Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE KUADRAT

Shalha Sahpianti (A1C407009)

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Universitas Jambi
JambiI,12 Januari 2010

Abstrak

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk atau struktur
vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Vegetasi sendiri merupakan hal yang sangat kompleks
sehingga pengkajiannya tidak mudah dilakukan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat lain. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda pula.
Untuk menganalisis suatu vegetasi dibutuhkan data spesies tumbuhan beserta diameter dan
tinggi pohon tumbuhan tersebut. Pada praktikum ini analisis vegetasi dilakukan terhadap
tumbuhan yang ada disekitar kampus unja. Analisis dilakukan dengan metode kuadrat.
Percobaan dilakukan dengan membentangkan tali sepanjang 100 m, kemudian membuat
petak dengan ukuran 10 x 10 meter dan petak dibuat berselang seling, jadi luas wilayah
analisis adalah 100 x 10 m. Tumbuhan yang termasuk dalam analisis ini adalah tumbuhan
pohon yang memiliki diameter batang minimal 10 cm. Dari hasil analisis diketahui ada 18
spesies yang ditemukan dengan jumlah 39 pohon.

PENDAHULUAN

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Teknik kuadrat umumnya dipergunakan untuk untuk memperoleh keterangan
mengenai bentuk komposisi (susunan) komunitas tumbuh-tumbuhan darat. Ukuran petak
sample ditentukan berdasarkan ukuran dan kerapatan tumbuh-tumbuhan yang dirisalah , serta
dapat mewakili semua individu yang terdapat dalam lokasi penelitian. Karakteristik pohon
harus dimasukkan di dalam kuadarat (Anonim, 2009a), dan memperhatikan : 1) distribusi
pohon, 2) ukuran dan bentuk kuadrat, 3) jumlah ulangan pengamatan yang bisa mewakili
pendugaan kepadatan. Setelah menetapkan vegetasi yang akan dihitung, pengamat harus
menetapkan ukuran dan bentuk kuadrat yang akan digunakan. Pada umumnya bentuk sample
yang digunakan adalah persegi panjang, persegi, dan lingkaran.
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan
metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai
suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah
sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Sistem Analisis dengan metode kuadrat:
Menurut Anonim (2009b) kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu
populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk
variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat
adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan.
Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat
(N), biasanya dalam persen (%) (Syafei, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang
ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks
nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative
dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan
frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat
dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki
harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi
tersebut (Syafei, 1990).

BAHAN DAN METODE

Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah tali rafia untuk pembatas petak atau
plot, pasak kayu, meteran, buku identifikasi, pena serta hutan yang menjadi tempat analisis
vegetasi.
Analisis vegetasi dilakukan dengan menarik tali sepanjang 100 meter, kemudian
dibuat plot/petak dengan ukuran 10 x10 meter sebanyak 10 plot. Plot dibuat secara berselang
seling. Setiap kelompok praktikan menangani 2 plot. Dicatat spesies apa saja yang ditemukan
dan dilakukan pengukuran terhadap keliling dari pohon yang ada didalam tiap plot tersebut,
bila perlu ambil daun dari spesies yang tidak diketahui namanya, untuk disesuaikan dengan
spesies dari plot lain. Dikumpulkan data jumlah dan diameter keliling batang dari spesies
yang ditemukan untuk smua plot. Setelah data terkumpul, maka dilakukan perhitungan untuk
mengetahui kerapatan mutlak spesies, kerapatan relatif, frekuensi mutlak spesies, frekuensi
relatif, dominasi mutlak spesies, dominasi relatif, indeks nilai penting serta perbandingan
nilai penting.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan analisis dengan metode kuadrat, jumlah spesies yang ditemukan
adalah 18 spesies, dengan jumlah 39 pohon. Spesies yang diketahui namanya hanya spesies
Karet (Hevea sp) dan spesies Pulai (Alstonia sp), sedangkan 16 spesies lainnya tidak
diketahui maka nama spesies itu disimbolkan dengan huruf dari A hingga P. Spesies A adalah
spesies dengan jumlah terbanyak, yaitu 10 pohon yang tersebar pada plot 1,2 dan 8.
Menurut Waiver dan Demeats (1980) dalam Yuni (2009) bahwa metode kuadran
adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel
uniknya. Ukuran yang digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter
anti meter. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan
di dalam area kuadran. Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan batasan individu
tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan criteria
tertentu (kelas kerapatan).
Dari hasil analisis, diketahui bahwa spesies yang paling banyak tersebar adalah
spesies A dengan jumlah 10 pohon tersebar pada 4 plot dan spesies B dengan jumlah 5 pohon
tersebar pada 4 plot. Pada percobaan ini, selain menghitung jumlah spesies dalam plot,
tumbuhan yang ditemukan juga diukur keliling nya. Dari keliling tersebutlah kemudian
dicari, diamater dan jari-jarinya, dengan rumus:
k k
D= dan r=
π 2π
Pada tabel hasil pengamatan dapat dilihat, jari-jari batang tumbuhan yang ditemukan pada
analisis ini, spesies O mempunyai keliling terbesar yaitu sebesar 180 cm, dan jari-jarinya
adalah 28,66 cm. Dari semua spesies yang ada yaitu dengan jumlah 39 tumbuhan diketahui
rata-rata jari-jarinya adalah 11 cm.
Dengan diketahui jari-jari kemudian di cari luas dari batang tumbuhan dengan rumus:
L = π . r2
Setelah itu, kemudian dicari luas bidang dasar spesies dengan cara menjumlahkan luas batang
tumbuhan yang merupakan satu spesies. Dari analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa
spesies A mempunyai bidang dasar yang paling besar yaitu 3517,88 cm 2, setelah itu ada
spesies B dengan luas bidang dasar sebesar 3073,58 cm 2. Kedua spesies ini mempunyai
bidang dasar yang besar dikarenakan jumlah tumbuhan nya lebih banyak dari spesies lainnya,
spesies A berjumlah 10 dan spesies B berjumlah 5 tumbuhan. Selain itu, luas bidang dasar
juga dipengaruhi besarnya diameter batang, seperti tumbuhan spesies O, hanya ada satu
tumbuhan namun luas bidang dasarnya cukup besar yaitu 2579,18 cm2, jadi semakin besar
diameter batang yang ada dalam spesies maka semakin besar pula luas bidang dasarnya.
Setelah diperoleh data jumlah dan diameter batang tumbuhan yang telah dianalisis,
kemudian dicari kerapatan spesies yang ada di area tersebut. Kerapatan adalah jumlah individu
suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah
individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerapatan dapat dicari dengan
rumus berikut :
Jumlah Individu suatu jenis
Kerapatan Mutlak (KM) =
Luas contoh (ha)
Pada lampiran dapat dilihat, bahwa kerapatan terbesar ada pada spesies A. Dengan jumlah
total 39 pohon dan luas area analisis 100 x 10 meter atau 0,1 ha, jumlah pohon spesies A
adalah 10, maka kerapatannya pun sebesar 100 pohon / ha. Hal ini lebih besar dibandingkan
spesies lain. Spesies B kerapatannya adalah 50 pohon /ha. Sedangkan spesies lain,
kerapatannya lebih kecil yaitu 40 pohon / ha untuk spesies G, 30 pohon / ha untuk spesies F,
20 pohon /ha untuk spesies D, K, O, P dan pulai, dan sisa spesies lain kerapatannya hanya 10
pohon / ha. Setelah itu, kemudian dicari kerapatan relatif untuk tiap spesies, kerapatan relatif
ini dicari dengan menggunakan rumus berikut :
Kerapatan suatu jenis
Kerapatan Relatif (KR) =
x 100 %
Kerapatan seluruh jenis

Dari rumus itu , maka dicari kerapatan relatif dengan cara mencari persentase kerapatan
mutlak suatu jenis dari kerapatan mutlah seluruh jenis. Kerapatan mutlak seluruh jenis
diperoleh dengan cara menjumlahkan kerapatan mutlak seluruh spesies. Sama dengan
kerapatan mutlak, kerapatan relatif yang terbesar juga ada pada spesies dengan besar
kerapatan 25,6 %, kerapatan relatif terbesar kedua juga ada pada spesies B yaitu sebesar 12,8
%, sedangkan kerapatan terbesar berikutnya adalah spesies G 10,2 %.
Pada analisis vegetasi ini juga dicari frekuensi spesies yang ada pada seluruh petak
atau plot. Frekuensi untuk tiap spesies ini dicari dengan rumus berikut:
Jumlah Plot Terisi Suatu spesies

Frekuensi Mutlak (FM) =


Jumlah seluruh petak

Jumlah seluruh petak yang ada yaitu sebanyak 10 petak, dengan membagikan jumlah petak
yang terisi suatu spesies maka diperolehlah frekuensi mutlak suatu spesies. Pada tabel
pengamatan yang ada pada lampiran dapat dilhat bahwa spesies A dan B mempunyai
frekuensi mutlak terbesar yaitu 0,4. Hal ini karena spesies A dan B tersebar di 4 plot dari 10
plot yang ada.
Selain frekuensi mutlak, dicari juga frekuensi relatif untuk tiap spesies. Menurut
Syafei (1990) frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat
(N), biasanya dalam persen (%). Frekuesi relatif dicari dengan rumus berikut:
Frekuensi suatu jenis
Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %
Frekuensi Seluruh Jenis

Seperti halnya pada frekuensi mutlak, pada frekuensi relatife spesies A dan spesies B
mempunyai juga mempunyai nilai frekuensi relative lebih besar dari spesies lain, nilai
frekuensi relative spesies A dan B sama yaitu 10,25 %. Dari analisis yang telah dilakukan
dapat dilihat bahwa besarnya frekuensi ini tidak dipengaruhi oleh jumlah tumbuhan yang
ditemukan , tetapi dipengaruhi banyaknya sebaran untuk tiap spesies atau jumlah plot yang
ditumbuhi oleh suatu spesies. Semakin banyak plot yang ditumbuhi oleh suatu spesies berarti
semakin besar pula frekuensi (penyebarannya).

Luas bidang dasar suatu jenis


Dominasi Mutlak (DM) =
Luas contoh (ha)

Dominasi suatu jenis


Dominasi Relatif (DR) = x 100
%
Dominasi seluruh jenis

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk atau
struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan
2. Metode kuadrat adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi
panjang sebagai tempat pengambilan sampelnya
3.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009 b. Analisis Vegetasi. http://mei-smart.blogspot.com/2009/10/analisis- vegetasi.html.
diakses tanggal 10 januari 2010. Jambi
Anonim. 2009a. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat. http://biologi08zone.blogspot.
com/2009/06/analisis- vegetasi-metode –kuadrat. html. Diakses tanggal 10 januari 2010.
Jambi

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Yuni. 2009. Metode Kuadrat dan Metode Garis. http://biologi-yunniebio .blogspot.com
/2009/12/metode-kuadrat-dan-metode-garis.html. Diakses tanggal 10 januari 2010. Jambi

Anda mungkin juga menyukai