Anda di halaman 1dari 47

Telah disetujui/diterima Pembimbing

Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Oleh :

Filza Fadhila, S.Kep

NIM: 736080719060

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKes MITRA BUNDA PERSADA BATAM
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan
keluarga belum lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori
keperawatan sangan menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-
teori keluarga memiliki gambaran yang jauh lebih lengkap dan memiliki
kekuatan lebih dalam menjelaskan tentang perilaku keluarga (teori ilmu sosial
keluarga) dan intervensi keluarga (teori terapi keluarga) tapiperlu dirumuskan
ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori tersebut cocok dengan
perspektif keperawatan.
Salah satu teori keperawatan keluarga yang sering digunakan adalah teori
Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi dari teori
sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural fungsional sebagai
teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat pengkajian
keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam dimensi struktural dan
fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan konsep dan teori keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keerawatan
keluarga
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu keluarga
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga
d. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan
keluarga
e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan pada
keluarga bina asuhan keperawatan keluarga
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga dalam
Harmoko (2012) :
1. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain.
2. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
3. Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.

B. Tujuan Dasar Keluarga


1. Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi
kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat
2. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual
3. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat
4. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya
5. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi
anggotanya
C. KonsepTahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga:
1. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah
memiliki keluarga baru. (Harmoko, hal 52; 2012).
2. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family)
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu
kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama,
keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada
keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem berlangsung tanpa
memerhatikan hasil akhir dari pernikahan). ( McGoldrick, Heiman, &
Carter, 1993 dalam Marilyn M. Friedman, hal 108: 2010)
3. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 21/2 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat
ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-
ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan.
Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda ( Duvall & Miller, 1985
dalam Marilyn M. Friedman, hal 111: 2010
4. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat
sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas di
sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas dan minat sendiri.
Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak.
(Harmoko, hal 56; 2012)
5. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meningglakan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di
rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal di
rumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak
remaja adalah melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. (Duvall & Miller, 1985
dalam Marilyn M. Friedman, hal 115: 2010)
6. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama
tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada
tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan
dalam melepaskan anaknya untuk hidup sendiri. (Harmoko, hal 59; 2012)
7. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa
pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut,
perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap
ini semua anak meninggallkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. (Harmoko, hal 60;
2012)
8. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya.
(Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 122: 2010)
D. Keluarga Sebagai Sistem
Gambar: Komponen dalam sistem keluarga

Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut (Harmoko, hal 15; 2012):
1. Masukan (input) terdiri atas: anggota keluarga, fungsi keluarga, aturan dari
keluarga (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.
2. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan
fungsi keluarga.
3. Keluaran (output) adalah hsil dari suatu proses yang berbentuk perilaku
keluarga yang terdiri atas perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku
sebagai warga negara, dan lain-lain
4. Umpan balik (feedback) adalah pengontrol dalam masukan dan proses yang
berasal dari keluaran.

E. Karakteristik keluarga sebagai sistem


Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu
sistem (Harmoko, hal 17; 2012)
1. Pola komunikasi keluarga
Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem
terbuka dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilakukan
secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan. Sedangkan
pola komunikasi seitem tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas, tidak
spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan membingungkan.
2. Aturan keluarga
a) Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah
sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat.
b) Sistem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai
perkembangan zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat
terbatas.
3. Perilaku anggota keluarga
a) Sistem terbuka: sesuia dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan,
mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri:percaya diri, mengikat,
dan mampu mengembangkan dirinya.
b) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu
bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri, ragu-
ragu, dan kurang dapat dukungan untuk mengembangkan

F. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, hal 19; 2012) sebagai
berikut:
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan
secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid.
2. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
Posisi/ status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai
istri/ suami.
3. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau
mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent
power), keahlian (exper power), hadiah (reward power_, paksa (coercive
power), dan effektif power.
4. Strukur nilai dan norma
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempersatukan annggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

G. Tipe – tipe Keluarga


Tipe keluarga ((Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikut:
1) Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam
satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.
2) Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
3) Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di
rumah,anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/
meniti karier.
5) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/salah satu bekerja di rumah.
6) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7) Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak
8) Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
12) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas
13) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
14) Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi
15) Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
H. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
2. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada
anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
3. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan
untuk keberlangsungan hidup masyarakat (Marilyn M. Friedman, hal 86:
2010)
4. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya (Marilyn
M. Friedman, hal 86: 2010)
5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)

I. Tugas Keluarga
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
4. Sosialisasi antara para anggotanya
5. Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
6. Pengaturan jumlah anggota keluarga
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

J. Ciri – ciri Keluarga


1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis
keturunan
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkannya

K. Ciri Keluarga Indonesia


1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah
4. Berbentuk monogram
5. Bertanggung jawab
6. Mempunyai semangat gotong royong
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan
indivisu sebagai anggota keluarga.(Harmoko, hal 69: 2012)

B. Pengkajian
1. Data umum
a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas
nama atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan
dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhi kesehatan.
e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala
keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakn aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti
perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti
apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan
orang tua dari kedua orang tua.

3. Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar
mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan
privasi dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau
penataan rumah mereka
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe
tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan
rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
c) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada.
e) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari
anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki
keluarga.

4. Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik formal/informal
d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan
jumlah anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.

6. Stress dan koping keluarga


a) Stressor jangka pendek dan panjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi
c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan
d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

C. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya
(Harmoko, hal 86; 2012).
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012) :
1) Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan waktu yang cepat
2) Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi
maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat
3) Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya.

D. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko,
hal 93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
1) Menentukan sasaran atau goal
2) Menentukan tujuan dan objek
3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
4) Menentukan kriteria dan standar kriteria.
E. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko,
hal 97; 2012)
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko,
hal 98; 2012)
1) Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan
konsekuensi setiap tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut

F. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012)
Telah disetujui/diterima Pembimbing
Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA KELUARGA YANG MENGALAMI HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Filza Fadhila, S.Kep

NIM: 736080719060

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKes MITRA BUNDA PERSADA BATAM
2019/2020
A. Konsep penyakit
1. Definisi
 Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau
diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini
tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
 Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastolik diatas
90 mmHg, sedangkan pada populasi lansia, hipertensi didefinsikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).
 Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik
dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan
darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang
berusia di atas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager, 2008).
2. Klasifikasi hipertensi
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas: (Darmojo, 1999)
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Klasifikasi hipertensi berdasarkan The Joint National Commite on
Detection Evaluation and Treatmen of High Blood Pressure adalah
sebagai berikut:
a. Normal tinggi (perbatasan) sistolik 130-139 mmHg, diastolik 85-
89 mmHg
b. Stadium 1, ringan sistolik 140-159 mmHg, diastolik 90-99 mmHg
c. Stadium 2, sedang sistolik 160-179 mmHg, diastolik 100-109
mmHg
d. Stadium 3, berat sistolik 180-209 mmHg, diastolik 110-119
mmHg
e. Stadium 4, sangat berat sistolik > 210 mmHg, diastolik > 120
mmHg

3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan
oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam
yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada
yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban
ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah
dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas
BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan
tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan
pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi
yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah
rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat
menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat
meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol
agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya
hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadi akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan
pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium.
Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal
yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal
(Aspiani, 2014).
4. Anatomi fisiologi

Jantung merupakan organ muscular berbentuk kerucut yang


berongga. Panjangnya sekitar 10 cm dan berukuran satu kepalan
tangan pemiliknya. Berat jantung sekitar 225 gram pada wanita dan
310 gram pada pria. Jantung berada pada rongga thoraks diarea
mediastinum (rongga antara paru ). Letak jantung lebih condong ke
sisi kiri dari pada kanan tubuh, dan terdiri atas sisi apeks atau bagian
atas dan basal atau bagian bawah. Apeks terletak sekitar 9 cm kekiri
garis tegah pada tinggi ruang intercosta kelima, yakni sedikit dibawah
putting susu dan sedikit lebih dekat garis tengah. Basal berada setinggi
iga kedua. Bagian-bagian jantung terdiri atas :
a. Lapisan Jantung Jantung terdiri atas 3 lapisan jaringan yaitu :
pericardium, endokardium dan miokardium.
1) Perikardium
Memiliki dua sakus atau kantong pembungkus. Sakus
terluar terdiri atas jaringan fibrosa, sedangkan sakus terdalam
terdiri atas lapisan membrane serosa ganda. Sakus fibrosa
terluar melas ketunica adventisia dari pembuluh darah besar
diatasnya dan melekat hingga diafragma dibawahnya. Sakus
ini tidak elastic dan sifat fibrosa mencegah distensi jantung
berlebihan. Lapisan luar membrane serosa, pericardium
parietal, melapisi sakus fibrosa. Lapisan dalam, pericardium
visceral, atau epikardium yang berlanjut ke pericardium
parietal, melekat pada otot jantung. Membrane serosa dilapisi
sel epitel gepeng. Sel ini mensekresi cairan serosa kedalam
ruang diantara lapisan parietal dan viscera, yang
memungkinkan gerakan halus antar keduanya saat jantung
berdetak.
2) Endokardium
Endokardium melapisi bilik katub jantung. Lapisan ini
merupakan membrane yang tampak mengkilap, halus dan tipis
yang memungkinkan aliran darah yang lancer kedalam
jantung. Lapisan ini terdiri atas sel epithelium gepeng dan
berlanjut kepembuluh darah yang melapisi endothelium.

3) Miokardium
Miokardium terdiri atas otot janutng. Gerakan otot jantung
involunter.Setiap serat sel memiliki satu inti sel dan satu atau
lebih cabang. Miokardium paling tebal pada bagian apeks dan
paling tipis pada bagian basal. Hal ini menunjukkan beban
kerja tiap bilik berperan dalam memompa darah. Miokardium
paling tebal dibagian ventrikel kiri, yang memiliki beban kerja
paling besar.
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh cicin jaringan
vibrosa yangtidak mengkonduksi inplus listrik. Akibatnya, saat
aktivitas gelombang listrik melalui otot atrium, gelombang ini
dapat menyebar ke ventrikel melalui konduksi system yang
menjembatani cicin vibrosa dari atrium ke ventrikel.
b. Ruang Jantung
Jantung dibagi menjadi sisi kanan dan sisi kiri yang dilapisi
oleh septum. Saat lahir, darah dari satu sisi kesisi lain tidak dapat
langsung menyeberangi septum. Setiap sisi dipisahkan oleh katup
atrioventrikular ke serambi atas yaitu atrium, dan bilik bawah
yaitu ventrikel. Katup atrioventricular di bentuk oleh lipatan ganda
endokardium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa mkecil. Katup
atrioventrikular kanan ( katuptricuspid) memiliki 3 pintu ( lembar
daun katup) , sedangkan katup atrioventrikular kiri ( katup nitral)
memiliki 2 pintu ( lembar daun katup ). Aliran darah dijantung
adalah 1 arah : darah masuk ke jantung via atrium dan melalui
ventrikel dibawahnya.
Katup antara atrium dan ventrikel membuka dan menutup
secara pasif sesuai perubahan tekanan dalam bilik. Katup
membuka saat tekanan dalam atrium lebih besar daripada
ventrikel. Saat sistol ventricular (kontraksi ), tekanan diventrikel
naik melebihi atrium dan katup menutup, mencegah aliran balik ke
jantung. Jantung terdiri dari 4 ruang :
1) Atrium Kanan
Terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima
darah dari seluruh jaringan kecuali paru Vena cava superior
dan Inferior membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung.
Sinus koroner membawa kembali darah dari dindin jantung itu
sendiri.
2) Atrium Kiri
Atrium kiri di bagian superior kiri jantung, berukuran
lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal.
Menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan
darah teroksigenasi dri paru-paru.
3) Ventrikel kanan
Ventrikel kanan terletak dibagian inferior kanan pada
apeks jantung. Darah meningalkan ventrikel kanan melalui
truncus pulmonal dan mengalir melewati jarak yang pendek ke
paru-paru.
4) Ventrikel kiri
Ventrikel kiri terletak dibagian inferior kiri pada apeks
jantung.Tebal dinding 3 kali tebal dinding ventrikel kanan.
Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir
ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
c. Katub Jantung
Jantung memiliki 3 katub, yaitu :
1) Tricuspid
Terletak antara atrium kanan dan Ventrikel kanan.
Memiliki 3 daun katup (kuspis) jaringan ikat fibrosa irreguler
yang dilapisi endokardium. Bagian ujung daun katub yang
mengerucut melekat pada korda tendinae, yang melekat pada
otot papilaris. Chorda tendinae mencegah pembalikan daun
katub ke arah belakang menuju atrium. Jika tekanan darah
pada atrium kanan lebih besar daripada tekanan arah atrium
kiri, daun katub tricuspid terbuka dan darah mengalir dari
atrium kanan ke ventrikel kanan. Jika tekanan darah dalam
ventrikel kanan lebih besar dari tekanan darah di atrium kanan,
daun katub akan menutup dan mencegah aliran balik ke dalam
atrium kanan.
2) Bicuspid ( mitral )
Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini
melekat pada Chorda tendinae dan otot papilaris, fungsinya
sama dengan fungsi katup tricuspid.
3) Semilunar aorta dan pulmonal
Terletak di jalur keluar ventricular jantung sampai ke aorta
dan truncus pulmonalis. Katup semilunar pulmonary terletak
antara ventrikel kanan dan truncus pulmonal. Katup semilunar
aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
d. Peredaran Darah Jantung
Peredaran darah jantung dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Peredaran darah besar
Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang
mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri
jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen
bertukar dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah
yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju
serambi kanan (atrium) jantung.
2) Peredaran darah kecil
Peredaran darah kecil merupakan peredaran darah dari
bilik kanan jantung menuju paru-paru dan akhirnya kembali
lagi ke jantung pada serambi kiri.Pada peredaran darah kecil
inilah darah melakukan pertukaran gas di paru-paru. Darah
melepaskan karbon dioksida dan mengambil oksigen dari
alveoli paru-paru. Oleh karena itu, darah yang berasal dari
paru-paru ini banyak mengandung oksigen.
3) Aliran darah ke jantung
Dua vena besar tubuh, vena cava superior dan vena cava
inferior, memompa darah ke atrium kanan. Darah melalui
katup tricuspid masuk ke ventrikel kanan, dan dari ventrikel
kanan dipompa masuk ke arteri pulmonalis atau trunkus ( satu-
satunya arteri yang membawa darah yang miskin oksigin ).
Lubang arteri pulmonalis dijaga oleh katup pulmonal, yang
dibentuk oleh katup tricuspid semilunar. Katup ini mencegah
aliran balik darah ke ventrikel kanan saat otot ventrikel
relaksasi. Setelah meninggalkan jantung, arteri pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri, yang
membawa darah vena kedalam paru paru dimana pertukaran
gas terjadi: karbon dioksida diekskresikan dan oksigin
diabsorbsi.
Dua vena pulmonalis dari setiap paru membawa darah
yang kaya oksigin kembali ke atrium kiri. Kemudian darah
mengalir melalui katup mitral masuk ke ventrikel kiri, dan dari
sini darah dipompa ke aorta, arteri pertama dari sirkulasi
umum. Pintu aorta dijaga oleh katup aortic, yang dibentuk oleh
katup tricuspid semilunar.
Dari rangkaian peristiwa ini dapat dilihat bahwa darah
melewati sisi kanan msuk kesisi kiri jantung melalui paru, atau
sirkulasi pulmonal. Akan tetapi, harus didingat bahwa atrium
bekontraksi pada waktu yang sama dan hal ini diikuti oleh
kontraksi simultan kedua ventrikel.
Lapisan dinding otot atrium lebih tipis daripada ventrikel.
Hal ini sesuai dengan beban kerja yang mereka lakukan,
atrium biasanya dibantu oleh gravitasi men dorong tubuh
hanya melalui katup atrioventrikular ke ventrikel, dimana
ventrikel secara aktif memompa darah ke paru dan keseluruh
tubuh.
Trunkus pulmonal keluar meninggalkan jantung dari
bagian atas ventrikel kanan dan aorta keluar meninggalkan
jantung dari bagian atas ventrikel kiri.
4) Suplai darah ke jantung
Suplai darah jantung ke jantung berasal dari darah arteri,
yaitu arteri koronaria kanan dan kiri yang bercabang dari aorta
dengan segera kebagian distal katup aortic. Arteri koronaria
menerima sekitar 5% darah yang di pompa dari jantung. Arteri
koronaria terlihat melintasi jantung pada akhirnya membentuk
jaringan kapiler yang luas.
Sebagian besar darah vena dikumpulkan ke sebagian vena
kecil yang bergabung membentuk sinus koroner, yang terbuka
hingga ke atrium kanan. Sisanya langsung melalui saluran
vena kecil.
5) Siklus jantung
Fungsi utama jantung adalah mempertahankan sirkulasi
darah yang konstan di seluruh tubuh. Jantung bekerja sebagai
pompa dan kerjanya terdiri dari atas serangkaian kejadian yang
disebut siklus jantung. Jumlah siklus jantung permenit berkisar
60-80 denyut. Siklus ini terdiri atas : sistol atrial (kontraksi
atrium), sistol ventricular (kontraksi ventrikel), dan diastole
jantung komplet (relaksasi atrium dan ventrikel) (Mansjoer,
2000).
5. Patofisiologi

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas menurun, arterioslderosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah


MK:
Gangguan
pola tidur Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Pembuluh darah Ginjal

Resistensi Suplai O2 Sistemik Vasokonstriksi


pembuluh otak MK: pembuluh darah
darah otak menurun Penurunan ginjal
Vasokonstriksi
meningkat curah
jantung
Sinkop Blood flow
Fatique menurun
MK: Nyeri
(sakit kepala) MK:
Ketidakefekt MK: Intoleransi Respon RAA
ifan perfusi aktivitas
jaringan
Rangsangan
aldosteron

MK: Kelebihan
volume cairan Retensi Na
Edema
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah
jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart
rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh
sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang
berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem
baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini
bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih
belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem
saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin,
angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan
hipertensi (Padila, 2013).
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi
mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan
pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut
akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapatmengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitusadalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin(meningkatkan
hipertensi).
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadiefek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler)
f. Pemeriksaan tiroidHipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serumUntuk mengkaji aldosteronisme
primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal /ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggiangelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
8. Kompikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam
tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :
(Aspiani, 2014)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah
tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,
banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas
(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat
membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan nonfarmakologis
a) Air rebusan seledri
Seledri merupakan salah satu jeis terapi herbal untuk
menangani penyakit hipertensi. Seledri memiliki kandungan
apigenin yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan
pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Selain itu seledri
juga mengandung flavonoid, vitamin C, apiin, kalsium dan
magnesium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
tinggi. Peneliti membuat air rebusan seledri yang dibuat dengan
cara mencuci 100 gr seledri seutuhnya sampai bersih, lalu
dipotong-potong kasar, lalu dimasukkan kedalam panic.
Tambahkan 1 gelas air bersih 200 ml lalu rebus sampai airnya

tersisa ¾ nya. Diberikan 2 kali sehari masing-masing yaitu 70


ml.
Dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam
cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah
yaitu : (Aspiani, 2014)
a) Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan
konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-
angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti
hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100
mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara
intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.
3) Diet kaya buah sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs
angat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan
berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan
berat badan yang terjual bebas mengandung
simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan
terjadinya eksaserbasi aritmia.
c) Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
kedaan jantung.. olahraga isotonik dapat juga meningkatkan
fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit
sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar
HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.
d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara
berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting
untuk mengurangi efek jangka oanjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan :
a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,
Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme
untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim
mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi
untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I
menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah
secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak
langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status mental,
suku, keluarga/orang terdekat, alamat
b. Riwayat atau adanya faktor resiko
 Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
 Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/istirahat
 Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
d. Integritas ego
 Riwayat periubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria
atau marah kronik
 Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan)
e. Makanan dan cairan
 Makana yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang digoreng, keju, telur) gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori
 Mual, muntah
 Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun)
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
 Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung)
 Nyeri hilang timbul pada tungkai
 Sakit kepala oksipitasl berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
 Nyeri abdomen

Pengkajian persistem

a. Sirkulasi
 Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner
atau katup dan penyakit cerebro vaskuler
 Episode palpitas, perspirasi
b. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu
c. Neurosensory
 Keluhan pusing
 Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
d. Pernapasan
 Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
 Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal
 Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
 Riwayat merokok
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
veskuler serebral
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan
intravaskuler, edema
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
suplai O2 ke otak menurun
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perjalanan penyakit
3. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1 Penurunan curah NOC NIC


jantung
 Cardiac Pump Cardiac Care
effectiveness
 Circulation Status - Evaluasi adanya
Definisi : Ketidakadek  Vital Sign Status nyeri dada
uatan darah yang ( intensitas, lokasi,
dipompa oleh jantung durasi)
untuk memenuhi Kriteria Hasil : - Monitor adanya
kebutuhan metabolik  Tanda Vital dalam perubahan tekanan
tubuh. rentang normal darah
(Tekanan darah, Nadi, - Atur periode
respirasi) latihan dan
Batasan  Dapat mentoleransi istirahat untuk
aktivitas, tidak ada menghindari
Karakteristik :
kelelahan kelelahan
Perubahan Frekuensi  Tidak ada edema paru, - Monitor toleransi
Irama Jantung perifer, dan tidak ada aktivitas pasien
asites - Anjurkan untuk
 Aritmia  Tidak ada penurunan menurunkan stress
 Bradikardi, kesadaran Vital Sign Monitoring
Takikardi
 Perubahan EKG - Monitor TD, nadi,
 Palpitasi suhu, dan RR
Perubahan Preload - Monitor VS saat
pasien berbaring,
 Penurunan tekanan duduk, atau berdiri
vena central
(central venous
- Monitor TD, nadi,
pressure, CVP) RR, sebelum,
selama, dan setelah
 Peneurunan
aktivitas
tekanan arteri paru
(pulmonary artery - Monitor suhu,
wedge pressure, warna, dan
PAWP) kelembaban kulit
 Edema, Keletihan - Identifikasi
 Peningkatan CVP penyebab dari
 Peningkatan perubahan vital sign
PAWP
 Distensi vena
jugular
 Murmur
 Peningkatan berat
badan
Perubahan Afterload

 Kulit Lembab
 Penurunan nadi
perifer
 Penurunan
resistansi vascular
paru (pulmunary
vascular resistence,
PVR)
 Penurunan
resistansi vaskular
sistemik (sistemik
vascular
resistence , SVR)
 Dipsnea
 Peningkatan PVR
 Peningkatan SVR
 Oliguria
 Pengisian kapiler
memanjang
 Perubahan warna
kulit
 Variasi pada
pembacaan tekanan
darah
Perubahan
kontraktilitas

 Batuk, Crackle
 Penurunan indeks
jantung
 Penurunan fraksi
ejeksi
 Ortopnea
 Dispnea
paroksismal
nocturnal
 Penurunan LVSWI
(left ventricular
stroke work index)
 Penurunan stroke
volume index
(SVI)
 Bunyi S3, Bunyi
S4
Perilaku/Emosi

 Ansietas, Gelisah 
Faktor Yang
Berhubungan :

 Perubahan
afterload
 Perubahan
kontraktilitas
 Perubahan
frekuensi jantung
 Perubahan preload
 Perubahan irama
 Perubahan volume
sekuncup
2 Nyeri akut NOC NIC

 Pain Level, Pain Management


 Pain control
Definisi : Pengalaman  Comfort level - Lakukan pengkajian
sensori dan emosional nyeri secara
yang tidak komprehensif
menyenangkan yang Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
muncul akibat karakteristik, durasi
kerusakan jaringan  Mampu mengontrol frekuensi, kualitas
yang aktual atau nyeri (tahu penyebab dan faktor
potensial atau nyeri, mampu presipitasi
digambarkan dalam hal menggunakan tehnik - Observasi reaksi
kerusakan sedemikian nonfarmakologi untuk nonverbal dan
rupa (International mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
Association for the mencari bantuan) - Gunakan teknik
 Melaporkan bahwa komunikasi
study of Pain): awitan
nyeri berkurang terapeutik untuk
yang tiba-tiba atau
dengan menggunakan mengetahui
lambat dan intensitas manajemen nyeri
ringan hingga berat pengalaman nyeri
 Mampu mengenali pasien
dengan akhir yang nyeri (skala, intensitas,
dapat diantisipasi atau frekuensi dan tanda
- Evaluasi
diprediksi dan nyeri) pengalaman nyeri
berlangsung <6  Menyatakan rasa masa lampau
bulan.="" span=""> nyaman setelah nyeri - Bantu pasien dan
berkurang keluarga untuk
mencari dan
menemukan
Batasan dukungan
Karakteristik : - Kontrol lingkungan
yang dapat
 Perubahan selera
mempengaruhi
makan
nyeri seperti suhu
 Perubahan tekanan ruangan,
darah pencahayaan dan
 Perubahan kebisingan
frekwensi jantung
- Pilih dan lakukan
 Perubahan
penanganan nyeri
frekwensi
(farmakologi, non
pernapasan
farmakologi dan
 Laporan isyarat inter personal)
 Diaforesis
- Ajarkan tentang
 Perilaku distraksi
teknik non
(mis,berjaIan
farmakologi
mondar-mandir
mencari orang lain - Evaluasi
dan atau aktivitas keefektifan kontrol
lain, aktivitas yang nyeri
berulang) - Tingkatkan istirahat
 Mengekspresikan
perilaku (mis,
gelisah, merengek,
menangis)
 Masker wajah (mis,
mata kurang
bercahaya, tampak
kacau, gerakan
mata berpencar
atau tetap pada satu
fokus meringis)
 Sikap melindungi
area nyeri
 Fokus menyempit
(mis, gangguan
persepsi nyeri,
hambatan proses
berfikir, penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
 Indikasi nyeri yang
dapat diamati
 Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
 Sikap tubuh
melindungi
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri
secara verbal
 Gangguan tidur

Faktor Yang
Berhubungan :

 Agen cedera (mis,


biologis, zat kimia,
fisik, psikologis)

3 Kelebihan volume NOC NIC


cairan
 Electrolit and acid Fluid management
base balance
 Fluid balance - Timbang
Definisi : Peningkatan  Hydration popok/pembalut
retensi cairan isotonik jika diperlukan
- Monitor vital sign
Kriteria Hasil :
- Kaji lokasi dan luas
Batasan  Terbebas dari edema, edema
Karakteristik : efusi, anaskara - Monitor masukan
 Bunyi nafas bersih, makanan / cairan
 Bunyi napas tidak ada - Monitor status
adventisius dvspneu/ortopneu nutrisi
 Gangguan  Terbebas dari distensi - Monitor berat
elektrolit vena jugularis, reflek badan
 Anasarka hepatojugular (+)
-  Catat secara akurat
 Ansietas  Memelihara tekanan
intake dan output
 Azotemia vena sentral, tekanan
 Perubahan tekanan kapiler paru, output - Monitor tanda dan
darah jantung dan vital sign gejala dari odema
 Perubahan status dalam batas normal
mental  Terbebas dan
 Perubahan pola kelelahan, kecemasan
pernapasan atau kebingungan
 Penurunan  Menjelaskan indikator
kelebihan cairan
hematrokrit
 Penurunan
hemoglobin
 Dispnea
 Edema
 Peningkatan
tekanan vena
sentral
 Asupan melebihi
haluaran
 Distensi vena
jugularis
 Oliguria
 Ortopnea
 Efusi pleura
 Refleksi
hepatojugular
positif
 Perubahan tekanan
arteri pulmunal
 Kongesti pulmunal
 Gelisah
 Perubahan berat
jenis urin
 Bunyi jantung S3
 Penambahan berat
badan dalam waktu
sangat singkat

Faktor Yang
Berhubungan :

 Gangguan
mekanisme
regulasi
 Kelebihan asupan
cairan
 Kelebihan asupan
Natrium

4 Intoleransi aktivitas NOC NIC

 Energy conservation Activity Therapy


 Activity tolerance
Definisi : Ketidakcuku  Self Care : ADLs - Bantu klien untuk
pan energi psikologis mengidentifikasi
atau fisiologis untuk aktivitas yang
melanjutkan atau Kriteria Hasil : mampu dilakukan
menyelesaikan
 Berpartisipasi dalam
- Bantu untuk
memilih aktivitas
aktifitas kehidupan aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan konsisten yang
sehari-hari yang harus sesuai dengan
atau yang ingin tekanan darah, nadi
kemampuan fisik,
dilakukan. dan RR psikologi dan social
 Mampu melakukan - Bantu untuk
aktivitas sehari-hari mengidentifikasi
(ADLs) secara mandiri dan mendapatkan
Batasan  Tanda-tanda vital sumber yang
Karakteristik : normal diperlukan untuk
 Energy psikomotor aktivitas yang
 Respon tekanan
 Level kelemahan diinginkan
darah abnormal
 Mampu berpindah: - Bantu untuk
terhadap aktivitas
dengan atau tanpa mengidentifikasi
 Respon frekwensi
bantuan alat aktivitas yang
jantung abnormal
 Status disukai
terhadap aktivitas
kardiopulmunari
 Perubahan EKG adekuat
- Bantu klien untuk
yang  Sirkulasi status baik membuat jadwal
mencerminkan  Status respirasi : latihan diwaktu
aritmia pertukaran gas dan luang
 Perubahan EKG ventilasi adekuat - Bantu
yang pasien/keluarga
mencerminkan untuk
iskemia mengidentifikasi
 Ketidaknyamanan kekurangan dalam
setelah beraktivitas beraktivitas
 Dipsnea setelah - Sediakan penguatan
beraktivitas positif bagi yang
 Menyatakan aktif beraktivitas
merasa letih - Bantu pasien untuk
 Menyatakan mengembangkan
merasa lemah motivasi diri dan
penguatan
Faktor Yang - Monitor respon
Berhubungan : fisik, emosi, social
dan spiritual
 Tirah Baring atau
imobilisasi
 Kelemahan umum
 Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup
monoton

5 Ketidakefektifan NOC NIC


perfusi jaringan
perifer  Circulation status Peripheral Sensation
 Tissue Perfusion : Management 
cerebral
(Manajemen sensasi
Definisi : Penurunan perifer)
sirkulasi darah ke Kriteria Hasil :
perifer yang dapat - Monitor adanya
Mendemonstrasikan daerah tertentu yang
mengganggu kesehatan
status sirkulasi yang hanya peka terhadap
ditandai dengan : panas/dingin/tajam/t
umpul
Batasan  Tekanan systole dan - lnstruksikan
Karakteristik : diastole dalam rentang keluarga untuk
yang diharapkan mengobservasi kulit
 Tidak ada nadi  Tidak ada ortostatik jika ada isi atau
 Perubahan fungsi hipertensi laserasi
motoric  Tidak ada tanda tanda
 Perubahan peningkatan tekanan - Gunakan sarung
intrakranial (tidak tangan untuk
karakteristik kulit
lebih dari 15 mmHg) proteksi
(warna, elastisitas,
rambut, Mendemonstrasikan, - Batasi gerakan pada
kelembapan, kuku, kemampuan kognitif kepala, leher dan
sensasi, suhu) yang ditandai dengan : punggung
 Indek ankle- - Monitor kemampuan
brakhial <0  Berkomunikasi BAB
span=""> dengan jelas dan - Diskusikan
 Perubahan tekanan sesuai dengan menganai penyebab
darah diekstremitas kemampuan perubahan sensasi
 Waktu pengisian  Menunjukkan
kapiler > 3 detik perhatian, konsentrasi
 Klaudikasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Warna tidak
 Membuat keputusan
kembali ketungkai
dengan benar
saat tungkai
Menunjukkan fungsi
diturunkan
sensori motori cranial
 Kelambatan
penyembuhan luka yang utuh : tingkat
perifer kesadaran membaik
 Penurunan nadi tidak ada gerakan
 Edema gerakan involunter
 Nyeri ekstremitas
 Bruit femoral
 Pemendekan jarak
total yang
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
 Pemendekan jarak
bebas nyeri yang
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
 Perestesia
 Warna kulit pucat
saat elevasi

Faktor Yang
Berhubungan :

 Kurang
pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis,
merokok, gaya
hidup monoton,
trauma, obesitas,
asupan garam,
imobilitas)
 Kurang
pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis,
diabetes,
hiperlipidemia)
 Diabetes mellitus
 Hipertensi
 Merokok
6 Gangguan pola tidur NOC NIC

Definisi : Gangguan  Anxiety reduction Sleep Enhancement


kualitas dan kuantitas  Comfort level
waktu tidur akibat  Pain level - Jelaskan pentingnya
faktor eksternal  Rest : Extent and tidur yang adekuat
Pattern - Fasilitas untuk
 Sleep : Extent an mempertahankan
Pattern aktivitas sebelum
Batasan Kriteria Hasil : tidur (membaca)
Karakteristik :
 Jumlah jam tidur
- Ciptakan lingkungan
 Perubahan pola dalam batas normal 6- yang nyaman
tidur normal 8 jam/hari - Diskusikan dengan
 Penurunan  Pola tidur, kualitas pasien dan keluarga
kemampuan dalam batas normal tentang teknik tidur
berfungsi  Perasaan segar pasien
 Ketidakpuasan sesudah tidur atau - Instruksikan untuk
tidur istirahat memonitor tidur
 Menyatakan sering  Mampu pasien
terjaga mengidentifikasikan - Monitor waktu
 Meyatakan tidak hal-hal yang makan dan minum
mengalami meningkatkan tidur dengan waktu tidur
kesulitan tidur - Monitor/catat
 Menyatakan tidak kebutuhan tidur
merasa cukup pasien setiap hari
istirahat dan jam

Faktor Yang
Berhubungan

 Kelembaban
lingkungan sekitar
 Suhu lingkungan
sekitar
 Tanggung jawab
memberi asuhan
 Perubahan pejanan
terhadap cahaya
gelap
 Gangguan(mis.,unt
uk tujuan
terapeutik,
pemantauan,
pemeriksaan
laboratorium)
 Kurang kontrol
tidur
 Kurang privasi,
Pencahayaan
 Bising, Bau gas
 Restrain fisik,
Teman tidur
 Tidak familier
dengan prabot tidur

C. Daftar pustaka
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta: Yudistira
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi
ke 3. Jakarta: EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Anda mungkin juga menyukai