BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN
dan penurunannya sangat lambat. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan
Bangsa Bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan
Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua
diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan
kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu:
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 408/100 000 (SKDI dan
SKRT 1990) menjadi 102/100 000 pada tahun 2015 dan;
Angka Kematian Bayi (AKB) dari 68/1000 kelahiran hidup (SKDI dan
SKRT) 1990) menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan
dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan
neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru
lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.
1
Kunci keberhasilan penanganan persalinan diunit kamar bersalin adalah
dengan ketersediaan tenaga yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan
manajemen yang handal. Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu,
tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan,ketrampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada
pasien.
Unit kamar bersalin menyusun pedoman Pelayanan unit kamar bersalin
sebagai bentuk nyata komitmen serta untuk meningkatkan mutu SDM di rs
Bangli Medika Canti
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Buku Pedoman disusun dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya menurunkan
angka kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB).
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu
dan bayi secara terpadu dan paripurna.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi.
c. Meningkatkan pelaksanaan Inisiani Menyusui Dini, Rawat Gabung dan
pemberian ASI Akslusif.
2
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal normal meliputi :
Asuhan Bayi Baru lahir (Level asuhan dasar neonatal normal)
3. Pelayanan kesehatan dengan resiko tinggi.
Masa Antenatal
Perdarahan pada kehamilan muda/abortus
Nyeri perut pada kehamilan muda dan lanjut
Gerak janin tidak dirasakan
Demam dalam kehamilan dan persalinan
Kehamilan Ektopik ( KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
Perdarahan pada masa kehamian, kehamilan metabolik.
Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan.
Hipertensi,Preeklamsia/Eklamsia
Masa Intranatal
Induksi oksitocin pada hamil lewat waktu,
IUFD
Pelayanan terhadap Syok .
Penanganan Pecah Ketuban.
Penanganan persalinan lama
Persalinan dengan parut uterus
Gawat janin dalam persalinan
Penanganan Malpresentasi dan Malposisi
Penanagnan distocia bahu
Penanganan Prolapsus tali pusat
Kuret pada Blighted Ovum/ kematian medis,Abortus Inkomplit →
Molahidatidosa
Aspirasi Vakum Manual.
Seksio Sesaria
Episiotomi
Placenta Manual
Perbaikan robekan Serviks
Perbaikan robekan vagina dan perineum
Reposisi Inversio Uteri
Melakukan penjahitan
Histerktomie
Ibu sukar bernafas/sesak
Kompresi Bimanual dan Aorta
Ligasi Arteri Uterine
Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Penanganan BBLR
Resusitasi BBL
Anastesia umum dan lokal untuk Seksio Sesaria
Anastesia Spinal,Ketamin
Blok Paraserfikal
Blok Pudendal
3
Masa Post natal
Masa Nifas
Demam pasca persalinan/infeksi nifas
Perdarahan Paca Persalinan
Nyeri perut pasca persalinan
Keluarga Berencana
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Resiko Tinggi
Asuhan Bayi Baru Lahir
Asfiksia
Trauma kelahiran
Inisiasi menyususi Dini
Perawatan metode kangguru
Resusitasi Neonatus
5. Pelayanan Ginekologis
Kehamilan Ektopik
Perdarahan Uterus Disfungsi
Perdarahan Menoragia
Kista Ovarium Akut
Radang Pelvik Akut
Abses pelvik
Infeksi Saluran Genitalia
E. LANDASAN HUKUM
4
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5291).
7. Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Percepatan Dalam
Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs 2015).
8. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Bangli
Medika Canti Nomor 177/SK-DIR/XII/2015 tentang Kebijakan Pelayanan
di Rumah Sakit Bangli Medika Canti.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
HITUNGAN KETENAGAAN DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS
DEPKES 2002 DIKAMAR BERSALIN
5
A. PERHITUNGAN KETENAGAAN
Jumlah bidan 11 orang dan Ka Unit 1 orang
RUMUS PERHITUNGAN
a. Waktu yang dibutuhkan untuk 4 x 2 = 8 = dibulatkan menjadi = 1
pertolongan persalinan dari kala I 7
s/d IV = 4 jam/pasien
b. Jam efektif bidan 7 jam/hari
c. Rata rata jumlah pasien /hari= 4
6
- Bidan di Unit Bersalin memiliki: sertifikat Ponek dan Resusitasi Bayi
Baru Lahir.
C. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan Kebidanan perlu menyediakan sumber daya manusia yang
kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan
efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk
menunjang pelayanan kebidanan ( Obstetri dan Gynekology) di Unit Bersalin,
maka dibutuhkan tenaga dokter, perawat yang mempunyai pengalaman,
keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
D. Pengaturan Dinas
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
Bidan untuk melaksanakan tugas pelayanan di Unit Bersalin sehingga semua
kegiatan pelayanan kebidanan dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan
dinas dibuat 4 shift dalam 24 jam yaitu:
Dinas Pagi Jam 07.30 sampai dengan Jam 13.30.
Dinas Sore Jam 13.30 sampai dengan Jam 19.30.
Dinas Malam Jam 19.30 sampai dengan Jam 07.30
E. SDM
INTERNAL EKSTERNAL
7
4. Menejemen hari pertama kehidupan
hemoragic post 4. Refreshing standar
partum pemasangan dan pncabutan IUD
5. Pelatihan K3RS 5. Pernikahan dini dan
6. Simulasi dampaknya ditinjau dari psikologis
bencana dan kesehatan reproduksi
7. Oriantasi 6. Kegawat daruratan
kariawan baru obstetric dan neonatal
7. Pelatihan pemasangan
danpencabutan implant
8. Pelatihan kardiotokografi
9. Penatalaksanaan kegawat
daruratan pada bidang OBSGYN dan
anak dalam upaya menurunkan AKI
dan AKB.
10. Pelatihan BCLS
11. Pelatihan PONEK
2 Kadek D3 PJ Shift 1. Seminar 1. Pelatihan
Astalina,A.Md. komunikasi kardiotokografi
Keb efektif 2. Penatalaksanaan
2. Pelatihan kegawat daruratan pada bidang
PPI obstetric ginekologi dan anak dalam
3. Pelatihan upaya menurunkan AKI dan AKB
BHD 3. Kegawat
4. Menejemen daruratan obstetric dan neonatal
hemoragic post 4. In critical care
partum training.
5. Pelatihan 5. Kegawat
K3RS daruratan obstetric.
6. Simulasi 6. Pelatihan PONEK
bencana
7. Oriantasi
kariawan baru
8
pncabutan IUD.
7. Pelatihan pemasangan danpencabutan
implant.
8. Pelatihan Kardiotokografi
9. Pelatihan PONEK
4 Ni Wayan Heni D3 PJ Shift 1. Seminar 1. Penatalaksanaan kegawat daruratan
Nusantari, komunikasi pada bidang obstetric ginekologi dan
A.Md.Keb efektif anak dalam upaya menurunkan AKI
2. Pelatihan PPI dan AKB .
3. Pelatihan BHD 2. kegawat daruratan obstetric dan
4. Menejemen neonatal.
hemoragic post 3. Kegawat daruratan obstetric( ultah IBI
partum Bangli
5. Pelatihan K3RS 4. Pelatihan PONEK
6. Simulasi bencana
7. Oriantasi
kariawan baru
5 Luh Putu D3 Pelaksan 1. Seminar 1. Seminar kegawat daruratan
Lestari,A.Md.K a komunikasi Obstetric.
eb efektif 2. Pelatihan PONEK
2. Pelatihan PPI
3. Pelatihan BHD
4. Pelatihan K3RS
5. Simulasi bencana
6. Oriantasi
kariawan baru
9
8 Ni Made Indah D3 Pelaksan 1. Seminar 1. Relaksasi pada ibu hamil dan hukum
Pratiwi,A.Md. a komunikasi kesehatan bagi tenaga bidan (31
Keb efektif Desember 2010)
2. Pelatihan PPI 2. Aksi nyata bidan dalam mendukung
3. Pelatihan BHD percepatan pencapaian MDGs 2015
4. Pelatihan K3RS ( 27 Juni 2012)
5. Simulasi bencana 3. Tips mempersiapkan kehamilan dan
6. Oriantasi persalinan yang membahagiakan
kariawan baru menuju generasi unggul (21 Oktober
2012)
4. CPD Gangguan organ panggul pasca
salin ( 27 April 2013)
5. Penguatan Profesi bidan untuk
mempersiapkan penerus yang
berkwalitas (8 Agustus 2014)
6. Melalui dokumentasi Askeb kita
tingkatkan patient safety
(7 Desember 2004)
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
11
ink Meja
uba tinda
tor kan
inku U
b
Tempat duduk
Meja
dokter
S
BED pasien
BED pasien
BAD pasien
Spul hock
Bed
Lemari Gyn
kaca
toilet
Lemari kaca
B. STANDAR FASILITAS
12
8 Bengkok besar 1 Baik
9 Bugie (dilatator) 8 Baik
10 Bisturi 1 Baik
11 CTG 1 Baik
12 Cucing 10 Baik
13 Cup vakum plastik 1 Baik
14 Dopler 2 Baik
15 Ekstraktor IUD 2 Baik
17 Gunting IUD 2 Baik
18 Gunting aaf ht biasa 1 Baik
19 Gunting verban 3 Baik
20 Gunting Jaringan sedang 4 Baik
22 Humidifier 4 Baik
23 Hecting set 3 Baik
24 -Pincet anatomis 3 Baik
25 -Pincet chirurgis 2 Baik
26 -Nealfoeder 3 Baik
27 -Gunting benang tjm 3 Baik
28 Infan warmer 1 Baik
29 Kupet partus 3 Baik
30 Kupet hecting 3 Baik
32 Kupet kecil panjang 1 Baik
33 Kaca mata googgle 3 Baik
34 Kom sedang tertutup 3 Baik
35 Kanul plastik no 5/6/8 0 Baik Disposible
37 Korentang + tempatnya 2 Baik
39 Lampu hologen 2 Baik
40 Monitor Jantung 1 Baik
41 Pispot 2 Baik
43 Pincer klem 8 Baik
44 Pengait IUD 2 Baik
45 Partus set 3 Baik
46 -½ kocher 4 Baik
47 -Gunting episiotomi 5 Tumpul
48 -Gunting tali pusat 4 Tumpul
49 -Katheter metal 4 Karatan
50 -Klem tali pusat 6 Baik
51 Refleks humer 3 Baik
52 Suction vakum 1 Baik
53 Suction portable 1 Baik
54 Stetoskop dewasa 2 Baik
55 Stetoskop bayi 1 Baik
56 Sterilisator uv 1 Baik
58 Spekulum hak sedang 1 Baik
59 Spekulum hak besar 1 Baik
60 Spekulum cocor bebek kcl 1 Baik
13
61 Spekulum cocor bebek 2 Baik
sdg
62 Spekulum cocor bebek bsr 1 Baik
63 Sendok kuret tajam 6 Baik
64 Sendok kuret tumpul 5 Baik
65 Skalpel 1 baik
66 Timbangan dewasa 1 Baik
67 Timbangan bayi 1 Baik
68 Troli instumen 5 Baik
69 Tiang infus 3 Baik
70 Tromol sedang 3 Baik
71 Tensimeter air raksa 2 Baik
72 Tourniquete 2 Baik
73 Termometer digital 1 Baik
75 Tenakulum 5 Baik
76 Tampon tang 3 Baik
78 Tong Spatel 1 Baik
80 USG 2D 1 Naik
81 Uterus sonde 3 baik
14
Pasien
22 Gunting biasa 1 1 1
23 Keranjang segi empat 3 3 3
24 Kontener besar 2 2 2
26 Cuk rol 2 2 2
27 Kontener susun kecil 1 1 1
28 Bed partus 1 1 1
29 Bed ginekologi 1 1 1
31 Papan kerja 2 2 2
32 Kursi bulat dokter `1 1 1
34 Kontener sedang 1 1 1
35 Waskom plastik persegi 7 7 7
36 Lampu emergency 1 1 1
39 Remote ac 1 1 1
40 dispenser 1 1 1
42 CPU 1 1 1
43 Komputer 1 1 1
1 Atropin 2
2 Aminophillin Inj 2
3 Blood Set 2
4 Cortidex 2
5 Epinefrine
7 Foley Catheter 16 1
9 IV Cath No 18 2
1/1
10 IV CAth No 20 1
1/1
11 Infus RL 2
2/2
12 Iv cath no 24 5
13 Miotonic 0
14 Otsu Water 25 ml 1
2/2
15 Otsu D 40% 25 ml 2
16 Otsu asering 1
17 Otsu D 5 2
19 Otsu MgSO4 1
20 Oxyflow dewasa 0 Disposible
21 Oxyflw Bayi 0 Disposible
15
22 Plasminex 1
23 Spuit 1 cc 1
24 Spuit 3 cc 0
2/2
25 Spuit 5 cc 0
2/2
26 Spuit 10 cc 1
2/2
27 Spuit 20 cc 1
28 fetik Supp 10
29 Ca glikonas 1
30 Santocin Inj 10
31 Benang cut get 2
Three way 1
32 Umbilikal Cord 4
37 Wing Needle 2
c. Pencatatan :
Simpulkan hasil pemeliharaan (alat baik dan alat tidak baik)
2. Perbaikan Peralatan
a. Tujuan
Membantu kelancaran pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit
b. Prosedur
- Peralatan medis yang mengalami gangguan atau kerusakan oleh
unit-unit dilaporkan ke tehnisi medis dengan mengisi form Work
Order.
- Tehknisi medis akan melakukan pengecekan terhadap peralatan
medis yang mengalami gangguan atau kerusakan.
16
- Setelah melalui proses pengecekan peralatan medis yang yang
dapat di perbaiki akan segera dapat dipergunakan.
- Peralatan medis yang mengalami kerusakan berat dan harus
memanggil pihak lain segera dilakukan.
- Apabila peralatan medis tersebut harus diperbaiki di luar Rumah
Sakit maka kana dilakukan pencatatan pada buku Ekspedisi serah
terima barang keluar masuk.
3. Kalibrasi Alat
a. Tujuan
Peralatan medis dalam kondisi baik dan layak pakai sesuai dengan
standar yang berlaku.
b. Prosedur
Proses Kalibrasi peralatan dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh
BPFK (Balai Pemeriksa Fasilitas Kesehatan DepKes RI) di
koordinir oleh Tehnisi medis Rumah Sakit.
Masing-masing alat yang sudah dilakukan kalibrasi akan di
tempel stiker kalibrasi dan jadwal kalibrasi alat berikutnya.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
17
- Pencahayaan harus terang
- Bebas nyamuk
- Kulkas untuk menyimpan obat
- AC
- Wastafel
3. Persiapan Permukaan kamar bersalin (Dinding, Lantai, Plafon)
- Lantai dan dinding menggunakan
B. Syarat-Syarat Bekerja di Kamar bersalin
1. Displin yang tinggi dalam menjalankan peraturan dan ferformen rumah
sakit
2. Kesehatan dan kebersihan.
3. Petugas kamar bersalin harus bebas dari kuman-kuman yang mudah
ditularkan (karier sangat sukar ditentukan).
4. Perlengkapan petugas:
Perlengkapan petugas saat mendampingi dokter tindakan (partus dan
kuretage)
- Memakai baju kerja
- Penutup kepala
- Masker
- Sarung tangan steril
C. Alur pasien masuk kamar bersalin untuk rawat jalan
AKTIFITAS
a. Pasien dikamar bersalin bias masuk lewat UGD, FO/CRO dan
Poliklinik Obsgyn.
b. Bidan kamar bersalin menerima pasien dan melakukan pengkajian dan
pemeriksaan sesuai prosedur.
c. Bidan melaporkan hasil pemeriksaan kedokter DPJP
d. Bidan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
tentang hasil pemeriksaan dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
e. Keluarga pasien diminta untuk ke FO/CRO untuk persetujuan biaya
tindakan dan bidan meminta tanda tangan persetujuan pasien dan
keluarga.
f. Bila ada tindakan yang akan dilakukan bidan menyiapkan alat sesuai
instruksi dokter.
Atau melakukan pemeriksaan penunjang jika ada.
Mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan atau melakukan
tindakan.
g. Bidan melakukan observasi post tindakan.
h. Bidan menginput data tindakan di IT dan membawa form tidakan
kekasir.
18
i. Bidan meretur obat bila tidak terpakai dan mengambil obat oral ke
deppo farmasi, dan menyerahkan perincian obat dan meminta tanda
tangan kepada pasien/keluarga.
j. Bila kondisi pasien belum stabil observasi dilanjutkan sampai pasien
benar-benar stabil.
k. Bila kondisi baik keluarga pasien diminta untuk menyelesaikan
adminitrasi kekasir.
l. Bila pasien sudah menyelesaikan adminitrasinya bidan memberi KIE
tentang cara minum obat, perawatan dirumah, menyerahkan buku
control dan pemeriksaan penunjang bila ada.
m. Bidan memulangkan pasien.
19
m. Mengantarkan bayi keruang bayi untuk dilakukan observasi dan
pemeriksaan lebih lanjut.
n. Bila pasien akan dilakukan tindakan seksio maka bidan melakukan
kolaborasi :
- Menghubungi kamar operasi untuk menginformsikan rencana
tindakan.
- Menghubungi ruang bayi
- Menghubungi dokter anastesi dan dokter Anak untuk konsul
pasien.
o. Menyiapkan pre op pasien
p. Melakukan serah terima pasien dengan menggunakan ceklist pre
op pasien.
q. Memindahkan pasien ke brankard ok.
