Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS DAN VALUASI

EKUITAS

E K A D A M A I YA N T I ( 0 1 1 1 6 0 4 8 )
K R E S E N S I A FAT I M A ( 0 111 7 0 2 0 )
HOLIL BAHRONI ( 0 111 7 0 2 3 )
PERSISTENSI LABA
PERSISTENSI LABA
Suatu analisis keuangan yang baik mengidentifikasi komponen-komponen
laba yang menunjukkan stabilitas dan prediktabilitas yaitu, komponen-komponen
persistensi. Dalam menganalisis kita harus hati-hati terhadap manajemen laba
dan penghalusan laba. Manajemen laba dan penghalusan laba dapat berakibat
pada stabilitas dan prediktabilitas yang lebih baik dibandingkan kondisi
sesungguhnya.
Penyusunan Ulang dan Penyesuaian Laba
Salah satu tugas dalam analisis ekuitas adalah menyusun uang laba dan
komponen laba sehingga elemen yang stabil, normal dan berlanjut terkait laba
dapat dipisahkan dan dibedakan dari elemen yang acak, tidak teratur, tidak biasa
ddan tidak berulang. Penyusunan ulang juga bertujuan untuk mengidentifikasi
elemen-elemen yang dimasukkan dalam laba saat ini, yang seharusnya lebih
tepat dimasukkan pada hasil operasi periode sebelumya.
Informasi dalam Persistensi Laba

Sumber utama informasi adalah:

 Laporan laba rugi yang mencakup komponen :


 Pendapatan dari operasi yang dilanjutkan.
 Pendapatan dari operasi yang tidak dilanjutkan.
 Keuntungan dan kerugian luar biasa.
 Dampak komulatif dari perubahan pada prinsip-prinsip akuntansi.
 Laporan keuangan lainnya dan catatan atas laporan keuangan.
 Diskusi dan analisis manajemen.

Informasi yang relevan mencakup yang memengaruhi komparabilitas dan


interpretasi laba.
Penyusunan Ulang Laba dan Komponen Laba
Penyusunan ulang (recasting) bertujuan untuk penyusunan
kembali komponen-komponen laba guna menyediakan klasifikasi
yang lebih bermanfaat dan format yang relevan untuk analisis.
Komponen-komponen dapat dihilangkan pengaruh pajaknya tetapi totalnya
harus direkonsiliasi terhadap pendapatan bersih pada setiap periode. Beban
deskresioner harus dipisahkan.
Prosedur analitis ini mencakup perhitungan pajak berdasarkan tarif
pajak menurut undang-undang dan mengurangi manfaat pajak yang
muncul dari berbagai elemen seperti kredit pajak, tingkat keuntungan
modal, pendapatan bebas pajak, atau tarif pajak luar negeri yang lebih
rendah. Elemen yang tidak material dapat dipertimbangkan sebagai lump
sum dengan judul lain-lain.
Penyesuaian Laba dan Komponen Laba

Proses penyesuaian menggunakan data dari laporan laba rugi


yang disusun ulang dan informasi lainnya yang tersedia, untuk
menetapkan komponen laba pada periode dimana komponen laba
seharusnya dilaporkan.

Untuk perubahan dalam prinsip-prinsip dan estimasi akuntansi,


seluruh tahun yang dianalisis seharusnya disesuaikan berdasarkan
basis yang dapat diperbandingkan. Jika prinsip baru adalah prinsip
yang diharapkan, tahun-tahun sebelumnya harus di sajikan ulang
dengan metode baru ini. Perubahan estimasi dalam praktiknya
dihitung secara prospektif, dengan beberapa pengecualian.
Determinan Presistensi Laba

Setelah menyusun ulang dan menyesuaikan laba, analisis


selanjutnya berfokus dalam menentukan presistensi laba.
Manajemen laba, variabilitas, tren, dan insentif merupakan seluruh
determinan yang berpotensi memengaruhi presistensi laba.

Tren dan Persistensi Laba


Laba yang mencerminkan tren pertumbuhan yang stabil diinginkan.
Menilai tren laba menggunakan metode statistik atau dengan
laporan tren (trend statement).
Manajemen Laba dan Persistensi
Manajemen laba menggunakan prinsip pelaporan
akuntansi berterima umum untuk melaporkan hasil tertentu.
Praktik tersebut menggunakan diskresi yang tersedia dalam
memilih dan menerapkan prinsip akuntansi untuk mencapai
tujuan, dan dapat dikatakan dilakukan dalam kerangka praktik
yang dapat diterima.
Tujuan utama dari manajemen laba adalah menurunkan
variablitas laba kedalam beberapa periode melalui pemindahan
laba antara periode yang baik dan periode yang buruk, antara
periode saat ini dan periode mendatang, atau melalui berbagai
kombinasi lainnya. Manajemen laba secara aktual dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk.
. Beberapa manajemen laba yang perlu kita waspadai antara lain:

 Perubahan pada metode atau asumsi akuntansi.


 Saling menghapuskan keuntungan dan kerugian luar biasa (dan tidak biasa).
 Big baths.
 Write-downs.
 Menentukan waktu pendapatan dan beban .
Insentif Manajemen dan persistensi
Analisis harus mempertimbangkan insentif bagi manajer terkait dengan laba.
Manajemen laba pada awalnya, seringkali diperoleh dengan menurunkan nilai laba
yang dilaporkan. Hal ini menciptakan “cadangan” ketika di masa mendatang laba
mengalami penurunan.
Berdasarkan insentif kinerja bagi manajer dan penggunaan angka akuntansi
untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja mereka, analisis harus
mempertimbangkan potensi manajemen laba atau bahkan pelaporan yang salah
saji.

Persistensi dan Pos Sementara dalam Laba


Penyusunan ulang dan penyesuaian laba untuk valuasi ekuitas bergantung
pada pemisahan komponen laba yang stabil dan persisten dari komponen yang
bersifat acak dan sementara.
Menilai persistensi merupakan hal yang penting dalam menentukan kekuatan
menghasilkan laba. Perkiraan laba juga bergantung pada persistensi. Bagian
terpenting dalam analisis adalah menilai persistensi atas komponen keuntungan
dan kerugian pada laba.
Menganalisis dan Menginterpretasikan Pos Sementara

Tujuan menganalisis dan menginterpretasikan komponen luar


biasa adalah:

1. Menentukan apakah suatu komponen bersifat sementara


(kurang persisten). Proses ini melibatkan peniliaian apakah
suatu pos bersifat tidak biasa, non operasional atau tidak
berulang.
2. Menentukan penyesuaian yang dibutuhkan terkait penilaian
persistensi. Penyesuaian khusus terkadang dibutuhkan
untuk pengevaluasian maupun perkiraan laba.
Menentukan persistensi suatu pos (transitory Nature).
Berdasarkan insentif yang dihadapi manajer dalam melaporkan pos
sementara, kita harus melakukan evaluasi independen apakah
suatu keuntungan atau kerugian adalah bersifat sementara.

Terkait tujuan ini, kita menyusun pos tersbut menjadi dua


kategori umum yaitu operasional tidak berulang, non-operasional
tidak berulang.

1. Keuntungan dan kerugian operasi yang tidak berulang.

2. Keuntungan dan kerugian non operasi yang tidak berulang


Langkah kedua dalam menganalisis pos sementara adalah
mempertimbangkan dampaknya terhadap sumber daya perusahaan
dan evaluasi manajemen yaitu :

• Dampak pos sementara terhadap sumber daya perusahaan.

• Dampak pos sementara dalam evaluasi manajemen.

Pendapat manajemen tentang kualitas keputusannya hamper selalu terkait


dengan kondisi usaha normal atau kurang normal. Hal ini terbukti pada
bagian management discussion and analysis. Namun manajer yang baik
mengantisipasi hal yang tidak diharapkan.
VALUASI EKUITAS BERBASIS LABA

Valuasi perusahaan merupakan tujuan penting bagi kebanyakan


pengguna laporan keuangan. Karena estimasi nilai yang dapat
diandalkan dapat digunakan untuk membuat keputusan. Deskripsi
sederhana atas valuasi ekuitas perusahaan biasanya bergantung
pada metode diskonto arus kas.

Berdasarkan metode ini, nilai ekuitas suatu perusahaan dihitung


berdasarkan perkiraan arus kas yang tersedia bagi investor ekuitas.
Perkiraan ini kemudian didiskontokan menggunakan biaya modal
ekuitas perusahaan.
Hubungan antara Harga Saham dan Data Akuntansi

Dalam melihat hubungan antara harga saham dengan


data akuntasi dapat menggunakan model evaluasi
akuntansi berdasarkan ekuitas:
Di mana BV merupakan book value nilai buku pada akhir periode
t. RI adalah residual income pendapatan sisa pada periode t+n, dan k
adalah biaya modal.

RI pada periode t didefenisikan sebagai pendapatan net komprehensif


dikurangi biaya pada nilai buku awal, sehingga RIt = NIt – (k x BVt-1).

Model tersebut secara langsung menunjukkan pentingnya


profitabilitas di masa mendatang dalam mengestimasi nilai suatu
perusahaan, yakni dengan menggunakan estimasi laba bersih dan nilai
buku di masa mendatang.

Estimasi yang akurat atas ukuran ini hanya dapat dibuat setelah
mempertimbangkan kualitas dan persistensi laba perusahaan serta
kekuataan menghasilkan laba.
Berbagai Valuasi Dasar
Dua pengukuran penilaian yang sering digunakan adalah
rasio ‘harga terhadap nilai buku’(price to book- PB) dan
rasio ‘harga terhadap laba’(price to earnig- PE).

Melalui perbandingan rasio dasar ini dengan angka


implisit pada harga pasar saham terkini, kita dapat
mengevaluasi nilai investasi suatu perusahaan milik
publik. Untuk perusahaan yang sahamnnya tidak
diperdagangkan secara aktif, rasio dasar ini dapat
digunakan sebagai alat untuk mengestimasi nilai ekuitas.
 
Rasio Harga terhadap Nilai Buku

Rasio harga terhadap nilai buku (price-to-book PB ratio)


dihitung sebagai berikut:

Dengan mengganti perhitungan nilai ekuitas berbasis


akuntansi pada pembilangnya, rasio PB dapat dinyatakan
dalam akuntansi sebagai berikut:
Persamaan ini menghasilkan beberapa pemahaman
penting. Jika ROCE dan/atau pertumbuhan nilai buku di
masa mendatang meningkat, maka rasio PB meningkat.
Selain itu ketika biaya (resiko) modal ekuitas, k,
meningkat, rasio PB akan turun.

Perhatikan bahwa rasio PB tidak sama dengan satu


saat pasar mengekspektasikan laba residual (baik positif
maupun negative) di masa mendatang. Jika nilai sekarang
dari laba residual di masa mendatang adalah positif
(negatif), rasio PB lebih besar (lebih kecil) dari 1,0.
Rasio harga terhadap laba (PE)

Rasio harga terhadap laba dinyatakan:

Harga pasar ekuitas

Laba neto

Rasio PE tidak menyebutkan apa pun terkait tingkat laba absolut(apakah


laba per saham tinggi atau rendah), dan hanya menyebutkan tingkat
dimana laba persaham diperkirakan meningkat secara relative terhadap
ekspektasi pertumbuhan normal.
KEKUATAN LABA DAN PERKIRAAN UNTUK TUJUAN VALUASI

Kekuatan Laba

Kekuatan Laba (Earning Power) merujuk pada tingkat laba suatu perusahaan
yang diperkirakan akan berlanjut di masa mendatang. Dengan sedikit
pengecualian, kekuatan laba dianggap sebagai faktor utama dalam valuasi
perusahaan.

Model valuasi berbasis informasi akuntansi memasukkan kapitalisasi


kekuatan laba, dimana kapitalisasi mencakup penggunaan suatu faktor atau
pengali yang mencerminkan biaya moal dan ekspektasi risiko maupun imbal
hasil dimasa mendatang. Kebanyakan analisis atas laba dan laporan
keuangan ditujukan untuk menentukan kekuatan laba.
Mengukur Kekuatan Laba
Kekuatan laba merupakan konsep yang diturunkan dari analisis
keuangan, bukan akuntansi. Konsep tersebut berfokus pada stabilitas
dan persistensi laba maupun komponen laba. Laporan keuangan
digunakan untuk menghitung kekuatan laba.
Laba periode terkini yang melibatkan suatu siklus bisnis
mencerminkan kinerja operasi aktual, dan memberikan kita suatu sudut
pandang atas aktivitas operasi, sehingga kita dapat mengestimasi
kinerja dimasa mendatang. Valuasi sangat penting bagi kebanyakan
keputusan seperti: investasi, pemberian pinjaman, perencanaan pajak,
dan keputusan pengadilan atas sengketa valuasi.
Oleh karena itu, estimasi valuasi haruslah dapat dipercaya dan
dapat dipertahankan, serta kita harus teliti jika terdapat penyimpangan
norma.
Rentang Waktu dari Kekuatan Laba
Rentang waktu yang dipilih untuk mengukur kekuatan laba
bervariasi, tergantung industri dan faktor-faktor lainya. Rentang
waktu untuk menghitung rerata laba umunya adalah 5 tahun hingga
10 tahun.

Menyesuaikan Laba Per Saham


Kekuatan laba diukur menggunakan seluruh komponen laba. Setiap
pos pendapatan dan beban merupakan bagian dari pengalaman
operasi suatu perusahaan.
Dalam kasus tertentu, analisis laba kita kemungkinan terbatas
pada rentang waktu yang pendek. Kita menyesuaikan serangkaian
laba jangka pendek untuk pos-pos yang lebih cocok berkaitan
dengan periode lainnya.
Perkiraan Laba

Perkiraan laba mengikuti analisis komponen laba dan


mencakup pengestimasian tingkat laba dimasa
mendatang. Kita harus mempertimbangkan interaksi antar
komponen dan kondisi bisnis dimasa mendatang.

Kita juga harus mempertimbangkan persistensi dan


stabilitas komponen laba. Hal ini mencakup analisis
elemen yang sifatnya permanen (berulang) dan
sementara (tidak berulang).
Mekanisme Perkiraan Laba

Perkiraan mengharuskan kita untuk menggunakan seluruh


informasi yang tersedia secara efektif, termasuk laba periode
sebelumnya. Perkiraan juga mendapat manfaat dari
disagregasi.

Disagregasi mencakup penggunaan data berdasarkan lini


produk atau segmen, dan sangat berguna ketika segmen-
segmen ini memiliki risiko, profitabilitas atau pertumbuhan yang
berbeda.
 

Elemen-Elemen pada Perkiraan Laba


Elemen lainnya dalam perkiraan laba adalah pengecekan kewajaran
penilaian. Jika perkiraan laba menghasilkan imbal hasil yang sangat
berbeda dengan imbal hasil yang terealisasi dimasa lampau, atau
dari imbal hasil industri, kita harus menilai kembali perkiraan dan
prosesnya.

Perbedaan pada imbal hasil harus perkiraan harus dijelaskan.


Imbal hasil atas modal yang diinvestasikan tergantung pada laba,
dimana laba merupakan produk dari kualitas manajemen dan
manajemen asset.
• Kualitas Managemen, dibutuhkan manajemen yang memiliki
akses ke berbagai sumber daya untuk “menghidupkan” asset
melalui penggunaan yang menguntungkan dan efisien.
• Manajemen Aset, perusahaan membutuhkan asset untuk
memperluas operasinya. Keberlanjutan kesuksesan dan
perkiraan pertumbuhan bergantung pada sumber
pendanaan dan dampaknya terhadap laba.

Kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan elemen


lainya dalam perkiraan laba. Kurangnya likuiditas dapat
membatasi manajemen yang sukses, dan struktur
permodalan yang berisiko dapat membatasi tindakan
manajemen.
 

Melaporkan Perkiraan Laba


Keandalan perkiraan laba tergantung pada akses informasi
dan asumsi yang dibuat. SEC menyarankan agar perkiraan
dibuat dengan ‘Iktikad yang baik’ (Good Faith) serta didukung
dengan alasan yang kuat.
SEC juga mmerekomendasikan agar perkiraan dilaporkan
dalam bentuk laporan keuangan dan disertai informasi yang
memadai bagi investor untuk menilai keandalannya. Dalam
mendorong pengungkapan perkiraan, SEC memiliki aturan
“Safe Harbor” yang melindungi perusahaan dari tuntutan
hukum jika prediksi mereka tidak terbukti.
Laporan Interim Untuk Pengawasan Dan Perevisian Estimasi
Laba
Penilaian kekuatan laba dari suatu perusahaan yang tergantung pasa
estimasi kondisi dimasa mendatang perlu diverifikasi. Laporan
keuangan interim (kurang dari 1 tahun) merupakan sumber
informasi yang berguna untuk pengawasan kinerja.
Laporan interim biasanyaditerbitkan setiap kuartal, dan
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Laporan ini
perguna dalam merevisi estimasi kekuatan laba dan perkiraan laba.

Penyesuaian akuntansi pada akhir periode


Menentukan hasil operasi untuk periode satu tahun
membutuhkan beberapa penyesuaian akrual dan estimasi.
Penyesuaian untuk periode interim sering kali kurang lengkap, dan
menggunakan informasi yang kurang dapat diandalkan
dibandingkan informasi akhir tahun.
Dampak musiman pada aktivitas bisnis
Banyak perusahaan mengalami dampak musiman pada aktivitas
bisnis mereka. Penjualan, produksi, aktivitas operasi lainya
sering kali tidak merata diditribusikan diantara periode interim.
Hal ini dapat mendistorsi perbandingan laba interim.

Metode Pelaporan Terintegrasi


Laporan interim biasanya merupakan laporan yang konsisten
dengan ketentuan dalam laporan tahunan. Dengan mengadopsi
pandangan bahwa laporan kuartalan merupakan bagian
keseluruhan dari satu tahun dan bukan periode diskrit, maka
praktiknya mensyaratkan pengakuan pendapatan dan beban
selama periode interim. Hal tersebut mencakup pengakuan atas
penyusutan persediaan, diskon atas kuantitas, dan piutang tak
tertagih.
Likuidasi persediaan LIFO yang tidak dapat diakui
untuk periode interim tertentu, dan hanya penurunan nilai
persediaan secara permanen yang dicatat pada laporan
interim. Sebaliknya pajak penghasilan dibebankan dengan
menggunakan tarif pajak efektif yang diperkirakan selama
periode satu tahun.
Persyaratan pelaporan interim SEC

Terdapat beberapa persyaratan pelaporan, untuk laporan interim yang diwajibkan oleh SEC. Persyaratan
utamanya antara lain.

 Perbandingan data laporan laba rugi interim dan data laporan laba rugi year-to-date-dapat diberi judul
”tidak diaudit” tapi harus dimasukkan kedalam laporan tahunan (perusahaan kecil dikecualikan).
 Perbandingan posisi keuangan
 Laporan arus kas year-to-date
 Informasikan proforma atas kombinasi bisnis yang diakui sebagai pembelian.
 Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum dan pengungkapan perubahan akuntansi,
termasuk surat pernyataan dari auditor yang menyatakan bahwa perubahan adalah lebih baik.
 Analitif naratif dari manajemen terkait hasil operasi, dengan penjelasan perubahan pada pendapatan
dan beban selama periode interim.
 Pengungkapan apakah form 8-k disi selama periode-melaporkan apakah terdapat penyesuaian laba
tidak biasa atau pergantian auditor.
Analisis Dampak Laporan Interim

Terbatasnya kertelibatan auditor dalam laporan interim


mengurangi keterandalan laporan interim dibandingakan
dengan laporan keuangan tahunan yang diaudit.

Peraturan dasar modal memberikan sejumlah


keyakinan meskipun terbatas.Tidak seluruh persyaratan
pelaporan untuk laporan interim berguna bagi analisis kita.

 
Terima kasih!!!

Anda mungkin juga menyukai