Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH ILMU KESEHATAN ANAK

“WEWENANG BIDAN DALAM PEMBERIAN OBAT BAGI BAYI DAN ANAK”

FARIDA DWI SAHAR

P07124215051

PRODI D IV KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2016/2017

1
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................3
C. TUJUAN..........................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. Wewenang dan peraturan Perundang-undangan Bidan dalam Pemberian Obat...............4

B. Pemberian Obat Oleh Bidan pada Bayi,Balita dan Anak…………………………..….5

C. Jenis, Dosis, Indikasi Kontraindikasi, dan Efek Samping Obat yang menjadi Wewenang
Bidan……………………………………………………………………………………7

Combantrin…………………………………………………………………………………………….7
Diazepam……………………………………………………………………………………………...8
Gentamisin…………………………………………………………………………………………...11
Gentian Violet………………………………………………………………………………………..12
Ampicillin……………………………………………………………………………………………13
Paracetamol…………………………………………………………………………………………..14
Phenobarbital………………………………………………………………………………………...15
Tetracyclin…………………………………………………………………………………………...18
Tablet Zinc…………………………………………………………………………………………...19
Oralit…………………………………………………………………………………………………19
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………….20
KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………20
SARAN……………………………………………………………………………………………………20

DAFTAR PUATAKA…………………………………………………………………………………….21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Wewenang bidan adalah suatu tindakan yang dapat dilaksanakan oleh bidan dalam
menangani klien. Wewenang bidan telah diatur dalam Kepmenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Disini bidan berwenang
untuk melakukan atau memutuskan suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Jadi merupakan dasar yang digunakan oleh bidan dalam melakukan tugasnya secara
otonomi dan mandiri. Asuhan yang diberikan oleh bidan merupakan tindakan promotif,
preventif, dan kuratif untuk meningkatkan taraf kesehatan.
Kewenangan bidan dalam pemberian obat dibatasi berdasarkan jenis, dosis, yang harus
diberikan sesuai dengan wewenangnya. Karena penanganan lebih lanjut bukanlah
menjadi ranah bidan melainkan tenaga kesehatan yang lebih tinggi. Dengan demikian
bidan harus memahami kerja, dosis, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping pada
obat-obat yang diberikan pada bayi dan anak. Pemberian obat harus selalu dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsipnpengetahuan hayati (bioscience) yang relevan,
dasar evidensi dan pertimbangan hukum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja wewenang bidan dalam pemberian obat?
2. Apa saja jenis obat-obatan yang diberikan kepada bayi dan anak sesuai dengan
kewenangan bidan?
3. Berapa dosis obat yang diberikan kepada bayi dan balita sesuai kewenangan bidan?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi dalam pemberian obat?
5. Apa saja efek samping yang dapat timbul dari pemberian obat bagi bayi dan anak?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui wewenang bidan dalam pemberian oat bagi bayi dan anak.
2. Untuk mengetahui jenis obat bagi bayi dan anak yang menjadi wewenang bidan.
3. Untuk mengetahui dosis pemberian obat pada bayi dan anak.
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat bagi bayi dan anak.
5. Untuk mengetahui efek samping obat bagi bayi dan anak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Wewenang dan peraturan Perundang-undangan Bidan dalam Pemberian Obat.

Dalam Undang-undang Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan (“UU Tenaga


Kesehatan”) terbaru, tenaga kebidanan adalah salah satujenis tenaga kesehatan. Jenis
tenaga kesehatan dikelompok tenaga kebidanan ini adalah bidan.(pasal 11 ayat (1) dan
(5) UU Tenaga Kesehatan). Sebagai salah satu tenaga kesehatan, bidan dalam
menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada kompetensi
yang dimilikinya (lihat pasal 62 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan). Menurut penjelasan
pasal 62 ayat (1) huruf c UU tenaga kesehatan, yang dimaksud dengan “kewenangan
berdasarkan kompetensi” adalah kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehtan
secara mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain untuk bidan
adalah ia memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Jika bidan tidak melaksanakan ketentuan dalam pasal 62 ayat (1) UU Tenaga
Kesehatan, ia dikenai sanksi administratif. Ketentuan sanksi ini diatur dalam pasal 82
ayat (1) UU tenaga kesehatan dari sini kita bisa ketahui bahwa sanksi yang dijatuhkan
jika bidan yang bersangkutan dalam menjalankan praktiknya tidak sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, jika memang memberikan obat atau
suntikan bukanlah kompetensi yang dimilikinya, makasanksi yang berlaku padanya
adalah sanksi administrative bukan sanksi pidana.

Akan tetapi, apabila ternyata pemberian obat atau suntikan itu merupakan suatu
kelalaian berat yang menyebabkan penerimaan pelayanan kesehatan menderita luka berat,
maka bidan yang bersangkutan dapat dipidana penjara. Hal ini bertentangan dengan
Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan. Disini bidan diperbolehkan untuk memberikan obat disaat terdesak dan obat
penanganan pra rujukan. Wewenang bidan dalam Permenkes RI No

4
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu sebagai
berikut :

Pasal 10

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada
masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang
untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

5
Pasal 11
1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir
pada masa neonatal (0-28 hr) perawatan tali pusat
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekola
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keterangan kelahiran
h. Pemberian surat keterangan kematian

Pasal 14
1. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9.
2. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.

6
B. Pemberian Obat Oleh Bidan pada Bayi,Balita dan Anak.
Ada beberapa obat yang boleh diberikan oleh bidan kepada bayi,balita dan anak.
tujuannya adalah bidan mampu menangani penyakit ditingkat dasar agar dapat
mengurangi sakit yang diderita oleh anak maupun bayi. Berikut merupakan obat yang
boleh diberikan oleh bidan untuk bayi dan anak :
1. Paracetamol
2. Obat cacing
3. Obat salep mata
4. Antibiotic
5. Obat diare
6. Obat mengatasi kejang dengan dosis tertentu
Pemberian obat tersebut dapat melalui oral dan topical. Sediaan obat itu sendiri ada
yang berbentuk tablet,salep,cair atau sirup maupun serbuk. Pemberian disesuaikan
sesuai prosedur yang benar.

C. Jenis, Dosis, Indikasi Kontraindikasi, dan Efek Samping Obat yang menjadi
Wewenang Bidan.

1. Combantrin.
Combantrin merupakan salah satu produk obat yang dibuat khusus untuk mengobati
penyakit yang disebabkan oleh cacing. Combantrin sendiri mengandung pirantel pamoat.
Combantrin yang mengandung pirantel pamoat ini bekerja dengan menyerang cacing
yang terdapat pada saluran pencernaan. Kemudian cacing yang sudah diserang tersebut
akan terbawa keluar bersamaan dengan kotoran saat buang air besar. Pirantel pamoat
sendiri akan dimetabolisme sebagian di hati dan akan dibuang melalui urin dan tinja.

Dosis Combantrin.
Dosis pirantel pamoat adalah 10mg/kgBB dan diminum dalam satu kali. Sediaan
combantrin 250 mg dalam 1 tablet. Atau jika mengalami kesulitan menimbang berat
badan, tertera dosis pemakaian pada kemasan. Usia 2-6 tahun memerlukan 1/2 - 1 tablet
sekali minum, usia 6-12 tahun memerlukan 1 - 1 1/2 tablet, dan usia di atas 12 tahun
dapat mengkonsumsi 1 1/2 - 2 tablet. Combantrin diminum tidak perlu dalam kondisi
perut penuh, oleh karena itu combantrin dapat diminum sebelum makan, sesudah makan,

7
atau bersama makanan. Combantrin tidak boleh diminum melebihi 1 gr, tetapi selama ini
belum pernah ada laporan kasus overdosis.

Indikasi dan Kontraindikasi Combantrin.


Obat ini dapat mengobati sakit yang disebabkan berbagai cacing yang diantaranya
adalah cacing kremi, cacing gelang, dan cacing tambang. Obat ini digunakan untuk orang
yang dicurigai menderita penyakit cacing, seperti berat badan yang tidak kunjung
meningkat, perut buncit, dan gatal-gatal pada lubang pantat. Jika terdapatnya keluhan
seperti yang disebutkan segera konsultasikan ke dokter untuk penegakan diagnosis yang
tepat. Combantrin menjadi kontraindikasi bagi orang yang mempunyai reaksi
hipersensitif (alergi) terhadap pirantel pamoat.

Efek Samping Combantrin.


Seperti sebagian besar obat lainnya, combantrin dapat menimbulkan efek samping.
Efek samping yang timbulkan dapat berupa reaksi alergi berupa kemerahan atau gatal2
pada kulit. Juga pernah dilaporkan terdapat gejala mual, muntah, dan diare sebagai efek
sampingnya. Sakit kepala, keringat dingin, dan mengantuk juga dapat dirasakan sebagai
efek sampingnya. Karena combantrin dimetabolisme di hati dapat juga ditemukan
gangguan fungsi hati pada orang yang mengkonsumsi combantrin. Obat ini dapat
berinteraksi dengan obat lain jika dikonsumsi bersamaan, yaitu Piperazin. Pirantel
pamoat akan menurunkan efek dari Piperazin. Combantrin aman dikonsumsi anak-anak
dan dewasa, tetapi memerlukan kewaspadaan pada ibu hamil, dan orang dengan
gangguan hati. 

2. Diazepam
Diazepam adalah obat yang digunakan sebagai obat penenang, anti konvulsan, dan
relaksan otot. Obat ini biasanya digunakan dalam situasi seperti kecemasan, kejang otot,
dan sulit tidur. Obat ini sebaiknya hanya digunakan dalam terapi jangka pendek.
Diazepam termasuk obat golongan benzodiazepine yang bekerja dengan cara
meningkatkan efek dari neurotransmitter gamma-Aminobutyric acid (GABA). Diazepam
bisa digunakan secara oral, dimasukkan ke dalam rektum, inhalasi, dan disuntikkan ke
dalam otot atau pembuluh darah. Diazepam biasanya dipasarkan berupa sediaan

8
diazepam tablet 2 mg, 5 mg dan 10 mg, syrup 2 mg / 5 ml, cairan injeksi 2 mg / ml, dan 5
mg / ml, serta rektal enema 5 mg / 2.5 ml dan 10 mg / 2.5 ml. Obat ini sering juga
dipasarkan dalam bentuk kombinasi dengan antalgin (metampiron).

Dosis Diazepam

a. Berat badan < 2500 gram diberikan 0.25ml


b. Berat badan > 2500 gram diberikan 0.50ml
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/ 2ml (dalam ampul 2ml) diberikan per
rectal.

Indikasi Diazepam.

a. Diazepam terutama digunakan untuk pengobatan jangka pendek pada ansietas atau
insomnia (sulit tidur), kejang demam, kecemasan, dan kepanikan.
b. Sebagai tambahan untuk menghilangkan kejang otot rangka karena spasme refleks
patologi lokal.
c. Digunakan juga sebagai obat premedikasi untuk menginduksi sedasi, anxiolysis, atau
amnesia sebelum prosedur medis tertentu (misalnya, endoskopi).
d. Sebagai tambahan untuk menangani gejala putus alkohol akut, obat ini berguna dalam
mengurangi gejala-gejala agitasi akut, tremor, dan halusinasi.
e. Obat pilihan untuk mengobati ketergantungan benzodiazepine.
f. Efek antikonvulsan diazepam dapat membantu dalam pengobatan kejang karena
overdosis obat atau racun kimia seperti zat Sarin, VX, atau soman (atau racun
organofosfat lainnya), lindane, klorokuin, physostigmine, atau piretroid.
g. Diazepam intravena atau lorazepam adalah obat lini pertama untuk status epileptikus.
Namun, lorazepam lebih dipilih karena memiliki keunggulan seperti efektivitas yang
lebih tinggi untuk mengakhiri kejang dan efek antikonvulsan yang lebih lama.

Kontraindikasi Diazepam

9
a. Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada diazepam atau
obat golongan benzodiazepine lainnya.
b. Hindari penggunaan obat ini pada pasien myasthenia gravis, insufisiensi pernapasan
berat, insufisiensi hati berat, insufisiensi ginjal berat, insufisiensi pulmoner akut, kondisi
fobia dan obsesi, psikosis kronik, serangan asma akut, dan sleep apnea sindrom.
c. Kontraindikasi pada glaukoma sudut sempit akut.
d. Hindari menggunakan obat ini untuk wanita hamil terutama pada  trimester pertama atau
ibu menyusui.
e. Tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas dengan depresi.