BAB V
LOGISTIK
20
Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis adalah prosedur
penyediaan obat habis pakai adalah permintaan obat yang pemakaiannya
tidak mendapat ganti dari instalasi farmasi. Permintaan tersebut dilakukan
setiap hari senin,rabu dan jumat.
Prosedur :
Setiap unit atas jumlah stok minimum barang atau kebutuhan tertentu
membuat permintaan barang kepada bagian logistik untuk barang
persediaan atau barang habis pakai dengan menggunakan Formulir
Permintaan Barang yang telah di cek dan disetujui oleh kepala
unitnya masing- masing.
Apabila ada permintaan barang inventaris dan barang desain khusus
yang diperlukan oleh masing-masing unit, unit harus mengisi
Formulir Permintaan Barang
Sesuai SPO Permintaan barang dari unit
Untuk BHP harian dimprah 2 munggu sekali, permint di input di IT
dan melakukan konfirmasi ke gudang farmasi atau logistik untuk
nomor pengamprahan.
Bidan Kamar Bersalin mengecek barang yang diminta, kemudian
tandatangan dibuku permintaan pada kolom pengambilan dan petugas
instalasi farmasi tanda tangan di kolom penyerahan.
Setiap pemakaian akan diin put di sistem IT mutasi barang untuk
pengurangan jumlah stok di unit.
2. Prosedur permintaan pemakaian obat di Kamar Bersalin
Prosedur permintaan pemakaian obat dikamar bersalin adalah:
Bila ada pasien yang akan melakukan tindakan maka bidan akan
mengamprah obat difarmasi / deppo obat
Resep diserahkan kepada Instalasi Farmasi
Bidan meminta obat atau alat kesehatan sesuai dengan resep yang
diserahkan ke Instalasi Farmasi
Bidan mengecek obat atau alat kesehatan yang diterima, jika sudah
benar petugas Instalasi Farmasi dan bidan menandatangani buku kopi
resep.
21
Obat atau alat kesehatan yang baru diterima dimasukkan ke
tempatnya
3. Prosedur penyediaaan bahan habis pakai non medis
Prosedur penyediaaan bahan habis pakai non medis adalah permintaan
bahan habis pakai yang bukan medis ke instalasi logistik.
Prosedur:
Prosedur Kegiatan :
Dari hasil pengecekan rutin, diketahui ada peralatan yang tidak dapat
digunakan lagi atau tidak dapat diperbaiki lagi. Kemudian direncanakan
dalam anggaran rutin atau pengajuan penggantian baru
22
Pembelian peralatan baru sepengetahuan Kepala Bidang Pelayanan
Medis dengan mengajukan permintaan penggantian peralatan ke
Logistik khusus.
Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap
tahun pada bulan September kepada tim pengadaan barang rumah sakit,
disertai dengan perkiraan harga.
Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
Bila sudah terealisasi, Kepala unit kamar bersalin menerima alat dan
menandatangani buku penerimaan barang serta berita acara penerimaan
barang dari tim penerima barang serta menuliskan pada buku inventaris
unit kamar bersalin.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
23
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
24
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
25
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di
atas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan
E. PROGRAM PENGAMANAN
26
1. Program Pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua
peralatan untuk pertolongan maternal dan perinatal antar lain : alat-alat
listrik,gas medis (O2),AC, saluran udara (Ventilasi), peralatan anastesi,
alat-alat gawat darurat, dan alat-alat resusitasi. Daerah pengamanan listrik
paling sedikit diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan catatan daerah-daerah
yang diperiksa, prosedur yang diikuti dan hasilnya harus disimpan dengan
baik. Alat-alat ini harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin
pemeliharaan oleh ahli tehnik atau konsultan dari rumah sakit.
2. Program Pengamanan Infeksi Nosokomial
3. Harus ada system yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya
infeksi Nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian integral dari
pengendalian infeksi ( Dalin) di Rumah Sakit Bangli Medica Canti.
F. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien.
Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan
27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
28
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan
terlalu panas atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dan lain-lain.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak
minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran
penyakit.
29
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi
untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah
tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang
bertugas di instalasi perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang
bayi.
30
7. Adanya alat pelindung, pertolongan pertama, ada petunjuk penggunaan
alat.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu Pelayanan Maternal
dan Neonatal RS Bangli Medika Canti mengacu pada Pedoman Indikator Mutu
RS Bangli Medika Canti yaitu:
31
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di : Bangli
Pada Tanggal : 1 Januari 2019
32
Rumah Sakit Bangli Medika Canti
33