Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH WEWENANG BIDAN DALAM PERSALINAN DENGAN VAKUM

EKSTASI

Oleh:

Lili linda warmita

1810105121

Kelas B

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020


Pendahuluan

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang salah satu tugas utamanya melakukan
pertolongan persalinan. Pertolongan persalinan sebagian besar 90 % dilakukan oleh yang sudah
maupun terlatih dilaksanakan di rumah, salah satu pengelolaan program Kesehatan Ibu dan Anak
yaitu meningkatkan pertolongan oleh tenaga professional (bidan) yang secara terus-menerus
meningkat walaupun persalinan tetap di layani secara selektif.1 Untuk dapat melaksanakan
pertolongan persalinan dengan lancar dan aman di rumah, peralatan yang mutlah dimiliki bidan
yaitu, bidan kit, atau tas persalinan bidan harus mengetahui isi dan pemeliharaan bidan kit / tas
persalinan tersebut dan dari segi aturan hukum profesi bidan juga di atur di dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Banyak diketemuaan kewenangan bidan melebihi kewengannnya karena dituntut
merawat pasien yang rujuk ke puskesmas antara lain, sakit demam, malaria, batuk, flu dan
berbagai macam penyakit lainnya, bukanhanya tugas pooknya yaitu membantu pasien yang
melahirkan. Kejadian tersebut sebagian bukan wewenang bidan dalam melakukan praktiknya
dan seharusnya dirujuk ke tingkat yang lebih tinggi untuk memperoleh pertolongan dan sesuai
dengan wewenangnya atau tanggung jawabnya.

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup
bulan atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melauli jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Gangguan proses persalinan pada komponen power
seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengedan, dan kala II lama bisa berakhir pada
persalinan tindakan. Gangguan tersebut bisa disebabkan oleh anemia pada saat persalinan.
Ekstraksi vakum membantu mempercepat kala pengeluaran dengan memperbaiki komponen
power dalam persalinan. Persalinan tindakan ekstraksi vakum bertujuan untuk membantu proses
persalinan yang mengalami penyulit sehingga bisa mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Namun, persalinan dengan tindakan ekstraksi vakum juga memberikan dampak yang
membahayakan bagi ibu dan bayi.

Penggunaan vakum bukan berarti tanpa masalah karena tindakan ekstraksi vakum dapat
menyebabkan berbagai masalah baik untuk ibu maupun janin. Komplikasi pada ibu yaitu
perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi sedangkan pada janin yaitu ekskoriasi kulit kepala,
sefalhematoma, subgaleal hematoma, nekrosis kulit kepala dan komplikasi lainnya (Sarwono,
2007). Ekstraksi vakum juga dapat mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan
vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang
dapat mengakibatkan pendarahan intracranial

Standar Pertolongan Persalinan


i.        Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
1)      Tujuan
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
2)      Pernyataan standar
Bidan menilai cara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan
dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinana berlangsung.
3)      Hasilnya :
1.      Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bila diperlukan
2.      Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan
terlatih
3.      Berkurangnya kematian atau kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama
j.        Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
1)      Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
1)      Pernyataan standar :
Menggunakan dan mengurangi kejadian pendarahan pascapersalinan, memperpendek
dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan penutup ketuban secara tepat.
2)      Persyaratan :
1.      Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas atau ketuban pecah
2.      Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman
3.      tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril
4.      Perlengkapan alat yang cukup
k.      Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
1)      Tujuan
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput kebtuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian pendarahan pascapersalinan, ,emperpendek kala III, mencegah atoni uteri
dan retensio plasenta.
2)      Pernyataan standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
l.        Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy
1)      Tujuan
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin
pada saat kepala janin meregangkan perinieum.
2)      Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera
melakukan episiotomi dengan aman untuk memeperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan
perinieum.

Pembahasan

Dalam Undang-Undang Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (UU Tenaga Kesehatan)6
terbaru, tenaga kebidanan adalah salah satu jenis tenaga kesehatan. Sebagai salah satu tenaga
kesehatan, bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang didasarkan
pada kompetensi yang dimilikinya (lihat Pasal 62 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan). Menurut
penjelasan Pasal 62 ayat (1) huruf c UU Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan "kewenangan
berdasarkan kompetensi" adalah kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara
mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain untuk bidan adalah ia
memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana7 .

Jika bidan tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 62 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan,
ia dikenai sanksi administratif. Ketentuan sanksi ini diatur dalam Pasal 82 ayat (1) UU Tenaga
Kesehatan8 . Sanksi yang dikenal dalam UU Tenaga Kesehatan adalah sanksi administratif,
yakni sanksi ini dijatuhkan jika bidan yang bersangkutan dalam menjalankan praktiknya tidak
sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, jika memang memberikan obat
atau suntikan bukanlah kompetensi yang dimilikinya, maka sanksi yang berlaku padanya adalah
sanksi administratif bukan sanksi pidana. Akan tetapi, apabila ternyata pertolongan persalinan itu
merupakan suatu kelalaian berat yang menyebabkan penerima pelayanan kesehatan menderita
luka berat, maka bidan yang bersangkutan dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun. Sedangkan jika kelalaian berat itu mengakibatkan kematian, bidan tersebut dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun (lihat Pasal 84 UU Tenaga Kesehatan).

Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan atau perawat dilakukan di luar
kewenangannya karena mendapat pelimpahan wewenang. Hal ini disebut dalam Pasal 65 ayat (1)
UU Tenaga Kesehatan yang berbunyi bahwa dalam melakukan pelayanan kesehatan, Tenaga
Kesehatan dapat menerima pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis.
Selain itu, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan
pelayanan kesehatan meliputi pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,
dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit (Pasal 13 ayat (1) huruf a Permenkes
1464/2010)10 .

Melihat pada ketentuan di atas, sehubungan dengan pertolongan persalinan dengan


vakum ekstraksi oleh bidan, dapat dilihat bahwa sanksi pidana akan diberikan kepada bidan jika
tindakan yang dilakukannya kepada pasien merupakan suatu kelalaian berat yang mengakibatkan
luka berat atau kematian kepada pasien. Kode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman
yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya.

Kewenangan Bidan dalam Ekstraksi Vakum

a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/Menkes/SK/VII/2002 Bidan dalam menjalankan


praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi : (beberapa point) (m)
vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul.

b. PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehenship) Berwenang dalam


memberikan pelayanan maternal dan neonatal denga resiko tinggi  Masa Neonatal  Ekstraksi
Vakum SDM yang tersedia, yaitu dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak, Bidan dan
perawat berwenang dalam menangani kasus kegawatdaruratan sesuai kompetensinya (sudah
terlatih dan cekatan pada saat melakukan tindakan).

c. Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 Pasal 10 (1) Pelayana kesehatan ibu pada masa
pra-hamil,kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan. (2) Pelayanan kesehatan ibu yang dimaksud pada ayat 1 (a-f) C . pelayanan
persalinan normal (3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat 2 berwenang untuk: (a-k) C . penanganan kegawatdaruratan , dilanjutkan dengan
perujukkan.
Daftar pustaka

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/14625/12990

https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/UU%20Nomor%2036%20Tahun
%202014.pdf

http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3692007.pdf

https://poltekkes-kaltim.ac.id/2013/05/24/standar-profesi-bidan-di-indonesia/

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123820-PK+I+2077.8161-Tanggung+jawab-
Tinjauan+umum.pdf

Anda mungkin juga menyukai