Efek Samping Diazepam


a. Efek samping yang umum adalah mengantuk, kesulitan koordinasi, kelelahan, kelemahan
otot, ataksia, dan kepala terasa ringan.
b. Efek samping yang lebih jarang misalnya nyeri kepala, vertigo, perubahan salivasi,
gangguan saluran cerna, ruam kulit, dan gangguan penglihatan.
c. Efek samping yang lebih serius, tetapi kejadiannya relatif jarang  misalnya depresi
pernapasan, ketergantungan, gangguan mental, amnesia, kebingungan, kelainan darah
dan sakit kuning, retensi urin, dan hipotensi.
d. Efek samping paradoks dapat terjadi, termasuk kegelisahan, lekas marah, kegembiraan,
memburuknya kejang, insomnia, kram otot, perubahan libido, dan dalam beberapa kasus,
kemarahan dan kekerasan. Efek samping ini lebih mungkin terjadi pada anak-anak, orang
tua, dan individu dengan riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol dan atau agresi.
e. Obat ini meningkatkan risiko kejang jika digunakan terlalu sering pada pasien pengidap
epilepsi.
f. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan toleransi, ketergantungan, dan gejala
putus obat pada pengurangan dosis.
g. Pada injeksi intravena terjadi bisa terjadi nyeri, dan tromboflebitis.

3. Gentamicin.
Gentamicin adalah jenis antibiotik golongan aminoglikosida yang dapat
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram negatif seperti P. aeruginosa, Proteus,

10
E.coli, Klebsiella, Enterobacter, Serratia, Citrobacter dan Staphillococcus. Umumnya
gentamicin diberikan dalam bentuk injeksi (suntikan), salep/krim dan obat tetes mata.

Dosis Gentamicin
Dosis gentamicin yang umum diberikan untuk kasus infeksi adalah 1-2.5 mg/kg/dosis
setiap 8-12 jam atau 3-6 mg/kg/dosis setiap 8 jam. Untuk pencegahan infeksi pada
operasi dosis gentamicin yang dapat diberikan adalah 1.5 mg/kg.

Indikasi dan kontraindikasi Gentamicin


Pada umumnya, gentamicin dapat diberikan sebelum operasi untuk mencegah infeksi,
infeksi mikobakterium serta pada penderita gangguan ginjal setelah dilakukan tindakan
cuci darah (untuk mencegah infeksi).
Gentamicin tidak boleh diberikan kepada pasien dengan riwayat hipersensitivitas (alergi)
dan keracunan golongan aminoglikosida sebelumnya. Selain itu, golongan
aminoglikosida atau gentamicin juga tidak boleh diberikan pada kasus sebagai berikut:
a. Pasien dengan riwayat kerusakan ginjal
Gentamicin dapat menimbulkan efek samping neurotoksisitas yang mengakibatkan
gangguan pendengaran. Efek samping tersebut dapat terjadi pada pasien dengan
riwayat kerusakan ginjal. Selain itu, gentamicin juga dapat menyebabkan gangguan
pada ginjal.
b. Bayi prematur dan bayi matur yang baru lahir
Hal ini karena ginjal pada bayi yang masih belum matur dan dapat membuat efek obat
yang bekerja lebih lama pada tubuh bayi.

Efek Samping Gentamicin


Efek samping dari gentamicin yang lebih sering terjadi (sekitar lebih dari 10%) yaitu
dapat menyebabkan neurotoksisitas (vertigo, ataxia/gangguan cara berjalan),
ketidakstabilan postur tubuh, ototoksisitas (gangguan pendengaran), nefrotoksisitas
(gangguan ginjal). Selain itu, efek samping lainnya yang dapat ditimbulkan (sekitar 1-
10%) yaitu edema (bengkak), kemerahan pada kulit, serta rasa gatal yang dapat timbul di
seluruh tubuh. Pada kasus yang sangat jarang terjadi (kurang dari 1%) dilaporkan

