Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah suatu proses yang dialami yang tidak dapat dihindari

oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan

kehidupan seksual. Gejala-gejala kemunduran fisik seperti merasa cepat

capek, stamina menurun, badan membongkok, kulit keriput, rambut

memutih, gigi mulai rontok, fungsi panca indra menurun, dan pengapuran

pada tulang rawan (Maramis, 2016).

Jumlah populasi usia 60 tahun atau lebih semakin meningkat. Pada

tahun 2017 diperkirakan 962 juta orang berusia 60 tahun atau lebih di

dunia yang terdiri dari 13% populasi global.(United Nations,2018 ageing)

Menurut data dari Kemenkes 2018 menunjukkan bahwa penduduk

lanjut usia di Indonesia pada tahun 2018 berjumlah 15.718.696 jiwa,

terdiri dari laki-laki 7.830.425 jiwa dan perempuan 7.888.271 jiwa

(Kemenkes RI, 2018.Data dan Informasi Demografi).

Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota dengan jumlah

penduduk 1.988.792 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 51,41%, perempuan

48,59% dari jumlah penduduk kepri tersebut didapatkan 3,9% lansia yaitu

77,563% jiwa, terdiri dari laki-laki 41,576 jiwa dan perempuan 35,987

jiwa (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, 2017).

Kota Batam merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepri dan

merupakan kota dengan jumlah penduduk lebih banyak dari kabupaten


kota lain di Kepri, begitu pula untuk jumlah penduduk lansia (usia 60-70

tahun). Jumlah penduduk kota Batam 2018 adalah sebanyak 514638 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 26.242 jiwa dan jumlah perempuan 25.221 jiwa.

Jumlah lansia di kota Batam pada tahun 2018 sebanyak 17.865 jiwa

dengan jumlah lansia tertinggi di puskesmas Batu Aji Kota Batam

sebanyak 7.267 jiwa. (Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2018.Bidang

Kesehatan Masyarakat)

Secara umum, masalah yang terjadi pada lansia meliputi masalah

kesehatan fisik dan psikologis, masalah kesehatan fisik yang sering

ditemui pada lansia berupa penyakit kronis yang kadang timbul secara

akut dan akan diderita sampai meninggal, antara lain, penyakit

kardiovaskuler, stroke, penyakit paru-paru, arthritis dan salah satunya

Diabetes Mellitus.(Haerunisa, 2016).

Prevelensi Lansia dengan penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di

Indonesia menduduki 10,3 juta dan akan terus mengalami peningkatan dan

mencapai 16,7 juta pada tahun 2045 (Riskesdas, 2017).Di Indonesia

prevelansi kejadian stress pada lansia dengan diabetes mellitus tipe 2

mencapai 8,34%. (Badan Pusat Statistik, 2012). Hasil laporan Riset

Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa prevelansi kejadian stress pada

lansia diabetes mellitus tipe 2 berusia 55-64 tahun mengalami stress

sebesar 15,9%, lansia berusia 65-74 tahun mengalami stress sebesar 23%,

dan lansia berusia diatas 75 tahun mengalami stress sebesar 33,7%

(Kemenkes, 2013). Pada tahun 2017 lansia yang mengalami kejadian


stress terhadap diabetes mellitus tipe 2 dengan stress sedang sebesar

59,2% dan stress ringan sebesar 40,8%. (Haerunisa, 2016).

Diabetes adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan 1,6 juta

kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. (WHO,

2016)

Pada 2016, diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung

disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya disebabkan oleh

glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah dari semua

kematian yang disebabkan oleh glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia

70 tahun. WHO memperkirakan diabetes merupakan penyebab kematian

ketujuh pada tahun 2016.(WHO,2020)

Berdasarkan informasi data yang didapatkan dari International

diabetes federation (2019) bahwa usia (20-79 tahun) penderita diabetes

sekitar 463 juta jiwa.sekitar 232 juta orang tidak terdiagnosa diabetes.

Usia di atas 65 tahun sekitar 136 juta jiwa yang menderita diabetes.

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyebab kematian dini di

Indonesia dan menjadi urutan ke 5 dengan jumlah 1.200 jiwa.Urutan

pertama ialah stroke(3.200 jiwa), Ischemic Heart Disease (2.800 jiwa),

Tuberkulosis (1400 jiwa), Lower Respiration (1.220 jiwa).(State Of Health

Inequality Indonesia,2017).

Provinsi dengan capaian tertinggi untuk pelayanan kesehatan

penderita diabetes mellitus adalah dengan capaian 100% .Provinsi


Kepulauan Riau mencapai 94% (Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2020

dalam Profil Kesehatan Indonesia 2019)

Di Provinsi Kepulauan Riau didapatkan data tahun 2013 pada

kasus diabetes mellitus tipe 2 pada lanjut usia memiliki persentase 1,3%

dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 dengan persentase 1,7%

(Infodatin, 2018).Di Kota Batam penyakit Diabetes Mellitus pada lanjut

usia termasuk dalam 10 penyaki tertinggi dengan persentase sebanyak

21,99% dan menduduki urutan kedua dari 10 penyakit tidak menular

lainnya (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2019).

Dari 20 puskesmas di Kota Batam, Wilayah tertinggi pertama pada

penderita lansia dengan Diabetes Mellitus tipe 2 didapatkan di Puskesmas

Sekupang sebanyak 997 kasus, yang terdiri dari 5 kelurahan yaitu: Sei

Harapan 234 kasus, Patam lestari 221 kasus, Tanjung riau 214 kasus,

Tiban Indah 196 kasus, dan Tanjung Pinggir 132 kasus (Puskesmas

sekupang, 2019) dan wilayah tertinggi kedua pada penderita lansia dengan

Diabetes Mellitus tipe 2 didapatkan di Puskesmas Tiban baru sebanyak

980 kasus. (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2019).

Terapi yang dapat diberikan untuk Diabetes Melitus adalah terapi

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dari golongan

spesifik yaitu, Acarbose (menghambat absorbsi glukosa di usus),

Sulfonilurea (merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi insulin),

Biguanid (menurunkan fibrinogen plasma). Maka hal utama yang

diperlukan adalah pengendalian Diabetes Melitus dengan pedoman 4 pilar


pengendalian Diabetes Melitus yang terdiri dari edukasi, pengaturan

makan, olahraga, kepatuhan pengobatan.Dengan tujuan agar penderita

Diabetes Melitus dapat hidup lebih lama, karena kualitas hidup kebutuhan.

Diet adalah terapi non farmakologi pada Diabetes Melitus maka setiap

penderita seharusnya mempunyai sikap yang positif (mendukung)

terhadap diet agar tidak terjadi komplikasi baik akut maupun kronis.

Untuk mempertahankan kualitas hidup dan menghindari komplikasi dari

Diabetes Melitus tersebut maka setiap penderita harus menjalankan gaya

hidup yang sehat, yaitu menjalankan diet Diabetes Melitus dan olahraga

yang teratur.(jurnal kesehatan Vol 11 No 2 Tahun 2018)

Salah satu diet DM yaitu dengan mengonsumsi rebusan buncis.

Buncis (Phaseolus vulgaris) merupakan salah satu bahan makanan jenis

sayuran kacang-kacangan yang biasa dikonsumsi. Buncis (Phaseolus

vulgaris) mendapat perhatian lebih sebagai makanan yang kaya akan

Phytochemical yang bermanfaat bagi kesehatan antara lain, flavonoid,

kuercetin, steroid, terpenoid dan tripsin inhibitor. Buncis (Phaseolus

vulgaris) juga bagus sebagai sumber asam amino esensial, dan membantu

dalam pengaturan gula darah ( jurnal kesehatan Vol 11 No 2 Tahun 2018)

Berdasarkan Hasil penelitian yang di lakukan oleh (nita,dkk.2018)

menunjukkan bahwa ada pengaruh rebusan buncis terhadap kadar gula

darah. Pada kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan rebusan

buncis hampir 100% mengalami hiperglikemia sejumlah 32 responden.

Kemudian setelah diberikan perlakuan hampir 100% mengalami


penurunan walaupun belum dalam batas normal sejumlah 32 responden.

Setelah dilakukan perhitungan dengan Uji Wilcoxon diperoleh nilai hitung

(4,89) tabel (1,96), maka hipotesa alternatif diterima dan hipotesa nol

ditolak, artinya ada pengaruh rebusan buncis terhadap kadar gula darah

pada penderita Diabetes melitus. Rebusan buncis dapat menurunkan kadar

gula darah pada penderita Diabetes mellitus.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh tutut,dkk (2020)

didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh mengkonsumsi Buncis

(Phaseolus Vulgaris L) terhadap perubahan kadar gula darah pasien di

Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari ditunjukan dengan nilai (sig =

0,000).Buncis (Phaseolus Vulgaris L) merupakan salah satu tanaman yang

mengandung fitosterol yaitu β-sitosterol dan stigmasterol yang berkhasiat

sebagai diuretic, merangsang pankreas untuk memproduksi insulin

Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti tertarik ingin meneliti

tentang “Asuhan Kperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan

penerapan rebusan buncis untuk membantu dalam pengaturan gula darah

di Perumahan Citra Mas Indah kecamatan Nongsa Tahun 2020 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes

mellitus tipe 2 dalam penerapan rebusan buncis untuk membantu dalam


pengaturan gula darah di Perumahan Citra Mas Indah kecamatan Nongsa

Tahun 2020?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu mendiskripsikan dan melaporkan tentang pengaruh rebusan

buncis terhadap penurunan kadar gula darah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui adanya penurunan kadar gula darah

1.3.2.2 Mengetahui manfaat rebusan bncis terhadap kadar gula

darah

1.3.2.3 Mampu mengetahui pengkajian terhadap pasien diabetes

mellitus

1.3.2.4 mampu merumuskan tindakan keperawatan yang akan di

berikan kepada pasien diabetes melitus

1.3.2.5 mampu melaksanakan implementasi terhadap pasien

diabetes melitus

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pedoman

dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang terapi non-farmakologi bagi pasien diabetes

mellitus.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Bagi Peneliti

Bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman,

wawasan dalam melaksanakan penelitian tentang terapi non-

farmakologi rebusan buncis terhadap pasien diabetes melitus

1.4.2.2 Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai masalah diabetes mellitus yang

sering terjadi pada lansia dan terapi non-farmakologi rebusan

buncis terhadap pasien diabetes mellitus.

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber bacaan di perpustakaan tentang pengetahuan

terapi non-farmakologi rebusan buncis terhadap pasien

diabetes melitus.

1.4.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi mengenai terapi non-farmakologi rebusan

buncis terhadap pasien diabetes melitus dan dipergunakan

sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai