HAULUSSY AMBON
OLEH :
MAGDALENA M. MATATULA
12114201130156
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2020
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN
HAULUSSY AMBON
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan.
OLEH
MAGDALENA M. MATATULA
12114201130156
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Program
Tim Penguji :
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengesahkan Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NPM : 12114201130156
Jurusan : Keperawatan
Fakultas : Kesehatan
1. Karya Tulis ini adalah orisinal sendiri melalui proses penelitian, dan
didalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain,
2. Saya menyerarkan hak milik atas karya tulis ini kepada Universitas
pengelolaan atas karya tulis ini sesuai dengan norma hukum dan etika
yang berlaku.
v
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian
hari terbukti tidak sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia menerima
Magdalena M. Matatula
NPM: 12114201130156
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
viii
5. D.J. Pungesehan.S.Hut.M.sc,selaku pembimbing II yang selama ini sudah
6. Direktur Rumah Sakit beserta staf yang sudah meluangkan waktu dan
7. Untuk Papa dan Mama besertaketujuh saudara yang penulis kasihi yang telah
Penulis menyadari masih banyak kekurangan untuk itu kritik dan saran
ini.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
x
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 39
E. Analisa Data ................................................................................ 39
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 51
B. Saran ........................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
xi
Halaman
Gambar 2.4 Kerangka Konsep……………………………………….... 33
DAFTAR TABEL
xii
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Systematic Review Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kecemasan Pasien Yang Akan Menghadapi Operasi
…………………………....…………................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1. Surat Keputusan Dekan Tentang Penunjukan Pembimbing Skripsi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani
(Smeltzer, 2017). Pasien pre-operasi dapat mengalami berbagai ketakutan, takut terhadap
anestesi, takut terhadap ketidaktahuan, takut terhadap nyeri dan kematian. Selain
ketakutan tersebut pasien juga mengalami kekhawatiran lain seperti masalah finansial,
tanggung jawab terhadap keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan
prognosis buruk atau kemungkinan kecacatan akan datang (Aini & Aridiana, 2016).
buruk yang akan terjadi pada dirinya. Kecemasan yang dialami pasien dapat berdampak
terhadap berlangsungnya pelaksanaan operasi . Pada tahun 2017 401 RSU Depkes dan
Pemda operasi yang dilaksanakan sebanyak 642.632, yang dirinci menurut tingkat kelas
jumlah operasi besar adalah 8.364 (16,2%), kelas B operasi besar 76.969 (19,8%), pada
kelas C jumlah operasi besar adalah 65.987 (34,0%), pada kelas D operasi besar adalah
seseorang matang dan dewasa maka seseorang lebih siap dalam menghadapi suatu
1
masalah. ketika usia masih muda bahkan masih anak-anak maka seseorang akan kesulitan
dalam beradaptasi dengan keadaan lingkungan. Pada usia dewasa juga lebih sering dan
lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun
yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan
datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi
kondisi mental individu di kemudian hari. Apabila pengalaman individu tentang operasi
berbagai sumber seperti media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan adalah suatu proses
dari apa yang diketahui seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan
yang akan dihadapinya dapat mengalami kecemasan yang ditandai dengan perilaku
seperti kesal, marah, menangis, serta menarik diri. Kecemasan ini terjadi karena banyak
2
pertanyaan seputar operasi yang akan dihadapi belum dijelaskan atau terjawab
sepenuhnya. Dalam hal ini tenaga kesehatan mempunyai peran yang penting dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien terhadap tindakan yang akan dialaminya.
Pengetahuan yang lengkap dan jelas mengenai prosedur operasi yang akan dijalani sangat
diperlukan untuk mengurangi kecemasan pra operasi yang dialami pasien sehingga proses
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), jumlah
pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari
tahun ketahun. Tercatat di tahun 2016 terdapat 140 juta pasien diseluruh rumah sakit di
dunia, sedangkan pada tahun 2017 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa.
Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 1,2 juta jiwa. Berdasarkan Data
Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 tindakan bedah
menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penanganan pola penyakit di rumah sakit se-
(Hartoyo,2019:1)
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum dengan
prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2018). Dilaporkan bahwa
gangguan kecemasan pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42
juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan
obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia
bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih
3
Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar ( Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk
usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan
(Depkes, 2018).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Ferlina Indra S
(2016), yang berjudul “hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan
pasien” di peroleh 80% dari 20 sampel yaitu pasien yang akan menjalani tindahkan
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2015),
tentang hubungan sikap perawat dalam memberikan informasi dan pengetahuan pasien
dengan terjadinya kecemasan pasien pre operasi elektif mayor di RSUD Dr. Soedirman
Pada data awal yang penulis ambil di RSUD Dr. M. Haulussy masih banyak pasien
yang mengalami kecemasan sebab pasien sangat takut dengan penyakit yang diderita.
Pentingnya dukungan keluarga sebab, tanpa dukungan keluarga pasien tersebut akan
merasa cemas, dan takut dengan sakit yang diderita. Dukungan perawat yang bertugas di
ruangan pasien itu juga penting untuk menenangkan pasien serta berkomunikasi
teraupetik yang baik agar pasien tersebut bisa tenang dan merasa sukacita dan pasien
4
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan 6 pasien yang akan di lakukan
operasi, hal tersebut di kuatkan dengan pernyataan pasien yang mengatakan tidurnya
sering terbangun dan sulit tidur. 2 pasien mengatakan pernah menjalani operasi namun
masih merasa cemas karena takut operasi gagal dan meninggal saat operasi dan 1 orang
pasien tidak mengalami kecemasan karena sudah pasrah pada tindakan yang akan di
jalani.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Ambon “.
B. Rumusan Masalah
Pasien Yang Akan Menghadapi Operasi Di RSUD Dr.M.Haulussy Ambon Tahun 2020.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
b. Untuk Mengetahui Hubungan Pengalaman dengan Kecemasan Pasien yang akan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
menjadi suatu masukkan untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya bagi mata
Penelitian ini dapat menjadi masukkan dalam meningkatkan mutu dan pelayanan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk
peneltian selanjutnya yang siftanya lebih besar dan bermanfaat bagi kemajuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Kecemasan
kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang kita alami, dalam tingkat yang
berbeda-beda. Cemas sangat berkaitan dengan perasaan yang sangat tidak enak, khawatir,
cemas, gelisah, tidak pasti dan tidak berdaya yang disertai satu atau lebih gejala badaniah
(Prasetyo, 2019).
Kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang ditandai oleh efek negatif dan
datangnya bahaya atau kemalangan dimasa yang akan datang dengan perasaan khawatir.
Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun
psikologis seperti harga diri, gambaran diri atau identitas diri (Desy, 2017).
Kecemasan dapat membantu dalam mengenali dan menghindari bahaya. Tetapi apabila
memicu timbulnya cemas. Bahkan rasa cemas tersebut bersifat parah, permanen, dan
7
2. Penyebab Kecemasan
b. Faktor psikososial, ancaman terhadap konsep diri, kehilangan benda atau orang yang
c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada masa bayi, anak dan remaja.
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
a. Kecemasan Ringan
b. Kecemasan Sedang
8
c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang
kecil dan spesifik dan tidak dapat berfikir hal-hal lain. Seluruh perilaku
dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan
untuk terfokus pada area lain.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya
kontrol, maka tidak melakukan apapun meskipun dengan perintah terjadi
peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu
berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.
1) Respon fisiologis yaitu sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
2) Respon kognitif yaitu lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang
3) Respon perilaku dan emosi yaitu tidak dapat duduk atau baring dengan tenang,
1) Respon fisiologis yaitu sering sesak nafas pendek, nadi dan tekanan darah
9
2) Respon kognitif yaitu lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
rangsangan dari luar, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
1) Respon fisiologis yaitu nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
2) Respon kognnitif yaitu lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan
masalah.
3) Respon perilaku dan emosi yaitu perasaan adanya ancaman meningkat, verbalisasi
1) Respon fisiologis yaitu nafas sering pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, dan
2) Respon kognitif yaitu lapang persepsi sangat sempit, kehilangan pemikiran, dan
5. Patofisologi
oleh sistem saraf pusat. Persepsi ini timbul akibat adanya rangsangan dari luar serta dari
dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik. Rangsangan tersebut
dipersepsi oleh panca indra lalu diteruskan dan direspon oleh sistem saraf pusat sesuai
10
pola hidup tiap individu. Didalam saraf pusat proses tersebut melibatkan jalur Cortex
impuls kepada kelenjar hipofisis untuk mensekresi mediator hormonal terhadap target
organ yaitu kelenjar adrenal yang kemudian memacu sistem saraf otonom melalui
didalam sistem saraf pusat adalah norepinefrin dan serotonin. Neurotransmiter dan
peptida lain seperti corticotropin-releasing factor juga ikut terlibat. Sistem saraf otonom
yang berada di perifer terutama sistem saraf simpatis juga banyak memperantarai gejala
1) Teori Psikoanalitik
naluri dan impuls primitive seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati nurani
kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego bahwa adanya bahaya yang akan
datang.
11
2) Teori Interpersonal
kecemasan. Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah mengalami
kecemasan.
3) Teori Perilaku
spesifik, pola berfikir yang salah, atau tidak produktif dapat menyebabkan
adanya bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya
4) Teori Keluarga
Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dan timbul dalam suatu
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan
5) Teori Biologis
12
b. Faktor Presipitasi (Prasetyo, 2019)
1) Faktor Eksternal
b) Ancaman sistem diri, diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri,
kehilangan, dan perubahan status dan peran tekanan kelompok, sosial budaya.
2) Faktor Internal
a) Potensial Stresor
b) Maturitas
c) Pendidikan
13
d) Respon Koping
f) Keadaan Fisik
g) Tipe Kepribadian
tipe A adalah orang yang memiliki selera humor yang tinggi, tipe ini lebih
cenderung santai, tidak tegang dan tidak gampang merasa cemas bila
menghadapi sesuatu, sedangkan tipe B ini adalah orang yang mudah emosi,
mudah curiga, tegang, maka tipe B ini akan lebih mudah merasa cemas.
14
i) Dukungan Sosial
j) Usia
Usia mudah lebih mudah cemas dibandingkan indivdu dengan usia lebih tua.
Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah pada
usia 18 tahun atau lebih. Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi
tingkat kecemasan.
k) Jenis Kelamin
Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami wanita daripada pria
Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait meliputi hal
a. Represi, yaitu tindakan untuk mengalihkan atau melupakan hal atau keinginan yang
tidak sesuai dengan hati nurani. Represi juga bisa diartikan sebagai usaha untuk
menenangkan atau meredam diri agar tidak timbul dorongan yang tidak sesuai dengan
hatinya.
b. Relaksasi, yaitu dengan mengatur posisi tidur dan tidak memikirkan masalah, dan
rekreasi bisa menurunkan kecemasan dengan cara tidur yang cukup, mendengarkan
15
c. Komunikasi perawat, yaitu komunikasi yang disampaikan perawat kepada pasien
dengan cara memberi informasi yang lengakap mulai pertama kali pasien masuk
dengan menetapkan kontrak untuk hubungan profesional mulai dari fase orientasi
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
Pada pasien dengan kecemasan ringan, tidak ada intervensi khusus sebab pada
kecemasan ringan ini pasien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat
keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan pada kecemasan sedang
intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan pola mekanisme koping
yang positif. Pada kecemasan berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu
Setelah tingkat kecemasan pasien menurun sampai tingkat sedang atau ringan,
prinsip intervensi keperawatan yang diberikan adalah re-edukatif atau berorientasi pada
menoleransi kecemasan dengan mekanisme koping dan strategi pemecahan masalah yang
16
keperawatan pada pasien kecemasan adalah menyadari untuk mengenali perasaannya dan
adalah melindungi pasien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada pasien
1. Pengertian Operasi
teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Ahsan, 2017).
dibagi menjadi tiga fase atau tahap yaitu, praoperasi, intraoperasi dan pascaoperasi
(Hasmawa, 2016)
tubuh. Pre-operatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau
(Kholfiyah, 2017).
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor
pasien merupakan hal yang paling penting, bagi penyakit tersebut tindakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi pasien sendiri pembedahan mungkin
merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal
17
tersebut diatas, sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-
2. Klasifikasi Pembedahan
dialami pasien. Menurut Munif (2017), ada beberapa alasan yang mendasari tindakan
operasi, yaitu :
a. Bedah Diagnostik
asal masalah, misalnya biopsi payudara untuk mengetahui gejala yang mengarah
kepada abnormalitas.
b. Bedah Kuratif
c. Bedah Reparatif
18
d. Bedah Paliatif
e. Bedah Kosmetik
mengatasi penuaan kulit, menebalkan dagu, menurunkan kelopak mata, dan lain-
dengan resiko kerusakan yang minimal. Contoh dari pembedahan minor adalah
luas, resiko kematian yang sangat serius. Contoh dari pembedahan ini adalah
(Munif, 2017) :
fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar luas.
19
2) Pembedahan Urgen
3) Diperlukan
4) Pembedahan Elektif
perbaikan vaginal.
5) Pilihan
kosmetik.
20
3. Tahapan atau Fase Pembedahan
Pembedahan menurut Kuraesin (2016) dibagi dalam tiga fase atau tahapan, yaitu :
a. Fase Pre-operasi
fase ini. Hasl ini disebabkan fase preoperatif merupakan tahap awal yang menjadi
tahap ini akan berakibat fatal pada tahap selanjutnya. Pengkajian secara integral
meliputi fungsi fisik biologis psikolosis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan
1) Persiapan Fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi
antara lain :
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena dengan istirahat yang
21
b) Status nutrisi
sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Keseimbangan cairan dan eletrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
metabolik obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
mengancam jiwa.
22
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
pembedahan).
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan
f) Personal Hygiene
23
g) Pengosongan kandung kemih
2) Persiapan Penunjang
tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada
dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu
24
4) Inform Consent
Hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab
dan tanggung gugat, yaitu inform consent. Baik pasien maupun keluarganya
resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis,
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
b. Fase Intra-operasi
muncul sebagai hasil dari penggunaan tindakan yang spesifik untuk berbagai
25
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang
dilakukan oleh tenaga paramedis di ruang operasi. Aktivitas diruang operasi oleh
mengganggu pasien.
c. Fase Pasca-operasi
1. Usia
semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai masalah. Usia adalah
Semakin bertambah usia sesorang dan semakin matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan pasien yang akan dioperasi, seseorang yang lebih
dewasa akan lebih percaya diri dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Makin
26
tua usia seseorang makin konsentrasi dalam menggunakan koping dalam masalah
kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih
semakin muda usia seseorang maka akan semakin sulit dalam menyesuaikan dengan
usia yang lebih matang seseorang cenderung lebih dewasa dalam menghadapi
masalah.
mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stresor yang timbul, sebaliknya
individu yang berkepribadian tidak matang yaitu yang tergantung pada peka terhadap
dalam penelitian didapatkan usia yang matur yaitu usia dewasa lebih prevalensi
tingkat kecemasannya lebih sedikit dibandingkan dengan usia remaja. Hal ini
membuktikan usia yang matur memiliki kemampuan koping yang cukup dalam
27
atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam
proses berpikir pada individu yang berusia dewasa lebih memungkinkannya untuk
ditemukan sebagian besar kelompok usia anak yang mengalami insiden fraktur
cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok usia
artinya semakin matang psikologi seseorang, semakin baik pula adaptasi terhadap
2. Pengalaman
memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga
tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang
lebih ringan.
dialami. Sehingga seseorang tersebut akan lebih siap dalam menghadapinya jika hal
tersebut terjadi lagi (Septiana, 2018). Pengalaman awal pasien dalam pengobatan
terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian
penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu dikemudian
28
hari. apabila pengalaman individu tentang operasi kurang, maka cenderung
2016).
Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif
3. Pengetahuan
dan keterampilan. Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang diketahui seseorang
dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
mata dan telinga (Rolly, 2017). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai sumber seperti media poster, kerabat dekat,
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya.
yang dialami. Pengetahuan ini sendiri biasanya diperoleh dari informasi yang didapat
29
Menurut Soekidjo (2000), pengetahuan merupakan hasil tahu, dan hal ini
seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan akan lebih langgeng daripada
teknik baru, mengendalikan respon emosi dan bersiap terhadap dampak stress.
yang akan dihadapinya dapat mengalami kecemasan yang ditandai dengan perilaku
seperti kesal, marah, menangis, serta menarik diri. Kecemasan ini terjadi karena
banyak pertanyaan seputar operasi yang akan dihadapi belum dijelaskan atau terjawab
sepenuhnya. Dalam hal ini tenaga kesehatan mempunyai peran yang penting dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien terhadap tindakan yang akan dialaminya.
Pengetahuan yang lengkap dan jelas mengenai prosedur operasi yang akan dijalani
sangat diperlukan untuk mengurangi kecemasan pra operasi yang dialami pasien
perilaku yang termasuk dalam kognitif domain yang terdiri dari enam tingkatan
yakni:
30
a. Tahu (know)
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
c. Aplikasi ( Application)
31
d. Analisis (Analysis)
dalam komponen komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
e. Sintesis (Syntesis)
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formalasi baru
f. Evaluasi (Evaluation)
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
32
D. Kerangka Konsep
Usia
Pengalaman Kecemasan
Pengetahuan
Gambar 2.1
Keterangan:
: Variabel dependen
: Variabel independen
: Hubungan
33
E. Hipotesis Penelitian
1. Ho1 : Tidak ada hubungan antara usia dengan kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi.
Ha1 : Ada hubungan antara usia dengan kecemasan pasien yang akan menghadapi
operasi.
2. Ho2 : Tidak ada hubungan antara pengalaman dengan kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi.
Ha2 : Ada hubungan antara pengalaman dengan kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi.
3. Ho3 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi.
Ha3 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literature yang bersifat sitematik,
pengumpulan data - data yang sudah ada dengan metode pencarian yang eksplisit dan
melibatkan proses telah kritis dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah
untuk membatu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi
subyek topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut
operasi?
35
2. Menyusun Protokol
mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk menilai
kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian yang akan dilakukan. Untuk
a. Pencarian Data
Pencarian data mengacu pada sumber data base seperti PubMed, Proquest,
Google Scholar, Science Direct, dan lain – lain yang sifatnya resmi.
b. Skrining Data
bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik atau judul,
kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria untuk dilakukan analisis lebih
lanjut.
Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian kuantitatif atau kualitatif
yang memenuhi semua syarat dan kriteria untuk dilakukan analisis lebih lajut.
36
3. Menyusun Strategi Pencarian
Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protokol yang telah dibuat dan
menentukan lokasi atau sumber data base untuk pencarian data serta dapat melibatkan
4. Ekstraksi Data
Ekstraksi data dapat dilakukan setelah proses protokol telah dilakukan dengan
menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan secara manual dengan
membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun,
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
menjadi populasi di penelitian ini adalah jurnal nasional dan jurnal internasional yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang berhungan dengan kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi.
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek
Sebagai contoh sampel dalam penelitian ini berjumlah 5 artikel penelitian nasional
37
maupun internasional yang berkaitan dengan judul penelitian faktor-faktor yang
3. Teknik Sampling
sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek penelitian.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sample di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga
Berdasarkan karakteristik populasi yang telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria Inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah
penelitian yang akan kita review dan kirteria eksklusi adalah faktor – faktor yang dapat
menyebabkan sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di review; sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
operasi.
38
b. Kriteria Ekslusi
menghadapi operasi.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah usia, pengalaman dan
pengetahuan.
2. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi.
E. Analisa Data
Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka analisis data dilakukan
dengan menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria inklusi menggunakan
teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran sesuai permasalahan penelitian yang
diteliti.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1) Hasil penelitian berisi tentang uraian artikel penelitian yang telah direview dan disajikan dalam bentuk tabel seperti di
bawah ini :
Tabel 4.1
Hasil Systematic ReviewFaktor-faktor yang berhungan dengan kecemasan pasien yang akan menghadapi
operasi.
Jumlah
No Judul/ Desain Metode Teknik
Tahun Lokasi Tujuan Responde Intervensi Hasil
. Peneliti Penelitian Pengukuran Analisis
n
1. Faktor-faktor 2017 RSU Tujuan untuk Rancangan 36 Kuesioner Chi Terdapat Hasil tingkat
yang GMIM mengetahui cross- Responden Square hubungan kecemasan diperoleh
berhubungan Pancaran faktor-faktor sectional antara jenis nilai
dengan Kasih yang kelamin, ρ = 0,009 < α = 0,05.
Kecemasan Manado berhubungan tingkat Tingkat pendidikan
pada Pasien dengan pendidikan, dengan tingkat
pre-operasi di kecemasan komunikasi kecemasan terdapat
RSU GMIM pada pasien terapeutik hubungan yang
Pancaran pre operasi. dengan signifikan yaitu nilai
Kasih tingkat ρ = 0,011 < α = 0,05.
Manado kecemasan Komunikasi
(Romario pada pasien terapeutik dengan
Anthonie) pre operasi. tingkat kecemasan
pada pasien pre
operasi terdapat
40
hubungan yang
signifikan yaitu nilai
ρ = 0,003 < α = 0,05.
2. Fakto-faktor 2018 Rumah Tujuan Desain 22 Observasi Chi Ada Hasil uji chi square
yang Sakit penelitian ini penelitian Responden dan kuesioner Square Hubungan dengan tingkat
berhungan Massen- untuk yang komunikasi kemaknaan α = 0,05
dengan rempulu mengetahui digunakan terapeutik Hasil uji Chi
tingkat faktor-faktor yaitu dengan Squaredidapatkan
kecemasan yang deskriptif tingkat nilai p = 0,044. Oleh
pasien pre berhubungan analitik kecemasan karena
operasi di dengan dengan pasien pre p < (α) 0,05.
Rumah Sakit kecemasan pendekatan operasi. hasil uji Chi Square
Massen- pasien pre Cross didapatkan nilai p =
rempulu operasi di Sectional 0,030. Oleh karena
Kabupaten rumah Study. p < (α) 0,05
Enrengkang. sakit. hasil uji Chi Square
(Andi Palla) didapatkan nilai p =
0,035. Oleh karena
p < (α) 0,05
3. Faktor-Faktor 2016 RSUD Tujuan untuk Deskriptiv 69 Kuesioner Chi Ada Hasil tidak memiliki
yang Abdul mengetahui e Responden Square hubungan pengalaman operasi
Berhubungan Wahab faktor-faktor correlation pengalama 35 orang (50,7%).
dengan Sjahranie yang dengan n operasi, Pendidikan sedang
Tingkat Samarin berhubungan rancangan pendidikan dan rendah sebanyak
Kecemasan da. dengan cross dan 24 orang (34,8%)
pada Pasien tingkat sectional. dukungan Dukungan keluarga
Pre Operasi kecemasan keluarga 35 orang (50,7%).
di Ruang pada pasien dengan Tingkat kecemasan
Cempaka pre operasi tingkat 26 orang ((37,7%).
RSUD Abdul kecemasan
Wahab pada pasien
Sjahranie pre operas
Samarinda
41
(Bobby
Fradana)
4. Faktor-faktor 2013 RSUP Untuk Rancangan 43 Kuesioner Uji Ada Hasil uji
yang dr. mengetahui cross- Responden Statistik hubungan Umur 0,01<0,05.
