Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU ETIKOLEGAL

Nama : Nabilah Nadia Rahma


NIM : 2114315401013
Prodi : D3 Kebidanan
Matkul : Etikolegal

ASPEK HUKUM PRAKTEK KEBIDANAN


1. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang standar profesi bidan.
Bidan sebagai profesi yang terus berkembang, senantiasa mempertahankan
profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Profesionalitas terkait erat dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesional
(kompetensi profesional). Bidan profesional yang dimaksud harus memiliki kompetensi klinis
(midwifery skills), sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan advokasi dan pemberdayaan
dalam mencari solusi dan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan, keluarga dan
masyarakat.
Standar Kompetensi Bidan terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari
gambaran tugas, peran, dan fungsi Bidan. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang
disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen
kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan.
Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi:
(1) Etik legal dan keselamatan klien
(2) Komunikasi efektif
(3) Pengembangan diri dan profesionalisme
(4) Landasan ilmiah praktik kebidanan
(5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
(6) Promosi kesehatan dan konseling
(7) Manajemen dan kepemimpinan
Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
 Daftar Istilah
1. Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan,
persalinan, pasca persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah,
termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.
2. Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan
telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik Kebidanan.
3. Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi,
dan/atau rujukan.
4. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam
bentuk asuhan kebidanan.
5. Asuhan Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat Kebidanan.
6. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan Bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis kebidanan, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
7. Masalah adalah informasi yang didapatkan dari klien dan keluarga atau profesi kesehatan lain
yang menjadi acuan dalam melakukan penelusuran melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
8. Pengkajian adalah pengumpulan semua data yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien/klien secara holistik meliputi biopsikososio,
spritual dan kultural. Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesis; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya) dan data obyektif (hasil
pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang).
9. Diagnosis Kebidanan adalah kesimpulan hasil analisis data yang diperoleh dari pengkajian
secara akurat dan logis yang dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
10. Perencanaan adalah rencana tindakan yang disusun Bidan berdasarkan diagnosis kebidanan
mulai dari tindakan segera, tindakan antisipasi dan tindakan komperehensif melibatkan klien
dan/atau keluarga, mempertimbangkan kondisi psikologi dan sosial budaya klien/keluarga,
tindakan yang aman (safety) sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based
serta mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang
ada.
11. Implementasi adalah pelaksanaan tindakan kebidanan berdasarkan rencana yang diberikan
secara komperehensif, efektif, efisien dan aman (safety) kepada klien, dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, baik secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
12. Evaluasi adalah penilaian secara sistematis dan berkesinambungan terhadap efektifitas
tindakan dan asuhan kebidanan yang telah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien, dilakukan sesuai standar dan segera setelah melaksanakan asuhan, dicatat dan
dikomunikasikan kepada klien dan/atau keluarga serta segera ditindak lanjuti.
13. Pencatatan adalah pencatatan asuhan secara lengkap, akurat, singkat, jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan, ditulis dalam bentuk catatan perkembangan/Subjective, Objective,
Assessment and Plan (SOAP) Notes.
14. Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien bayi
baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa
kehamilan masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, masa klimakterium,
pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
15. Asuhan Kebidanan Esensial adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien bayi baru
lahir (neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
dan pelayanan keluarga berencana.
16. Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi Bidan
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan pelayanan kebidanan
pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil,
masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, pelayanan
keluarga berencana, masa klimakterium, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta
keterampilan dasar praktik klinis kebidanan.
17. Kompetensi Ahli Madya Kebidanan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan
Pendidikan Diploma Tiga Kebidanan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
memberikan Pelayanan Kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, pelayanan keluarga berencana, dan
keterampilan dasar praktik klinik kebidanan.
18. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang pelayanannya dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
19. Klien adalah perseorangan, keluarga, atau kelompok yang melakukan konsultasi kesehatan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan secara langsung maupun tidak langsung
oleh Bidan.
20. Tempat Praktik Mandiri Bidan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh bidan lulusan pendidikan profesi untuk memberikan pelayanan langsung kepada klien.
21. Organisasi Profesi Bidan yang selanjutnya disebut Organisasi Profesi adalah wadah untuk
berhimpun para Bidan.
KESIMPULAN;
Standar Kompetensi Bidan ini dapat menjadi acuan dan landasan bagi Bidan dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan kebidanan yang
terstandar di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Selain hal tersebut di atas, standar ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam merancang dan melaksanakan program pendidikan kebidanan
baik Pendidikan Diploma III Kebidanan maupun Pendidikan Profesi Bidan. Standar ini juga
digunakan sebagai acuan dalam melakukan penilaian kompetensi bidan. Agar penyelenggaraan
pelayanan dan pendidikan kebidanan dapat berjalan sesuai standar maka diperlukan adanya
persamaan persepsi dan pemahaman terhadap standar kompetensi ini. Untuk pemanfaatan
Standar Kompetensi Bidan ini diperlukan adanya dukungan kebijakan dari berbagai pihak dalam
sosialisasi, implementasi, monitoring dan evaluasi pada setiap fasilitas pelayanan kesehatan serta
Institusi Penyelenggara Pendidikan Kebidanan.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan

 Ketentuan Umum Kebidanan


Kebidanan, dalam memberikan pelayanan sama halnya dengan bidan yaitu pelayanan
yang diberikan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan,
pasca persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, balita, dan anak prasekolah,termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
Pelayanan yang diberikan ini merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan baik secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Sebelum seorang bidan
dapat memberikan pelayanan kebidanan yang berupa asuhan kebidanan yaitu pelayanan yang
berkesinambungan dan menyeluruh, dimana pada proses pengambilan keputusan serta tindakan
yang dilakukan sesuai dengan ruang lingkup dan berdasar ilmu juga kiat kebidanannya. Bidan
merupakan seorang perempuan yang telah menyelesaikan program penddidikan kebidanan baik
dalam negeri maupun luar negeri yang diakui secara sah oleh pemerintah pusat dan telah
memenuhi syarat untuk melakukan praktik. Uji kompetensi dilakukan untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku seseorang. Selain itu, uji kompetensi juga dilakukan
kepada seorang bidan. Bidan yang lulus uji kompetensi akan diberikan surat pengakuan tehadap
kompetensi bidan tersebut. Ketika bidan sudah memiliki sertifikat kompetensi, maka bidan dapat
diakui sebagai bidan yang kompeten yaitu bidan yang memiliki kemampuan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang baik. Sedangkan sertifikat profesi merupakan surat tanda
pengakuan untuk melakukan praktik kebidanan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
Setelah memiliki sertifikat kompetensi selanjutnya bidan melakukan registrasi yaitu bentuk
pencatatan resmi sehingga memiliki pengakuan secara hukum untuk mejalankan praktik
kebidanan. Selanjutnya bidan tersebut akan diberikan STR (Surat Tanda Registrasi) sebagai
bukti tertulis yang diberikan konsil kebidanan kepada bidan yang telah teregistrasi. Seorang
bidan yang akan mendirikan praktik kebidanan harus memiliki SIPB (Surat Izin Praktik Bidan)
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. Fasilitas praktik kebidanan ini
sebagaimana dimaksud berupa tempat atau alat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Bidan Warga Negara Asing adalah bidan yang
berstatus bukan Warga Negara Indonesia. Organisasi Profesi Bidan adalah wadah yang
menghimpun bidan secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Konsil Kebidanan yang selanjutnya disebut Konsil adalah bagian dari
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang tugas, fungsi, wewenang, dan keanggotaannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wahana Pendidikan Kebidanan adalah
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan
Kebidanan. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom, Menteri
adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Penyelenggaraan kebidanan berdasarkan perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, perlindungan serta keselamatan klien.
 Pendidikan Kebidanan
Pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan
akademik meliputi program sarjana, magsiter dan doktor. Sebagai bidan jika sudah
menyelesaikan pendidikan di tingkat akademik maka bisa melanjutkan program pendidikan
profesi. Pendidikan vokasi yaitu pendidikan bidan dengan lulusan D3 profesi yaitu program
lanjutan dari program pendidikan setara sarjana atau program sarjana. Pendidikan bidan
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau
masyarakat yang telah memenuhi syarat undang-undang yang harus menyediakan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan Kebidanan. Penyelenggara pendidikan
kebidanan hanya dapat menerima mahasiswa dengan kuota nasional yang didasarkan pada
kebutuhan bidan di daerah masing-masing. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
kebidanan harus memiliki dosen dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dosen pendidikan kebidanan melakukan pendidikan, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, dan pelayanan kesehatan. Tenaga pendidik atau dosen boleh
berasal dari PNS maupun non PNS. Mahasiswa Kebidanan pada akhir masa pendidikan vokasi
harus mengikuti Uji Kompetensi yang merupakan syarat kelulusan. Uji Kompetensi
diselenggarakan sesuai peraturan perundang-undangan oleh perguruan tinggi dan bekerjasama
dengan organisasi profesi. Uji Kompetensi ditujukan untuk mencapai standar kompetensi bidan
yang disahkan oleh menteri. Setelah mahasiswa lulus dari Uji Kompetensi maka akan
mendapatkan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
 Registrasi dan Izin Praktek
Jika seorang bidan ingin menjalankan praktik kebidanan maka ia wajib memiliki STR
(Surat Tanda Register) yang diberikan oleh Konsil kepada Bidan yang telah memenuhi syarat
tertentu, masa berlaku STR ini hanya 5 tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi
persyaratan. Konsil harus menerbitkan STR paling lama 30 hari kerja terhitung sejak pengajuan
STR diterima. Untuk menjalakan praktik, Bidan juga wajib memiliki izin praktek yang disebut
SIPB (Surat Izin Praktik Bidan) yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota.
SIPB didapatkan dengan cara bidan harus memiliki STR dan tempat praktik. SIPB sendiri
berlaku apabila STR masih berlaku dan bidan berpraktik di tempat yang tercantum dalam SIPB.
Seorang Bidan memiliki paling banyak 2 SIPB yang berlaku di Tempat Praktik Mandiri Bidan
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan selain di Tempat Praktik Mandiri Bidan. SIPB tidak akan
berlaku apabila bidan meninggal dunia, habis masa berlakunya, dicabut berdasarkan peraturan,
dan permintaan sendiri. Bidan yang tidak menjalankan praktek sesuai dengan SIPB maka akan
dikenakan sanksi berupa teguran tertuklis, penghentian kegiatan atau pencabutan izin. Setiap
bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan menjalankan praktik kebidanan di
Indonesia wajib memiliki STR dan SIPB yang diperoleh setelah mengikuti evaluasi kompetensi
berupa penilaian kelengkapan administrasi dan penilaian kemampuan melakukan praktik
kebidanan. Evaluasi kompetensi yang dilakukan adalah penilaian kelengkapan administratif dan
penilaian kemampuan melakukan praktik kebidanan. Rekognisi pembelajaran lampau. Rekognisi
pembelajaran lampau dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan Registrasi ulang untuk Bidan yang lulus pendidikan sebelum Tahun 20l3
melampirkan ijazah.
KESIMPULAN;
Bidan Lulus Diploma Tidak Boleh Praktik Mandiri. Berdasarkan UU No. 4 tahun 2019,
untuk dapat berpraktik mandiri, bidan wajib mengambil pendidikan profesi. Hal ini wajib
dilakukan baik oleh bidan dengan pendidikan akademik, maupun pendidikan vokasi.

3. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017 tentang izin
dan penyelanggaraan praktik bidan

 Ketentuan Umum
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam
bentuk asuhan kebidanan.
3. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik kebidanan.
5. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan
yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
6. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan di Indonesia.

 Perijinan
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki kualifikasi jenjang
pendidikan diploma tiga kebidanan.
1. Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya. STRB
yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB. Bidan hanya dapat
memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.

 Penyelenggaraan Keprofesian
(1) Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
(2) Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Praktik
Mandiri Bidan.
(3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. klinik;
b. puskesmas;
c. rumah sakit; dan/atau
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:


a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayananberdasarkan:
a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan
b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari dokter.

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban untuk:


a. menghormati hak pasien;
b. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan;
c. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat waktu;
d. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
e. menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;
f. melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang diberikan secara
sistematis;
g. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional;
h. melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Praktik Kebidanan termasuk
pelaporan kelahiran dan kematian; pemberian surat rujukan dan surat keterangan
kelahiran;
j. meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak:


a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan pelayanannya sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya;
c. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan; dan
d. menerima imbalan jasa profesi.

 Pencacatan dan Laporan


(1) Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke puskesmas wilayah tempat
praktik.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan disimpan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan bagi Bidan yang
melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan selain Praktik Mandiri Bidan.

 Ketentuan Peralihan
(1) Praktik Mandiri Bidan yang telah terselenggara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan tetap dapat
menyelenggarakan pelayanan sampai habis masa berlakunya izin.
(2) Praktik Mandiri Bidan yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, harus
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri
ini diundangkan.
(3) Proses permohonan SIPB baru atau perpanjangan SIPB yang telah memenuhi persyaratan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, dan diajukan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap
diproses berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010.
(4) Bidan desa yang telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, dan tempat
praktiknya di desa/kelurahan belum mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri ini, harus
menyesuaikan diri paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
KESIMPULAN;
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki kualifikasi jenjang
pendidikan diploma tiga kebidanan.
 Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya.
STRB diperoleh setelah Bidan memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan STRB berlaku selama 5 (lima) tahun.
 Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB. SIPB diberikan
kepada Bidan yang telah memiliki STRB SIPB berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan SIPB berlaku selama STR Bidan masih berlaku, dan dapat Sdiperpanjang
selama memenuhi persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai