Anda di halaman 1dari 7

UTS PRAKTIK PROFESIONALISME KEBIDANAN

Oleh :

Desak Putu Suwik Wijayanti


NIM: 22089153019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA KEBIDANAN ANGKATAN 7

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022
Praktek profesional Bidan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
pelayanan / Asuhan kepada klien dengan pendekan manajemen secara professional Memiliki
keterampilan dan kecakapan yang diperoleh dari program pendidikan bidan. Memiliki
persyaratan yang telah dibakukan oleh Organisasi Profesi (IBI) dan Pemerintah. Diakui oleh
masyarakat dan selalu memperhatikan kewenangan, peran dan fungsi serta tanggung
jawabnya  sebagai bidan. Memperhatikan kompetensi bidan,. Mematuhui etika dan kode etik
profesi, dan menjalankan praktiknya sesuai dengan standar pelayanan dan standar pelayanan
dan standar praktik bidan.. Dalam menjalankan praktik profesionalnya harus sesuai dengan
kewenangan yang diberikan. Dalam menjalankan praktik profesionalnya harus menghormati
hak pasien, memperhatikan kewajiban bidan, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani,
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan dan melakukan medical record dengan
baik.. Dalam menjalankan praktik profesionalnya bidan wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan.

Bidan merupakan jabatan profesional. Berdasarkan syarat-syarat profesional, maka


bidan telah memiliki persyaratan dari Bidan sebagai jabatan profesional: Memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis, Melalui jenjang pendidikan
yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional, Keberadaannya diakui dan diperlukan
oleh masyarakat, Memiliki kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah,
Memiliki peran dan fungsi yang jelas, Memiliki peran dan fungsi yang jelas, Memiliki
kompetensi yang jelas dan terukur, Memiliki organisasi profesi sebagai wadah, Memiliki
kode etik kebidanan, Memiliki standar pelayanan,  Memiliki standar praktek, Memiliki
standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan profesi sesuai kebutuhan pelayanan,
Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi,
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, maka bidan merupakan jabatan
profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaiti jabatan Struktural dan Jabatan
Fungsional. Jabatan Struktural adalah Jabatan structural adalah jabatan yang secara tegas ada
dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan Jabatan fungsional adalah jabatan
yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan
negara. Selain fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga
berorientasi kualitatif. Dalam konteks ini, jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional
dengan demikian, adalah wajar jika bidan mendapatkan tunjangan fungsional.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam
memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun
pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
a. Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian,
analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b. Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan
anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
individu, keluarga dan masyarakat.

c. Menurut Helen Varney (1997)


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan- penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih
kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan.
Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5
langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan
evaluasi.

Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi,
dan melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu mendeteksi
dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan
kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan
peran dan fungsi dari focus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak
balita bergeser kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis
yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan
ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan suatu
tantangan bagi bidan. Asuhan yang diberikan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat,
jelas, logis dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian.
Dokumentasi sangat penting artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima
pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah
dilaksanakan. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada
klien memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari
gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara definitive,
asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu
ibu atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan
untuk mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia
sejahtera. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan pendekatan yang
disebut manajemen kebidanan. Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu
adalah:
1. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan
objektif dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.
2. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul
(potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
3. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
4. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
5. Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat
keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak
lanjut. Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan
tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi
serta penelitian (Riny Natalina, 2019: 13).

Sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,


tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan /atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pada Pasal
23 disebutkan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah. Bidan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik
secara mandiri maupun di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.
Dalam hal ini pemerintah diwakili oleh Dinas Perijinan Terpadu Satu Pintu.
Pemberian kewenangan kepada bidan yang sudah memenuhi syarat tertentu diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan. Bagi bidan yang sudah di berikan izin oleh pemerintah harus
menjalankan kewenangannya untuk melaksanakan pekerjaannya secara profesional, sebab
seorang tenaga kesehatan dalam melakukan pekerjaannya, selalu dituntut untuk sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur tindakan medik. Oleh karena itu bagi profesi
kesehatan khususnya bidan harus memahami norma dan aturan yang berlaku di profesinya.
Pada pasal 18 disebutkan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pada Pasal 19 disampaikan lebih detail tentang pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
Pada Pasal 21, dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan:
a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
dan
b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan
Pada Pasal 25, kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah
kulit;
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu;
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;
d. Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;
e. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit
lainnya

Kompetensi bidan diatur dalam Kepmenkes 369 Tentang Standar Profesi Bidan
Tahun 2007. Pelayanan kebidanan di Poli KIA Puskesmas Buleleng III sudah sesuai
dengan kompetensi bidan, yaitu:
a. Kompetensi ke 1
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ifmu-ifmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan
yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan
keluarganya
b. Kompetensi ke-3
Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan
dari komplikasi tertentu
c. Kompetensi ke-5
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan
tanggap terhadap budaya setempat
d. Kompetensi ke – 7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
dan balita sehat (1 bu/an - 5 tahun).
e. Kompetensi ke – 9
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita, ibu dengan gangguan sistem
reproduksi

Pelayanan kebidanan di Poli KIA Puskesmas Buleleng III sudah sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan, yaitu:
a. Pelayanan ibu hamil yang diberikan memenuhi kriteria 10 T
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
2. Ukur tekanan darah,
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA),
4. Ukur tinggi puncak rahim(fundus uteri),
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin(DJJ),
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid (TT) bila
diperlukan,
7. Pemberian tablet darah minimal 90 tablet selam kehamilan,
8. Tes laboratorium (tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan golongan
darah, pemeriksaan protein urine),
9. Tata laksana kasus sesuai kewenangan, dan
10. Temu wicara.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi
Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30-
59 tahun

Anda mungkin juga menyukai