Anda di halaman 1dari 33

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit

Bangli Medika Canti


Nomor : 246/SK-DIR/XII/2015
Tanggal : 1 Januari 2019
Tentang : Pedoman Pelayanan Unit
Kamar Bersalin
di Rumah Sakit
Bangli Medika Canti

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN
dan penurunannya sangat lambat. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan
Bangsa Bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan
Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua
diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan
kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu:
 Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 408/100 000 (SKDI dan
SKRT 1990) menjadi 102/100 000 pada tahun 2015 dan;
 Angka Kematian Bayi (AKB) dari 68/1000 kelahiran hidup (SKDI dan
SKRT) 1990) menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan
dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan
neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru
lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.

1
Kunci keberhasilan penanganan persalinan diunit kamar bersalin adalah
dengan ketersediaan tenaga yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan
manajemen yang handal. Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu,
tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan,ketrampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada
pasien.
Unit kamar bersalin menyusun pedoman Pelayanan unit kamar bersalin
sebagai bentuk nyata komitmen serta untuk meningkatkan mutu SDM di rs
Bangli Medika Canti

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum
Buku Pedoman disusun dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya menurunkan
angka kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB).
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu
dan bayi secara terpadu dan paripurna.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi.
c. Meningkatkan pelaksanaan Inisiani Menyusui Dini, Rawat Gabung dan
pemberian ASI Akslusif.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN DI KAMAR BERSALIN


Pelayanan kesehatan ibu dan bayi merupakan pelayanan berkesinambungan
dan saling terkait.kesehatan bayi ditentukan sejak dalam kandungan.disisi lain
kesehatan ibu dapat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya.
a. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
b. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
c. Pelayanan Kesehtan Maternal Resiko Tinggi
d. Pelayanan Ginekologi.
e. Melaksanakan Program RSIBB
D. BATASAN OPERASIONAL
Adapun batasan operasional setiap pelayanan meliputi:
1. Pelayanan kesehatan Maternal normal meliputi:
 Pelayanan kehamilan
 Pelayanan persalinan normal dan persalinan dengan tindakan operatif
 Pelayanan Nifas

2
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal normal meliputi :
 Asuhan Bayi Baru lahir (Level asuhan dasar neonatal normal)
3. Pelayanan kesehatan dengan resiko tinggi.
Masa Antenatal
 Perdarahan pada kehamilan muda/abortus
 Nyeri perut pada kehamilan muda dan lanjut
 Gerak janin tidak dirasakan
 Demam dalam kehamilan dan persalinan
 Kehamilan Ektopik ( KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
 Perdarahan pada masa kehamian, kehamilan metabolik.
 Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan.
 Hipertensi,Preeklamsia/Eklamsia
Masa Intranatal
 Induksi oksitocin pada hamil lewat waktu,
 IUFD
 Pelayanan terhadap Syok .
 Penanganan Pecah Ketuban.
 Penanganan persalinan lama
 Persalinan dengan parut uterus
 Gawat janin dalam persalinan
 Penanganan Malpresentasi dan Malposisi
 Penanagnan distocia bahu
 Penanganan Prolapsus tali pusat
 Kuret pada Blighted Ovum/ kematian medis,Abortus Inkomplit →
Molahidatidosa
 Aspirasi Vakum Manual.
 Seksio Sesaria
 Episiotomi
 Placenta Manual
 Perbaikan robekan Serviks
 Perbaikan robekan vagina dan perineum
 Reposisi Inversio Uteri
 Melakukan penjahitan
 Histerktomie
 Ibu sukar bernafas/sesak
 Kompresi Bimanual dan Aorta
 Ligasi Arteri Uterine
 Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
 Penanganan BBLR
 Resusitasi BBL
 Anastesia umum dan lokal untuk Seksio Sesaria
 Anastesia Spinal,Ketamin
 Blok Paraserfikal
 Blok Pudendal

3
Masa Post natal
 Masa Nifas
 Demam pasca persalinan/infeksi nifas
 Perdarahan Paca Persalinan
 Nyeri perut pasca persalinan
 Keluarga Berencana
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Resiko Tinggi
 Asuhan Bayi Baru Lahir
 Asfiksia
 Trauma kelahiran
 Inisiasi menyususi Dini
 Perawatan metode kangguru
 Resusitasi Neonatus
5. Pelayanan Ginekologis
 Kehamilan Ektopik
 Perdarahan Uterus Disfungsi
 Perdarahan Menoragia
 Kista Ovarium Akut
 Radang Pelvik Akut
 Abses pelvik
 Infeksi Saluran Genitalia

E. LANDASAN HUKUM

1. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Mentri kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah
Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEX) 24 jam
di Rumah Sakit.
5. Buku Pedoman Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan Pemberian
ASI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementerian Kesehatan RI tahun 2008.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara

