Anda di halaman 1dari 46

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR LAMA KB


SUNTIK 1 BULAN DI PMB “X”
KOTA MALANG

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

NABILAH NADIA RAHMA


NIM : 2114315401013

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI
JANUARI, 2024
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR LAMA KB
SUNTIK 1 BULAN DI PMB “X”
KOTA MALANG

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

NABILAH NADIA RAHMA


NIM : 2114315401013

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI
JANUARI, 2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA) ini diajukan oleh :


Nama : Nabilah Nadia Rahma
NIM : 2114315401013
Program Studi : D3 Kebidanan
Judul : Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik
1 Bulan Di PMB “X” Kota Malang

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Proposal Laporan Tugas
Akhir Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKes Maharani

Ditetapkan di Malang
Hari/Tanggal :

Pembimbing

Evi Dwi Prastiwi, SST, M.Kes


NIDN. 0701048701
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA) ini diajukan oleh :


Nama : Nabilah Nadia Rahma
NIM : 2114315401013
Program Studi : D3 Kebidanan
Judul : Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik
1 Bulan Di PMB “X” Kota Malang

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Laporan Tugas Akhir
Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKes Maharani

Ditetapkan di Malang
Hari/ Tanggal :

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota

Mengetahui,
Ketua STIKes Maharani

Reni Tri Ferbiani, S.ST, M.Kes


NIDN.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA) ini diajukan oleh :


Nama : Nabilah Nadia Rahma
NIM : 2114315401013
Program Studi : D3 Kebidanan
Judul : Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik
1 Bulan Di PMB “X” Kota Malang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa studi kasus yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan studi kasus ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang,
Yang membuat pernyataan,
Tanda tangan

Nabilah Nadia Rahma


NIM. 2114315401013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat-
Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang dilaksanakan di
PMB Kota Malang sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli
Madya Kebidanan pada Program Studi D3 Kebidanan STIKes Maharani. Dalam
hal ini, penulis banyak mandapat bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Reny Tri Febriani, S.ST, M.Kes selaku Ketua STIKes Maharani.
2. Evi Dwi Prastiwi, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan serta
sebagai pembimbing sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
3. Orang tua tercinta dan keluarga yang selalu memberikan doa dan
dukungan hingga terselesainya Laporan Tugas Akhir.
4. Seluruh teman-teman Prodi D3 Kebidanan STIKes Maharani khususnya
angkatan 2021 yang saling memberikan doa, semangat dan motivasi
selama perkuliahan hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi
kita semua Amin.

Penulis

Nabilah Nadia Rahma


2114315401013
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...........................................................................................


Halaman Persetujuan.....................................................................................
Halaman Pengesahan ....................................................................................
Pernyataan Keaslian Tulisan .........................................................................
Halaman Logo ...............................................................................................
Kata Pengantar ..............................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................
Daftar Gambar...............................................................................................
Daftar Tabel ..................................................................................................
Daftar Lampiran ............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Batasan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................
1.4 Manfaat ..................................................................................................
1.4.1 Manfaat Teoritis ..........................................................................
1.4.2 Manfaat Praktis ...........................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI ........................................................................
2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana .......................................................
2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi ....................................................................
2.3 Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik 1 Bulan ...........................................
2.4 Konsep Dasar ABPK Ber-KB ...............................................................
2.5 Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Dengan Metode SOAP
...............................................................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN ...............................................................
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................
3.2 Kerangka Kerja ......................................................................................
3.3 Kriteria Subjek Penelitian Asuhan Kebidanan .....................................
3.4 Lokasi dan Waktu Penyusunan .............................................................
3.5 Instrumen Pengumpulan Data ...............................................................
3.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................................
3.7 Prosedur Pengumpulan Data .................................................................
3.8 Etika Penyusunan Laporan Tugas Akhir ...............................................
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................


Gambar 3.2 Kerangka Kerja .........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penyusunan Laporan Tugas Akhir ..............................


Lampiran 2 : Tabel Asuhan Kebidanan KB Suntik1 Bulan ..........................
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi ..................................................................
DAFTAR SINGKATAN

ABPK : Alat Bantu Pengambilan Keputusan


AKI : Angka Kematian Ibu
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
KIE : Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
MDG’s : Millenium Development Goals
MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PUP : Pendewasaan Usia Perkawinan
PUS : Pasangan Usia Subur
SUPAS : Survey Penduduk Antar Sensus
TFR : Total Fertility Rate
WHO : World Health Organization
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga berencana merupakan upaya penggunaan alat kontrasepsi
untuk mengurangi atau merencanakan jumlah dan lamanya kehamilan yang
akan datang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa
keluarga berencana adalah suatu kegiatan yang dapat membantu pasangan
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan dan memiliki anak yang benar-
benar diinginkan dengan menentukan jumlah anak yang akan dilahirkan, serta
jarak dan waktu kehamilan juga berdasarkan waktu kelahiran usia pasangan
(WHO, 2018).
Kontrasepsi memiliki cara kerja berbeda-beda, namun tujuan
umumnya adalah untuk mencegah ovulasi, melumpuhkan sperma, atau
mencegah bertemunya sel telur dan sperma yang berujung pada kehamilan.
Dengan demikian, gerakan KB memberikan kebebasan lebih kepada
masyarakat untuk bertindak sesuai keinginan, selera, kepuasan, dan
kemandiriannya (Evitasari et al., 2019).
Menurut Pusat Kajian Anggaran Republik Indonesia, Angka
Kematian Ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup) cenderung menurun dari
390 pada tahun 1991 menjadi 230 pada tahun 2020, atau terjadi penurunan
sebesar 1,80% setiap tahunnya. Meskipun angka kematian mengalami
penurunan, namun AKI belum mencapai target MDGS 2015 yaitu 102 dan
target SDGs 2030 yaitu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup (Alvaro,
2021).
Angka kematian ibu terkait dengan cakupan Keluarga Berencana
nasional masih berada pada angka 60%. AKI merupakan angka kematian ibu
pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (Ernawati et al., 2022).
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi secara global, sebanding
dengan negara-negara miskin seperti Bangladesh, India, Pakistan dan lain-
lain. Pada tahun 2017, angka kematian masih berkisar antara 259 hingga 305
per 100.000 kelahiran, jauh dari target sebesar 102 per 1.000 kelahiran.
Perilaku reproduksi yang mendorong AKI dalam hal ini adalah 4T: kehamilan
terlalu banyak, terlalu berdekatan, terlalu muda, dan terlalu tua.
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menyebutkan
bahwa angka harapan hidup saat lahir penduduk Indonesia terus meningkat
seiring dengan angka kematian bayi sebagai dampak dari pencapaian target
SDGs pada tahun 2030. Pada tahun 2015, angka harapan hidup saat lahir
sebesar 72,51% dan kemungkinan akan meningkat menjadi 75,47% pada
tahun 2045. Mengingat tingkat pertumbuhan di Indonesia yang sangat tinggi,
salah satu cara untuk menurunkannya adalah dengan melaksanakan program
Keluarga Berencana (KB) pemerintah. Pengurangan jumlah penduduk di
Indonesia sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan jumlah penduduk
(Badan Pusat Statistik, 2021).
Target cakupan pelayanan KB yang terangkum dalam arah sukses
program Millenium Development Goals (MDG’s) oleh Pemerintah Indonesia
adalah sebesar 70%. Tujuan utama pelaksanaan program KB adalah untuk
menurunkan jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ingin melakukan KB,
namun pelayanan KBnya tidak terpenuhi (unmet need) menjadi kurang lebih
6,5%, dimana tujuannya adalah 8,3%, meningkatkan partisipasi laki-laki
dalam penyelenggaraan KB dari 7,5% menjadi sekitar 8%. Data hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2017, TFR tetap
sebesar 2,6 anak per perempuan dan pada tahun 2018 angka kelahiran total
(TFR) menurun menjadi 2,4% per perempuan (Yanti dan Lamaindi, 2021).
Berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2022, hasil pendataan BKKBN
menunjukkan angka prevalensi PUS pada peserta KB di Indonesia pada tahun
2022 sebesar 59,9%. Mayoritas akseptor memilih metode kontrasepsi
modern: suntikan sebanyak 61,9%, disusul pil sebanyak 13,5%. Hal ini terjadi
setiap tahunnya dan peserta KB lebih memilih metode kontrasepsi jangka
pendek dibandingkan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Kemudian
implan 10,6%, IUD 7,7%, MOW 3,8%, kondom 2,3%, MOP 0,2%, MAL
0,0%. Berdasarkan data tersebut, pola pemilihan jenis alat kontrasepsi,
sebagian besar masyarakat aktif KB memilih suntik sebagai alat kontrasepsi
dibandingkan yang lain. Namun dibandingkan dengan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP), KB suntik merupakan metode kontrasepsi jangka
pendek dan kurang efektif dalam menunda dan mengakhiri kehamilan. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2022).
Berdasarkan data kesehatan Provinsi Jawa Timur ditemukan bahwa
capaian cakupan KB aktif di 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Pamekasan,
Kabupaten Sampang, Kabupaten Pacitan, Kota Probolinggo, Kota Malang
dan Kabupaten Banyuwangi masih di bawah target (70%). Hal ini disebabkan
karena banyak peserta KB aktif yang menggunakan metode jangka pendek,
sehingga angka putus dropout akan tinggi (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur, 2022)
Menurut Dinas Kesehatan Kota Malang, pada tahun 2022 jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Malang sebanyak 150.343 PUS dan
jumlah peserta KB aktif sebanyak 100.650 orang. Dari jumlah tersebut,
peserta KB aktif paling banyak menggunakan KB suntik yakni 57.876,
disusul pil - 14.580, IUD - 16.221, implan - 4.860, MOU - 4.072, kondom -
3.011 dan 30 MOP. Capaian Dinas Kesehatan Kota Malang Tahun 2022
Puskesmas Bareng memiliki jumlah peserta KB aktif terbanyak yakni sebesar
76,6% (Dinas Kesehatan Kota Malang, 2022).
Efek samping yang paling sering dialami oleh mereka yang menerima
suntik 1 bulan antara lain perubahan pola menstruasi, sakit kepala, mual,
penurunan berat badan, dan penambahan berat badan akibat hormon
progesteron (Setyoningsih, 2020). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Muayah (2022), diketahui bahwa dari 53 responden yang
melakukan suntik KB 1 bulan mayoritas mengalami stres ringan, sebanyak 41
responden (77,4%) disebabkan oleh penambahan berat badan pada KB
sebesar 1 bulan. bulan. bulan. pengguna injeksi. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian Rufaridah (2020), menemukan bahwa selisih rata-rata antara pre-
test dan post-test alat kontrasepsi suntik selama 1 bulan adalah 3,71 kg/m 2,
artinya ada pengaruh terhadap perubahan berat badan pada ibu hamil
kelompok yang menerimanya. yang menggunakan kontrasepsi suntik selama
sebulan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Hidayah (2021), didapatkan rata-
rata pertambahan berat badan masyarakat yang memakai KB suntik dalam 1
bulan dengan jumlah akseptor 30 orang, dari berat badan sebelum sampai
dengan berat badan sesudahnya diperoleh rata-rata pertambahan berat badan
sebesar 1,3 kg.
Dalam sebuah penelitian Indriani (2019), menjelaskan bahwa
penggunaan alat kontrasepsi suntik selama 1 bulan akan menimbulkan
masalah jangka panjang, salah satunya menyebabkan penambahan berat
badan. Menurut Suratun (2020), dalam penelitiannya menyatakan bahwa
hormone progesteron meningkatkan nafsu makan dan menurunkan aktivitas
fisik, sehingga penggunaan alat kontrasepsi selama 1 bulan dapat
menyebabkan penambahan berat badan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sutriani (2019), yang menyatakan bahwa kenaikan berat badan mungkin
disebabkan oleh asupan energi yang melebihi kebutuhan tubuh, yang
biasanya dialami oleh orang yang kurang berolahraga atau kurang aktivitas
fisik. Akibatnya energi yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar atau
digunakan dan kemudian disimpan sebagai lemak.
Dampak efek samping penggunaan KB suntik selama 1 bulan jika
tidak segera ditangani dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit, menurunnya aktivitas yang berhubungan
dengan kemampuan melakukan pekerjaan fisik dan perubahan siklus ovulasi.
Selain itu, akseptor yang mengalami kenaikan berat badan seringkali
mempunyai permasalahan psikologis berupa gangguan citra tubuh, sehingga
akseptor cenderung memiliki harga diri yang rendah dan ketidakpastian
kurang percaya diri terhadap lingkungannya (body image) (Wardani et al.,
2019).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan berat badan secara
alami antara lain dengan membatasi atau mengurangi asupan energi melalui
aktivitas fisik dan kombinasi keduanya yang diikuti dengan mengonsumsi
makanan berkalori tinggi (Wuri et al., 2019). Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai efek samping suntik KB bulanan, Badan Kesehatan Keluarga
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menerbitkan program KB
ABPK (Kemenkes RI, 2018).
ABPK dengan KB merupakan panduan standar pelayanan konseling
KB yang tidak hanya memuat informasi terkini mengenai kontrasepsi atau
KB, namun juga memberikan standar proses dan langkah konseling KB
berbasis hak kepada klien KB dan Inform Choice (Widiantari & Widiastuti,
2021). ABPK juga mempunyai fungsi ganda antara lain membantu
pengambilan keputusan tentang metode KB, membantu menyelesaikan
permasalahan dalam penggunaan KB, membantu pekerjaan penyedia layanan
kesehatan (tenaga kesehatan), memberikan rujukan atau informasi teknis, dan
alat peraga untuk pelatihan penyedia layanan kesehatan baru (profesional
kesehatan). Hal ini merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan
keluarga Berencana (Widiantari & Widiastuti, 2021). Konseling yang
berkualitas antara klien dengan penyedia layanan kesehatan (tenaga
kesehatan) merupakan salah satu indikator penting keberhasilan program
Keluarga Berencana (KB) karena dapat mengurangi dampak risiko yang
timbul setelah terjadi efek samping dari metode kontrasepsi yang dipilih
(Kasim et al., 2021)
Berdasarkan uraian dan data di atas, maka peneliti sangat tertarik
untuk mempelajari “Asuhan Kebidanan pada Ibu Akseptor KB Suntik 1
Bulan di PMB “X” Kota Malang Tahun 2024”. Tersedianya pelayanan
asuhan kebidanan Keluarga Berencana diharapkan dapat mencegah dampak
negatif penggunaan kontrasepsi dan meningkatkan kualitas tenaga kerja dan
sumber daya manusia.
1.2 Batasan LTA
Bagaimanakah studi kasus asuhan kebidanan pada akseptor lama KB
suntik 1 bulan di PMB “X” Kota Malang?
1.3 Tujuan Penyusunan LTA
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 1 bulan di
PMB “X” Kota Malang dengan menggunakan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan SOAP.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian sesuai kasus yaitu pada akseptor KB suntik
1 bulan di PMB “X” Kota Malang.
2. Menyusun analisa sesuai kasus yaitu pada akseptor KB suntik 1
bulan di PMB “X” Kota Malang.
3. Melaksanakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan secara
kontinyu sesuai kasus yaitu pada akseptor KB suntik 1 bulan di
PMB “X” Kota Malang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoretis
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, informasi, dan keterampilan
penulis tentang menerapkan asuhan kebidanan pada akseptor KB
suntik 1 bulan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
a. Asuhan kebidanan yang dilakukan dapat menambah wawasan
penulis tentang pemberian asuhan kebidanan pada akseptor KB
suntik 1 bulan.
b. Menambah keterampilan penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan pada akseptor KB suntik 1 bulan.
c. Menambah pemahaman penulis dalam penerapan proses
manajemen asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 1
bulan.
2. Bagi Akseptor KB Suntik 1 Bulan
a. Menambah pengetahuan bagi akseptor KB suntik 1 bulan
tentang pemakaian alat kontrasepsi yang dipilih.
b. Mendapatkan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan
alat kontrasepsi suntik 1 bulan sesuai dengan standart
pelayanan kebidanan secara komprehensif.
c. Mendapatkan manfaat yang sesuai dari penggunaan KB suntik
1 bulan.
3. Bagi Masyarakat
a. Menambah pengetahuan masyarakat tentang pemberian
pelayanan KB suntik 1 bulan.
b. Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan keluarga berencana
menggunakan metode kontrasepsi KB suntik 1 bulan.
4. Bagi Lahan Praktek
a. Dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan kebidanan
keluarga berencana pada akseptor KB suntik 1 bulan secara
komprehensif.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan terutama dalam asuhan kebidanan keluarga
berencana pada akseptor KB suntik 1 bulan.
5. Bagi Institusi Pendidikan
a. Untuk memperluas pengetahuan tentang pemberian asuhan
kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB suntik 1
bulan.
b. Dapat digunakan untuk acuan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran terutama dalam kegiatan praktikum asuhan
kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB suntik 1
bulan.
c. Dapat digunakan sebagai referensi dalam pendidikan untuk
mahasiswa prodi D3 kebidanan dalam penelitian berikutnya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana


2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan usia kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahter (Sujiyatini, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana
(KB) merupakan tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang sangat diinginkan mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan usia suami istri
menentukan jumlah anak dalam keluarga. (WHO, 2018)
2.1.2 Tujuan Program KB
Menurut (Airindya, 2022) ada beberapa tujuan penting
dilaksanakannya program keluarga berencana, diantaranya :
1. Membentuk keluarga kecil sejahtera sesuai dengan kondisi
ekonomi keluarga tersebut.
2. Mencanangkan keluarga kecil dengan hanya dua anak.
3. Mencegah terjadinya pernikahan di usia dini
4. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang
terlalu muda atau terlalu tua
5. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah
kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia
2.1.3 Manfaat Program Keluarga Berencana
Menurut (Airindya, 2022) manfaat program KB bagi pasangan
suami istri, antara lain :
1. Menekan kehamilan yang tidak direncanakan
2. Membentuk keluarga yang berkualitas
3. Mendorong kecukupan ASI dan pola asuh anak yang baik
4. Mencegah gangguan kesehatan mental keluarga
5. Menurunkan angka kematian bayi dan ibu
6. Mencegah gangguan kesehatan reproduksi
7. Mencegah terjadinya penyakit menular seksual
2.1.4 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana
Menurut (Setyaningrum et al., 2016) ruang lingkup program
keluarga berencana adalah :
1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan kontrasepsi
4. Pelayanan infertilitas
5. Pendidikan sex
6. Konseling pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetic
8. Tes keganasan
9. Adopsi
2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi
2.2.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat atau obat yang salah satu upayanya untuk
mencegah kehamilan atau tidak ingin menambah keturunan. Cara kerja
kontrasepsi yaitu mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks dan
membuat rongga indung rahim yang tidak siap menerima pembuahan
dan memnghalangi bertemunya sel telur dengan sel sperma (Kasim &
Muchtar, 2019).
2.2.2 Tujuan Kontrasepsi
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah mengatur pendewasaan
perkawinan, mengatur kehamilan dan kelahiran, memelihara kesehatan
ibu dan anak, dan peningkatan ketahanan, kesejahteraan keluarga
(Rusmin et al., 2019).
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan factor penting dalam memilih kontrasepsi.
Semakin tinggi pendidikan seseorang makan akan mudah
menerima informasi mengenai KB. Pendidikan sangat penting
untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup sesorang (Syukaisih, 2015).
2. Pengetahuan
Pengetahuan sangat penting dalam pemilihan kontrasepsi, karena
seseorang yang kurang pengetahuan tidak bisa memilih jenis-jenis
kontrasepsi. Sehingga seseorang tersebut memilih kontrasepsi
seperti kebanyakan yang dipakai orang lain (Syukaisih, 2015).
3. Usia
Usia dapat mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi, klien yang
menjadi akseptor KB sebagian besar berusia sekitar 16-35 tahun
(Syukaisih, 2015).
2.2.4 Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi
Menurut (Irawan, 2020) beberapa jenis alat kontrasepsi sebagai
berikut :
1. Jenis Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Pil
b. Kontrasepsi Suntik
c. Kontrasepsi Implant
2. Jenis Kontrasepsi Non-Hormonal
a. Kondom
b. Intra Uterine Device (IUD)
c. Metode sederhana atau vaginal
d. Tubektomi
e. Vasektomi
3. Jenis Kontrasepsi Alami
a. Sistem KB kalender
b. MAL (Metode Amenore Laktasi)
2.3 Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik 1 Bulan
2.3.1 Pengertian KB Suntik 1 Bulan
KB suntik 1 bulan atau yang disebut suntikan kombinasi
merupakan alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Jenis kontrasepsi hormonal ini diberikan setiap 1 bulan
sekali melalui suntikan. KB suntik 1 bulan atau suntikan kombinasi ini
mengandung 25 mg medroxyprogesterone dan 5 mg estradiol sipionat,
yaitu preparat hormone yang dapat mencegah pelepasan sel telur
(ovulasi), mengentalkan lendir serviks (leher rahim), dan menurunkan
kesuburan dinding rahim. Dengan begitu, sperma akan lebih sulit
membuahi sel telur, atau sel telur yang sudah dibuahi akan sulit
menempel di dinding rahim (Meva, 2022).
2.3.2 Cara Kerja
Menurut (Inayah, 2022) cara kerja dari KB suntik kombinasi
adalah sebagai berikut :
1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
2.3.3 Efektifitas
Kb suntik kombinasi atau KB suntik 1 bulan sangat efektif yakni
(0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.
2.3.4 Indikasi Penggunaan Suntik KB 1 Bulan
Menurut (Inayah, 2022) akseptor yang boleh menggunakan
suntikan kombinasi sebagai berikut :
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
4. Menyusui ASI pascapersalinan >6 bulan
5. Pascapersalinan dan tidak menyusui
6. Anemia
7. Nyeri haid hebat
8. Haid teratur
9. Riwayat kehamilan ektopik
10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
2.3.5 Kontraindikasi Suntik KB 1 Bulan
Menurut (Inayah, 2022) akseptor yang tidak boleh menggunakan
suntikan kombinasi sebagai berikut :
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
4. Penyakit hati akut (virus hepatitis)
5. Usia >35 tahun yang merokok
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi
(>180/110mmHg)
7. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis ?20
tahun
8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migran
9. Keganasan pada payudara
2.3.6 Kelebihan KB Suntik 1 Bulan
Menurut (Hillary, 2023) kelebihan dari penggunaan suntikan
kombinasi adalah sebagai berikut :
1. Efektif mencegah kehamilan
2. Mudah digunakan
3. Mengurangi resiko berbagai penyakit
4. Bersifat sementara
2.3.7 Kekurangan KB Suntik 1 Bulan
Menurut (Sienny, 2023) kekurangan dari penggunaan suntikan
kombinasi adalah sebagai berikut :
1. Memiliki resiko terjadinya perdarahan tidak normal, meski jarang
terjadi
2. Menyebabkan pusing dan nyeri payudara
3. Tidak dianjurkan bagi wanita yang menderita migraine
4. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
2.3.8 Waktu Mulai Menggunakan Suntik KB 1 Bulan
Menurut (Inayah, 2022) beberapa waktu yang tepat untuk memulai
penggunaan suntikan kombinasi adalah sebagai berikut :
1. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
2. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,
akseptor tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.
3. Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,
asal dapat dipastikan ibu tersebut tidak sedang hamil. Akseptor
tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya
atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama masa waktu 7
hari.
4. Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan, asal dapat dipastikan tidak
hamil.
5. Bila pasca persalinan >6 bulan, menyusui, serta telah haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
6. Bila pasca bersalin <6 bulan dan menyusui, jangan diberikan
suntikan kombinasi.
7. Bila pasca bersalin 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberi.
8. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau
dalam waktu 7 hari.
9. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi sebelumnya
secara benar, suntikan kombinasi dapat segera diberikan tanpa
perlu menunggu haid. Bila ragu, perlu dilakukan uji kehamilan
terlebih dahulu.
10. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu
tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal
kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
yang lain.
11. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan metode hormonal suntikan kombinasi, maka
suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu
tersebut tidak sedang hamil, dan pemberiannya tanpa perlu
menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari ke 1-7 siklus
haid, metode kontrasepsi yang lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari ke 1-7
siklus haid. Cabut segera AKDR.
2.3.9 Cara Penggunaan
Cara dalam penggunaan suntikan kombinasi adalah dengan
memberikan suntikan kombinasi setiap bulan dengan suntikan secara
IM (intra muscular) di area bokong, lengan atas, atau paha. Akseptor
diminta datang setiap 4 minggu sekali. Suntikan ulang dapat diberikan
7 hari lebih awal. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang
telah ditentukan, namun dengan syarat diyakini bahwa akseptor
tersebut tidak sedang hamil. Tidak diperbolehkan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunaan metode kontrasepsi
lain untuk 7 hari diawal pemakaian (Inayah, 2022).
2.3.10 Efek Samping
Menurut (Hillary, 2023) efek samping dari pemakaian KB suntik 1
bulan adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan vagina di luar waktu menstruasi
2. Sakit kepala
3. Siklus menstruasi tidak teratur
4. Kenaikan berat badan
5. Payudara nyeri atau bengkak
6. Vagina gatal atau keputihan
2.4 Konsep Dasar ABPK Ber-KB
2.4.1 Pengertian ABPK ber-KB
Lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK)
adalah sebuah alat bantu kerja interaktif, yang diperuntukkan bagi
penyedia layanan (tenaga kesehatan) dalam membantu klien memilih
dan memakai metode KB yang paling sesuai dengan kebutuhannya,
memberikan informasi yang diperlukan dalam pemberian pelayanan
KB yang berkualitas, serta menawarkan saran atau panduan mengenai
cara membangun komunikasi dan melakukan konseling secara efektif
Lembar balik ABPK dirancang sebagai lembar balik dua sisi, dimana
satu sisi menampilkan gambar dan informasi dasar untuk klien dan sisi
lainnya berisi informasi teknis dan panduan yang lebih rinci untuk
penyedia layanan. (Kemenkes RI, 2021)
Alat bantu pengambilan keputusan (ABPK) merupakan lembar
balik yang dikembangkan bersama dengan WHI dan digunakan untuk
membantu petugas melakukan konseling sesuai standar dengan adanya
tanda pengingat mengenai keterampilan konseling yang perlu
dilakukan dan informasi yang perlu diberikan sesuai dengan kebutuhan
klien (BKKBN, 2017).
2.4.2 Tujuan dan Manfaat
Menurut (Kemenkes RI, 2020) tujuan dan manfaat dari ABPK ber-
KB adalah sebagai berikut :
1. Mendorong klien untuk terlibat secara aktif dan optimal dalam
pengambilan keputusan KB, sehingga keputusan mengenai alat
kontrasepsi yang digunakan pu sesuai dengan kebutuhan dan
kondisinya.
2. Membantu penyedia layanan untuk meningkatkan kualitasnya
dalam pemberian informasi teknis mengenai penggunaan alat
kontrasepsi dan topic kesehatan reproduksi lainnya sesuai
kebutuhan klien.
3. Mengoptimalkan keterampilan konseling dan komunikasi pada
penyedia layanan agar dapat mengembangkan interaksi yang lebih
positif dengan klien.
Untuk memenuhi ketiga tujuan diatas, maka lembar balik ABPK
memang dikembangkan penggunaannya sebagai berikut ini :
1. Alat bantu pengambilan keputusan
2. Alat pemecah masalah
3. Acuan referensi bagi penyedia layanan dalam memberikan
informasi
4. Alat penguat pelatihan
2.4.3 Prinsip Konseling yang Dipakai Dalam ABPK ber-KB
Menurut (Kemenkes RI, 2020) prinsip dalam ABPK ber-KB
adalah sebagai berikut :
a. Klien yang membuat keputusan
b. Provider membantu klien menimbang dan membuat keputusan
yang paling tepat bagi klien
c. Sejauh memungkinkan keinginan klien dihargai/ dihormati
d. Provider menaggapi pernyataan, pertanyaan ataupun kebutuhan
klien
e. Provider harus mendengar apa yang dikatakan klien untuk
mengetahui apa yang harus ia lakukan selanjutnya
2.5 Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Dengan Metode
SOAP
2.5.1 Pengertian Manajemen Kebidanan SOAP
Menurut Helen Varney, 2010 manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan atau keputusan yang berfokus pada klien
(Surachmandari, 2018)
SOAP adalah catatan kebidanan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses
pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan (Muslihatun, dkk,
2015). Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian adalah
karena metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis
yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan,
metode SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh (Subiyatin,
2017).
2.5.2 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Dengan Metode SOAP
1. Data Subjektif (S)
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien
yang menderita tuna wicara, dibagian data dibelakang huruf “S”,
diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan
bahwa klien adalah penderita tuna wicara. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun
(Handayani, 2017).
Tanggal Pengkajian : Untuk mengetahui kapan pengkajian
dilakukan
Tempat : Untuk mengetahui tempat dimana
dilakukannya asuhan kebidanan
Nomor RM : Untuk mengetahui nomor registrasi klien
a. Identitas
1) Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap untuk
mengenal ibu dan suami agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberikan asuhan kebidanan (Handayani, 2017).
2) Umur
Untuk menentukan apakah ibu dalam pasangan usia subur
(PUS) yaitu usia 20-49 tahun yang boleh menggunakan KB
(Silinaung, 2016)
3) Agama
Sebagai dasar bidan untuk mengetahui keyakinan ibu
sehingga dapat membimbing dan mengarahkan ibu untuk
berdoa sesuai dengan keyakinannya, serta dikaji untuk
mengantisipasi religious yang berkaitan dengan ibu
(Handayani, 2017).
4) Suku/ Bangsa
Asal daerah dan bangsa seorang ibu berpengaruh terhadap
pola pikir mengenai tenaga kesehatan dan adat istiadat yang
dianut (Handayani, 2017)
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga
kesehatan dapat melakukan komunikasi termasuk dalam hal
pemberian konseling sesuai dengan pendidikan terakhirnya
(Handayani, 2017)
6) Pekerjaan
Untuk mengatahui pekerjaan klien. Data ini
menggambarkan status ekonomi dalam keluarga klien
(Handayani, 2017)
7) Alamat
Dikaji secara jelas dan lengka diperlukan agar bila sewaktu-
waktu dapat dengan mudah menghubungi klien dan
mendapat gambaran tentang tempat klien tinggal
(Handayani, 2017).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas kesehatan. Keluhan yang biasa dikeluhkan
oleh klien KB suntik 1 bulan adalah kenaikan berat badan,
siklus menstruasi tidak teratur, vagina gatal atau keputihan
(Martaadisoebrata et al., 2016).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji penyakit yang menjadi kontraindikasi
kontrasepsi. Dikaji semua riwayat sakit, seperti : penyakit
hipertensi, jantung, diabetes melitus dan stroke, cidera,
reaksi terhadap pengobatan, perawatan pembedahan,
(Wildan, 2016)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji penyakit yang menjadi kontra indikasi
kontraspesi dan mengetahui adakan penyakit lain yang
berasa memperberat keadaan klien seperti jantung,
hipertensi, diabetes melitus dan stroke (Wildan et al., 2016)
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menurun seperti jantung, hipertensi, dan
diabetes mellitus, sebagai menjadi dalam keluarga yang
menjadi kontraindikasi kontrasepsi (dari pihak ibu) (Wildan
et al., 2016)
d. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus menstruasi, lama
menstruasi, banyaknya, menstruasi teratur atau tidak, sifat
darah, disminorhea atau tidak (Wildan et al., 2016)
Menurut (Handayani, 2017) penjelasannya sebagai berikut :
1) Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Untuk wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun.
2) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
biasanya sekitar 23-32 hari.
3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita
gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit.
4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat
(disminorhea), pusing sampai pingsan, atau jumlah darah
yang banyak.
e. Riwayat Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui jumlah anak, keadaan anak saat ini (usia,
hidup/mati, sehat/tidak, tidak cacat), pemberian ASI, penyulit
pada masa nifas terakhir (Wildan et al., 2016)
f. Riwayat Psiko, Sosial, dan Budaya
1) Status Pernikahan
Data ini sangat penting untuk kita kaji karena dari data ini
kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
antara lain :
a) Usia nikah pertama kali.
b) Status pernikahan sah/ tidak.
c) Lama pernikahan. (Handayani, 2017)
2) Respon Pasien dan Keluarga terhadap Kontrasepsi
Untuk mengetahui respon dari pasien dan keluarga terhadap
kontrasepsi bahwa setuju atau menolak (Wildan et al.,
2016)
3) Pengambil Keputusan dalam Keluarga
Dikaji untuk mengetahui siapa pengambil keputusan dalam
keluarga untuk penggunaan KB (Wildan et al., 2016)
4) Penghasilan Keluarga
Dikaji unutk mengetahui pendapatan keluarga untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari (Wildan et al., 2016)
5) Kepercayaan, Adat Istiadat dan Budaya
Dikaji untuk mengetahui apakah ada larangan atau
pantangan dalam menggunakan kontrasepsi (Wildan et al.,
2016)
g. Riwayat KB
Untuk mengetahui klien pernah menggunakan KB atau
tidak, jika sudah berapa lama menggunakan KB tersebut, apa
yang ibu keluhkan selama menggunakan KB tersebut, dan
alasan berhenti menggunakan KB tersebut bila berhenti
menggunakannya (Handayani, 2017)
h. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi
Untuk mengetahui asupan makanan klien, yaitu makanan
yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan, dan jumlah
asupan cairan yang diminum oleh klien dalam sehari
(Handayani, 2017).
2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola BAK dan BAB klien dalam
sehari (Handayani, 2017).
3) Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas sehari-hari klien apakah
berlebihan atau tidak (Hnadayani, 2017).
4) Pola Istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat klien dalam sehari, baik
dari istirahat tidur siang, maupun tidur malam (Handayani,
2017).
5) Seksualitas
Data yang diperlukan berkaitan dengan aktivitas seksual
meliputi, frekuensi dan keluhan (Handayani, 2017)
6) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui tentang kebersihan diri klien
sehari-hari, meliputi berapa kali mandi, keramas, gosok
gigi, ganti baju, dan ganti pakaian dalam (Sondakh, 2015).
2. Data Objektif (O)
Data objektif adalah pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, pemeriksanan laboratorium
atau pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medic dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini
sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
(Muslihatun et al., 2015)
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan klien secara
keseluruhan. Kriterianya baik, cukup, atau lemah adalah
hasil pengamatan yang dilaporkan (Handayan, 2017)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien
dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
(Handayani, 2017)
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah klien normal atau
tidak, normalnya 90/60 mmHg sampai 140/90 mmHg
(Handayani, 2017).
b) Nadi
Untuk mengetahui nadi klien normal atau tidak,
normalnya 60-100 x/m (Handayani, 2017).
c) Pernafasan
Untuk mengetahui pernafasan klien normal atau tidak,
normalnya 16-24 x/m (Handayani, 2017).
d) Suhu
Untuk mengetahui suhu klien normal atau tidak,
normalnya 36,5 – 37,50C (Handayani, 2017).
4) Berat Badan
Untuk mengetahui adanya peningkatan dan penurunan berat
badan klien selama penggunaan kontrasepsi (Kemenkes,
2016).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Wajah
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada
oedema atau tidak (Handayani, 2017).
b) Mata
Untuk menilai konjungtiva anemis atau an anemis, dan
untuk menilai sklera ikterik atau anikterik (Handayani,
2017).
c) Mulut
Untuk mengetahui bibir pucat atau tidak, bibir kering
atau tidak, sariawan atau tidak (Wildan et al., 2016)
d) Leher
Untuk melihat apakah tampak adanya pembesaran
kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis atau
tidak (Handayani, 2017)
e) Payudara
Untuk mengetahui kesimetrisan, bentuk dan ukuran,
tampak adanya benjolan abnormal atau tidak
(Handayani, 2017).
f) Abdomen
Untuk mengethui apakah ada luka bekas operasi atau
tidak, dan untuk mengetahui adanya tanda-tanda
kehamilan atau tidak (Mangkuji et al., 2015).
g) Genetalia
Untuk mengetahui kebersihan vulva, keputihan atau
tidak, perdarahan pervaginam atau tidak, adanya tanda-
tanda IMS atau tidak, adanya tanda-tanda kehamilan
seperti warna kebiruan pada dinding vagina atau tidak
(Martaadisoebrata et al., 2016).
h) Ekstremitas
Untuk mengetahui bentuk simetris sama panjang atau
tidak, adanya oedema atau tidak, adanya varises atau
tidak (Handayani, 2017).
2) Palpasi
a) Leher
Untuk meraba adanya benjolan kelenjar tyroid, kelenjar
limfe, vena jugularis atau tidak (Mangkuji, 2015).
b) Payudara
Untuk meraba adanya benjolan abnormal atau tidak,
untuk mengetahui adanya nyeri atau massa pada
payudara atau tidak (Mangkuji, 2015).
c) Abdomen
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada pelvic atau
tidak (Mengkuji et al., 2015).
d) Pelvic
Untuk mengetahui adakah nyeri tekan atau tidak, kalau
ada nyeri tekan ibu boleh menggunakan KB hormonal,
dan kalau tidak ada nyeri tekan ibu boleh menggunakan
KB non hormonal (Mangkuji et al., 2015).
3) Auskultasi
a) Ekstremitas
Untuk mengetahui reflek patella (Handayani, 2017).
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan seperti USG bila diperlukan (Sofian, 2015).
3. Analisa (A)
Analisa merupakan masalah atau diagnose yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
idkumpulkan atau disimpulkan dalam pendokumentasian
manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat
dapat mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian data
akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk
sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka
mengikuti perkembangan pasien, agar dapat diambil keputusan/
tindakan yang tepat (Muslihatun, 2016). Contoh analisa :
P……Ab……Akseptor……(Lama)
4. Penatalaksanaan (P)
Pada langkah ini direncanakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian oleh klien atau angggota tim kesehatan lainnya
(Purwoastuti et al., 2014).
Melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
tujuan agar kebutuhan ibu akseptor KB terpenuhi secara optimal
dan dilakukan rencana asuhan menyeluruh dan dilakukan secara
efisien dan aman (Esty, 2016).
a. Kunjungan Pertama
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan meliputi pemeriksaan
umum, kesadaran, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik.
Ibu mengerti
2) Pada akseptor lama, memberikan konseling sesuai tentang
keluhan klien selama penggunaan KB suntik 1 bulan. Ibu
mengerti
3) Memfasilitasi informed consent. Ibu bersedia
4) Memberikan pelayanan sesuai SOP alat kontrasepsi KB
suntik 1 bulan (SOP terlampir). Ibu bersedia
5) Memberikan obat (merk, dosis, jumlah, cara pemberian)
bila diperlukan. Ibu mengerti
6) Memberikan KIE tanda bahaya yang harus diwaspadai
selama penggunaan KB suntik 1 bulan. Ibu mengerti
7) Menyepakati kunjungan berikutnya (tanggal-bulan-tahun)
atau sewaktu-waktu bila ada tanda bahaya. Ibu bersedia
b. Kunjungan Kedua
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan meliputi pemeriksaan
umum, kesadaran, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik.
Ibu mengerti
2) Pada akseptor lama, memberikan konseling sesuai tentang
keluhan klien selama penggunaan KB suntik 1 bulan. Ibu
mengerti
3) Memfasilitasi informed consent. Ibu bersedia
4) Memberikan pelayanan sesuai SOP alat kontrasepsi KB
suntik 1 bulan (SOP terlampir). Ibu bersedia
5) Memberikan obat (merk, dosis, jumlah, cara pemberian)
bila diperlukan. Ibu mengerti
6) Memberikan KIE tanda bahaya yang harus diwaspadai
selama penggunaan KB suntik 1 bulan. Ibu mengerti
7) Menyepakati kunjungan berikutnya (tanggal-bulan-tahun)
atau sewaktu-waktu bila ada tanda bahaya. Ibu bersedia
8) Evaluasi : dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
dalam masalah dan diagnosis. Masalah tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah efektif bila asuhan diberikan sesuai
dengan efek samping yang dikeluhkan. (Purwoastuti et al.,
2016).
BAB 3
METODE PENULISAN

3.1 Kerangka Konsep


Menjelaskan tentang konsep asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu
akseptor KB suntik 1 bulan :

Kontrasepsi suntik 1 bulan


(Suntikan Kombinasi) yaitu
Ibu akseptor lama KB suntik 1 bulan diberikan melalui injeksi
secara IM di bokong, 1 bulan
sekali, dengan dosis 0,5 ml

Data Primer
(Anamnese)
Efek samping KB suntik 1
bulan :
1. Perdarahan vagina diluar
Penatalaksanaan waktu menstruasi
(Sesuai keluhan klien) 2. Sakit kepala
3. Siklus menstruasi tidak
teratur
4. Kenaikan berat badan
Asuhan kebidanan KB suntik 1 5. Payudara nyeri atau
bulan bengkak
6. Vagina gatal atau
keputihan
Pendokumentasian SOAP

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


3.2 Kerangka Kerja
Studi kasus pada ibu akseptor lama KB suntik 1 bulan :

Identifikasi masalah tentang pemakaian KB suntik 1 bulan

Studi literatur tentang pemakaian KB suntik 1 bulan

Penatalaksanaan

Input Proses Output

Ibu akseptor lama KB suntik 1. Pemberian Hasil dari asuhan


1 bulan, dengan indikasi : informed kebidanan keluarga
1. Usia reproduksi. consent. berencana yang
2. Telah memiliki anak, 2. Pemberian diberikan pada
ataupun yang belum asuhan akseptor lama KB
memiliki anak. kebidanan suntik 1 bulan. Serta
3. Sudah pernah keluarga melakukan
mendapatkan dan berencana pendokumentasian
sedang memakai pada asuhan kebidanan
kontrasepsi KB suntik 1 akseptor keluarga KB suntik
bulan. lama KB 1 bulan sesuai
4. Tidak sedang menyusui suntik 1 asuhan yang
pasca persalinan <6 bulan. diberikan secara
bulan. SOAP.

Kunjungan 1 Kunjungan 2

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.2 Kerangka Kerja


3.3 Subjek Penelitian Asuhan Kebidanan
Subjek asuhan kebidanan ini adalah seorang ibu akseptor yang sudah
pernah mendapatkan dan sedang memakai kontrasepsi KB suntik 1 bulan
3.4 Keriteria Subjek Penelitian Asuhan Kebidanan
1. Ibu yang sudah mendapatkan kontrasepsi suntik 1 bulan
2. Ibu yang sedang menjadi akseptor KB suntik 1 bulan
3. Tidak ada kontraindikasi untuk pemakai KB suntik 1 bulan
4. Ibu bersedia menjadi subjek asuhan kebidanan akseptor KB suntik 1
bulan
3.5 Lokasi dan Waktu Penyusunan
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Praktek Mandiri Bidan
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari 2024
3.6 Instrumen Pengumpulan Data
1. Format pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB suntik
2. Lembar informed consent KB
3. Kartu peserta KB
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada laporan LTA ini menggunakan data primer yang
berupa data subjektif dan data objektif. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara : Anamnesa, pengukuran TTV, antopometri, dan pemeriksaan fisik.
3.8 Prosedur Pengolahan Data
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data mulai dari
kegiatan persiapan yaitu proses mendapatkan ijin pengambilan data sampai
pada pelaksanaan pengambilan data seperti berikut :
1. Melakukan pendekatan pada BIdan yang memiliki lahan praktek
2. Melakukan pendekatan kepada klien akseptor KB suntik 1 bulan
3. Data primer yang diambil pada tanggal 05 Februari 2024 dari anamnese
yang didapat berupa data subjektif dan data objektif yang diambil pada
saat praktik kebidanan di PMB
3.9 Etika Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Penyusunan LTA yang menyertakan manusia sebagai subjek perlu adanya
etika yang harus dipatuhi oleh penyusun yaitu :
1. Perjanjian yang berasal dari institusi tempat melakukan asuhan kebidanan
atau instuti tertentu sesuai aturan yang berlaku di daerah tersebut.
2. Lember persetujuan menjadi subjek (Informed consent) yang diberikan
sebelum asuhan dilaksanakan agar subjek mengetahui maksud dan tujuan
asuhan yang diberikan. Apabila subjek setuju maka lembar persetujuan
tersebut dintada tangani. Penulis memberikan lembar persetujuan kepada
ibu untuk dibubuhi tanda tangan sebagai tanda persetujuan. Sebelum
pemberian lembar persetujuan, ibu telah diberikan penjelasan terlebih
dahulu tentang tujuan, manfaat, lama studi kasus dan prosedur
pengambilan data studi kasus.
3. Tanpa nama (Anonimity). Dalam menjaga kerahasiaan identitas subjek,
penyusunan tidak mencamtukan nama subjek pada lembar pengumpulan
data dan LTA cukup dengann memberikan kode atau inisial saja.
4. Kerahasiaan (Confidential). Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dari subjek dijamin oleh penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penyusunan Laporan Tugas Akhir

N Kegiatan November Desember Januari Februari Maret


o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Informasi
penyelenggaraan LTA
dan pembimbing

2. Proses bimbingan dan


penyusunan proposal
LTA

3. Seminar Proposal dan


revisi proposal

4. Mengambil kasus dan


bimbingan serta
penyusunan LTA

5. Pelaksanaan ujian
sidang LTA dan revisi
LTA

6. Penyerahan LTA
kepada panitia
Lampiran 2 : Tabel Asuhan Kebidanan KB Suntik 1 Bulan

No Jenis Jadwal
Kegiatan Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Bimbingan
BAB 1-3
(Proposal)
2. Ujian
Proposal
3. Asuhan
kebidanan
pada
akseptor
KB suntik
1 bulan
4. Bimbingan
BAB 4-5
5. Ujian LTA
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi

Anda mungkin juga menyukai