Anda di halaman 1dari 5

Kasus:

Ny. Farida adalah seorang ibu yang sedang hamil bayi pertama hasil perkawinan

dengan suaminya Tn. Rudi berprofesi sebagai TNI, sedangkan Ny. F seorang dokter umum.

Selama kehamilan berlangsung dari bulan 1 sampai bulan terakhir Ny. F senantiasa

melakukan control terhadap perkembangan janinnya. Pada saat ingin melahirkan Ny. F

dirawat di RS tipe C. dalam proses persalinan terdapat hambatan. Selama 8 jam persalinan

belum terlaksana dan Ny.F terlihat kelelahan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa air

ketuban (-). Atas pertimbangan dokter (DPJP) serta tenaga medis lainnya, seharusnya Ny. F

dirujuk ke RS yang lebih tinggi /bagus agar bisa membantu proses persalinan secara normal.

Akan tetapi RS yang akan dituju sangat jauh dan hanya bisa ditempuh jalur darat sekitar 10

jam perjalanan. Melihat kondisi Ny. F yang semakin lemah dan tidak akan mungkin bisa di

rujuk ke RS tersebut, maka DPJP dan tim medis lainnya melakukan perundingan dan telah

mendapatkan persetujuan dari suami untuk melakukan proses pesalinan dengan metode SC di

RS tipe C tersebut. Tenaga medis yang tersedia saat itu adalah dr. obgyn 1 orang, dr anastesi

1 orang. dr bedah 1 orang dan sejumlah perawat yang dibutuhkan. Operasi SC berjalan

lancar walaupun dilakukan pada malam hari. BBL ditempatkan diruang perawatan bayi.

Setelah lebih kurang 6 jam By. Ny. F ditemukan meninggal oleh perawat yang sedang

bertugas saait itu. Akibatnya pihak keluarga menuntut pihak RS, Dokter dan seluruh perawat.

Hasil pemeriksaan menyeluruh ditemukan cairan pada rongga pernafasan dan organ lain.

Akibatnya keluarga korban melakukan tuntutan pidana dan melaporkan kejadian ini ke pihak

polisi untuk menggugat RS.

Soal & Jawaban:

1. Buatlah analisis kesehatan dari aspek pelayanan kesehatan terhadap pasien yang ingin

melahirkan bayinya
Jawaban : Dari kasus yang telah disampaikan, terdapat beberapa aspek pelayanan

kesehatan yang perlu dianalisis terkait dengan pasien yang ingin melahirkan bayinya.

Berikut adalah analisis dari beberapa aspek tersebut:

1. Keputusan Rujukan: Tim dokter yang merawat Ny. Farida setelah berunding

memutuskan untuk tetap melaksanakan operasi caesar di rumah sakit tipe C.

Keputusan ini dibuat atas pertimbangan waktu dan kondisi kesehatan Ny.

Farida yang semakin melemah. Namun, keputusan ini kemudian menjadi

bahan kritik dari pihak keluarga yang menganggap bahwa Ny. Farida

seharusnya dirujuk ke rumah sakit dengan kelas yang lebih tinggi untuk

persalinan normal.

2. Ketersediaan Tenaga Kesehatan: Dalam prosedur operasi caesar, terdapat

keterbatasan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia di rumah sakit tersebut.

Hanya ada satu dokter obgyn, satu dokter anestesi, dan satu dokter bedah yang

melakukan operasi tersebut. Keterbatasan tenaga kesehatan ini dapat

mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.

3. Kejadian Kematian Bayi: Setelah operasi, bayi yang baru lahir ditempatkan di

ruang NICU/intermedit. Namun, setelah kurang lebih 6 jam, bayi tersebut

ditemukan meninggal oleh seorang perawat. Hasil pemeriksaan yang

dilakukan sebelum bayi dikuburkan menunjukkan adanya cairan di rongga

pernafasan dan bagian lain tubuh bayi. Kejadian ini menyebabkan keluarga

korban melakukan tuntutan hukum dan meminta ganti rugi terhadap rumah

sakit dan tenaga medis yang terlibat.

Analisis ini memberikan gambaran tentang beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien yang ingin

melahirkan bayinya. Kasus ini menunjukkan pentingnya koordinasi antara tim


medis, ketersediaan fasilitas yang memadai, dan pengambilan keputusan yang

tepat dalam situasi darurat. Kejadian ini juga menyoroti perlunya evaluasi dan

perbaikan sistem pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya komplikasi

yang dapat berakibat fatal.

2. Apakah keputusan tindakan medis yang dilakukan untuk melakukan op sc sudah

benar

Jawaban : Dalam kasus ini, keputusan untuk melakukan operasi sesar pada Ny.

Farida sepertinya merupakan keputusan yang tepat. Dengan pertimbangan bahwa

persalinan normal tidak memungkinkan karena keadaan yang darurat dan rs tipe C

tidak memiliki fasilitas yang memadai, operasi sesar menjadi pilihan terbaik untuk

menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Ditegaskan dalam Pasal 59 ayat (1) UU Tenaga

Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada

fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama kepada

penerima pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan/atau pada bencana

untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

3. Apakah perkiraan penyebab kematian sang bayi akibat cairan yang ada pada saluran

pernafasan?

Jawaban : Bisa saja salah satu kemungkinannya penyebab kematian pada bayi

tersebut adalah adanya aspirasi cairan. Dari hasil pemeriksaan ditemukan cairan pada

rongga pernafasan dsn organ lainnya dapat dikatan bayi meninggal karena cairan,

karena dari awal sebelum tindakan SC dilakukan air ketuban (-).


4. Kenapa sampai terdapat cairan seperti itu di rongga pernapasan, siapa yang harusnya

melakukanya dan bertanggung jawab terhadap cairan di tubuh bayi sesuai dengan

tugas dan profesinya?

Jawaban : Kemungkinan sang bayi terminum air ketuban ibu pada saat proses

persalinan ibunya yg sudah 8 jam tidak di temukan tanda2 kelahiran yg

mengakibatkan air ketuban sang ibu kering. Cairan di rongga pernapasan bayi bisa

disebabkan oleh beberapa faktor seperti gangguan pernafasan atau kelainan pada

sistem pernapasan. Dalam hal ini, tanggung jawab atas cairan di tubuh bayi

tergantung pada perawatan medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang terlibat.

5. Buat analisa saudara tentang itu.

Jawaban :

Dalam kasus ini, terdapat beberapa pertimbangan etik yang perlu dianalisis.yaitu:

1. Terkait jumlah tenaga medis yang terbatas saat prosedur operasi dilakukan.

Dalam kasus ini, terdapat masalah dengan jumlah tenaga medis yang terbatas

saat prosedur operasi dilakukan pada ibu Farida. Keterbatasan ini

mempengaruhi pelayanan medis yang diberikan kepada ibu Farida dan

bayinya. Dalam proses persalinan, terjadi kehambatan dan ibu Farida

mengalami kelelahan. Meskipun seharusnya dirujuk ke rumah sakit dengan

kelas yang lebih tinggi, namun karena jarak yang jauh dan kondisi ibu yang

semakin lemah, prosedur operasi dilakukan di rumah sakit tipe C. Namun,

karena keterbatasan tenaga medis, yaitu hanya ada 1 dokter obstetri dan

ginekologi, 1 dokter anestesi, dan 1 dokter bedah, serta beberapa perawat,

pelayanan medis tidak optimal. Setelah operasi, bayi ditempatkan di ruang

NICU/intermediate, namun sayangnya, bayi tersebut ditemukan meninggal


setelah 6 jam. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya cairan di rongga

pernafasan dan bagian lain tubuh bayi.

2. Terkait keputusan tim medis untuk melanjutkan persalinan di rumah sakit tipe

C meskipun mengetahui bahwa pasien sebaiknya dirujuk ke rumah sakit

dengan kelas yang lebih tinggi. Keputusan ini mungkin diambil karena

pertimbangan jarak dan waktu tempuh yang cukup lama jika pasien dirujuk ke

rumah sakit tersebut. Namun, perlu dipertimbangkan apakah keputusan ini

benar-benar dalam kepentingan terbaik bagi ibu dan bayi yang sedang dalam

proses persalinan.

3. Tuntutan hukum yang diajukan oleh keluarga korban. Pihak keluarga merasa

kecewa dan menuntut ganti rugi terhadap rumah sakit, dokter, dan perawat

yang terlibat. Tuntutan hukum pidana juga dilakukan dengan melaporkan

kepolisi. Tentu saja, proses ini akan memerlukan penelitian dan penyelidikan

lebih lanjut untuk menentukan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai