Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN

TERHADAP MANAJEMEN LABA


(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN NON-MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016)

Oleh:
Prasidha Anjali Putri
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: prasidhaputri@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak
tangguhan terhadap peluang perusahaan melakukan manajemen laba. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan non-
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2014 hingga tahun
2016. Pemilihan perusahaan non-manufaktur didasarkan pada hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang menunjukkan bahwa perusahaan pada sektor tersebut memiliki probabilitas yang
lebih tinggi dalam melakukan manajemen laba. Dari hasil pemilihan sampel menggunakan
metode purposive sampling diperoleh 69 perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Dengan
menggunakan analisis regresi logistik, diketahui bahwa perencanaan pajak dan beban pajak
tangguhan tidak berpengaruh secara signifikan meskipun bersifat positif terhadap keputusan
perusahaan melakukan manajemen laba. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan non-manufaktur cenderung melakukan manajemen laba untuk menghindari
penurunan laba yang dilaporkan setiap tahunnya.

Kata Kunci: Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan, Manajemen Laba.

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the effects of tax planning and deferred tax expense on the
company’s opportunity to do earnings management. The study was conducted using secondary
data in the form of financial statements from non-manufacturing companies listed on Indonesia
Stock Exchange during the period of 2014 to 2016. Non-manufacturing companies are selected
based on previous studies that indicate the higher probability of earnings management done by
non-manufacture sector. From the results of sample selection using purposive sampling method,
there are 69 companies chosen as the research object. Through logistic regression analysis, it is
found that tax planning and deferred tax expense has no significant effect on company decision
to do earnings management although the positive effect it has. The results also shows that non-
manufacturing companies tend to do earnings management to avoid decrease in profit reported
annually.

Keywords: Tax Planning, Deferred Tax Expense, Earnings Management.


PENDAHULUAN pendekatan, salah satunya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Phillips et al. (2003)
Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, yang berfokus pada beban pajak tangguhan
laba menjadi salah satu ukuran yang paling untuk mendeteksi praktik manajemen laba.
mudah untuk dipertimbangkan oleh pihak Yulianti (2005) menjelaskan bahwa beban
internal maupun eksternal perusahaan. Laba pajak tangguhan timbul akibat perbedaan
cenderung menjadi dasar yang digunakan temporer antara laba akuntansi atau laba
oleh manajemen, investor, kreditor, serta yang diperhitungkan berdasarkan Standar
para pemangku kepentingan lainnya dalam Akuntansi Keuangan dengan laba fiskal atau
pengambilan keputusan. Keputusan seperti laba yang dihitung sesuai ketentuan
pemberian bonus, pembagian kompensasi, perpajakan. Perbedaan temporer atau perbe-
pemberian pinjaman, atau pun penentuan daan sementara sendiri adalah perbedaan
besaran pajak yang harus dibayarkan kepada yang disebabkan oleh perbedaan waktu dan
negara umumnya didasarkan pada laba yang metode pengakuan penghasilan dan beban
diperoleh perusahaan. tertentu berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan dengan peraturan perpajakan
Namun, perbedaan mungkin saja muncul
(Suandy, 2008).
dalam pengambilan keputusan oleh para
pemangku kepentingan perusahaan yang Perbedaan yang muncul tersebut dapat
dapat menimbulkan konflik di antara pihak- mendorong perusahaan untuk melakukan
pihak tersebut. Pada praktiknya, konflik perencanaan perpajakan. Mangoting (1999)
yang mungkin terjadi di antara para pemang- mendefinisikan perencanaan pajak (tax
ku kepentingan tersebut dapat dijelaskan planning) sebagai proses mengorganisasi
melalui teori keagenan. Teori keagenan usaha wajib pajak atau kelompok untuk
berpusat pada hubungan antar pihak-pihak meminimalkan jumlah pajak terhutang baik
yang terlibat dalam penyediaan sumber daya pajak penghasilan maupun pajak-pajak
untuk perusahaan dan bagaimana akuntansi lainnya, sepanjang hal ini dimungkinkan
digunakan untuk memfungsikan hubungan oleh peraturan perundang-undangan yang
tersebut (Deegan, 2006). Hubungan yang berlaku.
dimaksud adalah kontrak di mana satu orang
atau lebih (principal) menyewa orang lain Jumlah pajak yang minimal akan
(agent) untuk memberikan jasa demi mempengaruhi jumlah laba perusahaan
kepentingan principal yang melibatkan secara keseluruhan. Karena hal tersebut,
pendelegasian beberapa otoritas pembuatan manajemen akan cenderung memanfaatkan
keputusan kepada agent. peluang untuk melakukan manajemen laba
dengan meminimalkan jumlah pajaknya. Hal
Teori keagenan didasarkan pada asumsi ini didukung oleh penelitian Setiawati
bahwa semua tindakan individu dalam (2000) yang mengungkapkan bahwa
perusahaan dikendalikan oleh kepentingan manajemen sering memanfaatkan peluang
pribadi mereka. Hal ini dapat digunakan untuk memainkan angka laba dalam rangka
untuk menjelaskan kecenderungan mana- mempengaruhi hasil akhir dari berbagai
jemen perusahaan untuk memaksimalkan keputusan.
pendapatannya, salah satunya dengan
melakukan manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitian Sumomba
(2010), beban pajak tangguhan dan
Penelitian mengenai praktik manajemen perencanaan pajak memiliki pengaruh yang
laba telah banyak dilakukan oleh peneliti signifikan terhadap manajemen laba setelah
sebelumnya dengan beragam metode
adanya perubahan tarif pajak padan tahun mendatang sebagai akibat adanya perbedaan
2009 dan 2010 dengan perusahaan sementara yang boleh dikurangkan dan sisa
manufaktur sebagai objek penelitiannya. kerugian yang belum dikompensasikan.
Menurut hasil penelitian Astutik dan Sedangkan menurut Phillips et al. (2003),
Mildawati (2016) kedua variabel tersebut beban pajak tangguhan adalah beban yang
juga berpengaruh positif terhadap timbul karena adanya perbedaan antara laba
manajemen laba pada perusahaan- akuntansi atau laba yang diakui dalam
perusahaan yang bergerak di sektor food and laporan keuangan bagi pihak eksternal
beverages yang terdaftar pada Bursa Efek dengan laba fiskal atau laba yang digunakan
Indonesia pada periode tahun 2012-2014. dalam perhitungan pajak.
Namun, menurut penelitian Aditama (2014)
yang menggunakan perusahaan-perusahaan Suandy (2008) mengungkapkan bahwa
non-manufaktur yang terdaftar di Bursa ketika terdapat kemungkinan pembayaran
Efek Indonesia dengan mengambil sampel pajak yang lebih besar di masa mendatang,
dari tahun 2009-2013 sebaga objek, maka sesuai dengan SAK, wajib pajak harus
ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh mengakuinya sebagai kewajiban atau
signifikan variabel perencanaan pajak liabilitas. Salah satu contohnya adalah ketika
terhadap manajemen laba perusahaan. beban penyusutan aset tetap yang diakui
secara komersial lebih rendah dari yang
Hasil penelitian yang cukup beragam diakui secara fiskal karena perbedaan
dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut metode penyusutan aset. Selisih yang terjadi
memberikan peluang untuk dilakukan karena perbedaan tersebut akan
penelitian lanjutan baik yang bersifat mengakibatkan pengakuan beban pajak
replikasi atau pun pengembangan. menurut komersial yang lebih besar pada
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik masa yang akan datang. Rekonsiliasi fiskal
untuk melakukan penelitian lanjutan yang berupa koreksi negatif diperlukan karena
bersifat replikasi mengenai pengaruh beban pendapatan menurut komersial lebih besar
pajak tangguhan dan perencanaan pajak dari pendapatan fiskal dan pengeluaran
terhadap manajemen laba dengan berdasarkan akuntansi komersial lebih kecil
menggunakan perusahaan-perusahaan non- daripada fiskalnya sehingga menyebabkan
manufaktur sebagai objek penelitian. Tujuan diakuinya kewajiban pajak tangguhan
dari penelitian ini adalah untuk mengkaji (Agoes dan Trisnawati, 2007).
dan memperoleh bukti empiris apakah
terdapat pengaruh dari perencanaan pajak Begitu pun sebaliknya, ketika terjadi
dan beban pajak tangguhan terhadap praktik rekonsiliasi yang bersifat positif maka, akan
manajemen laba selama periode tahun 2014 diakui sebagai aset pajak tangguhan. Hal
hingga 2016 pada perusahaan non- tersebut dikarenakan berdasarkan SAK,
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek adanya kemungkinan pembayaran pajak
Indonesia. yang lebih kecil di masa mendatang dapat
dianggap sebagai suatu aset. Contohnya
TINJAUAN PUSTAKA adalah rugi fiskal yang masih dapat
dikompensasikan di masa mendatang berda-
1. Beban Pajak Tangguhan sarkan ketentuan perpajakan dapat diakui
sebagai aset pajak tangguhan. Karena sifat-
Berdasarkan PSAK No. 46, istilah beban
nya yang dapat digunakan sebagai manfaat
pajak tangguhan digunakan untuk
perusahaan, aset pajak tangguhan harus dila-
menjelaskan jumlah pajak penghasilan yang
kukan penilaian kembali setiap tahunnya.
terutang atau terpulihkan di periode
Jika terdapat kemungkinan di mana aset masih memenuhi ketentuan perpajakan
pajak tangguhan tidak mungkin direalisasi- (lawful) atau pun yang melanggar ketentuan
kan, perusahaan harus melakukan penyi- perpajakan (unlawful). Cara-cara yang
sihan (allowance) terhadap realisasi aset digunakan tersebut dapat digunakan dalam
pajak tangguhan (Purba dan Andreas, 2005). mengukur kepatuhan perpajakan wajib
pajak, yaitu:
Berdasarkan uraian di atas, pada
dasarnya jumlah beban atau manfaat pajak a. Tax saving, yakni upaya wajib pajak
tangguhan yang disajikan dalam laporan untuk mengefisienkan beban pajak
laba rugi komersial perusahaan akan berpe- melalui alternatif pengenaan pajak
ngaruh pada jumlah nominal laba setelah dengan tarif yang lebih kecil.
pajak. Apabila perusahaan secara komersial b. Tax avoidance, yakni upaya wajib
menghitung PPh yang terutang tanpa pajak untuk mengefisienkan beban
memperhitungkan koreksi fiskal, akan pajak dengan cara menghindari
menyebabkan perbedaan dengan perhitung- pengenaan pajak melalui transaksi
an PPh terutang menurut fiskus, yang secara yang tidak termasuk sebagai objek
otomatis juga akan mempengaruhi posisi pajak.
neraca pada laporan keuangan komersial c. Tax evasion, yakni upaya wajib
(Muljono, 2006). Perusahaan harus pajak untuk menekan beban pajak
melakukan penyesuaian atas jumlah perbe- terhutang dengan cara menghindari
daan pajak terutang yang terjadi. Jurnal pajak secara ilegal atau melanggar
penyesuaian tersebut akan mempengaruhi ketentuan perpajakan.
besarnya rekening utang pajak dan laba
setelah pajak yang diakui perusahaan dalam Dengan melakukan manajemen pajak,
laporan laba rugi, sehingga posisi neraca wajib pajak dapat menerapkan ketentuan
perusahaan juga akan berubah. perpajakan untuk mengefisiensikan beban
pajaknya secara benar dan tidak melanggar
2. Perencanaan Pajak peraturan yang berlaku. Terdapat beberapa
tahap yang dapat dilakukan wajib pajak
Mangoting (1999) mendefinisikan dalam melakukan manajemen pajak. Wajib
perencanaan pajak (tax planning) sebagai pajak dapat melakukan perencanaan pajak
proses mengorganisasi atau memanajemen (tax planning), sebelum kemudian
usaha wajib pajak atau kelompok untuk melaksanakan kewajiban pajak (tax
meminimalkan jumlah pajak terhutang baik implementation) dan pengendalian pajak
pajak penghasilan maupun pajak-pajak (tax control).
lainnya, sepanjang hal ini dimungkinkan
oleh ketentuan peraturan perundang- Sebagai langkah awal dalam manajemen
undangan yang berlaku. Menurut Sophar pajak, wajib pajak perlu melakukan
Lumbartoruan (1996), manajemen pajak perencanaan pajak dengan mengumpulkan
didefinisikan sebagai suatu cara untuk data dan melakukan penelitian mengenai
memenuhi kewajiban perpajakan dengan peraturan-peraturan perpajakan yang
benar, tetapi juga dengan menekan serendah berlaku. Dengan melakukan perencanaan
mungkin jumlah pajak yang harus dibayar pajak, wajib pajak dapat menyeleksi jenis
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang tindakan penghematan pajak yang mungkin
diharapkan. dapat dilakukan dengan memanfaatkan
pengecualian-pengecualian dan celah-celah
Terdapat berbagai cara untuk menekan perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan
jumlah kewajiban pajak tersebut, baik yang
oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun Manajemen laba sendiri dapat
2008 mengenai Pajak Penghasilan. dijelaskan menggunakan salah satu teori
akuntansi yaitu Teori Keagenan. Teori ini
Hal penting lain yang perlu diperhatikan berfokus pada hubungan antar pihak-pihak
wajib pajak dalam melakukan perencanaan yang terlibat dalam penyediaan sumber daya
pajak adalah memahami atau menguasai untuk perusahaan dan bagaimana akuntansi
ketentuan-ketentuan perpajakan yang dapat digunakan untuk memfungsikan
berlaku untuk menghindari pelanggaran hubungan tersebut (Deegan, 2006).
yang dapat menyebabkan timbulnya sanksi Hubungan yang dimaksud yaitu kontrak di
perpajakan. Baik sanksi yang bersifat mana satu orang atau lebih yang disebut
administratif berupa bunga, denda, dan sebagai principal menyewa orang lain atau
kenaikan pajak, atau pun sanksi pidana agent untuk memberikan jasa demi
berupa hukuman kurungan. Selain itu, kepentingan principal yang melibatkan
dengan pemahaman atas ketentuan pendelegasian beberapa otoritas pembuatan
perpajakan yang baik, wajib pajak juga keputusan kepada agent. Ketika kekuasaan
dapat menunda pembayaran kewajiban pajak pembuatan keputusan didelegasikan, hal ini
tanpa melanggar ketentuan perpajakan yang dapat mengakibatkan kemungkinan muncul-
berlaku. Penundaan yang dapat dilakukan nya kerugian yang dikarenakan oleh masa-
berdasarkan ketentuan perpajakan salah lah efisiensi dan biaya konsekuensi yang
satunya adalah dengan menunda penerbitan harus ditanggung principal. Setiap kerugian
faktur pajak keluaran pada Pajak potensial dari laba yang diakibatkan oleh
Pertambahan Nilai (PPN) sampai dengan kinerja manajer yang berada di bawah
batas waktu yang diperkenankan, sehingga performa yang seharusnya, dianggap sebagai
dapat menunda pembayaran pajaknya. biaya yang timbul dari delegasi pembuatan
keputusan dalam hubungan keagenan yang
Dengan memahami celah pada ketentuan
perpajakan, wajib pajak juga dapat meng- disebut juga sebagai biaya keagenan.
optimalkan kredit pajak yang mungkin Selain itu, manajemen laba juga dapat
diperkenankan. Pada dasarnya, kredit pajak dijelaskan dengan Positive Accounting
merupakan pajak penghasilan yang telah Theory (Teori Akuntansi Positif). Dalam
dibayar atau dipungut di muka dengan Sumomba (2010) dijelaskan bahwa teori
jumlah pajak yang terutang pada akhir tahun yang dipelopori oleh Watts dan Zimmerman
pajak sebelumnya. (1986) ini memaparkan faktor-faktor ekono-
mi tertentu yang bisa dikaitkan dengan
3. Manajemen Laba
perilaku manajer atau para pembuat laporan
Manajamen laba dapat didefinisikan keuangan. Hal ini dikarenakan akuntansi
sebagai usaha pihak manajemen perusahaan teori positif mengakui adanya tiga hubungan
untuk memaksimalkan atau meminimalkan keagenan yaitu (1) hubungan antara mana-
laba sesuai dengan kepentingan yang ingin jemen dan pemilik perusahaan (The Bonus
dicapai (Copeland, 1968). Menurut Schipper Plan Hypothesis); (2) antara manajemen dan
(1989), manajemen laba merupakan usaha kreditur (The Debt to Equity Hypothesis);
untuk mengintervensi atau mempengaruhi dan (3) antara manajemen dengan peme-
informasi dalam proses pelaporan keuangan rintah (The Political Hypothesis).
eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan
Teori Akuntansi Positif didasarkan pada
keuntungan pribadi.
asumsi bahwa semua tindakan individu
dikendalikan oleh kepentingan pribadi dan
bahwa individu akan bertindak oportunis menggunakan pendekatan distribusi laba,
selama tindakan tersebut akan menguntung- karena manajemen perusahaan menyadari
kan mereka. Berdasarkan pada asumsi ini, bahwa pihak eksternal, seperti investor,
Teori Akuntansi Positif memprediksi bahwa kreditur, dan supplier akan menggunakan
setiap perusahaan akan berusaha mencari batas pelaporan laba dalam menilai kinerja
suatu mekanisme yang dapat menyejajarkan mereka (Degeorge et al., 1999).
kepentingan manajer perusahaan sebagai
agent dengan kepentingan pemilik Burstaghler dan Dichev (1997) dalam
perusahaan atau stakeholder sebagai pihak Phillips et al. (2003) menyatakan bahwa
principal. terdapat dua macam earnings thresholds,
yaitu (1) titik pelaporan laba nol, yang
Salah satu mekanisme yang dapat menunjukkan usaha manajemen laba untuk
dilakukan manajer untuk dapat menyejajar- menghindari pelaporan kerugian dan (2) titik
kan kepentingan pihak manajemen dan perubahan laba nol, yang menunjukkan
pemilik perusahaan adalah dengan melaku- usaha manajemen laba untuk menghndari
kan manajemen laba. Kemungkinan manajer penurunan laba.
untuk mendapatkan suatu penghargaan atau
reward atas kinerja perusahaan yang Menurut Phillips et al. (2003), rumus
umumnya dicerminkan oleh besaran laba untuk menghetahui manajemen laba melalui
perusahaan akan menjadi motivasi bagi pendekatan distribusi laba, yaitu:
manajer untuk melakukan manajemen laba. −
=
Motivasi dan peluang yang ada
mendorong manajer untuk melakukan
manajemen laba. Namun pada praktiknya, Keterangan:
manajer harus dapat melakukan manajemen SEC : Scaled Earnings Changes
laba dengan cermat dan efisien sehingga (perubahan laba).
tidak memunculkan permasalahan yang Eit : laba perusahaan i pada tahun t.
mungkin terjadi dari ketidaksesuaian Eit-1 : laba perusahaan i pada tahun t-1.
informasi yang disampaikan. MVEit-1 : Market value of equity (harga
saham) perusahaan i pada tahun t-1.
Dalam mengungkapkan praktik
manajemen laba yang mungkin dilakukan 4. Kerangka Pemikiran
perusahaan terdapat berbagai proksi yang Berdasarkan beberapa teori serta hasil
digunakan untuk mengevaluasi manajemen penelitian terdahulu, kerangka pemikiran
laba dari berbagai upaya yang dilakukan dalam penelitian ini dapat digambarkan
oleh manajer. Salah satu proksi yang banyak sebagai:
digunakan adalah dengan menggunakan
pendekatan distribusi laba (Phillips et al., Perencanaan Pajak
2003)
(X1) Manaje-
Pendekatan tersebut mengidentifikasi men Laba
batas pelaporan laba (earnings thresholds) (Y)
dan menemukan bahwa perusahaan yang Beban Pajak
berada di bawah earnings thresholds akan Tangguhan (X2)
berusaha melewati batas tersebut dengan
melakukan manajemen laba. Para manajer
Gambar 1
melakukan manajemen laba dengan
5. Pengembangan Hipotesis mengingat beban pajak merupakan salah
satu pengurang laba bersih perusahaan. Oleh
Hubungan Perencanaan Pajak terhadap sebab itu, perusahaan akan melakukan
Manajemen Laba manajemen laba dengan melakukan peren-
canaan pajak secara seefektif mungkin.
Hubungan antara perencanaan pajak dan
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
manajemen laba secara teori dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
dijelaskan dengan teori keagenan dan teori
akuntansi positif. Dalam teori keagenan H1: Perencanaan pajak berpengaruh terhadap
dijelaskan mengenai masalah keagenan yang manajemen laba.
timbul karena perbedaan kepentingan dan
tujuan antara pihak principal dan agent, Hubungan Perencanaan Pajak terhadap
serta resiko yang harus dihadapi karena Beban Pajak Tangguhan
adanya perbedaan tersebut dan akan
memunculkan biaya-biaya tertentu untuk Beban pajak tangguhan adalah salah
menguranginya (biaya keagenan). Salah satu satu pendekatan yang dapat digunakan
resiko yang dapat timbul dalam hubungan dalam mendeteksi praktik manajemen laba
keagenan antara pemangku kepentingan atau yang dilakukan perusahaan. Perbedaan yang
pun pemerintah sebagai pihak principal dan timbul dalam penyusunan laporan keuangan
manajemen perusahaan sebagai agent adalah yang ditujukan untuk kepentingan komersial
perbedaan informasi atau information perusahaan berdasarkan SAK dan laporan
assymetry yang dapat disebabkan oleh keuangan fiskal yang digunakan dalam
penyajian dan penggunaan informasi dalam penentuan jumlah beban pajak perusahaan
laporan keuangan perusahaan. Dalam dapat menyediakan informasi tambahan bagi
pelaporan keuangan perusahaan, manajer pengguna laporan keuangan mengenai
memiliki kesempatan untuk melakukan kualitas current earnings (Phillips et al.,
manajemen laba guna meningkatkan kinerja 2003).
perusahaan utamanya mengenai laba bersih
Semakin besar perbedaan antara laba
perusahaan sebagai salah satu ukuran yang
komersial dan laba fiskal menunjukkan
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
semakin besarnya diskresi manajemen.
Selain itu, berdasarkan teori akuntansi Menurut Plesko (2002) dalam Phillips et al.
positif, yaitu hipotesis biaya politik (The (2003), besarnya diskresi manajemen
Politycal Cost Hypothesis) juga dijelaskan tersebut akan terefleksi dalam beban pajak
bahwa perusahaan yang berhadapan dengan tangguhan yang diakui perusahaan dan dapat
biaya politik, cenderung melakukan digunakan untuk mendeteksi praktik
rekayasa dengan menurunkan laba yang manajemen laba pada perencanaan pajak
dilaporkan dengan tujuan untuk perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian
meminimalkan biaya politik yang harus tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
mereka tanggung (Scott, 2003). Biaya sebagai berikut:
politik yang dimaksud dalam teori tersebut
H2: Beban Pajak Tangguhan berpengaruh
mencakup seluruh biaya yang harus
terhadap manajemen laba.
ditanggung oleh perusahaan terkait dengan
regulasi pemerintah, salah satunya adalah METODOLOGI PENELITIAN
beban pajak. Manajer akan berusaha untuk
menekan jumlah beban pajak yang harus Penelitian ini merupakan studi empiris
ditanggung perusahaan seminimal mungkin dengan metode kuantitatif yang dilakukan
untuk memahami suatu fenomena yang mungkin dapat mempengaruhi peng-
menjadi perhatian dan melengkapi gunaan discretional accruals (Setiowati,
pengetahuan peneliti dengan pengembangan 2007), yang terdaftar secara aktif di
teori melalui pengujian hipotesis. Metode Bursa Efek Indonesia selama periode
kuantitatif merupakan metode penelitian tahun 2014 hingga 2016.
dengan menggunakan populasi atau sampel b. Perusahaan memiliki dan mempu-
tertentu, dengan menggunakan statistik blikasikan laporan keuangan yang telah
dalam menganalisis data (Sugiyono, 2015). diaudit per 31 Desember selama periode
tahun 2014-2016.
Penelitian ini dilakukan mengguna-kan c. Saham perusahaan non-manufaktur
data-data sekunder yang telah tersedia tersebut dikelompokkan sebagai saham
sebelumnya. Menurut Indriantoro (2002), perusahaan yang sahamnya aktif
data sekunder merupakan sumber data yang diperdagangkan, sesuai kriteria yang
diterima peneliti secara tidak langsung atau dijelaskan pada surat edaran PT Bursa
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Efek Jakarta No. SE-03/BEJ II-I/1994
Beberapa contoh dari data sekunder adalah yaitu saham yang aktif jika
catatan atau dokumentasi perusahaan, diperdagangkan sebanyak tujuh puluh
publikasi pemerintah, sumber internet, dan lima kali dalam waktu tiga bulan.
sumber-sumber yang telah dikumpulkan d. Perusahaan tidak di-delisting selama
pihak tertentu lainnya. Dalam penelitian ini, periode tahun 2013 hingga tahun 2016.
data sekunder yang digunakan berupa Baik delisting yang bersifat voluntary
laporan keuangan perusahaan-perusahaan atau atas permintaan perusahaan, atau
yang dijadikan sampel. pun delisting yang dilakukan oleh Bursa
Efek Indonesia karena tidak dapat
Dalam penelitian ini, populasi
menunjukkan adanya pemulihan saham
penelitian adalah seluruh perusahaan non-
yang berarti di pasar atau saham di-
manufaktur yang menerbitkan laporan
suspense dari Pasar Reguler dan Pasar
keuangan tahunan yang telah diaudit dan
Tunai sehingga hanya diperdagangkan
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia
di Pasar Negosiasi selama 24 bulan
selama periode tahun 2014 hingga tahun
terakhir.
2016. Berdasarkan populasi tersebut,
e. Perusahaan melaporkan akun beban
peneliti mengambil beberapa sampel yang
pajak tangguhan selama periode tahun
akan diteliti lebih lanjut. Sampel pada
2014 hingga tahun 2016.
penelitian ini adalah perusahaan non-
f. Perusahaan tidak melakukan akuisisi,
manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek
merger, restrukturisasi, serta per-ubahan
Indonesia yang dipilih menggunakan metode
kelompok usaha yang akan
purposive sampling yaitu pengambilan
menyebabkan perbedaan dalam pe-
sampel dari populasi berdasarkan kriteria
nyajian laporan keuangan sehingga
tertentu sesuai dengan yang telah
mempengaruhi posisi dan kinerja
dirumuskan oleh peneliti (Hartono, 2016).
Kriteria sampel penelitian ini adalah sebagai keuangan perusahaan.
berikut: Dalam penelitian ini, terdapat dua
variabel independen yang ingin diuji, yaitu:
a. Perusahaan non-manufaktur, kecuali
perusahaan perbankan dan lembaga 1. Perencanaan Pajak (X1)
keuangan lainnya untuk menghindari Dalam penelitian ini, perencanaan pajak
industri atau peraturan khusus yang diukur dengan menggunakan rumus tax
retention rate (tingkat retensi pajak), Untuk menentukan perusahaan berada dalam
yang digunakan untuk menganalisis range small profi firms atau small loss firms
suatu ukuran dari efektivitas manajemen dengan menggunakan rumus sebagai
pajak pada laporan keuangan berikut:
perusahaan tahun berjalan. Menurut
Wild et al. (2005) dalam Ferry (2013), −
=
rumus tax retention rate adalah:
Dari data-data yang telah dikumpulkan,
= data-data tersebut dianalisis lebih lanjut
( )
menggunakan statistik deskriptif dan regresi
TRRit : Tax Retention Rate logistik. Statistik deskriptif digunakan untuk
perusahaan i pada tahun t. mempermudah interpretasi data yang telah
Net Incomeit : Laba bersih diperoleh dengan mendeskripsikan data
perusahaan i pada tahun t. yang bersifat kuantitatif menjadi kualitatif.
Pretax Income (EBITit) : Laba sebelum Sedangkan, regresi logistik digunakan untuk
pajak perusahan i tahun t. menguji apakah variabel beban pajak
tangguhan berpengaruh dalam mendeteksi
2. Beban Pajak Tangguhan (X2) manajemen laba. Model regresi logistik
Beban pajak tangguhan diukur dengan yang digunakan dalam pengujian adalah
membagi jumlah pajak tangguhan dan sebagai berikut:
dengan jumlah keseluruhan aset
perusahaan pada akhir tahun. Rumus
= + 1 + +
yang dapat digunakan untuk 1−
menghitung beban pajak tangguhan
adalah: : variabel dummy atau manajemen
ℎ laba
=
: Tax Retention Rate perusahaan i
pada tahun t.
Dalam penelitian ini, variabel dependen : Deffered Tax Expense perusahaan i
yang menjadi perhatian adalah manajemen pada tahun t dibagi dengan Total Assets
laba yang diukur dengan menggunakan pada akhir tahun t.
pendekatan distribusi laba yang : error term
dikemukakan oleh Phillips et al. (2003).
Manajemen laba dapat dikatakan sebagai PEMBAHASAN
variabel dummy karena manajemen laba
merupakan variabel yang digunakan untuk Berdasarkan kriteria pemilihan sampel,
mengkuantitatifkan variabel yang bersifat dilakukan pemilihan sampel dari perusahaan
kualitatif dan hanya memiliki dua nilai yaitu non-manufaktur yang terdaftar dalam Bursa
1 dan 0 (Cooper dan Schindler, 2006). Efek Indonesia pada periode tahun 2013-
2016 dengan periode pengamatan terakhir
Untuk mengukur variabel dependen ini, yaitu tahun 2016 sebagai acuan. Hasil
sampel dibagi ke dalam dua kategori yakni pemilihan sampel tersebut dijelaskan pada
kategori dengan kode 1 jika perusahaan Tabel 1.
berada dalam range small profit firms pada
range 0 sampai dengan ≥ 1, dan kode 0 jika
perusahaan berada dalam range small loss
firms pada range -0,09 sampai dengan 0.
Tabel 1 et al. (2003) mengungkapkan bahwa
Keterangan 2016 peningkatan beban pajak tangguhan yang
Total perusahaan non-manufaktur 226 ada dalam elemen perencanaan pajak,
kecuali perusahaan perbankan dan meningkatkan peluang pengelolaan laba
lembaga keuangan lainnya yang untuk menghindari penurunan laba. Teori
terdaftar dalam BEI tersebut mendukung penggunaan variabel
Perusahaan yang mengalami delisting (109) perencanaan pajak dalam memprediksi
maupun sahamnya tidak aktif manajemen laba.
Perusahaan yang tidak mempubli- (29)
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
kasikan laporan keuangan yang telah
Test
diaudit per 31 Desember selama
periode pengamatan Tabel 3
Perusahaan yang tidak memiliki (14) Hasil Hosmer and Lemeshow Test
kelengkapan data yaitu perusahaan Hosmer and Lemeshow Test
yang tidak melaporkan beban pajak Step Chi-square df Sig.
tangguhan 1 .016 2 .992
Perusahaan yang melakukan akuisisi, (5)
Sumber: Olah Data SPSS
merger, restrukturisasi, dan perubahan
kelompok usaha Pengujian ini dilakukan untuk menguji
Total 69 kelayakan model regresi logistik. Dapat
Sumber: Pemilihan Sampel Peneliti dilihat berdasarkan hasil pengolahan data,
diperoleh nilai chi-square sebesar 0,016
Hasil Statistik Deskriptif dengan nilai Sig. sebesar 0,992. Melalui
Tabel 2 pengujian ini dapat diketahui, bahwa nilai
Statistik Deskriptif Manajemen Laba signifikansi lebih besar daripada taraf
Variabel N MIN MAX MEAN STANDAR signifikansi alpha sebesar 0,05 sehingga
DEVIASI dapat diambil keputusan untuk menerima
Manajemen 207 -1.222796 1.636604 0.004656 0.29124641
Laba H0. Hal ini berarti bahwa tidak ditemukan
Sumber: Hasil Pengolahan Data perbedaan antara populasi yang diprediksi
dengan populasi yang diobservasi.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif
atas variabel manajemen laba, diketahui Selain itu, dapat dibuktikan bahwa
nilai minimum sebesar -1,22, nilai model regresi logistik dapat digunakan
maksimum sebear 1,64, nilai mean sebesar untuk analisis lebih lanjut sampel yang ada
0,0047, dan nilai standar deviasi sebesar untuk memprediksi populasi dan kemudian
0,29. Nilai mean variabel manajemen laba digunakan untuk pengambilan kesimpulan
yang memiliki nilai positif tersebut penelitian, serta dapat diketahui bahwa
menunjukkan usaha manajemen laba yang model telah cukup untuk menjelaskan data.
dilakukan perusahaan untuk menghindari
penurunan laba. Hal ini didasarkan pada Uji Koefisien Determinasi (R2)
teori yang dikemukakan Phillips et al. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel
(2003), yang menggunakan titik perubahan 4, dapat diketahui bahwa nilai R2 sebesar
nol untuk mengetahui indikasi praktik 0,074 atau 7,4%, di mana dapat diartikan
manajemen laba yang dilakukan manajemen bahwa variabel Perencanaan Pajak (X1) dan
dengan cara membandingkan perusahaan variabel Beban Pajak Tangguhan (X2)
yang memiliki laba bernilai negatif. Philips mempengaruhi dan mampu menjelaskan
variabel independen Manajemen Laba (Y) menolak H alternatif. Dalam hal ini, dapat
sebesar 7,4%. Untuk selebihnya, sekitar disimpulkan bahwa hipotesis yang
92,6% dipengaruhi dan dapat dijelaskan menyatakan bahwa variabel independen
dengan faktor-faktor lain diluar variabel- berpengaruh pada variabel dependen ditolak
variabel yang diteliti. Nilai R2 sebesar 0,074 atau kedua variabel independen tidak
ini juga dapat menjelaskan korelasi antara berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel X1 dengan Y dan variabel X2 manajemen laba.
dengan Y memiliki korelasi yang lemah. Selain itu, dari nilai B pada hasil
pengujian di atas, maka dapat diperoleh
Tabel 4 persamaan regresi logistik sebagai berikut:
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary

-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R


Step likelihood Square Square

1 284.781
a
.056 .074
Dari persamaan tersebut diketahui
bahwa Perencanaan Pajak memiliki nilai
a. Estimation terminated at iteration number 3 because koefisien sebesar 0,454 dan Beban Pajak
parameter estimates changed by less than .001. Tangguhan sebesar 0,032. Dapat diartikan
Sumber: Olah Data SPSS bahwa variabel Perencanaan Pajak memiliki
pengaruh positif yang lemah terhadap
Regresi Logistik manajemen laba, atau dapat diartikan juga di
mana semakin tinggi perencanaan pajak,
Tabel 5 semakin besar pula peluang perusahaan
Hasil Regresi Logistik untuk melakukan manajemen laba. Begitu
juga dengan Beban Pajak Tangguhan yang
Variables in the Equation
memiliki pengaruh positif yang lemah
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) terhadap peluang perusahaan melakukan
Step TRR .454 .361 1.581 1 .209 1.574 manajemen laba.
a
1
BPT .032 .284 .013 1 .910 1.033
Sejalan dengan hasil perhitungan mean
Cons- -.280 .378 .548 1 .459 .756 pada variabel dependen manajemen laba,
tant
menunjukkan angka positif yang apabila
a. Variable(s) entered on step 1: DTE, PP.
dijelaskan sesuai dengan teori yang
Sumber: Hasil Olah Data SPSS dikemukakan oleh Phillips, et al. (2003)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menunjukkan usaha manajemen laba yang
membandingkan nilai peluang (signifikansi) dilakukan perusahaan untuk menghindari
dengan tingkat signifikansi alpha sebesar penurunan laba. Lebih lanjut Philips, et al.
0,05 untuk menentukan penerimaan atau (2003) dalam penelitiannya menjelaskan
penolakan H0. Pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa peningkatan beban pajak tangguhan
bahwa nilai signifikansi variabel independen yang menjadi elemen di dalam perencanaan
sebesar 0,209 untuk variabel Perencanaan pajak meningkatkan peluang pengelolaan
Pajak dan 0,910 untuk variabel Beban Pajak laba untuk menghindari penurunan laba,
Tangguhan. Nilai signifikansi dari kedua yang mendukung bahwa perencanaan pajak
variabel independen lebih besar dari tingkat berguna dalam memprediksi manajemen
signifikansi alpha sebesar 0,05, sehingga laba, di mana teori tersebut biasa disebut
dengan teori titik perubahan laba nol. Hasil
penelitian yang menolak hipotesis alternatif perusahaan dalam melakukan manajemen
menunjukkan bahwa manajemen pada laba.
perusahaan non-manufaktur menggunakan
perencanaan pajak dan beban pajak DAFTAR PUSTAKA
tangguhan sebagai cara untuk menghindari
Aditama, F. (2013). Pengaruh Perencanaan
penurunan laba, bukan untuk meningkatkan
Pajak terhadap Manajemen Laba pada
laba melewati earnings thresholds sebagai
Perusahaan Nonmanufaktur yang
salah satu indikator yang dilihat oleh pihak
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
pemegang kepentingan atau eksternal untuk
MODUS Vol. 26 Universitas Atmajaya
menilai kinerja perusahaan.
Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Agoes, S. dan Trisnawati, E. (2007).
penelitian Aditama (2013) dan Setiowati
Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba
(2007). Namun, tidak sejalan dengan
Empat.
penelitian Yulianti (2005), Sumomba
(2010), dan Herdawati (2015) yang Ahmed, A. S. dan Jian, Z. (2000).
menggunakan perusahaan manufaktur Discretionary Accruals, Earnings
sebagai objek penelitian. Serta tidak sejalan Management and the Valuation of
dengan penelitian Astutik (2016) pada Earnings. Journal of Accounting &
perusahaan food and beverages. Business Research Volume 8: 59-82.
KESIMPULAN Astutik, R. (2016). Pengaruh Perencanaan
Pajak dan Beban Pajak Tangguhan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu
dilakukan terhadap variabel-variabel
dan Riset Akuntansi Volume 5, Nomor 3.
penelitian yang menjadi perhatian, dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pajak tidak Bartov, E. (1993). The Timing of Asset Sales
berpengaruh terhadap kemungkinan suatu and. Earnings Manipulation. The
perusahaan melakukan manajemen laba. Hal Accounting Review. Vol. 68, No. 4, pp.
tersebut dikarenakan perusahaan-perusahaan 840-855, New York University.
non-manufaktur menggunakan perencanaan
pajak sebagai cara untuk menghindari Burgstahler, D. dan Dichev, I. (1997).
penurunan laba, bukan untuk meningkatkan Earnings management to avoid earnings
laba sehingga dapat melewati earnings decreases and losses. Journal of
thresholds. Accounting and Economics vol. 24, issue
1, page 99-126.
Selain itu, dapat disimpulkan juga
bahwa variabel beban pajak tangguhan tidak Collins, D. W., Maydew, E. L., dan Weiss, I.
berpengaruh pada manajemen laba. Sifat S. (1997). Changes in the value-relevance
beban pajak tangguhan sebagai salah satu of earnings and book values over the past
pengurang laba dalam laporan laba rugi forty years. Journal of Accounting and
perusahaan, sedangkan manajemen laba Economics, vol. 24, issue 1, pages 39-67.
yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk
menghindari penurunan laba. Namun di lain Cooper, D. R. dan Schindler, P. S. (2006).
sisi, semakin tinggi tingkat perencanaan Business Research Methods. United
pajak dan beban pajak tangguhan Kingdom: McGraw-Hill.
perusahaan maka semakin tinggi peluang
Copeland, R. M. (1968). Income Smoothing, Perataan Laba pada perusahaan yang
Journal Of Accounting Research. terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Empirical Research in Accounting, Riset Akuntansi Indonesia, vol 1, No 2
Selected Studies 6 (Supplement), P.101- (Juli), Hal 174-191.
116.
Jogiyanto. (2016). Metodologi Penelitian
Deegan, C dan Unerman, J. (2006). Financial Bisnis Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.
Accounting Theory European Edition.
Berkshire: McGraw Hill. Lumbantoruan, S. (1996). Akuntansi Pajak
(Edisi Revisi). Jakarta : PT Gramedia
Degeorge, F., Patel, J., dan Zeckhauser, R. Widiasarana Indonesia.
(1999). Earnings management to exceed
thresholds. The Journal of Business Vol. Mangoting, Y. (1999). Tax Planning: Sebuah
72. Pengantar Sebagai Alternatif
Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi
Dhaliwal, D., Frankel, M., dan Trezevan, R. dan Keuangan Vol. 1, No. 1 pp 43-53.
(1994). The Taxable and Book Income
Motivations for a LIFO Layer McNichols, M. dan Wilson, P. (1988).
Liquidation. Journal of Accounting Evidence of Earnings Management from
Research, vol. 32, issue 2, 278-289. the Provision for Bad Debts. Journal of
Accounting Research 26 (Supplement):
Djamaludin, S. dan Wijayanti, H. (2008). 1–31.
Analisis Perbedaan Laba Akuntansi dan
Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta:
Akrual dan Aliran Kas pada Perusahaan Ghalia Indonesia.
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Phillips, J., Pincus, M., and Rego, S. (2003).
Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Earnings Management: New Evidence
Vol. 11 No.1.
Based on Deferred Tax Expense. The
Djoko, M. (2006). Akuntansi Pajak. Accounting Review, vol 78.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Purba, M., dan Andreas. (2005). Akuntansi
Hanlon, M. (2005) The Persistence and Pajak Penghasilan. Jakarta: Graha
Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Ilmu.
Flows When Firms Have Large Book-
PSAK No. 46 Pajak Penghasilan. (2014).
Tax Differences. The Accounting Review
Exposure Draft Pernyataan Standar
Vol. 80, No. 1 (Jan., 2005), pp. 137-166. Akuntansi Keuangan. Ikatan Akuntansi
Herdawati. (2015). Analisis Pengaruh Indonesia.
Perencanaan Pajak dan Beban Pajak
Schipper, K. (1989). Commentary on
Tangguhan terhadap Manajemen Laba
Earnings Management. Accounting
(Studi Kasus pada Perusahaan
Horizon: 91-102.
Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek
Indonesia). Skripsi Program Sarjana Scott, W. R. (2003). Financial Accounting
Universitas Hasanuddin Makassar yang Theory - Third Edition. New Jersey:
Tidak Dipublikasikan. Prentice Hall International, Inc.
Jin, L. dan Machfoedz, M. (1998). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Praktik
Setiawati, L. dan Na’im, A. (2000).
Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia,Vol. 15, No. 4.
Setiowati, A. R. (2007). Analisis Hubungan
Beban Pajak Tangguhan Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Non-
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Skripsi Program Sarjana
Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang
Tidak Dipublikasikan.
Sekaran, U. dan Bougie, R. (2014). Research
Methods for Business, 6th Edition. United
Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Suandy, E. (2008). Perencanaan Pajak.
Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Cetakan
22. Bandung: Alfabeta.
Sumomba, C. R. (2010). Pengaruh Beban
Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak
terhadap Praktik Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi Program
Sarjana Universitas Atma Jaya
Yogyakarta yang Tidak Dipublikasikan.
Supomo, B. dan Indriantoro, N. (2002).
Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan.
Kedua. Yogyakara; Penerbit BFEE
UGM.
Yulianti. (2005). Kemampuan Beban Pajak
Tangguhan dalam Mendeteksi
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 1: pp.
107-129.

Anda mungkin juga menyukai