4
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5291).
7. Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Percepatan Dalam
Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs 2015).
8. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Bangli
Medika Canti Nomor 177/SK-DIR/XII/2015 tentang Kebijakan Pelayanan
di Rumah Sakit Bangli Medika Canti.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
HITUNGAN KETENAGAAN DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS
DEPKES 2002 DIKAMAR BERSALIN

5
A. PERHITUNGAN KETENAGAAN
Jumlah bidan 11 orang dan Ka Unit 1 orang

RUMUS PERHITUNGAN
a. Waktu yang dibutuhkan untuk 4 x 2 = 8 = dibulatkan menjadi = 1
pertolongan persalinan dari kala I 7
s/d IV = 4 jam/pasien
b. Jam efektif bidan 7 jam/hari
c. Rata rata jumlah pasien /hari= 4

Loss Day : Jumlah minggu+cuti+Hr bsr 52 +5 = 14 x 3 = 213= 0,74


x jumlah bidan 286 286
Jumlah hari kerja efektif

Jumlah jam yang dipakai untuk


mengerjakan tugas-tugas non (1 + 1) x 25 % = 0.5
keperawatan diasumsikan 25% dari
pelayanan keperawatan

Jumlah total kebutuhan tenaga per sift 1+ 0.74 + 0.5 = 2.24


dan Ka Unit Tenaga persift 2 orang + 1 Ka Unit

Actual Permintaan kebutuhan keterangan


Jika rata rata kunjungan
perhari 2-3 pasien
10 orang 10 orang Jumlah bidan yang
dibutuhkan adalah 2 orang
/sift.

B. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kualifikasi Tenaga Di Ruang Bersalin di Rumah Sakit Bangli Medica
Canti
- Dokter Obsgyn
Jadwal jaga dokter sudah diatur sesuai SPO pengaturan jadwal jaga
dokter 24 jam. Atau bila ada tindakan kegawatdaruratan.
2. Kualifikasi Tenaga Bidan di Unit Bersalin Rumah Sakit Bangli Medika
Canti

6
- Bidan di Unit Bersalin memiliki: sertifikat Ponek dan Resusitasi Bayi
Baru Lahir.

C. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan Kebidanan perlu menyediakan sumber daya manusia yang
kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan
efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk
menunjang pelayanan kebidanan ( Obstetri dan Gynekology) di Unit Bersalin,
maka dibutuhkan tenaga dokter, perawat yang mempunyai pengalaman,
keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.

D. Pengaturan Dinas
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
Bidan untuk melaksanakan tugas pelayanan di Unit Bersalin sehingga semua
kegiatan pelayanan kebidanan dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan
dinas dibuat 4 shift dalam 24 jam yaitu:
 Dinas Pagi Jam 07.30 sampai dengan Jam 13.30.
 Dinas Sore Jam 13.30 sampai dengan Jam 19.30.
 Dinas Malam Jam 19.30 sampai dengan Jam 07.30

E. SDM

NO NAMA BIDAN DIK JABATAN PELATIHAN KOMPETENSI

INTERNAL EKSTERNAL

1 Ni Wayan Hepi D3 Ka Unit 1. Seminar kegawat


Purwanti,A.Md 1. Seminar daruratan obstetric
.Keb komunikasi 2. Pelatihan skrining
efektif hipotiroid congenital
2. Pelatihan PPI 3. Seminar pentingnya
3. Pelatihan BHD kesehatan saluran cerna dalam 1000

7
4. Menejemen hari pertama kehidupan
hemoragic post 4. Refreshing standar
partum pemasangan dan pncabutan IUD
5. Pelatihan K3RS 5. Pernikahan dini dan
6. Simulasi dampaknya ditinjau dari psikologis
bencana dan kesehatan reproduksi
7. Oriantasi 6. Kegawat daruratan
kariawan baru obstetric dan neonatal
7. Pelatihan pemasangan
danpencabutan implant
8. Pelatihan kardiotokografi
9. Penatalaksanaan kegawat
daruratan pada bidang OBSGYN dan
anak dalam upaya menurunkan AKI
dan AKB.
10. Pelatihan BCLS
11. Pelatihan PONEK
2 Kadek D3 PJ Shift 1. Seminar 1. Pelatihan
Astalina,A.Md. komunikasi kardiotokografi
Keb efektif 2. Penatalaksanaan
2. Pelatihan kegawat daruratan pada bidang
PPI obstetric ginekologi dan anak dalam
3. Pelatihan upaya menurunkan AKI dan AKB
BHD 3. Kegawat
4. Menejemen daruratan obstetric dan neonatal
hemoragic post 4. In critical care
partum training.
5. Pelatihan 5. Kegawat
K3RS daruratan obstetric.
6. Simulasi 6. Pelatihan PONEK
bencana
7. Oriantasi
kariawan baru

3 I A Rika D3 PJ Shift 1. Seminar 1. Pelatihan BCLS


Adipatni,A.Md. komunikasi 2. Piagam Pendidikan dan latihan dasar
keb efektif KORPS sukarela KSR palang merah
3. Pelatihan PPI indonesia.
4. Pelatihan BHD 3. Kegawat daruratan obstetric dan
5. Menejemen neonatal.
hemoragic post 4. Penatalaksanaan kegawat daruratan
partum pada bidang obstetric ginekologi dan
6. Pelatihan K3RS anak dalam upaya menurunkan AKI
7. Simulasi dan AKB.
bencana 5. Pernikahan dini dan dampaknya
8. Oriantasi ditinjau dari psikologis dan kesehatan
kariawan baru reproduksi.
6. Refreshing standar pemasangan dan

8
pncabutan IUD.
7. Pelatihan pemasangan danpencabutan
implant.
8. Pelatihan Kardiotokografi
9. Pelatihan PONEK
4 Ni Wayan Heni D3 PJ Shift 1. Seminar 1. Penatalaksanaan kegawat daruratan
Nusantari, komunikasi pada bidang obstetric ginekologi dan
A.Md.Keb efektif anak dalam upaya menurunkan AKI
2. Pelatihan PPI dan AKB .
3. Pelatihan BHD 2. kegawat daruratan obstetric dan
4. Menejemen neonatal.
hemoragic post 3. Kegawat daruratan obstetric( ultah IBI
partum Bangli
5. Pelatihan K3RS 4. Pelatihan PONEK
6. Simulasi bencana
7. Oriantasi
kariawan baru
5 Luh Putu D3 Pelaksan 1. Seminar 1. Seminar kegawat daruratan
Lestari,A.Md.K a komunikasi Obstetric.
eb efektif 2. Pelatihan PONEK
2. Pelatihan PPI
3. Pelatihan BHD
4. Pelatihan K3RS
5. Simulasi bencana
6. Oriantasi
kariawan baru

6 Ni Wayan D3 Pelaksan 1. Seminar 1. Pelatihan komunikasi dan konseling


Wahyu a komunikasi 2. Pelatihan insersi dan extrasi IUD
Witari,A.Md.K efektif 3. Seminar tentang PMS
eb 2. Pelatihan PPI 4. Pelatihan PONEK
3. Pelatihan BHD 5. Seminar kegawat daruratan Obstetric
4. Pelatihan K3RS
5. Simulasi bencana
6. Oriantasi
kariawan baru
7 Ni Wayan D3 Pelaksan 1. Seminar 1. Seminar tentang kegawat daruratan
Armita,A.Md.K a komunikasi Obstetri dan Neonatal
eb efektif 2. Simposium penanganan terkini
2. Pelatihan PPI demam berdarah Dengue
3. Pelatihan BHD 3. Seminar kegawat daruratan Obstetric
4. Pelatihan K3RS 4. Pelatihan PONEK
5. Simulasi bencana
6. Oriantasi
kariawan baru

9
8 Ni Made Indah D3 Pelaksan 1. Seminar 1. Relaksasi pada ibu hamil dan hukum
Pratiwi,A.Md. a komunikasi kesehatan bagi tenaga bidan (31
Keb efektif Desember 2010)
2. Pelatihan PPI 2. Aksi nyata bidan dalam mendukung
3. Pelatihan BHD percepatan pencapaian MDGs 2015
4. Pelatihan K3RS ( 27 Juni 2012)
5. Simulasi bencana 3. Tips mempersiapkan kehamilan dan
6. Oriantasi persalinan yang membahagiakan
kariawan baru menuju generasi unggul (21 Oktober
2012)
4. CPD Gangguan organ panggul pasca
salin ( 27 April 2013)
5. Penguatan Profesi bidan untuk
mempersiapkan penerus yang
berkwalitas (8 Agustus 2014)
6. Melalui dokumentasi Askeb kita
tingkatkan patient safety
(7 Desember 2004)

9 Ni Made D3 Pelaksan 1. Seminar 1. Pelatihan BHD


Widianingsih,A a komunikasi 2. Seminar penanganan Emergensi pada
.Md.Keb efektif kala II dan kala III
2. Pelatihan PPI 3. Seminar pentingnya kesehatan saliran
3. Pelatihan BHD cerna pada 1000 hari pertama kehidupan
4. Pelatihan K3RS 4. Seminar scaling up nutrition
5. Simulasi bencana 5. Seminar kegawat daruratan Obtetric
6. Oriantasi
kariawan baru

10
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG KAMAR BERSALIN

11
ink Meja

uba tinda
tor kan

inku U
b
Tempat duduk

Meja
dokter

S
BED pasien

BED pasien

BAD pasien
Spul hock

Bed
Lemari Gyn
kaca
toilet
Lemari kaca

B. STANDAR FASILITAS

Fasilitas Peralatan MEDIS

Jumlah Kondisi Alat Usulan


No Nama Alata Medis
Inventaris
2 Arteri klem Bengkok 2 Baik
3 Abortus Tang 2 Baik
4 Apron latex 5 Baik
5 Ambu Bag Bayi 1 Baik
6 Biopsi tang 1 Baik
7 Bengkok sedang 2 Baik

12
8 Bengkok besar 1 Baik
9 Bugie (dilatator) 8 Baik
10 Bisturi 1 Baik
11 CTG 1 Baik
12 Cucing 10 Baik
13 Cup vakum plastik 1 Baik
14 Dopler 2 Baik
15 Ekstraktor IUD 2 Baik
17 Gunting IUD 2 Baik
18 Gunting aaf ht biasa 1 Baik
19 Gunting verban 3 Baik
20 Gunting Jaringan sedang 4 Baik
22 Humidifier 4 Baik
23 Hecting set 3 Baik
24 -Pincet anatomis 3 Baik
25 -Pincet chirurgis 2 Baik
26 -Nealfoeder 3 Baik
27 -Gunting benang tjm 3 Baik
28 Infan warmer 1 Baik
29 Kupet partus 3 Baik
30 Kupet hecting 3 Baik
32 Kupet kecil panjang 1 Baik
33 Kaca mata googgle 3 Baik
34 Kom sedang tertutup 3 Baik
35 Kanul plastik no 5/6/8 0 Baik Disposible
37 Korentang + tempatnya 2 Baik
39 Lampu hologen 2 Baik
40 Monitor Jantung 1 Baik
41 Pispot 2 Baik
43 Pincer klem 8 Baik
44 Pengait IUD 2 Baik
45 Partus set 3 Baik
46 -½ kocher 4 Baik
47 -Gunting episiotomi 5 Tumpul
48 -Gunting tali pusat 4 Tumpul
49 -Katheter metal 4 Karatan
50 -Klem tali pusat 6 Baik
51 Refleks humer 3 Baik
52 Suction vakum 1 Baik
53 Suction portable 1 Baik
54 Stetoskop dewasa 2 Baik
55 Stetoskop bayi 1 Baik
56 Sterilisator uv 1 Baik
58 Spekulum hak sedang 1 Baik
59 Spekulum hak besar 1 Baik
60 Spekulum cocor bebek kcl 1 Baik

13
61 Spekulum cocor bebek 2 Baik
sdg
62 Spekulum cocor bebek bsr 1 Baik
63 Sendok kuret tajam 6 Baik
64 Sendok kuret tumpul 5 Baik
65 Skalpel 1 baik
66 Timbangan dewasa 1 Baik
67 Timbangan bayi 1 Baik
68 Troli instumen 5 Baik
69 Tiang infus 3 Baik
70 Tromol sedang 3 Baik
71 Tensimeter air raksa 2 Baik
72 Tourniquete 2 Baik
73 Termometer digital 1 Baik
75 Tenakulum 5 Baik
76 Tampon tang 3 Baik
78 Tong Spatel 1 Baik
80 USG 2D 1 Naik
81 Uterus sonde 3 baik

Fasilitas Peralatan NON MEDIS

No Nama alat Non Medis Jmlh Jumlah Inventaris


awal
II IV Keterangan
Mei 31-10 31-10
2014 2014
1 AC 2 2 2
2 Nakas emergenci 1 1 -
3 Nakas pasien 2 2 2
4 Meja dokter 2 2 2
5 Kursi dokter 2 2 2
6 Jam dinding 4 4 4
7 Lemari 2 pintu kaca 2 3 3
8 Tmpt sampah medis pedal 3 5 5
9 Tmpt sampah non medis 2 4 4
10 Rak sepatu plastik 1 1 1
11 Sepatu boot 1 1 1
13 Sandal perawat 3 3 3
15 Meteran kain 2 2 2
16 Handuk kecil 6 6 6
17 Tofles kaca besar 4 4 4
18 Tofles kaca kecil 1 1 1
19 Tmpt pakaian kotor 1 1 1
20 Ember tertutup 1 1 1
21 Kursi bulat penunggu 2 2 2

14
Pasien
22 Gunting biasa 1 1 1
23 Keranjang segi empat 3 3 3
24 Kontener besar 2 2 2
26 Cuk rol 2 2 2
27 Kontener susun kecil 1 1 1
28 Bed partus 1 1 1
29 Bed ginekologi 1 1 1
31 Papan kerja 2 2 2
32 Kursi bulat dokter `1 1 1
34 Kontener sedang 1 1 1
35 Waskom plastik persegi 7 7 7
36 Lampu emergency 1 1 1
39 Remote ac 1 1 1
40 dispenser 1 1 1
42 CPU 1 1 1
43 Komputer 1 1 1

TROLLY EMERGENCY (RUANG GYNEKOLOGI)

NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN

1 Atropin 2
2 Aminophillin Inj 2
3 Blood Set 2
4 Cortidex 2
5 Epinefrine
7 Foley Catheter 16 1
9 IV Cath No 18 2
1/1
10 IV CAth No 20 1
1/1
11 Infus RL 2
2/2
12 Iv cath no 24 5
13 Miotonic 0
14 Otsu Water 25 ml 1
2/2
15 Otsu D 40% 25 ml 2
16 Otsu asering 1
17 Otsu D 5 2
19 Otsu MgSO4 1
20 Oxyflow dewasa 0 Disposible
21 Oxyflw Bayi 0 Disposible

15
22 Plasminex 1
23 Spuit 1 cc 1
24 Spuit 3 cc 0
2/2
25 Spuit 5 cc 0
2/2
26 Spuit 10 cc 1
2/2
27 Spuit 20 cc 1
28 fetik Supp 10
29 Ca glikonas 1
30 Santocin Inj 10
31 Benang cut get 2
Three way 1
32 Umbilikal Cord 4
37 Wing Needle 2

A. Pemeliharaan, Perbaikan dan kalibrasi Peralatan


Setiap peralatan yang ada baik medis dan non medis harus dilakukan
pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi agar peralatan dapat tetap
terpelihara dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
1. Pemeliharaan Peralatan
a. Tujuan :
- Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar
- Agar alat selalu dalam kondisi siap pakai, sehingga usia teknis alat
dapat tercapai.
b. Prosedur dan pelaksanaan :
Dilakukan oleh tehnisi medis RS

c. Pencatatan :
Simpulkan hasil pemeliharaan (alat baik dan alat tidak baik)
2. Perbaikan Peralatan
a. Tujuan
Membantu kelancaran pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit
b. Prosedur
- Peralatan medis yang mengalami gangguan atau kerusakan oleh
unit-unit dilaporkan ke tehnisi medis dengan mengisi form Work
Order.
- Tehknisi medis akan melakukan pengecekan terhadap peralatan
medis yang mengalami gangguan atau kerusakan.

16
- Setelah melalui proses pengecekan peralatan medis yang yang
dapat di perbaiki akan segera dapat dipergunakan.
- Peralatan medis yang mengalami kerusakan berat dan harus
memanggil pihak lain segera dilakukan.
- Apabila peralatan medis tersebut harus diperbaiki di luar Rumah
Sakit maka kana dilakukan pencatatan pada buku Ekspedisi serah
terima barang keluar masuk.
3. Kalibrasi Alat
a. Tujuan
Peralatan medis dalam kondisi baik dan layak pakai sesuai dengan
standar yang berlaku.
b. Prosedur
Proses Kalibrasi peralatan dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh
BPFK (Balai Pemeriksa Fasilitas Kesehatan DepKes RI) di
koordinir oleh Tehnisi medis Rumah Sakit.
Masing-masing alat yang sudah dilakukan kalibrasi akan di
tempel stiker kalibrasi dan jadwal kalibrasi alat berikutnya.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Persiapan Lingkungan di Kamar Bersalin


1. Persiapan alat-alat
 Semua kebutuhan perlengkapan alat dikamar bersalin dikemas atau
dibungkus dengan pembungkus steril yang memenuhi syarat.
 Kemasan atau pembungkus steril harus diperiksa terhadap:
- Keutuhan dari bungkusan atau kemasan tersebut (tidak robek, tidak
terbuka, tidak kotordan tidak exp date).
- Kelembaban dari kemasan atau bungkusan.
- Tanggal steril harus tercantum di bagian luar pembungkus, bila
sudah exp date harus disteril ulang.
 Alat-alat besar seperti: tempat tidur pasien, troli, nakas dibersihkan
dengan desinfektan tertentu.
2. Ventilasi
- Cat lantai warna terang
- Ruang bersih bebas debu

17
- Pencahayaan harus terang
- Bebas nyamuk
- Kulkas untuk menyimpan obat
- AC
- Wastafel
3. Persiapan Permukaan kamar bersalin (Dinding, Lantai, Plafon)
- Lantai dan dinding menggunakan
B. Syarat-Syarat Bekerja di Kamar bersalin
1. Displin yang tinggi dalam menjalankan peraturan dan ferformen rumah
sakit
2. Kesehatan dan kebersihan.
3. Petugas kamar bersalin harus bebas dari kuman-kuman yang mudah
ditularkan (karier sangat sukar ditentukan).
4. Perlengkapan petugas:
 Perlengkapan petugas saat mendampingi dokter tindakan (partus dan
kuretage)
- Memakai baju kerja
- Penutup kepala
- Masker
- Sarung tangan steril
C. Alur pasien masuk kamar bersalin untuk rawat jalan
AKTIFITAS
a. Pasien dikamar bersalin bias masuk lewat UGD, FO/CRO dan
Poliklinik Obsgyn.
b. Bidan kamar bersalin menerima pasien dan melakukan pengkajian dan
pemeriksaan sesuai prosedur.
c. Bidan melaporkan hasil pemeriksaan kedokter DPJP
d. Bidan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
tentang hasil pemeriksaan dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
e. Keluarga pasien diminta untuk ke FO/CRO untuk persetujuan biaya
tindakan dan bidan meminta tanda tangan persetujuan pasien dan
keluarga.
f. Bila ada tindakan yang akan dilakukan bidan menyiapkan alat sesuai
instruksi dokter.
Atau melakukan pemeriksaan penunjang jika ada.
Mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan atau melakukan
tindakan.
g. Bidan melakukan observasi post tindakan.
h. Bidan menginput data tindakan di IT dan membawa form tidakan
kekasir.

18
i. Bidan meretur obat bila tidak terpakai dan mengambil obat oral ke
deppo farmasi, dan menyerahkan perincian obat dan meminta tanda
tangan kepada pasien/keluarga.
j. Bila kondisi pasien belum stabil observasi dilanjutkan sampai pasien
benar-benar stabil.
k. Bila kondisi baik keluarga pasien diminta untuk menyelesaikan
adminitrasi kekasir.
l. Bila pasien sudah menyelesaikan adminitrasinya bidan memberi KIE
tentang cara minum obat, perawatan dirumah, menyerahkan buku
control dan pemeriksaan penunjang bila ada.
m. Bidan memulangkan pasien.

D. Alur pasien untuk Rawat Inap


AKTIFITAS
a. Pasien dikamar bersalin untuk rawat inap bias masuk melalui
UGD, FO, Poliklinik Obsgyn dan poli anak.
b. Bidan kamar bersalin menerima pasien dan melakukan pengkajian
dan pemeriksaan sesuai prosedur.
c. Bidan melaporkan hasil pemeriksaan ke dokter DPJP
d. Bidan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
tentang hasil pemeriksaan dan rencana tindakan yang akan
dilakukan.
e. Keluarga pasien diminta untuk ke FO untuk persetujuan biaya
tindakan dan bidan meminta tanda tangan persetujuan pasien dan
keluarga.
f. Untuk pasien yang inpartu rencana persalinan normal, bidan akan
melakukan observasi sesuai dengan partograf
g. Bidan menyiapkan alat untuk persalinan normal.
h. Saat proses persalinan bidan melakukan pendampingan saat
persalinan.
i. Bidan melakukan observasi 2 jam post partum ( kala IV).
j. Jika kondisi pasien tidak stabil (terjadi HPP) maka akan dilakukan
tindakan penanganan sesuai instruksi dokter. Dan observasi
dilanjutkan
k. Jika ada kondisi pasien yang membutuhkan observasi/pemantauan
lebih ketat pasien akan dirujuk untuk medapatkan perawatan
ICU/HCU
l. Jika kondisi pasien stabil pasien dipindahkan keruangan sesuai
dengan prosedur memindahkan pasien keruang rawat inap.

19
m. Mengantarkan bayi keruang bayi untuk dilakukan observasi dan
pemeriksaan lebih lanjut.
n. Bila pasien akan dilakukan tindakan seksio maka bidan melakukan
kolaborasi :
- Menghubungi kamar operasi untuk menginformsikan rencana
tindakan.
- Menghubungi ruang bayi
- Menghubungi dokter anastesi dan dokter Anak untuk konsul
pasien.
o. Menyiapkan pre op pasien
p. Melakukan serah terima pasien dengan menggunakan ceklist pre
op pasien.
q. Memindahkan pasien ke brankard ok.

BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat :


1. Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis

20
Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis adalah prosedur
penyediaan obat habis pakai adalah permintaan obat yang pemakaiannya
tidak mendapat ganti dari instalasi farmasi. Permintaan tersebut dilakukan
setiap hari senin,rabu dan jumat.

Prosedur :

 Setiap unit atas jumlah stok minimum barang atau kebutuhan tertentu
membuat permintaan barang kepada bagian logistik untuk barang
persediaan atau barang habis pakai dengan menggunakan Formulir
Permintaan Barang yang telah di cek dan disetujui oleh kepala
unitnya masing- masing.
 Apabila ada permintaan barang inventaris dan barang desain khusus
yang diperlukan oleh masing-masing unit, unit harus mengisi
Formulir Permintaan Barang
Sesuai SPO Permintaan barang dari unit
 Untuk BHP harian dimprah 2 munggu sekali, permint di input di IT
dan melakukan konfirmasi ke gudang farmasi atau logistik untuk
nomor pengamprahan.
 Bidan Kamar Bersalin mengecek barang yang diminta, kemudian
tandatangan dibuku permintaan pada kolom pengambilan dan petugas
instalasi farmasi tanda tangan di kolom penyerahan.
 Setiap pemakaian akan diin put di sistem IT mutasi barang untuk
pengurangan jumlah stok di unit.
2. Prosedur permintaan pemakaian obat di Kamar Bersalin
Prosedur permintaan pemakaian obat dikamar bersalin adalah:

 Bila ada pasien yang akan melakukan tindakan maka bidan akan
mengamprah obat difarmasi / deppo obat
 Resep diserahkan kepada Instalasi Farmasi
 Bidan meminta obat atau alat kesehatan sesuai dengan resep yang
diserahkan ke Instalasi Farmasi
 Bidan mengecek obat atau alat kesehatan yang diterima, jika sudah
benar petugas Instalasi Farmasi dan bidan menandatangani buku kopi
resep.

21
 Obat atau alat kesehatan yang baru diterima dimasukkan ke
tempatnya
3. Prosedur penyediaaan bahan habis pakai non medis
Prosedur penyediaaan bahan habis pakai non medis adalah permintaan
bahan habis pakai yang bukan medis ke instalasi logistik.

Prosedur:

 Bidan melakukan pengamprahan bahan habis pakai lewat IT, kemudian


bidan akan melakukan konfirmasi kegudang obat/logistik nomor
amprahan.
 Pengamprahan BHP medis dan non medis dilakukan setiap hari selasa
dan juma , dan bisa melyani bila dalam keadaan emergency.
B. Perencanaan peralatan atau Peremajaan :
 Pengertian
Perencanaan peralatan atau peremajaan adalah suatu kegiatan untuk
merencanakan pengadaan peralatan baru, sesuai kebutuhan saat itu atau
sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena
keausannya.

 Tujuan dari perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah agar


peralatan di unit kamar bersalin dapat digunakan setiap saat tanpa ada
gangguan dan dapat mengikuti perkembangan tehnologi kesehatan dan
kedokteran sehingga dapat menunjang kelancaran proses pelayanan di unit
kamar bersalin.
 Kegiatan perencanaan dan peremajaan peralatan dilakukan tiap tahun
dalam bentuk Program Kerja unit kamar bersalin.

 Prosedur Kegiatan :
 Dari hasil pengecekan rutin, diketahui ada peralatan yang tidak dapat
digunakan lagi atau tidak dapat diperbaiki lagi. Kemudian direncanakan
dalam anggaran rutin atau pengajuan penggantian baru

22
 Pembelian peralatan baru sepengetahuan Kepala Bidang Pelayanan
Medis dengan mengajukan permintaan penggantian peralatan ke
Logistik khusus.
 Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap
tahun pada bulan September kepada tim pengadaan barang rumah sakit,
disertai dengan perkiraan harga.
 Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
 Bila sudah terealisasi, Kepala unit kamar bersalin menerima alat dan
menandatangani buku penerimaan barang serta berita acara penerimaan
barang dari tim penerima barang serta menuliskan pada buku inventaris
unit kamar bersalin.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

23
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Mencipatakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem
dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen
hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit
mengatur pelaporan kepada KP-RS (Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.

24
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

D. Standar Patient Safety


Dalam melaksanakan keselamatan pasien ( Patient Safety) untuk pelayanan
maternal dan perinatal,Standar keselamatan pasien harus diterapkan.
Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
Pasien/keluarga pasien mempunyai hak mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Edukasi kepada keluarga pasien tentang kewajiban dan tanggungjawab
keluarga dalam asuhan perawatan/asuhan kebidanan. Untuk keluarga
pasien diajarkan cara mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial
seperti mencuci tangan.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga (dokter, bidan/perawat, gizi,dll) dan antar unit
pelayanan terkait.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit harus terus memperbaiki pelayanan, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara
intensif KTD dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja dan
keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program patient safety
melalui tujuh standar patient safety.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
Rumah sakit menyelenggarakan pendididkan dan pelatihan yang
berkelanjutan sesuai standar profesi,standar pelayanan rumah sakit dan
standar prosedur opersional untuk meningkatkan kompetenistaf
dalampelayanan maternal dan perinatal.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Komunikasi antara tenaga kesehatan dan keluarga pasien selama
melaksanakan pelayanan dapat mencegah kemungkinan terjadinya KTD.

25
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di
atas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan

 Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Bangli Medika Canti


1. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan penentuan
identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar
terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
1. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan identitas pasien
rawat jalan dengan tepat sejak awal pasien datang sampai dengan
pasien pulang terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
2. Komunikasi yang Kurang Efektif
Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang tidak
menggunakan prosedur: TBK (Tulis,Baca,Konfirmasi)
3. Keamanan Obat yang Kurang Diwaspadai
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) atau kejadian sentinel
4. Angka Ketidakpatuhan Cuci Tangan
Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu atau 5
moment cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan
5. Angka Kejadian Pasien Jatuh
Pasien jatuh di lingkungan rumah sakit oleh sebab apa pun.

E. PROGRAM PENGAMANAN

26
1. Program Pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua
peralatan untuk pertolongan maternal dan perinatal antar lain : alat-alat
listrik,gas medis (O2),AC, saluran udara (Ventilasi), peralatan anastesi,
alat-alat gawat darurat, dan alat-alat resusitasi. Daerah pengamanan listrik
paling sedikit diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan catatan daerah-daerah
yang diperiksa, prosedur yang diikuti dan hasilnya harus disimpan dengan
baik. Alat-alat ini harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin
pemeliharaan oleh ahli tehnik atau konsultan dari rumah sakit.
2. Program Pengamanan Infeksi Nosokomial
3. Harus ada system yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya
infeksi Nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian integral dari
pengendalian infeksi ( Dalin) di Rumah Sakit Bangli Medica Canti.

F. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien.
Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan

27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan


bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini diunit kamar bersalin dan
perlindungan terhadap Rumah Sakit. Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

28
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan
terlalu panas atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dan lain-lain.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
 Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak
minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran
penyakit.

29
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi
untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah
tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang
bertugas di instalasi perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang
bayi.

c. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai dalam Proses Penyelenggaraan


Pelayanan di Unit Kamar Bersalin
1. Pengendalian teknis mencakup :
a. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan
b. Ruangan cukup luas, denah sesuai alur kerja, dibuat dari bahan atau
konstruksi yang memenuhi syarat
c. Tersedia tempat untuk penyimpanan alat kesehatan, linen dan alat-alat
kebersihan
d. Ruang untuk membersihkan instrumen bekas alat partus, kuret,
pembersihan alat-alat kesehatan lain yang perlu dilakukan
pembersihan.
e. Tersedia ruang tunggu keluarga pasien dikamar bersalin
f. Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penaggung jawab dan
terciptanya lingkungan kerja yang baik oleh pegawai
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai kemampuan pegawai
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai jam kerja yang
ditetapkan, dan pegawai diberi istirahat setelah 3 jam bekerja, karena
kecelakaan sering terjadi setelah pegawai bekerja lebih dari 3 jam
5. Pemeliharaan peralatan dilakukan secara kontinyu, agar peralatan tetap
dalam kondisi layak pakai
6. Adanya pelatihan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai

30
7. Adanya alat pelindung, pertolongan pertama, ada petunjuk penggunaan
alat.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,


maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan
yang diterimanya.

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu Pelayanan Maternal
dan Neonatal RS Bangli Medika Canti mengacu pada Pedoman Indikator Mutu
RS Bangli Medika Canti yaitu:

1. Kejadian kematian ibu akibat perdarahan saat persalinan, target ≤ 1%

2. Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria, target ≤ 20%

Kegiatan pokok yang dilakukan diperlukan pengendalian kualitas pelayanan


yang pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan.

Kegiatan pengendalian mutu dalam lingkup pelayanan perinatal risiko tinggi


ini adalah mengevaluasi dengan melakukan pencatatan setiap bulan terhadap
indikator mutu tersebut dan dilakukan penilaian berdasarkan standar dan
dievaluasi pada setiap akhir tahun.

31
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan OBGYN dilaksanakan di Rumah Sakit yang sudah mampu


PONEK 24 jam memiliki tenaga dan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai yang memadai untuk memberikan pelayanan
pertolongan kegawatdaruratan Obstetrik maupun komphrehensif untuk secara
langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang
datang sendiri atau rujukan.

Perawatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan riwayat kehamilan


seorang ibu, sedangkan angka kematian maternal sendiri masih sangat tinggi yang
banyak disebabkan karena perdarahan, infeksi dan hipertensi. Oleh sebab itu
peningkatan kualitas dari pelayanan obstetri dari pusat rujukan adalah sangat
penting. RS Bangli Medika Canti sebagai tempat pelayanan yang terkait secara
khusus dalam pelayanan perinatal risiko tinggi berperan juga untuk meningkatkan
kualitas pelayanannya dalam keikutsertaan untuk menurunkan angka kematian
Maternal Neonatal.

Ditetapkan di : Bangli
Pada Tanggal : 1 Januari 2019

32
Rumah Sakit Bangli Medika Canti

dr. I Wayan Rinartha, M.M


Direktur

33

Anda mungkin juga menyukai