berhubungan Wahidin Faktor-faktor sectional Rank yang Jenis kelamin
dengan Yang Spearma signifikan 0,00<0,05
tingkat Berhubungan n antara Pekerjaan
kecemasan Dengan umur, 0,01<0,05
pasien pre Tingkat jenis Pendidikan
operasi bedah Kecemasan kelamin, 0,01<0,05
mayor Pada Pasien pekerjaan, Pendapatan
digestif di Pre Operasi pendidikan, 0,01<0,05
RSUP dr. Bedah Mayor pendapatan
Wahidin dengan
Sudirohusodo tingkat
Makassar kecemasan
(Yesty
Gangka)
5. Hubungan 2017 Rumah Untuk Rancangan 74 Kuesioner Chi Ada Hasil uji
Pengetahuan Sakit mengetahui cross- Responden Square hubungan p value= 0,023<0, 05
Pasien Mitra hubungan sectional pengetahua
Tentang Husada pengetahuan n pasien
Informasi Pre Pringsew pasien tentang
Operasi u tentang informasi
Dengan informasi pre pre operasi
Kecemasan operasi dengan
Pasien Pre dengan kecemasan
Operasidi kecemasan pasien pre
Rumah Sakit pasien pre operasi.
Mitra Husada operasi.
Pringsewu
(Nur
Hasanah)
42
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh, Romario Anthonie & Yandris Reinal
Bara tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien pre operasi
di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Jenis penelitian ini menggunakan desain
penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi pada penelitian
ini ialah seluruh pasien pre operasi, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 36
responden, dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan
digunakan ialah lembar kuesioner dan analisa data yang di gunakan yaitu univariat dan
bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sampel yang
diteliti, ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan
diperoleh nilai ρ = 0.009 < α = 0.05. Tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan
terdapat hubungan yang signifikan yaitu nilai ρ = 0.011 < α = 0.05. Komunikasi
terapeutik dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi terdapat hubungan yang
signifikan yaitu nilai ρ = 0.003 < α = 0.05. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara
jenis kelamin, tingkat pendidikan, komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada
Penelitian yang sama dilakukan oleh Andi pala, pada penelitiannya telah
s/d 25 Juni Tahun 2018. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 22 orang. Uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji chi square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Adapun hasil penelitian ini
yaitu ada hubungan jenis tindakan operasi dengan kecemasan pasien pre opersi di Rumah
signifikasi 0,044, ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pasien pre
43
diperoleh nilai signifikasi 0,030 dan ada hubungan komunikasi terapeutik
keluhan yang dialami pasien, bahasa dalam menyampaikan pesan perawat mudah
permasalahan yang dirasakan supaya tidak ada kecemasan pasien sebelum dilakukan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bobby Fradana tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang cempaka
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.
sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu pasien yang menjalani operasi yaitu berjumlah
69 responden. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat menggunakan uji chi-
square. Hasil Penelitian : Menunjukkan sebagian besar responden tidak pernah memiliki
diketahui sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan sedang dan rendah yaitu
Untuk tingkat kecemasan, diketahui sebagian besar responden dengan kecemasan sedang
pendidikan dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di
Ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Berarti pasien yang pernah
44
menghadapi operasi sebelumnya, pendidikan tinggi dan mendapatkan dukungan
yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi bedah mayor digestif di
RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan Perawatan pre operasi yang efektif
dapat mengurangi resiko post operasi, salah satu prioritas keperawatan pada
periode ini adalah mengurangi kecemasan pasien. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif analitik, dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
frekuensi, analisis bivariat dengan uji satatistik Rank Spearman dengan tingkat
kemaknaan α<0,005. hasil analisis bivariat ditemukan Seluruh faktor yang diteliti yaitu
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan ada hubungan
dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor digestif p<0,005.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara
Penelitian yang sama dilakukan oleh Nur Hasanah terkait Hubungan Pengetahuan
Pasien Tentang Informasi Pre Operasi Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, Amerika Serikat
menganalisis data dari 35.539 klien bedah yang dirawat di unit perawatan intensif antara
1 Oktober 2003 sampai 30 September 2006, sebanyak 8.922 pasien (25,1%) mengalami
kondisi kejiwaan, dan 2.473 pasien (7%) mengalami kecemasan. Studi pendahuluan yang
45
dilakukan oleh peneliti terhadap 10 pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan di
Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu pada bulan Januari 2017, dari 10 pasien yang akan
dilakukan tindakan pembedahan, 75% menyatakan kurang tahu tindakan dan prosedur
apa yang akan dijalani dan 25% mereka tidak tahu tentang apa yang akan dikerjakan oleh
dokter. Tujuan penelitian ini adalah diketahui hubungan pengetahuan pasien tentang
informasi pre operasi dengan kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra
Husada Pringsewu Lampung Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan survey analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2017.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra Husada
informasi pre operasi dengan kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra
Husada Pringsewu Tahun 2017, dengan nilai p value= 0,023. Penelitian ini perawat
diharapkan dapat menjadi motivasi dan dorongan untuk memberikan informasi dan
penjelasan tentang proses pembedahan pada pasien pre operasi sehingga dapat membantu
B. Pembahasan
semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai masalah. Usia adalah
dengan usia (Asmadi, 2018). Semakin bertambah usia sesorang dan semakin matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan pasien yang akan dioperasi,
46
seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya diri dari orang yang belum tinggi
koping dalam masalah yang dihadapi. Kaplan dan Sadock, 2017 mengemukakan
bahwa gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia
semakin muda usia seseorang maka akan semakin sulit dalam menyesuaikan dengan
usia yang lebih matang seseorang cenderung lebih dewasa dalam menghadapi
mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stresor yang timbul, sebaliknya
individu yang berkepribadian tidak matang yaitu yang tergantung pada peka
Terbukti di dalam penelitian didapatkan usia yang matur yaitu usia dewasa lebih
prevalensi tingkat kecemasannya lebih sedikit dibandingkan dengan usia remaja. Hal
ini membuktikan usia yang matur memiliki kemampuan koping yang cukup dalam
penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan
dalam proses berpikir pada individu yang berusia dewasa lebih memungkinkannya
47
untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok usia
anak-anak, ditemukan sebagian besar kelompok usia anak yang mengalami insiden
artinya semakin matang psikologi seseorang, semakin baik pula adaptasi terhadap
Operasi.
memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga
tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan
dialami. Sehingga seseorang tersebut akan lebih siap dalam menghadapinya jika hal
tersebut terjadi lagi (Septiana, 2018). Pengalaman awal pasien dalam pengobatan
individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai
bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu
(Lutfa, 2016).
48
Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif
Operasi
dan keterampilan. Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang diketahui seseorang
dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
mata dan telinga (Rolly, 2017). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai sumber seperti media poster, kerabat dekat,
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya.
yang dialami. Pengetahuan ini sendiri biasanya diperoleh dari informasi yang
49
seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan akan lebih langgeng dari pada
teknik baru, mengendalikan respon emosi dan bersiap terhadap dampak stress.
dengan perilaku seperti kesal, marah, menangis, serta menarik diri. Kecemasan ini
terjadi karena banyak pertanyaan seputar operasi yang akan dihadapi belum
dijelaskan atau terjawab sepenuhnya. Dalam hal ini tenaga kesehatan mempunyai
peran yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien terhadap
tindakan yang akan dialaminya. Pengetahuan yang lengkap dan jelas mengenai
prosedur operasi yang akan dijalani sangat diperlukan untuk mengurangi kecemasan
pra operasi yang dialami pasien sehingga proses operasi dapat berjalan baik (Adilah,
2016).
50
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian maka disimpulkan bahwa.
1. Usia dan pengalaman memiliki hubungan dengan Kecemasan Pasien yang akan
menghadapi operasi.
operasi.
B. SARAN
Berdasarkan penemuan-penemuan masalah dalam penelitian ini, penulis
memberikan saran :
1. Bagi Responden Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang
2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan dan referensi untuk penelitian lebih lanjut terutama untuk variabel-
3. Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk
51
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika. 2015
Priyadi. 2014. Hubungan Support System (dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi Sectio Cesarea Di Ruang Bedah Wanita BRSD “RAA Soewondo”
Pati. http://skripsistikes.wordpress.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.
Virginia. Types of Surgery. www. Healthsystem. com. diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 1 SK
54
Lampiran 2
55