11
ditemukannya beberapa efek samping akibat penggunaan gentamicin yaitu mengantuk,
nyeri kepala, fotosensitivitas, reaksi alergi, eritema (kemerahan), anorexia (tidak ada
nafsu makan), mual/muntah, berat badan turun, peningkatan produksi air liur,
enterocolitis (radang usus), trombositopenia (trombosit turun), rasa terbakar, rasa
tersengat, gemetar, keram otot, kelemahan, dan  gangguan napas

4. Gentian Violet
Gentian violet adalah zat pewarna yang memberikan warna keunguan seperti warna
kelopak bunga gentian. Gentian violet biasanya digunakan untuk melakukan pewarnaan
bakteri dengan metode Gram, pewarnaan histologi, dan elektroforesis DNA.

Dosis Gentian Violet


Penentuan konsentrasi larutan, dosis, dan lama pemakaian obat ini dapat bervariasi sesuai
dengan anjuran dokter terhadap penyakit yang dialami. Untuk infeksi jamur pada kulit
rata-rata dapat digunakan konsentrasi 1% atau 2%, dua sampai tiga kali sehari selama tiga
hari. Aplikasikan pada luka setelah kulit dikeringkan, aplikasi sebaiknya dilakukan
dengan cotton bud atau kapas lidi lalu dioleskan tipis pada lokasi yang dinginkan agar
tidak terlalu tebal dan jangan di tutup rapat. Untuk infeksi jamur pada vagina digunakan
tampon 5mg dimasukkan ke dalam vagina selama 3 sampai 4 jam, satu atau dua kali
sehari selama 12 hari. Jangan digunakan pada saat periode menstruasi.

Indikasi dan kontraindikasi Gentian Violet


Secara medis gentian violet memiliki kemampuan untuk mengobati infeksi jamur
terutama oleh spesies jamur kandida pada mulut atau vagina. Selain itu, dapat juga
digunakan untuk pengobatan topikal pada infeksi di permukaan kulit, dan antiseptik pada
luka atau perawatan tali pusat bayi. Gentian violet tersedia dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi 1% dan 2%, serta bentuk tampon 5mg. Kontraindikasi penggunaan gentian
violet bila pasien memiliki riwayat alergi terhadap gentian violet. Food Drug
Associationmenggolongkan gentian violet sebagai kategori C untuk obat dalam masa
kehamilan dan sebaiknya tidak digunakan untuk infeksi jamur di mulut pada ibu hamil
karena memiliki risiko tertelan.

12
Efek Samping Gentian Violet
a. Gentian violet dapat mengiritasi membran mukosa sehingga terjadi kemerahan
atau bengkak bahkan nekrosis akibat iritasi pada tempat aplikasinya bila digunakan
dalam konsentrasi tinggi.  Hal ini sering terjadi pada aplikasi gentian violet di bagian
lipatan tubuh yang biasanya memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, seperti diantara jari-
jari, ketiak, lipatan paha, dan pada lipatan payudara. Apabila digunakan sebagai
antiseptik ulkus dapat mewarnai kulit secara permanen. Apabila tertelan dapat
menyebabkan mual muntah,diare, dan nyeri perut akibat iritasi membran mukosa saluran
cerna.
b. Penelitian laboratorium gentian violet dapat menyebabkan kanker pada tikus percobaan,
namun masi sedikit bukti hal serupa dapat terjadi pada manusia.
c. Kasus alergi terhadap gentian violet jarang terjadi, bila anda mengalami gejala alergi
yang serius seperti kemerahan yang luas, bengkak, gatal, kepala terasa ringan seperti mau
pingsan dan kesulitan bernapas segeralah mencari pertolongan dokter.

5. Ampicillin
Dosis : 100 mg/kg BB/24 jam
Tambahkan 1.5 ml aquadest steril ke botol 0.5 gram (200mg/ml)
Berat badan 1000 – < 2000 : 0.5 ml
Berat badan 2000 – < 3000 : 0.6 ml
Berat badan 3000 – < 4000 : 0.8 ml
Berat badan 4000 - < 5000 : 1.0 ml

Indikasi Ampicillin
Ampisilina digunakan untuk pengobatan: Infeksi saluran pernafasan,seperti pneumonia
faringitis, bronkitis, laringitis. Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis,
salmonellosis. Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi),
uretritis, sistitis, pielonefritis. Infeksi kulit dan jaringan kulit. Septikemia, meningitis.

Kontraindikasi Ampicillin : Hipersensitif terhadap penisilina.

Efek Samping Ampicillin

13
Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan yang bersifat
sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus. Umumnya pengobatan tidak
perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih kembali 3 - 5 hari setelah
pengobatan dihentikan. Ganguan pada saluran pencernaan seperti glossitis, stomatitis,
mual, muntah, enterokolitis, colitis pseudomembran. Pada penderita yang diobati dengan
Ampisilinia termasuk semua jenis penicillin dapat menimbulkan reaksi hipersensitif,
seperti urtikaria, eritema multiform. Syok anailaksis merupakan reaksi paling serius yang
terjadi pada pemberian parenteral.

6. Paracetamol.
Paracetamol memiliki nama lain acetaminophen, obat ini termasuk sebagai analgesic
(anti nyeri) dan antipiretik (penurun panas).

Dosis Paracetamol
Untuk mengukur dosis paracetamol anak dengan tepat maka kita harus mengetahui berat
dan umur anak, karena ini akan menjadi pertimbangan
>1 bulan : 10 – 15 mg/kg BB/dosis setiap 6-8 jam sesuai kebutuhan.
>1 bulan – 12 tahun : 10 – 15 m/kg BB/dosis 4-6 jam sesuai kebutuhan, (maksimum 5
dosis dalam 24 jam). Paracetamol tidak boleh melebihi dosis yang telah
direkomendasikan. Pemakaian yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan hati. Untuk
anak-anak sediakan dalam bentuk sirup atau suppositoria. Hati-hati dan selalu ikuti
petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan paracetamol untuk anak dibawah usia
2 tahun tanpa nasihat dokter.

Indikasi Paracetamol
Indikasi utama paracetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun panas (antipiretik)
dan dapat digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit dari segala jenis, seperti sakit
kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri karena pilek, dll. Sakit kepala migraine dan
disminore juga dapat diringankan denga paracetamol. Paracetamol dapat diberikan pada
anak-anak, ini merupkan alternative yang lebih disukai ketika aspirin merupakan
kontraindikasi misalnya karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak.

14
Kontraindikasi Paracetamol
Alergi parecetamol atau acetaminophen, gangguan fungsi hati, dan penyakit hati,
gangguan fungsi ginjal serius, shock overdosis acetaminophen, gizi buruk.

Efek Samping Paracetamol


Walaupun efek samping paracetamol jarang, namun jika itu terjadi maka ditandai
dengan:
Ruam atau pembengkakan. Ini bisa menjadi tanda dari reaksi alergi Hipotensi (tekanan
darah rendah) ketika diberikan di rumah sakit dengan infus. Kerusakan hati dan
ginjalmketika diambil dosis lebih tinggi dari yang direkomendasikan. Carilah bantuan
medis darurat jika ada salah satu tanda-tanda reaksi alergi paractamol seperti : gatal-gatal,
kesulitan bernafas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Berhenti menggunakan obat ini dan hubungi dokter apabila mengalami efek samping
paracetamol yang serius seperti : mual, sakit perut, dan kehilangan nafsu makan, air seni
berwarna gelap, tinja berwarna tanah liat, menguningnya kulit atau mata.

7. Phenobarbital
Phenobarbital adalah obat penghilang kejang atau obat anti kejang. Bisa kejang biasa dan
atau kejang karena tetanus.

Dosis Phenobarbital
Hipnotik/sedatif (dosis diberikan 3 kali sehari). :
a. anak berusia 1 tahun : 15-20 mg.
b. anak berusia 7-12 bulan : 10 mg.
c. anak berusia 3-7 bulan : 7,5 mg.
d. anak berusia 0-3 bulan : 5 mg.

Anti kejang pada :

a. anak berusia 5 tahun : 100 mg.


b. anak berusia 1-5 tahun : 30-100 mg.
c. anak berusia 6-12 bulan : 20 mg.
d. anak berusia 0-6 bulan : 5 mg.

15
Indikasi : Insomnia nevosa, epilepsi, migren.

Kontraindikasi : Disfungsi ginjal atau hati, gangguan metabolisme porfirin.

Efek samping : Alergi, mengantuk.

8. Tetracycline
Tetracycline adalah antibiotik spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun
gram positif yang termasuk golongan antibiotik polyketide. Antibiotik ini biasanya
dipasarkan berupa Tetracycline HCl atau Tetracycline buffer phosphate 250 mg dan 500
mg. Salah satu merk obat yang mengandung tetracycline adalah super tetra.

Dosis Tetracycline : Dosis untuk kerentanan infeksi pada anak usia ≥12 tahun
maksimal : 2 g / hari.

Indikasi Tetracycline
Kegunaan tetracycline adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
peka terhadap antibiotik ini, seperti :
a. Infeksi Kulit dan jaringan lunak : selulitis, furunkulosis, pastular dermatosis, dan
acne/jerawat.
b. Infeksi saluran pernapasan : faringitis, sinusitis, tonsilitis, mastoiditas, ototis
media, bakterial pneumonia, bronkitis, dan laringitis.
c. Infeksi telinga, hidung, tenggorokan.
d. Infeksi saluran kemih dan kelamin : pielonefritis, sistitis, pielitis, prostalitis, uretritis, dan
gonorrhoeae.
e. Infeksi pada saluran pencernaan : gastrocateritis, disentri amuba dan basiler, diare
disebabkan bakteri.
f. Antibiotik ini bisa juga digunakan untuk pengobatan demam tifoid.
g. Untuk mengobati infeksi karena pembedahan.
Kontraindikasi Tetracycline
a. Penggunaan obat ini untuk pasien dengan riwayat pernah mengalami reaksi
alergi/hipersensitivitas pada tetracycline atau derivatnya harus dihindari.
b. Penderita gangguan ginjal berat dikontraindikasikan menggunakan antibiotik ini.

16
c. Tidak boleh digunakan secara bersamaan dengan methoxyflurane, vitamin A atau
retinoid.

Efek samping Tetracycline


a. Kebanyakan efek samping tetracycline yang muncul adalah mual, muntah, diare, radang
lidah, radang usus, dermatitis, dan urtikaria.
b. Beberapa efek samping yang tidak begitu serius seperti : luka atau bengkak di dubur atau
area genital, diare atau sakit perut, bercak putih atau luka di bagian dalam mulut,
kesulitan menelan, dan keputihan yang terasa gatal.
c. Efek samping lainnya berupa : pusing dan sakit kepala parah, penglihatan kabur, demam,
menggigil, nyeri tubuh, gejala flu, kencing lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama
sekali, urin berwarna gelap, rasa sakit parah pada perut bagian atas menyebar ke
punggung, detak jantung cepat, kehilangan nafsu makan, sakit kuning (menguningnya
kulit atau mata), mudah memar atau perdarahan.
d. Antibiotik ini menghambat perkembangan gigi dan tulang termasuk untuk janin sehingga
pemberian tetracycline untuk wanita hamil sebaiknya dihindari.
e. Menyebabkan gigi kuning, abu-abu, coklat hingga hitam, terutama untuk bayi dan anak-
anak dibawah usia 8 tahun.
f. Menyebabkan efek fotosensitifitas pada kulit (paparan cahaya matahari secara intens
sebaiknya dihindari selama pemakaian antibiotik ini).
g. Reaksi pada kulit biasanya berupa kulit panas, mengelupas, kulit menjadi pucat atau
menguning dan ruam kulit merah.
h. Tetracycline juga bisa menyebabkan kesulitan nafas dan shock anafilaksis pada beberapa
orang yang peka.

9. Tablet Zinc
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika
anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat

17
diberikan tablet zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjagaagar anak
tetap sehat. Pemberian Tablet Zinc mampulu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh
yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan
sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3
bulan setelah anak sembuh dari diare.

Dosis Tablet Zinc


a. Bayi 2 – 5 bulan: 1/2 tablet dispersibel (zinc 10 mg) diberikan setiap hari selama
10 hari berturut-turut (bahkan ketika diare telah berhenti).
b. Anak 6 bulan – 5 tahun: 1 tablet dispersibel (zinc 20 mg) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut (bahkan ketika diare telah berhenti).
c. Jika terjadi muntah dalam waktu 1/2 jam setelah pemberian obat,berikan lagi obat
yang masih baru.

Cara melarutkan:

a. Letakkan tablet dispersibel Zinc dengan air secukupnya pada sendok makan
b. Biarkan sebentar hingga tablet larut sempurna (sekitar 30 detik)
c. Segera minumkan pada anak

Indikasi : Tablet Zinc 20 mg merupakan pelengkap untuk pengobatan diare pada anak-
anak di bawah 5 tahun, diberikan bersama larutan oralit.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap mineral Zinc.

Efek samping : Efek Samping zinc sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada, biasanya
hanya muntah. Namun, pemberian zinc dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia
seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah. Zinc yang
dilarutkan dengan baik akan menyamarkan rasa metalik dari zinc.

10. Oralit
Oralit adalah cairan yang mengandung gula dan elektrolit. Kandungannya adalah natrium
klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat, dan natrium bikarbonat. Fungsi utama oralit
adalah untuk mengganti cairan pada keadaan kekurangan cairan (dehidrasi).

18
Dosis Oralit
Sediaan oralit dalam bentuk bubuk, per bungkusnya cukup untuk membuat 200 cc larutan
oralit (satu gelas). Untuk melarutkan bubuk oralit sebaiknya digunakan air matang.
Hendaknya tidak menggunakan air mentah atau air yang sedang mendidih.
Dosis oralit menurut umur adalah sebagai berikut:
1. Anak umur di bawah 1 tahun, 3 jam pertama 1,5 gelas dan selanjutnya setengah gelas
setiap muntah atau diare;
2. Anak umur 1 – 5 tahun, 3 jam pertama 3 gelas dan selanjutnya 1 gelas setiap muntah atau
diare;
3. Anak umur 5 – 12 tahun, 3 jam pertama 6 gelas, dan selanjutnya 1,5 gelas setiap muntah
atau diare;
4. Di atas 12 tahun, 3 jam pertama 12 gelas, dan selanjutnya 2 gelas setiap muntah atau
diare.

Indikasi dan Kontraindikasi Oralit


Diare, Diare terjadi oleh berbagai sebab, bisa karena makanan yang merangsang, virus,
bakteri, atau parasit. Diare yang paling sering menyebabkan dehidrasi adalah kolera. Pada
penyakit ini, tidak hanya terjadi diare, tapi juga muntah. Oleh karena itu, penyakit kolera
disebut juga muntaber (muntah berak). Penyebab kolera adalah bakteri Vibrio cholera.
Fungsi oralit pada penyakit kolera adalah untuk mencegah atau mengatasi kekurangan
cairan, bukan untuk membunuh bakteri penyebab kolera. Bakteri hanya bisa dibunuh
dengan pemberian antibiotik tetrasiklin.

Efek samping : Efek samping oralit relatif tidak ada.

BAB III

PENUTUP

19
A. KESIMPULAN

Wewenang bidan dalam pemberian obat bagi bayi dan anak harus diperhatikan,
bidan dapat memberikan obat dengan dosis sesuai indikasi. Serta tetap harus
memperhatikan prinsip-prinsip pemberian obat. Berdasarkan pembahasan diatas
bidan dapat memberikan obat untuk intervensi seperti antibiotic dengan jenis dan
dosis yang sesuai, obat-obat untuk sakit ringan seperti iritasi kulit pada bayi muda
(iritasi kulit tali pusat), dan memberikan tablet Zinc serta oralit untuk anak yang
menderita diare.

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan yang professional, bidan harus menjalankan asuhan
sesuai dengan kode etik dan standar asuhan kebidanan. Memberikan pelayanan
yang komprehensif dan mengutamakan mutu.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak, 2012. “Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial”. Jakarta.

20
Diunduh dari http://www.scribd.com/mobile/doc/106761355/kewenangan-bidan-dalam-
pemberian-obat, diakses pada tanggal 07 November 2016 pukul 17.23 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai