Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI NILAI WAJAR

Menurut model biaya historis, nilai aset dan liabilitas ditentukan berdasarkan harga yang
diperoleh dari transaksi aktual yang terjadi di masa lalu. Laba terutama ditentukan dengan mengakui
pendapatan yang diterima dan direalisasi selama periode yang bersangkutan dan mengaitkan biaya
dengan pendapatan yang diakui. Beberapa penyimpangan dari biaya historis diperbolehkan terutama
atas dasar konservatif.
Altrenatif lain untuk model biaya historis adalah akuntansi nilai wajar (fair value). Menurut
model Akuntani nilai wajar, nilai aset dan liabilitas ditentukan berdasarkan nilai wajar (biasanya haarga
pasar) pada tanggal pengukuran (sekitar tanggal laporan keuangan).
SFAS 157 menyediakan pedoman dasar untuk mengadopsi model akuntansi nilai wajar dan SFAS 159
merekomendasikan adopsi sukarela untuk kelompok aset dan liabilitas yang luas. Untuk menjadi lebih
baik atau buruk, adopsi akuntansi nilai wajar secara fundamental akan mengubah sifat laporan
keuangan.
Pengertian Akuntansi Nili Wajar
Pada Laporan Posisi Keuangan model biaya historis melaporkan kondominium sebesar nilai
penyusutannya dan obligasi sebesar nilai pari. Sebaliknya, model nilai wajar melaporkan kondominium
dan obligasi sebesar nilai pasar kini.
Perbandingan Model Biaya Historis Dengan Nilai Wajar
Transaksi versus penilaian saat ini. Menurut akuntansi biaya historis, nilai aset dan liabilitas sebagian
besar ditentukan oleh transaksi aktual entitas bisnis di masa lalu, penilaian tidak perlu mencerminkan
kondisi ekonomi saat ini.
Sebaliknya, menurut model nilai wajar, jumlah aset atau liabilitas ditentukan oleh sebagian besar nilai
kini dengan menggunakan asumsi pasar; penilaian tidak perlu didasarkan pada transaksi aktual.
Biaya historis versus harga berbasis pasar. Penilaian historis terutama ditentukan oleh biaya yang
terjadi melalui bisnis, sedangkan menurut model nilai wajar ini didasarkan pada penilaian pasar (asumsi
berbasis pasar), sedangkan menurut model nilai wajar akan mencerminkan harga penjualan neto, yaitu
nilai yang pasar bersedia membayar untuk barang tersebut.
Pendekatan penghasilan alternatif. Berdasarkan model biaya historis, laba ditentukan dengan
mengaitkan biaya dengan pendapatan yang diakui, yang harus direalisasi dan diterima. Berdasarkan
model nilai wajar, laba ditentukan hanya dengan perolehan neto nilai wajar atas aset dn liabilitas.
Pertimbangan Dalam Mengukur Nilai Wajar
Mendefinisikan Nilai Wajar
Secara formal, SFAS 157 mendefinisikan nilai wajar sebagai harga pertukaran yaitu harga yang
akan diterima untuk menjual asset (atau yang akan dibayar untuk mengalihkan liabilitas) dalam transaksi
teratur (orderly transaction) antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. 5 aspek mengenai definisi
nilai wajar, yaitu:
Pada tanggal pengukuran. Nilai wajar dari aset atau liabilitas ditentukan saat tanggal pengukuran, yaitu
tanggal laporan posisi keuangan bukan tanggal ketika aset dibeli pertama kalinya ( atau liabilitas
pertama kali diasumsikan).
Transaksi hipotesis. Transkasi yang membentuk dasar penilaian merupakan hipotesis. Tidak ada
penjualan aktual atas aset (atau penghasilan liabilitas). Dengan kata lain, nilai wajar ditentukan “seolah-
olah” aset sudah terjual pada tanggal pengukuran.
Transakasi teratur. Konsep transaksi “teratur” mengeliminasi pertukaran yang terjadi dalam kondisi
yang tidak biasa.
Pengukuran berbasis pasar. Pengukuran nilai wajar merupakan pengukuran berbasis pasar bukan
pengukuran entitas spesifik.
Harga keluar. Nilai wajar aset adalah harga hipotesis di mana bisnis dapat menjual aset (harga keluar-
exit price). Harga tersebut bukan harga yang perlu dibayar untuk membeli aset (harga masuk).
Hierarki Input
Nilai wajar dapat diestimasi untuk aset (atau liabilitas) bahkan ketika pasar primer aktif ada dari
mana harga dapat secara langsung dipastikan. Ada 2 jenis input nilai wajar (yaitu asumsi yang
membentuk dasar untuk memperoleh estimasi nilai wajar). (1) input yang dapat diobservasi (observable
inputs), dimana harga pasar diperoleh dari sumber independen pada peerusahaan pelapor. (2) input
yang tidak dapat diobservasi (observable inputs), di mana nilai wajar ditentukan dengan asumsi yang
diberikan oleh perusahaan pelapor karena aset atau liablitas tidak diperdagangkan.
Tiga level hierarki input yaitu:
Input level 1
Input level 2
Input level 3
Tekhnik Penilaian
Tekhnik penilaian yang tepat tergantung pada ketersediaan input data. Ada 3 dasar pendekatan untuk
penilaian.
Pendekatan pasar. Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga baik secara langsung atau
tidak langsung dari transaksi pasar yang sebenarnya.
Pendekatan penghasilan. Dalam pendekatan penghasilan (income approach), nilai wajar diukur dengan
mendiskontokan harapan arus kas (atau laba) masa depan untuk periode berjalan.
Pendekatan biaya. Pendekatan biaya (cost approach) digunakan untuk menentukan biaya pengganti
saat ini untuk aset, yaitu menentukan biaya untuk mengganti kapasitas manfaat (service kapacity) yang
tersisa dari suatu aset.
Implikasi Analisis
Adopsi akuntansi nilai wajar mempunyai implikasi yang signifikan bagi analisis laporan keuangan.
Keunggulan Dan Kelemahan Akuntansi Nilai Wajar
Keunggulan:
Mencerminkan Informasi terkini
Kriteria pengukuran yang konisten.
Komparabilitas
Tidak ada bias konservatif.
Lebih berguna untuk analisis ekuitas.
Kelemahan:
Objektivitas lebih rendah.
Kerentanan terhadap manipulasi.
Penggunaan input level 3.
Tidak adanya konservatisme.
Volatilitas laba yang berlebihan.
Implikasi untuk Analisis
Masalah penting yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis laporan keuangan yang dibuat
dengan model nilai wajar.
Berfokus pada laporan keuangan. Secara khusus, analisis ekuitas cenderung kurang memberi perhatian
pada laporan posisi keuangan. Alasannya adalah bahwa laporan posisi keuangan tidak terlalu informatif
dalam model biaya historis.
Menyatakan kembali laba. Laba bottom-line pada model akuntansi nilai wajar hanya mengukur
perubahan neto nilai wajar aset dan liabilitas.
Menganalisis penggunaan input. Tugas utama dalam analisis laporan kuangan ketika menggunakan
informasi akuntansi nilai wajar adalah menganalisis level input yang telah digunakan untuk menentukan
nilai aset dan liabilitas.
Menganalisis Liabilitas Keuangan. Nilai wajar dari efek utang berkurang dengan adanya penururnan
kelayakan kredit dari peminjam.
Status Terkini Pengadopsian Nilai Wajar
Pada saat ini, akuntansi nilai wajar dapat diterapkan terutama untuk aset dan liabilitas yang
bersifat keuangan dalam asrti luas. Aset dan liabilitas ini mencakup efek yang dapat diperdagangkan,
investasi, instrumen keuangan, dan kewajiban utang.
FASB (dan IASB) Saat ini sedang terlibat dalam pengujian bagaimana penerapan model akuntansi
nilai wajar lebih komperhensif dapat dilakuakan termasuk, menggunakan nilai wajar untuk aset operasi
dan liabilitas.

PENGANTAR ANALISIS AKUNTANSI


Analisis akuntansi merupakan proses evaluasi sejauh mana angka akuntansi suatu perusahaan
mencerminkan realitas ekonomi. Analisis akuntansi melibatkan sejumlah tugas yang berbeda, seperti
mengevaluasi risiko akuntansi dan kualitas laba perusahaan, mengestimasi kekuatan laba, dan membuat
peneysuaian yang diperlukan dalam laporan keuangan agar mencerminkan realitas ekonomi dan dapat
membantu analisis keuangan.
Kebutuhan untuk Analisis Akuntansi
Kebutuhan untuk analisis akuntansi muncul karena dua hal. Pertama, akuntansi akrual meningkatkan
akuntansi kas dengan mencerminkan aktivitas bisnis secara tepat waktu. Akan tetapi akuntansi akrual
menghasilkan beberapa distorsi akuntansi yang harus diidentifikasi dan disesuaikan agar informasi
akuntansi mencerminkan aktivitas bisnis dengan lebih baik. Kedua, laporan keuangan dibuat untuk
berbagai macam pengguna dan kebutuhan informasi.
Distorsi Akuntansi
Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan informasi laporan keuangan yang dilaporkan dari realitas
bisnis yang mendasarinya. Distorsi ini muncul karena sifat akuntansi akrual yang meliputi standar,
kesalahan estimasi, trade-off antara relevansi dan reliabilitas dan kebebasan dalam penerapannya.
Standar Akuntansi. Setidaknya tiga sumber distorsi dapat diidentifkasi. Pertama, standar akuntansi
merupakan hasil output dari proses politik . sumber distorsi kedua dari standar akuntansi yang
ditimbulkan dari prinsip akuntansi tertentu. Sumber distorsi ketiga adalah konservatisme. Konservatisme
menyebabkan terjadinya bias pesimistis dalam laporan keuangan yang terkadang diinginkan untuk
analisis kredit, tetapi akan bermasalah untuk analisis ekuitas.
Kesalahan Estimasi. Penggunaan estimasi ini dapat meningkatkan kemampuan angka akuntansi untuk
mencerminkan transaksi bisnis secara tepat waktu. Namun, estimasi ini menyebabkan kesalahan yang
dapat mendistorsi relevansi angka akuntansi akrual. Ada dua pendekatan untuk menghadapi
ketidakpastian ini. Pertama, mengadopsi akuntansi kas mencatat pendapatan hanya ketika kas akhirnya
diterima dari pelanggan. Pendekatan lain yang diikuti oleh akuntansi akrual adalah dengan mencatat
penjualan kredit sebagai pendapatan ketika diterima dan kemudian membuat penyisihan piutang tak
tertagih berdasarkan riwayat penagihan, peringkat kredit pelanggan, serta fakta-fakta lainnya.
Reliabilitas versus Relevansi. Standar akuntansi melibatkan trade-off antara reliabilitas dan relevansi.
Pendekatan pada reliabilitas sering mendunda pengakuan dampak peristiwa bisnis dan transaksi
tertentu dalam laporan keuangan hingga konsekuensi arus kas diperkirakan secara wajar.
Dikarenakan adanya kriteria ini, banyak kerugian kontinjensi yang tidak dilaporkan dalam laporan
keuangan bahkan beberapa tahun setelah keberadaanya ditetapkan tanpa adanya keraguan.

Manajemen Laba
Manajemen laba dapat diidentifikasi sebagai “intervensi dengan tujuan tertentu oleh manajemen dalam
proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuannya sendiri” (Schipper,1989). Manajemen laba
sering melibatkan window-dressing atas laporan keuangan, khususnya jumlah laba bottom-line.
Manajemen laba dapat berupa cosmetic, jika manajer memanipulasi akrual tidak memiliki konsekuensi
arus kas. Manajemen laba juga dapat menjadi real, jika manajer mengambil tindakan terkait dengan
konsekuensi arus kas untuk tujuan mengelola laba.
Manajemen laba kosmetik (cosmetic earnings management) merupakan hasil potensial dari
kekebasan dalam menerapkan akuntansi akrual. Manajer sering mengambil tindakan dengan
konsekuensi arus kas, biasanya merugikan untuk tujuan mengelola laba.
Strategi Manajemen Laba
Ada tiga strategi umum dalam manajemen laba. (1) Manajer meningkatkkan laba periode berjalan. (2)
Manajer melakukan big bath dengan mengurangi laba periode berjalan secara mencolok. (3). Manajer
mengurangi volatilitas laba dengan peralatan laba (income smoothing).
Meningkatkan Laba. Salah satu strategi manajemen laba adalah dengan meningkatkan laba yang
dilaporkan periode berjalan untuk menggambarkan keadaan perusahaan lebih baik. Perusahaan dapat
Mengelola kenaikan laba selama beberapa tahun dan kemudian membalikkan akrual seklaigus hanya
dengan biaya satu kali (one time-charge). Biaya satu kali sering dilaporkan “di bawah garis (below the
line)” yaitu dibawah laba dari lini operasi dilanjutkan pada laporan laba rugi-sehingga dipandang kurang
relevan.
Big Bath. “strategi big bath” dilakukan dengan cara pengahapusan sebanyak mungkin pada suatu
periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang sangat buruk atau periode saat
terjadi satu peristiwa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukuturisasi. Oleh karena sifat big
bath yang tidak biasa dan tidak berulang, penggunanya cenderung untuk mengabaikan dampak
keuangan.
Peralatan Laba. Peralatan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Dalam strategi ini, manajer
menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan sehingga mengurangi flukutuasinya.

Motivasi Manajemen Laba


Insentif kontrak. Kontrak bonus tertentu memiliki batas bawah dan batas atas, yang berarti bahwa
manajer tidak diberikan bonus apabila laba turun dibawah batas bawah dan tidak dapat memperoleh
bonus tambahan ketika laba melebihi batas atas. Ini berarti manajer memiliki insentif untuk menaikan
laba. Apabila laba diatas batas maksimum atau dibawah batas minimum, manajer memiliki intensif
untuk menurunkan laba dan membentuk cadangan untuk bonus masa depan.
Dampak Harga Saham. Insentif lain untuk manajemen laba adalah dampak potensial terhadap harga
saham. Insentif terkait lainnya untuk manajemen laba adalah untuk memenuhi harapan pasar. Strategi
ini dilakukan dengan cara; manajer menurunkan harapan pasar melalui pengungkapan sukarela
pesimistis (prapengumuman) dan kemudia mengelola kenaikan laba untuk memenuhi harapan pasar.
Insentif Lain. Insentif umum lainnya untuk manajemen laba adalah perubahan manajemen. Ini biasanya
menimbulkan big bath karena, pertama ini dapat dituduhkan pada manajer yang menjabat. Kedua, ini
menandakan bahwa manajer baru akan membuat keputusan yang sulit untuk memperbaiki perusahaan.
Ketiga, membersihkan geladak untuk meningkatkan laba di masa depan.

Mekanisme Manajemen Laba


Area yang menawarkan peluang maskimal untuk manajemen laba meliputi pengakuan pendapatan,
penilaian persediaan, estimasi provisi (penyisihan) seperti beban piutang tak tertagih dan pajak
tangguhan, dan biaya satu kali seperti restrukturisasi dan penurunan nilai aset.

Pergeseran Laba. Pergeseran laba merupakan proses pengelolaan laba dengan mengalihkan laba dari
suatu periode ke periode lainnya. Pergeseran laba dilakukan dengan mempercepat atau menunda
pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk manajemen laba biasanya mengakibatkan pembalikan dari
dampak dalam satu atau lebih periode di masa depan, seringkali pada periode berikutnya.

Klasifikasi Manajemen Laba. Laba juga dikelola dengan mengklasifikasikan beban (dan pendapatan)
secara selektif pada bagian-bagian tertentu dari laporan laba rugi. Bentuk yang paling umum dari
klasifikasi (penggolongan) manajemen laba adalah memindahkan beban dibawah garis, yang berarti
melaporkannya bersamaan dengan pos tidak biasa dan tidak berulang yang biasanya dianggap kurang
penting oleh analisis,

Imlipkasi Analisis Manajemen Laba


Oleh karena manajemen laba mendistorsi laporan keuangan, maka dalam mengidentifikasi dan
membuat penyesuian untuk manajemen laba merupakan tugas penting dalam analisis laporan
keuangan. Namun. Meskipun terdapat peningkatan yang menghawatirkan dalam manajemen laba hal
itu kurang menyebar luas dibandingkan yang di perkirakan.
Sebelum menyimpulkan apakah suatu perusahaan melakukan pengelolaan laba, seorang analisis
harus memeriksa hal berikut:
Insentif bagi manajemen laba. Laba tidak akan dikelola kecuali jika terdapat insentif untuk
mengelolanya.
Reputasi dan historis manajemen. Pembacaan dengan teliti atas laporan keuangan masa lalu,
penegakan aturan SEC, laporan audit, riwayat perubahan auditor, dan media keuangan yang
memberikan informasi berguna untuk tugas ini.
pola konsisten. Tujuan manajemen laba adalah untuk memengaruhi angka baris bawah ringkasan
seperti laba atau rasio penting seperti utang terhadap ekuitas atau cakupan bunga.
Peluang manajemen laba . sifat aktivitas bisnis menentukan sejauh mana laba dapat dikelola.
Proses Analisi Akuntansi
Evaluasi Kualitas Laba
Kualitas Laba berarti hal yang berbeda untuk orang yang berlainan. Kebanyakan analisis mendefinisikan
dengan tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan tersebut-perusahaan dengan kualitas
laba yang lebih tinggi diharapkan memiliki rasio harga terhadap laba yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki kualitas laba yang lebih rendah. Apapun definisinya, evaluasi kualitasi
laba merupakan tugas penting dari analisis akuntansi.
Tahap-Tahap dalam Evaluasi Kualitas Laba.
Mengidentifikasi dan menilai kebijakan akuntansi utama. Tahap penting dalam mengevaluasi kualitas
laba adalah dengan mengidentifikasi kebijakan akuntansi utama yang diterapkan oleh perusahaan
tersebut.
Mengevaluasi tingkat fleksibilitas akuntansi. Penting untuk mengevaluasi tingkat fleksibilitas yang
tersedia dalam menyiapkan laporan keuangan. Tingkat fleksibilitas akuntansi pada beberapa industri
lebih besar dari industri lainnya.
Menentukan strategi pelaporan. Mengidentifikasi strategi akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan.
Mengidentifikasi dan menilai red flags (indikasi adanya seuatu yang tidak biasa). Salah satu tahap yang
berguna dalam mengevaluasi kualitas laba adalah agar waspada terhadap red flags. Red flags
merupakan item yang memberikan peringatan kepada analisis akan adanya potensi masalah yang lebih
serius.
Penyesuaian Laporan Keuangan
Tugas terakhir dan paling banyak terlibat dalam analisis akuntansi adalah membuat penyusunan yang
layak atas laporan keuangan, terutama laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. Beberapa
penyesuain umum atas laporan keuangan mencakup:
Kapitalisasi sewa operasi jangka panjang, dengan penyesuaian pada laporan posiis keuangan dan
laporan laba rugi.
Pengakuan beban ESO untuk penentuan laba.
Penyesuain untuk biaya satu kali seperti penurunan nilai aset dan biaya rsetrukturisasi.
Pengakuan dari status ekonomi (didanai) pensiun dan program manfaat purnakarya lainnya pada
laporan posisi keuangan.
Penghapusan dampak beberapa pajak penghasilan tangguhan atas liabilitas dan aset dari laporan posisi
keuangan.

LAMPIRAN 2A: KUALITAS LABA


Penentu Kualitas Laba
Pengukuran dan pengakuan laba melibatkan estimasi dan interprestasi dari transaksi dan bukan
peristiwa bisnis. Kebutuhan akan estimasi dan interprestasi dalam akuntansi akrual telah membuat
beberapa individu mempertanyakan keandalan semua pengukuran akrual.
Akuntansi akrual mencakup penyesuaian arus kas untuk mencerminkan konsep yang dapat
diterima umum: pendapatan yang diperoleh dan beban yang terjadi. Pengukuran kualitas laba
menimbulkan kebutuhan untuk membandingkan laba perusahaan yang berbeda dan keinginan untuk
mengakui perbedaan kualitas dalam rangka tujuan penilaian. Tiga faktor yang biasanya diidentifikasi
sebagai penentu kualitas laba dan beberapa contoh penilaiannya.
Prinsip akuntansi. Salah satu penentu kualitas adalah kebijaksanaan manajemen dalam memilih prinsip
akuntansi yang berlaku. Kebijaksanaan ini dapat menjadi agresif (optimistis) atau konservatif.
Penerapan akuntansi. Penentuan kualitas laba lainnya adalah kebijaksanaan manajemen dalam
menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku. Manajemen memiliki kebijaksanaan atas jumlah laba
dengan penerapan prinsip akuntansi dalam menentukan pendapatan dan beban.
Risiko Bisnis. Penentu kualitas laba yang ketiga adalah hubungan antara laba dengan risiko bisnis. Hal ini
mencakup pengaruh siklis dan kekuatan bisnis lain terhadap tingkat laba, stabilitas, sumber, dan
variabilitas.
ANALISIS KUALITAS LABA PADA LAPORAN LABA RUGI
Penentu penting dari kualitas laba adalah pilihan manajemen dan penerapan prinsip akuntansi. Bagian
ini berfokus pada beberapa pengeluaran diskresioner akuntansi yang penting untuk membantu
penilaian kualitas laba. Pengeluaran diskresioner (discretionary expenditures) merupakan pengeluaran
yang manajemen dapat berbeda antarperiode untuk melestarikan sumber daya dan/atau memengaruhi
laba yang dilaporkan. Pengeluaran tersebut sering dilaporkan pada laporan laba rugi atau catatan atas
laporan keuangan, sehingga evaluasi dari pos ini disebut sebagai analisis kualitas laba pada laporan laba
rugi. Contoh:
Beban Iklan. Sebagian besar pengeluaran iklan memiliki dampak di luar periode berjalan. Hal ini
menyebabkan hubungan yang lemah antara pengeluaran iklan dengan kinerja jangka pendek.
Beban penelitian dan pengembangan. Biaya penelitian dan pengembangan merupakan pengeluaran
pada laporan keuangan yang paling sulit untuk di analisis dan diinterpretasi. Namun beban ini penting
karena belum tentu jumlahnya disebabkan oleh kinerja masa depan.
Analisis Biaya Diskresioner Lainnya
Ada beberapa pengeluaran diskresioner lainnya yang ditujukan di masa depan. Contohnya, biaya
pelatihan, penjualan, dan pengembangan manajerial, serta perbaikan dan pemeliharaan. Meskipun
biaya ini biasanya dibebankan pada periode terjadinya, tetapi memiliki utilitas masa depan.

ANALISIS KUALITAS LABA PADA LAPORAN POSISI KEUANGAN


Konservatisme dalam Aset yang Dilaporkan
Relevansi nilai aset yang dilaporkan adalah terkait dengan pengakuan akhir mereka sebagai beban yang
dilaporkan. Hal ini dapat dinyatakan sebagai proporsi umum sebagai berikut:
Jika aset dinyatakan terlalu tinggi maka laba kumulatif dinyatakan terlalu tinggi.
Pernyataan ini benar karena laba tidak dikenakan biaya yang diperlukan untuk menurunkan aset ke nilai
realisasi.
Konservatisme dalam Provisi dan Liabilitas yang Dilaporkan
Analisis harus mewaspadai proposisi yang berkaitan dengan nilai provisi (penyisihan dan liabilitas
terhadap laba. Secara umum,
Jika provisi liabilitas dinyatakan terlalu rendah, maka laba kumulatif dinyatakan terlalu tinggi.
Pernyataan ini benar karena laba tidak dikenakan biaya yang perlukan untuk menaikkan provisi atau
liabilitas ke nilai pasarnya.

FAKTOR EKSTERNAL DAN KUALITAS LABA


Kualitas laba dipengaruhi oleh faktor eksternal terhadap perusahaan. Faktor eksternal ini membuat laba
lebih atau kurang andal. Salah satu faktor adalah kualitas laba luar negeri. Kualitas laba luar negeri
dipengaruhi oleh kesulitan dan ketidakpastian dalam pemulangan kembali (repatriasi) dana, flukutuasi
mata uang, kondisi sosial dan politik, serta adat dan peraturan setempat. Faktor lain yang
mempengaruhi laba adalah peraturan. Lingkungan peraturan yang simpatik atau berlawanan dapat
memengaruhi biaya dan harga penjualan sehingga mengurangi kualitas laba karena meningkatnya
ketidakpastian keuntungan masa depan. Pendapatan yang berkaitan dengan pertahanan pemerintah
sangat diandalkan pada saat ketegangan internasional memanas, tetapi terpengaruh oleh peristiwa
politik pada saat aman.
Tingkat perubahan harga memengaruhi kualitas laba. Ketika tingkat harga sedang meningkat,
“keuntungan “persediaan” atau beban yang dinyatakan terlalu tinggi seperti penyusutan akan
menurunkan kualitas laba. Terakhir, karena ketidakpastian yang disebabkan oleh kompleksitas operasi,
laba konglomerasi tertentu akan dianggap memiliki kualitas yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai