. Amoksisilin

11
a. Jenis
Amoksisilin adalah salah satu dari obat antibiotik. Amoksisilin bisa
dikonsumsi oleh anak-anak ataupun orang dewasa. Obat ini termasuk jenis
obat antibiotik penicillin. Amoksisilin ini hanya berfungsi untuk mengobati
infeksi bakteri. Obat ini tidak akan berdampak utuk mengobati infeksi virus.
Dalam mengonsumsi obat ini tidak boleh berhenti sebelum dosis yang
disarankan selesai, karena bisa menimbulkan resistensi bakteri terhadap
antibiotik ini. Sediaan amoksisilin adalah tablet dan cair, jadi untuk
pemberiannya bisa melalui oral dalam bentuk kapsul dan sirup ataupun
melalui parenteral.
b. Dosis
Penggunaan amoksisilin harus berdasarkan resep. Dosisi yang digunakan
juga sesuai dengan infeksi yang terjadi. Umumnya, dosis amoksisilin sekitar
500-1500 mg/hari. Namun untuk anak-anak dosis yang diberikan sesuai
berat badan anak. Berikut tabelnya :

Berat Badan Amoksisilin

Tablet (500 gr) Sirup per 5 ml (125


mg)
4 - < 6 kg ¼ 5 ml
6 - < 10 kg ½ 10 ml
10 - < 16 kg 2/3 12,5 ml
16 - < 19 kg ¾ 15 ml

c. Efek Samping
Amoksisilin merupakan salah satu obat yang jarang menimbulkan efek
samping, namun obat ini tetap berpotensi menimbulkan efek samping.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, diare,
sakit kepala, dan ruam pada bagian tubuh.
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi amoksisilin :
1) Infeksi telinga
2) Infeksi saluran napas (batuk, pneumonia)
3) Infeksi saluran kemih

12
4) Infeksi saluran pencernaan

Kontraindikasi amoksisilin :
1) Memiliki riwayat alergi
2) Penderita penyakit hati dan ginjal

7. Ampisilin
a. Jenis
Kelompok obat antibiotik penisilin untuk mengatasi infeksi bakteri. Bisa
digunakan anak-anak dan orang dewasa. Sediaan berupa kapsul, sirup,
suntikan.
b. Dosis
Dosis umum pemakaian ampisilin adalah 1-3 gr/hari. Berikut tabelnya :

Umur/Berat Badan Ampisilin


Dosis : 50mg/kgBB, tambah 4,0 ml
aquadest dalam 1000mg
2 - < 4 bulan (4 - < 6 kg) 1,25 ml = 250 mg
4 - < 9 bulan (6 - < 8 kg) 1,75 ml = 350 mg
9 - < 12 bulan (8 - < 10 kg) 2,25 ml = 450 mg
12 - < 36 bulan (10 - < 14 kg) 3 ml = 600 mg
3 - < 5 tahun (14 - < 19 kg) 3,75 ml = 750mg

c. Efek Samping
1) Diare
2) Mual dan muntah
3) Mulut dan lidah sakit
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari ampisilin adalah :
1) Endokarditis
2) Meningitis
3) Keracunan darah

13
4) ISK
5) Pertusis
Kontraindikasinya adalah hipersensitivitas penisilin.

8. Fenobarbital
a. Jenis
Fenobarbital merupakan salah satu dari obat kejang, termasuk jenis obat
antiepilepsi. Bisa dikonsumsi orang dewasa ataupun anak-anak. Obat ini bisa
ditemukan dalam bentuk cair dan padat, misalnya sirup dan tablet. Jadi,
fenobarbital bisa dikonsumsi melalui oral ataupun parenteral.
b. Dosis
Dosis untuk orang dewasa sekitar 60-180 mg/hari. Dosis untuk anak-anak
diberikan sesuai berat badan anak yaitu sekitar 5-8 mg/kg pada setiap
harinya. Obat ini biasa dikonsumsi sekali dalam sehari dan diminum
sebelum tidur.
Berikut klasifikasi penggunaan fenobarbital pada kejang :
1) Dewasa : 3kali sehari 30-150 mg
2) Anak 0-6 bulan : 5 mg
3) Anak 6-12 bulan : 20 mg
4) Anak 1-5 tahun : 30-100 mg
5) Anak 5 tahun :100 mg
c. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan oleh fenobarbital adalah :
1) Merasa lelah
2) Mengantuk
3) Perubahan suasana hati dan perilaku
4) Merasa tidak stabil atau goyah
5) Alergi
6) Anemia megaloblastik
Selain itu, ada juga beberaa efek samping yang serius namun jarang terjadi :
1) Ruam kulit yang parah
2) Penyakit kuning

14
3) Demam tinggi
4) Pembengkakan kelenjar

d. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi dari penggunaan fenobarbital adalah :
1) Insomnia nevosa
2) Epilepsi
3) Migren
Sedangkan kontraindikasinya adalah :
1) Disfungsi ginjal atau hati
2) Gangguan metabolisme porfirin
3) Depresi pernapasan berat

9. Diazepam
a. Jenis
Diazepam termasuk kelompok obat benzodiazepine yang mempengaruhi
syaraf dan sebagai penenang. Biasa dikonsumsi dalam jangka pendek. Bisa
dikonsumsi baik anak-anak ataupun dewasa. Bentuk obat berupa tablet,
sirup, suntikan, dan tabung rektum.
b. Dosis
Bagi orang dewasa, pemberian dosis diazepam ini beda-beda berdasarkan
indikasinya. Dosis untuk mengatasi kecemasan akan berbeda dengan dosis
untuk mengatasi kejang. Sedangkan dosis pada anak ditentukan berdasar
berat badan. Berikut tabelnya :

Umur atau Berat Badan Diazepam (10mg/2ml) Diazepam per rektum


siap pakai
2-6 bulan (5 – 7 kg) 0.5 ml BB lebih kkg sediaan 5
6-12 bulan (7 - <10 kg) 1 ml
mgecil 10
12bulan - 3tahun (10 - 1.5 ml BB lebih besar sama
<14 kg) dengan 10 kg sediaan
3-5 tahun (14 – 19 kg) 2 ml
10 mg
c. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan yaitu :

15
1) Mengantuk
2) Lemas
3) Sakit kepala
4) Gangguan keseimbangan
5) Mudah lupa dan bingung
6) Menjadi agresif
7) Gangguan visual
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari diazepam :
1) Gejala ansietas
2) Meringankan spasme otot karena trauma dan inflamasi
3) Premidikasi anestesi
Kontra indikasinya :
1) Hipersensitif
2) Ibu hamil dan menyusui
3) Depress pernapasan
4) Phobia

10. Kotrimoksasol
a. Jenis
Kotrimoksasol merupakan salah satu obat antibiotik. Obat ini kombinasi
dari sulfamethoxsazole dan trimethoprim. Kotrimoksasol digunakan bila
terjadi alergi pada antibiotik penisilin. Kotrimoksasol digunakan untuk
menangani infeksi karena bakteri. Bisa dikonsumsi oleh anak-anak dan
dewasa. Sediaannya berupa tablet, dan sirup.
b. Dosis
Penentuan dosis dari kotrimoksasol ini didasarkan pada jenis infeksi,
tingkat keparahan, dan riwayat kesehatan pasien. Sedangkan untuk anak-
anak didasarkan pada berat badan, yaitu :

16
Berat Badan Kotrimoksasol
Tab dewasa Tab anak (20mg Sirup/5ml (40mg
(80mg TMP + TMP+100mg TMP + 200mg
400mg SMZ) SMZ) SMZ)
4 - < 6 kg 1/4 1 2,5 ml (1/2
sendok)
6 - < 10 kg 1/2 2 5 ml (1sdt)
10 - < 16 kg 3/4 2½ 7,5 ml (1 ½
sendok)
16 - < 19 kg 1 3 10 ml (2 sdt)

c. Efek Samping
Mengonsumsi kotrimoksasol bisa menimbulkan :
1) Diare
2) Mual
3) Sakit kepala
4) Hipersensitif
5) Ruam kulit
6) Leukopenia

d. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi penggunaan obat kotrimksasol adalah :
1) Infeksi saluran kemih
2) Infeksi saluran napas
3) Enteritis
4) Pneumonia
5) Diare
Sedangkan kontraindikasinya :
1) Gangguan ginjal dan hati
2) Ibu hamil dan menyusui
3) Bayi premature
4) Anemia megaloblastik
5) Alergi sulfonamida

17
11. Metronidazol
a. Jenis
Metronidazol merupakan jenis obat antimikroba yang digunakan untuk
mencegah dan mengobati peradangan dan infeksi yang disebabkan bakteri
dan protozoa. Obat ini bisa dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa.
Sediaannya dalam bentuk tablet, sirup, injeksi, dan supositoria.
b. Dosis
Penggunaan dosis metronidazol ini berbeda-beda pada orang dewasa,
tergantung dengan jenis penyakit dan juga keparahannya. Metronidazol
tablet tersedia dalam komposisi 250mg dan 500mg. Sedangkan sediaan infus
tersedia dalam komposisi 500mg/100ml. Untuk dosis pada anak, tabelnya
adalah :

Berat Badan Metronidazol tab 500mg


3 x sehari selama 10 hari (untuk
amuba)
4 - < 6 kg 1/8
6 - < 10 kg 1/4
10 - < 16 kg 1/2
16 - < 19 kg 3/4
c. Efek Samping
1) Alergi seperti biduran
2) Ruam kulit
3) Mual dan muntah
4) Penurunan nafsu makan
5) Pusing
6) Diare
7) Urin nampak lebih gelap
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi metronidazol :
1) Penyakit IMS
2) Infeksi bakteri vaginosis
3) Diare
4) Keputihan

18
5) Infeksi amuba
Kontraindikasi metronidazol :
1) Alergi
2) Hamil trimester pertama
3) Gangguan ginjal dan syaraf

12. Tetrasiklin
a. Jenis
Tetrasiklin adalah jenis obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri.
Bisa dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak. Sediaannya berupa
tablet, salep, obat tetes. Tetrasiklin bisa digunakan untuk mencegah
infeksi luka bakar, dan lecet.
b. Dosis
Dosis yang biasa digunakan pada dewasa 4x sehari 250-500 mg.
Sedangkan untuk anak-anak dosisnya diberikan sesuai berat badan :

Berat Badan Tetrasiklin 250 mg


4 x sehari selama 3 hari
4 - < 6 kg Jangan diberikan
6 - < 10 kg 1/2
10 - < 19 kg 1
Sedangkan dosis untuk infeksi mata, bisa dioleskan tipis ataupun 1 tetes
tiap 6-12 jam sekali sampai kemerahan pada mata hilang.
c. Efek Samping
1) Mual dan muntah
2) Diare
3) Radang pada lidah, usus
4) Luka atau bengkak pada dubur
5) Kesulitan menelan
6) Keputihan
7) Pusing
8) Demam, menggigil, nyeri
9) Gigi kuning, coklat, hitam
d. Indikasi dan Kontraindikasi

19
Indikasi tetrasiklin :
1) Infeksi kulit (selulitis, furunkulosis)
2) Infeksi saluran napas ( tonsilitis, laringitis, faringitis)
3) Infeksi telinga, hidung, mata
4) Infeksi saluran kemih (prostalitis, gonorrhea)
5) Infeksi saluran cerna (disentri, gastricateritis)
6) Infeksi bedah
Sedangkan, kontraindikasinya :
1) Alergi tetrasiklin
2) Gangguan ginjal
3) Ibu menyusui
4) Tidak digunakan bersama vitamin A, retinoid

13. Albendazol
a. Jenis
Albendazol adalah obat antelmintik yang berfungsi mengatasi infeksi
cacing. Bekerja dengan mencegah cacing menyerap gula hingga akhirnya
kehabisan energi dan mati. Sediaan yang ada berupa tablet. Bisa
dikonsumsi anak-anak dan dewasa.
b. Dosis
Dosis untuk orang dewasa diberikan berdasar berat badan dan penyakit
yang diderita. Umumnya dosis pada dewasa > 60 kg diberikan
800mg/hari. Dan untuk dewasa < 60 kg diberikan 15mg/kg/hari.
Sedangkan untuk anak-anak usia 1 - < 2 tahun diberikan 200 mg, dosis
tunggal sekali minum. Anak 2 - < 5 tahun diberikan 400 mg dosis
tunggal sekali minum.
c. Efek Samping
1) Gangguan saluran cerna
2) Pusing, sakit kepala
3) Rambut rontok
4) Ruam kulit
5) Demam, kejang

20
6) Leukopenia
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pemberian albendazol adalah infeksi ecchinococcus, askariasis,
kapilariasis, infeksi cacing, trikuriasis, filariasis. Sedangkan albendazol ini
memiliki kontraindikasi dengan kehamilan.

14. Vitamin A
a. Jenis
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin yang bisa digunakan
untuk pengobatan campak dan juga untuk membantu keoptimalan daya
lihat. Sediaannya ada yang asli dari nabati dan ada juga yang sudah
dalam bentuk kapsul ataupun sirup. Bisa dikonsumsi oleh anak dan
dewasa.
b. Dosis
Berikut tabel dosis vitamin A pada anak :

Umur Dosis
< 6 bulan 50.000 IU (1/2 kapsul biru)
6 – 11 bulan 100.000 IU (kapsul biru)
12 – 59 bulan 200.000 IU (kapsul merah)
c. Efek Samping
1) Kehilangan nafsu makan
2) Sakit perut
3) Mual muntah
4) Sakit kepala
5) Keringat berlebih
6) Mempengaruhi kinerja obat lain seperti pengencer darah
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari pemberian vitamin A yaitu defisiensi vitamin A dan juga
campak. Pada balita biasa diberikan untuk membantu proses keoptimalan
daya lihat. Sedangkan kontraindikasi dari vitamin A yaitu, penyakit hati,
wanita lanjut usia.

15. Gentamisin

21
a. Jenis
Gentamisin merupakan kelompok obat antibiotik golongan aminoglikosida
yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Bisa dikosumsi anak dan
dewasa. Sediaan berupa obat suntik, obat tetes, salep.
b. Dosis
Dosis yang bisa diberikan pada anak :

Umur/Berat Badan Gentamisin


Dosis 7,5 mg/kgBB sediaan 80 mg/2 ml
2 - < 4 bulan (4 - < 6 kg) 1 ml = 40 mg
4 - < 9 bulan (6 - < 8 kg) 1,25 ml= 50 mg
9 - < 12 bulan (8 - < 10 kg) 1,75 ml = 70 mg
12 - < 36 bulan (10 - < 14 kg) 2,5 = 100 mg
3 - < 5 tahun (14 - < 19 kg) 3 ml = 120 mg
c. Efek Samping
1) Iritasi telinga atau mata
2) Rasa perih
3) Pandangan kabur
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi gentamisin yaitu, infeksi bakteri, septikemia (keracunan
bakteri), meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi jaringan lunak.
Sedangkan kontraindikasinya adalah hipersensitivitas gentamisin, bayi
prematur, infeksi gonorrhea.

16. Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP)


a. Jenis
DHP adalah obat malaria gabungan dari dihydroartemisinin dan
piperakuin. Bisa dikonsumsi anak dan dewasa.
b. Dosis
DHP terdiri dari 40 mg dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. DHP
ini wajib dikonsumsi setelah makan. Berikut dosis yang bisa diberikan pada
anak :

Umur/Berat Badan Hari 1 (tablet) Hari 2 dan 3 (tablet)


2 - < 12 bulan (6 - < 11 kg) 1/2 1/2
12 - < 60 bulan (11 - < 18 kg) 1 1

22
c. Efek Samping
1) Mual muntah
2) Nyeri lambung, diare
3) Pusing, sakit kepala
4) Insomnia
5) Hilangnya nafsu makan
6) Ruam kulit
d. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pemberian DHP adalah malaria falciparum dan vivax.
Sedangkan kontraindikasinya alergi DHP, penyakit ginjal dan hati,
hipertensi berat, gagal jantung, hipokalemia, hipokalsemia, dan ibu hamil.

17. Artesunat, Amodiakuin, Primakuin


a. Jenis
Merupakan jenis obat yang digunakan untuk terapi malaria. Sediaan tablet,
bisa dikonsumsi anak dan dewasa.
b. Dosis
Dosis pada anak untuk malaria falciparum :

Umur/Berat Hari 1 Hari 2 dan 3


Artesunat Amodiakuin Primakuin Artesunat Amodiakuin
Badan
2 - < 12 1/2 1/2 Tidak 1/2 1/2
bulan (6 - < diberikan
11 kg)
12 - < 60 1 1 3/4 1 1
bulan (11 -
< 18 kg)

Dosis pada anak untuk malaria vivax :

Umur/Berat Hari 1-3 Hari 4-14


Artesunat Amodiakuin Primakui Artesunat Primakuin
Badan

23
n
2 - < 12 1/2 1/2 Tidak 1/2 Tidak
bulan (6 - < diberikan diberikan
11 kg)
12 - < 60 1 1 1/4 1 1/4
bulan (11 - <
18 kg)

c. Efek Samping
Efek samping dari artesunat yaitu, mual, sakit kepala, efek diuretik, dan
penurunan kadar gula darah. Efek samping dari amodiakuin adalah nyeri
perut, mual, muntah, pusing, penglihatan kabur. Sedangkan efek samping
primakuin mual, muntah, sakit perut, anemia hemolitik, dan leukopenia.

d. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi dari ketiga obat ini adalah malaria falciparum dan vivax.
Sedangkan kontraindikasi dari artesunat dan amodiakuin yaitu alergi dan
gangguan hati. Kontraindikasi dari primakuin alergi, lupus, penggunaan
kuinakrin.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bidan memiliki wewenang dalam pemberian obat pada bayi dan anak.
Ada beberapa obat yang bisa diberikan pada bayi dan anak seperti, tablet zinc,
tablet fe, oralit, paracetamol, gentian violet, amoksisilin, ampisilin, tetrasiklin,
metronidazol, kotrimoksasol, fenobarbital, dan diazepam. Namun, obat ini juga
diberikan tidak secara sembarangan. Obat ini harus diberikan sesuai dosis dan
berdasarkan indikasi. Selain itu, setiap obat juga memiliki efek samping dan
kontraindikasi yang berbeda-beda yang wajib kita pahami agar kita bisa
menangani efek samping dan kontraindikasinya secara benar. Sebagai contoh,
obat fe bisa digunakan sebagai penambah darah. Dosis pada anak 1-5 tahun bisa
diberikan 1/2 tablet 60 mg besi sekali dalam sehari. Indikasinya kelelahan dan
anemia. Efek samping yang ditimbulkan bisa terjadi konstipasi. Sedangkan
kontraindikasinya fe tidak boleh dikonsumsi bersama kalsium.

25
B. Saran
Kita sebagai bidan hendaknya benar-benar mengerti batas wewenang
kita, sehingga dalam bertindak kita tidak melanggar wewenang. Termasuk
wewenang dalam pemberian obat. Kita perlu memahami jenis, dosis, indikasi,
kontraindikasi, dan efek samping pada setiap obatnya agar kita bisa memberikan
obat dan menangani efek samping secara benar. Sebagai bidan hendaknya kita
terus belajar dan bertindak berdasarkan wewenang bidan.

Daftar Pustaka

Anonim. 2013. “Metronidazol”.


( http://www.kerjanya.net/faq/5025-metronidazole.html ) dilihat Senin, 7
November 2016 pukul 19.00 WIB

Anonim. 2012. “Zinc Tablet untuk Dewasa dan Anak”.


( http://zinctabletgreenworld.org ) dilihat Senin, 7 November 2016 pukul 19.00
WIB

Kemenkes. 2015. “Managemen Terpadu Balita Sakit”. Jakarta : Kemenkes.

Ngastiyah. 1997. “Perawatan Anak Sakit”. Jakarta : EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai