Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan proses alami yang berarti seseorang telah

melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra sekolah,

sekolah, remaja, dewasa, dan menjadi lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik

secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013:6). Lanjut usia

dikelompokkan menjadi usia lanjut (60 - 69 tahun) dan usia lanjut dengan

resiko tinggi ≥70 dengan masalah kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,

2015, dalam Ratnawati, 2017).

Semakin tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor

resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan. Secara global pada tahun 2016

diabetes mellitus merupakan penyebab kematian ke tujuh yaitu sebanyak 1,6

juta orang meninggal akibat diabetes (WHO, 2018). Sedangkan pada tahun

2019 terjadi meningkat sekitar 4,2 juta orang dewasa diperkirakan meninggal

akibat diabetes dan komplikasinya. Hal ini setara dengan setiap delapan detik

terjadi satu kematian akibat diabetes mellitus, serta 1 dari 5 lansia menderita

diabetes mellitus (International Diabetes Federation, 2019).

Angka kematian akibat diabetes mellitus pada tahun 2017 di Indonesia

menduduki urutan ke 3 setelah stroke dan penyakit jantung koroner, sebanyak

89.431 (37,9 %) kematian akibat diabetes mellitus (Bappenas, 2019).

1
2

Penderita diabetes mellitus pada tahun 2019 secara global berjumlah

463 juta dan akan terus meningkat menjadi 700 juta pada tahun 2045.

Indonesia merupakan urutan ke tujuh sebagai negara dengan penderita

diabetes mellitus terbanyak di dunia yaitu sebanyak 10,7 juta penderita.

Angka ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan pada tahun 2030

menjadi 13,7 juta dan pada tahun 2045 menjadi 16,6 juta penderita diabetes

mellitus. Sebagian besar dari total keseluruhan dabetes mellitus sebanyak

90% adalah diabetes mellitur type 2 (International Diabetes Federation,

2019).

Di Kepulauan Riau penyakit diabetes mellitus didapatkan data pada

tahun 2013 dengan persentase 1,3 % dan mengalami peningkatan pada tahun

2018 dengan persentase sebanyak 1,7% (infodatin, 2018). Penyakit Diabetes

mellitus termasuk dalam 10 penyakit terbesar di kota Batam dengan

persentase sebanyak 21,99% dan menduduki urutan kedua dari penyakit

lainnya. Data didapatkan dari 20 puskesmas yang ada dikota Batam sebanyak

9862 kasus. (sesi PTM Dinas Kesehatan Kota Batam, 2018).

Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula

darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi

insulin, dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia yang berlangsung

lama (kronik) pada diabetes melitus akan menyebabkan kerusakan gangguan

fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan

pembuluh darah lainnya (Yunitasari, dkk 2019)


3

Komplikasi menahun diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas

neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%,

retinopati 10%, dan nefropati 7,1% (Astrini, 2013 dalam Utami, 2017).

Neuropati diabetik berupakan kompilkasi menahun terbanyak yang dialami

oleh penderita diabetes mellitus. Neuropati dapat menyebabkan gangguan

sensori perifer yaitu penurunan sensitifitas kaki, ulser kaki, deformitas,

amputasi nontraumatic, gangguan gaya berjalan, gangguan keseimbangan

yang dapat meningkatkan kejadian jatuh pada klien diabetes mellitus

(Margaretta, 2017)

Kehilangan sensasi perifer pada kaki menjadi tanda awal perkembangan

ulkus kaki diabetik. Latihan yang teratur, mengurangi obesitas, mengatur

kadar gula darah dan meningkatkan sensitifitas insulin akan mengurangi

komplikasi yang muncul. Sensitifitas kaki juga berkaitan dengan peningkatan

resiko jatuh. Semakin sensitif kaki semakin berkurang resiko jatuh (Hasneli,

2007 dalam Dafriani dkk, 2019)

Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan

bertambahnya usia kondisi fisik mental, dan fungsi tubuh pun menurun.

Insiden jatuh di masyarakat Amerika Serikat pada umur lebih dari 65 tahun

dengan rata-rata jatuh 0,6 per orang, sekitar 1/3 lansia umur lebih dari 65

tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan

perawatan dirumah sakit. Kejadian jatuh pada lansia baik dipanti dan di

rumah angka kejadiannya mencapai 50% kejadian jatuh terjadi setiap

tahunnya dan 40% diantaranya mengalami jatuh berulang prevalensi jatuh


4

tampaknya meningkat sebanding dengan peningkatan umur lansia (Rudy,

2019).

Pravalensi resiko jatuh di Indonesia yaitu penduduk diatas usia 55 tahun

menjadi 49,9% dan pada umur diatas 65 tahun ke atas 67,1% (Kemenkes, RI,

2013 dalam Fauziah, 2019). Insiden jatuh pada setiap tahunnya yaitu pada

lansia yang tinggal dikomunitas meningkat dari 25% pada umur 70 tahun

menjadi 35% setelah berusia lebih dari 75 tahun. kejadian jatuh terjadi sekitar

30% lanjut usia yang berumur 65 tahun ke atas yang tinggal dikomunitas,

sebagian dari angka tersebut yang mnegalami jatuh berulang (Stanley dan

bare, 2012 dalam Fauziah, 2019).

Faktor intrinsik antara lain sistem saraf pusat, demensia, gangguan

sistem sensori, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme, dan

gangguan gaya berjalan. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas, dan

obat-obatan, selama proses menua, lansia mempunyai konsekuensi untuk

jatuh salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah

instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh

dianggap sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan merupakan bagian

normal dari proses penuaan (Stanly, 2006 dalam Rudy, 2019).

Terdapat empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus yaitu edukasi,

terapi nutrisi atau perencanaan makan, aktifitas fisik dan farmokologi (Putra,

2015 dalam Yunitasari, dkk 2019). Aktivitas fisik merupakan faktor resiko

terjadinya jatuh dan salah satu penatalaksanaan untuk mengatasi diabetes

mellitus. Aktivitas fisik atau olahraga 2 kali perminggu selama 30 menit


5

selama 4 minggu dapat meningkatkan metabolisme glukosa oleh otot

sehingga dapat mengendalikan kadar gula darah. Salah satu olahraga untuk

lansia dengan diabetes mellitus adalah senam kaki. Selain menurunkan gula

darah senam kaki dapat memperlancar peredaran darah sehingga nutrisi ke

jaringan terutama ekstremitas bawah atau kaki menjadi lancar (Margareta,

2017).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadinya

kejadian jatuh pada lansia, dapat dilakukan beberapa strategi pencegahan

jatuh dalam satu program terkoordinasi yang terdiri dari pengkajian resiko

jatuh, diikuti dengan olahraga, edukasi atau modifikasi lingkungan (Dewi,

2014).

Manfaat dilakukan senam kaki diabetik adalah memperbaiki sirkulasi

darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, mengatasi

keterbatasan pergerakan sendi sehingga mampu mengurangi kejadian resiko

jatuh pada klien diabetes mellitus (Nani, 2017).

Efek fisiologis senam kaki diabetik akan menimbulkan flesibilitas yang

akan mencegah terjadinya cedera, selain itu pada sendi pergelangan kaki akan

menunjukkan penurunan terhadap risiko jatuh dan perubahan gaya berjalan

yang berkaitan dengan usia pada pasien DM tipe 2. Hal ini tejadi karena

setelah diberikan senam kaki akan terjadi peningkatan aliran darah ke kaki

(Mangiwa, 2017).
6

Hasil asuhan keperawatan yang dilakukan oleh Trisnawati (2018) yang

berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Lansia Tn.R Dengan Kasus

Risiko Jatuh Melalui Penerapan Senam Kaki Di Komunitas RW II Kelurahan

Lolong Belanti Kecamatan Padang Utara Tahun 2018 didapatkan hasil

evaluasi akhir asuhan keperawatan pada Tn.R menunjukkan bahwa asuhan

keperawatan yang diberikan telah memberikan dampak positif bagi kondisi

Tn.R, yaitu terjadinya peningkatan pengetahuan pada Tn.R tentang risiko

jatuh dan pencegahannya serta adanya perubahan perilaku pencegahan jatuh

dan adanya perubahan nilai skor keseimbangan sebelum intervensi

didapatkan nilai skor 38 setelah diberikan intervensi didapatkan nilai skor 47

dari nilai total skor normal 56.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretta (2017) tentang

efektivitas senam kaki diabetes terhadap sensitifitas kaki dan resiko jatuh

pada lansia DM, didapatkan hasil uji independen t-test p value =0,000 (ɑ

=0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan pemberian senam kaki

diabetes mellitus terhadap Resiko Jatuh Pada Lansia DM.

Dampak yang muncul akibat diabetes mellitus jika tidak diatasi adalah

meningkatnya penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun, dan

juga amputasi. Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab terjadinya

amputasi, disabilitas, hingga kematian. Dampak lain dari diabetes adalah

mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun. Diabetes dan

komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penderita

diabetes dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi nasional


7

melalui biaya medis langsung, kehilangan pekerjaan dan penghasilan

(Infodatin, 2018).

Untuk mengendalikan diabetes Kementerian Kesehatan sendiri telah

membentuk 13.500 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk memudahkan

akses warga melakukan deteksi dini penyakit diabetes. Selain itu Menteri

Kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi CERDIK, yaitu

dengan melakukan: Cek kesehatan secara teratur untuk megendalikan berat

badan, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara teratur.

Enyahkan asap rokok dan jangan merokok. Rajin melakukan aktivitas fisik

minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga, dan berjalan kaki. Upayakan

dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur. Diet yang seimbang

dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah

sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula

hingga maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per hari, hindari

makanan/minuman yang manis atau yang berkarbonasi. Istirahat yang cukup.

Kelola stress dengan baik dan benar.

Penatalaksanaan dengan terapi non farmakologis sangat dianjurkan

karena tidak menimbulkan efek samping, selain itu juga dapat digunakan

sebagai salah satu cara untuk menjadikan lansia dapat menjaga kesehatannya

secara mandiri. Kaki diabetik yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan

neuropati dianjurkan untuk melakukan latihan aktivitas fisik atau senam kaki

sesuai dengan kosndisi dan kemampuan tubuh. Senam kaki dapat membantu

memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan


8

mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas) dan mencegah

terjadinya resiko jatuh (Nurrahmani, 2012 dalam Utami 2017)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalah Karya Tulis

Ilmiah ini adalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan keperawatan

gerontik pada Ny. E dengan diabetes mellitus tipe II melalui terapi senam

kaki diabetik terhadap resiko jatuh di wilayah kerja Puskesmas Sambau Kota

Batam Tahun 2019?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan melaporkan asuhan

keperawatan gerontik pada ny. E dengan diabetes mellitus tipe II

melalui terapi senam kaki diabetik terhadap resiko jatuh di wilayah

kerja Puskesmas Sambau Kota Batam tahun 2019 dengan pendekatan

proses keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

1.3.2. Tujuan Kusus

Adapun tujuan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan pada

klien dengan Diabetes Mellitus terutama dalam hal:

1.1. Mampu melakukan pengkajian gerontik pada lansia Ny. E

dengan diabetes mellitus tipe II melalui terapi senam kaki


9

diabetik terhadap resiko jatuh di wilayah kerja Puskesmas

Sambau Kota Batam tahun 2019.

1.2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada

lansia Ny. E dengan diabetes mellitus tipe II melalui terapi

senam kaki diabetik terhadap resiko jatuh di wilayah kerja

Puskesmas Sambau Kota Batam tahun 2019.

1.3. Mampu menyusun rencana keperawatan pada lansia Ny. E

dengan diabetes mellitus tipe II melalui terapi senam kaki

diabetik terhadap resiko jatuh di wilayah kerja Puskesmas

Sambau Kota Batam tahun 2019

1.4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada lansia

Ny. E dengan diabetes mellitus tipe II melalui terapi senam

kaki diabetik terhadap resiko jatuh di wilayah kerja

Puskesmas Sambau Kota Batam tahun 2019

1.5. Mampu melakukan dokumentasi evaluasi keperawatan pada

lansia Ny. E dengan diabetes mellitus tipe II melalui terapi

senam kaki diabetik terhadap resiko jatuh di wilayah kerja

Puskesmas Sambau Kota Batam tahun 2019

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan konsep ilmu

pengetahuan asuhan keperawatan dibidang keperawatan gerontik.


10

1.2. Manfaat Praktis

1.2.1. Bagi Klien dan Keluarga

Manfaat praktis penulisan karya ilmiah bagi klien dan

keluarga yaitu agar klien dan keluarga dapat mengetahui

gambaran umum tentang diabetes mellitus beserta perawatan

yang benar bagi klien agar penderita mendapatkan perawatan

yang tepat dalam keluarganya.

1.2.2. Bagi Akademik

Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan

sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk

mengembangkan ilmu tetang asuhan keperawatan pada lansia

dengan diabetes mellitus.

1.2.3. Bagi Mahasiswa

Manfaat penulisan karya ilmiah bagi pembaca yaitu menjadi

sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca

karya tulis ilmiah ini supaya mengetahui dan lebih

memahami bagaimana cara mencegah resiko jatuh pada

lansia penderita diabetes mellitus.

1.4.2.4 Bagi Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan masukan

untuk menerapkan pemberian senam kaki diabetik pada

lansia penderita diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai