Menurut Kiswara dalam Suranggane (2007) besaran aset pajak tangguhan yang terdapat
di neraca dicatat apabila ada lebih dari 50% dan jika kurang dari 50% maka harus dilakukan
menunjukkan bahwa asset pajak tangguhan dimungkinkan dapat digunakan sebagai indikator
adanya manajemen pajak tangguhan kemungkinan terealisasi di masa yang akan datang.
Banyak peneliti dan para profesi akuntan berpendapat bahwa aset pajak tangguhan dapat
terealisasikan di periode yang akan datang apabila probabilitas realisasi semakin besar maka
semakin tinggi manajemen melakukan manajemen laba (earning management), untuk itu
dibuat hipotesis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian
lain oleh Suranggane (2007) mengatakan bahwa aset pajak tangguhan dijadikan proksi sebagai
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan adanya peranan antara aset