Anda di halaman 1dari 4

Legalitas Kewenangan Klinis Bidan Di Rumah Sakit

Nama Penulis : Kelompok 4 profesionalisme dalam kebidanan


Asal Instansi
Email Penulis:

Abstrak

Pendahuluan

Worksheet.
a. Besar masalah
Profesi bidan seperti juga profesi-profesi lain yang merupakan tenaga
kesehatan adalah salah satu profesi yang sangat di butuhkan masyarakat. Peranan
bidan dalam masyarakat cukup besar, terutama bagi ibu atau wanita hamil untuk dapat
memberikan bimbingan, nasehat dan bantuan baik selama masa kehamilan,
melahirkan hingga pasca melahirkan. Bidan juga dapat memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum atau dengan kata lain tidak terbatas kepada ibu
atau wanita hamil saja, apabila tidak terdapat dokter atau tenaga kesehatan lain yang
berwenang untuk melakukan pengobatan pada wilayah tersebut. Pengaturan hukum
tentang profesi bidan di atur didalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
namun pada kenyataanya legalitas bidan baik di rumah sakit maupun puskesmas
memiliki kewenangan yang terbatas. Hal ini membuat ruang lingkup bidan semakin
kecil. Menurut Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
disebutkan bahwa tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Namun dalam ayat ini dijelaskan bahwa kewenangan yang dimaksud
dalam ayat ini adalah kewenangan yang diberikan berdasarkan pendidikannya setelah
melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pada kenyataanya banyak bidan yang telah menempuh
pendidikan lebih lanjut dan tidak memiliki izin atau legalitas yang sesuai dengan
pendidikan yang telah di capai.
b. Seriusnya masalah
Sesuai studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu rumah sakit swasta di Kota
Tasikmalaya didapatkan bahwa rumah sakit hanya memiliki komite medik yang
menaungi profesi dokter dan komite keperawatan yang menaungi profesi perawat.
Profesi bidan belum mempunyai komite sebagai wadah non-struktural sebagai
naungan untuk mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
kebidanan. Apabila hal tersebut belum ada maka dari mana profesi bidan akan
mendapatkan kewenangan klinis. Sedangkan rumah sakit dalam penilaian akreditasi
pun tercantum bahwa setiap tenaga kesehatan harus mempunyai kewenangan klinis
dan penugasan klinis (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017) Sebagai salah satu
tenaga kesehatan, bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan
yang didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya (lihat Pasal 62 ayat (1) UU
Tenaga Kesehatan). Menurut penjelasan Pasal 62 ayat (1) huruf c UU Tenaga
Kesehatan, yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan kompetensi" adalah
kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai dengan
lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain untuk bidan adalah ia memiliki
kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak,
dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Dalam menjalankan praktik keprofesiannya sesuai dengan Permenkes 28
tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, Bidan memiliki
wewenang untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak, pelayanan kesehtan
reproduksi perempuan dan kelurga berencana. Selain kewenangan tersebut bidan
dapat memberikan pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang untuk melakukan
tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari dokter tempat Bidan bekerja.
Pelimpahan wewenang pun hanya bisa diberikan pada bidan yang sudah mendapatkan
pelatihan. Tindakan pelayanan kesehatan hanya dapat diberikan dalam keadaan di
mana terdapat kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas
Pelayanan. Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan dilakukan dengan ketentuan
masih termasuk dalam kompetensi yang telah dimiliki oleh Bidan, pelaksanaan
tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan dokter pemberi pelimpahan;
tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai dasar
pelaksanaan tindakan; dan tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
c. Political concern
Saat ini pemerintah telah mengatur legalitas bidan dalam peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan dan Standar Kompetensi Kepmenkes No. 369 kemudian Berdasarkan UU
4/2019, untuk dapat berpraktik mandiri, bidan, baik dengan pendidikan akademik
maupun pendidikan vokasi wajib mengambil pendidikan profesi. Tanpa mengambil
pendidikan profesi mereka hanya diperbolehkan berpraktik di fasilitas kesehatan.
Selain syarat lulus pendidikan kebidanan, seorang  bidan juga wajib melakukan
registrasi dan izin praktik. Registrasi dibuktikan dengan Surat Tanda Registrasi (STR)
yang diberikan konsil kepada bidan yang memenuhi persyaratan, yaitu memiliki:
1. ijazah dari perguruan tinggi kebidanan.
2. memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi.
3. surat keterangan sehat fisik dan mental
4. surat pernyataan telah mengucapkan janji/sumpah profesi, dan
5. surat pernyataan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.
Sementara itu, Bidan lulusan D III dan Bidan lulusan D IV yang telah melaksanakan
Praktik Kebidanan secara mandiri di Tempat Praktik Mandiri Bidan sebelum Undang-
Undang ini diundangkan, masih dapat menjalankan praktik tersebut paling lama
hingga 7 tahun setelah pengundangan UU 4/2019. Setelah itu, bagi bidan lulusan D3
yang melakukan praktik mandiri dapat mengikuti penyetaraan Bidan lulusan profesi
melalui rekognisi pembelajaran lampau.
d. Public Concern
Menurut beberapa bidan yang bekerja di rumah sakit, bidan masih dilakukan asesmen
oleh asesor dari profesi perawat. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan, karena
dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, profesi perawat
dan bidan adalah berbeda. Selain itu dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2014
tentang keperawatan, yang dimaksud dengan perawat adalah seorang yang lulus
perguruan tinggi keperawatan. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 2019
tentang kebidanan, yang dimaksud dengan bidan adalah seorang perempuan yang
telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan. Terkadang bidan dan perawat
selalu di samakan dalam pemberian pelayanan padahal dalm undang-undang telah di
jelaskan wewenang bidan itu seperti apa serta pengertian bidan itu sendiri.
e. State of the art
Bagian Kesatu Umum Pasal 15
1. Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau bekerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a) klinik;
b) puskesmas;
c) rumah sakit; dan/atau
d) Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
Bagian Kedua Kewenangan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:
1. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan:
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Pasal 19
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
1) Konseling pada masa sebelum hamil;
2) Antenatal pada kehamilan normal;
3) Persalinan normal;
4) Ibu nifas normal;
5) Ibu menyusui; dan
6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
1) Episiotomi;
2) Pertolongan persalinan normal;
3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II; d. penanganan kegawat-
daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
4) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif;
7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
8) Penyuluhan dan konseling;
9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
10) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

Anda mungkin juga menyukai