Anda di halaman 1dari 11

URL : www.stiestembi.ac.id/?

&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Pengaruh Corporate Governance dan Sales Growth Terhadap Tax


Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Otomotif Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

Agustin Fadjarenie
Dosen STIE STEMBI – Bandung Business School

Yulia Apni Nur Anisah


Peneliti Junior STIE STEMBI – Bandung Business School

Abstrak
Studi ini menganalisis pengaruh corporate governance dan pertumbuhan
penjualan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014 secara simultan dan
parsial. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
tahunan perusahaan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id
dan www.sahamok.com. Perusahaan yang diambil dalam penelitian ini sebanyak
9 dari 12 perusahaan dilakukan secara purposive sampling dan jumlah
pengamatan yang dilakukan selama 2010-2014. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis jalur dengan software lisrel 9.2. Studi tersebut menyatakan
bahwa variabel corporate governance dan pertumbuhan penjualan dan pengaruh
negatif yang signifikan terhadap penghindaran pajak.
Bagi perusahaan yang mungkin material untuk meningkatkan
pengetahuan tentang penghindaran pajak sehingga manajemen bisa melakukan
perencanaan pajak yang baik sehingga tidak ada perencanaan pajak ilegal yang
dapat merugikan negara dan membuat nama dan reputasi perusahaan menjadi
buruk di mata masyarakat. Bagi investor dan kreditor diharapkan dapat
mempertimbangkan track record pelaksanaan corporate governance untuk
keputusan investasi mereka. Bagi para akademisi dan praktisi diharapkan dapat
mengembangkan konsep corporate governance dan juga mengembangkan
pengukuran penerapan corporate governance di perusahaan.
Kata kunci: Tata Kelola Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan

PENDAHULUAN perusahaan melalui Good Corporate


Akuntansi adalah suatu sistem Governance (GCG). Arifin (2005)
informasi yang menyediakan laporan untuk menyatakan bahwa Good Corporate
para pemangku kepentingan mengenai Governance menjadi hal penting karena
aktivitas dan kondisi ekonomi perusahaan banyaknya kasus pelanggaran yang
(Reeve et al, 2009). Selanjutnya menurut dilakukan oleh emiten di pasar modal,
Reeve et al (2009), akuntansi merupakan yang menunjukkan rendahnya mutu praktik
“bahasa bisnis” (language of business) karena GCG di Indonesia. Menurut Friese, Link &
melalui akuntansi, informasi bisnis Mayer (2006), praktek corporate governance
dikomunikasikan kepada para dipengaruhi oleh berbagai macam aturan,
stakeholdernya. Shil (2008) mengatakan seperti aturan perusahaan, aturan tenaga
bahwa fungsi akuntansi sebagai bahasa bisnis kerja, ketentuan pasar modal, standar
kemudian memainkan peran yang sangat akuntansi dan auditing, ketidaksempurnaan
penting dalam memastikan keberlangsungan aturan, aturan ketenagakerjaan dan hukum

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 48


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

pajak. Friese, Link & Mayer (2006), dikurangkan sebagai biaya. Kasus tersebut
berpendapat bahwa perpajakan dan Corporate berakhir di pengadilan, dimana hakim
Governance berinteraksi satu dalam berbagai menolak koreksi yang dilakukan oleh
cara. Peraturan pajak mempengaruhi stuktur komisaris pajak tersebut dengan mengatakan
corporate governance perusahaan melalui tax bahwa “Wajib Pajak pada dasarnya bebas
privileges/ keistimewaan perpajakan dan untuk mengatur bagaimana mereka
penghapusan pinalti perpajakan. Dilain pihak, bertransaksi untuk menekan beban pajaknya
struktur corporate governance sesungguhnya sepanjang tidak melanggar undang-undang
berpengaruh pada cara perusahaan perpajakan” (Direktorat Jenderal Pajak,
dalam mengelola urusan perpajakannya 2014). Walaupun secara literal tidak ada
Adanya ketidaksempurnaan yang ada didalam hukum yang dilanggar, semua pihak sepakat
peraturan perpajakan, menimbulkan suatu bahwa penghindaran pajak merupakan
kesempatan untuk memanfaatkan celah yang sesuatu yang secara praktik tidak dapat
ada, agar dapat memaksimalkan keuntungan. diterima. Hal ini dikarenakan penghindaran
Dalam istilah perpajakan, hal tersebut pajak secara langsung berdampak pada
dinamakan tax avoidance. Tax avoidance tergerusnya basis pajak, yang mengakibatkan
merupakan pengaturan transaksi agar berkurangnya penerimaan pajak yang
mendapatkan keuntungan atau pengurangan dibutuhkan oleh negara (Direktorat Jenderal
pajak dengan memanfaatkan celah hukum Pajak, 2014). Dari sudut pandang kebijakan
pajak yang ada (Brown, 2012). Penghindaran pajak, praktik penghindaran pajak dapat
pajak tidak dapat dilepaskan dari suatu mengakibatkan ketidakadilan dan
pandangan bahwa karena tidak ada hukum berkurangnya efisiensi dari suatu sistem
yang dilanggar, penghindaran pajak perpajakan. Penghindaran pajak umumnya
seharusnya tidak dilarang. Setiap orang dilakukan melalui skema-skema transaksi
memiliki kebebasan untuk mengatur yang kompleks yang dirancang secara
urusannya masing-masing sebagaimana dia sistematis dan umumnya hanya dapat
kehendaki, dan selama tidak ada peraturan dilakukan oleh korporasi besar. Hal inilah yang
yang dilanggar maka otoritas pajak tidak dapat menimbulkan persepsi ketidakadilan, di mana
melakukan intervensi (Direktorat Jenderal korporasi besar tampaknya membayar pajak
Pajak, 2014). Pendapat tersebut di atas yang lebih sedikit. Hal ini pada ujungnya dapat
pertama kali disuarakan dalam putusan menimbulkan keengganan Wajib Pajak yang
pengadilan tertinggi di Inggris dalam kasus lain untuk membayar pajak yang berakibat
yang sangat terkenal yang disebut The Duke of pada inefektifitas sistem perpajakan
Westminster Case (IRC v Duke of Westminster, (Direktorat Jenderal Pajak, 2014). Berkaitan
1936). Kasus tersebut terkait dengan suatu dengan penjelasan di atas, diketahui bahwa
kesepakatan antara The Duke of Westminster pajak merupakan komponen penerimaan
dengan tukang kebunnya untuk merubah negara yang utama dalam APBN, karena lebih
pembayaran gaji tukang kebunnya tersebut dari 70% dari total penerimaan dalam APBN
menjadi pembayaran anuitas sebagai balas merupakan penerimaan dari sektor pajak.
atas jasa-jasa yang telah dilakukan tukang Terkait hal tersebut, pemerintah telah
kebunnya di masa lalu. Dalam peraturan bertekad menjadikan pajak sebagai tulang
perpajakan Inggris pada saat itu, pembayaran punggung dan pilar utama penerimaan negara
anuitas tersebut dapat dikurangkan dari (Waluyo, 2008). Dilain pihak, pajak bagi
penghasilan kena pajaknya Duke of perusahaan merupakan beban yang akan
Westminster, sedangkan pembayaran gaji mengurangi laba bersih, dan perusahaan
merupakan biaya yang tidak dapat selalu menginginkan pembayaran pajak
dikurangkan. Komisaris pajak melakukan seminimal mungkin (Kurniasih & Sari, 2013).
koreksi atas pembayaran tersebut, dengan Tabel di bawah ini menunjukkan pencapaian
menyatakan bahwa pembayaran anuitas target penerimaan pajak, yang masuk sebagai
tersebut secara substansi merupakan pendapatan pada APBN tahun 2012 sampai
pembayaran gaji, sehingga tidak dapat dengan tahun 2014. Tabel tersebut

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 49


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

menunjukkan dalam tiga tahun terakhir, setahun kemudian. Pemicu masalah ini adalah,
penerimaan pajak untuk APBN semakin lama Toyota melakukan restrukturisasi mendasar.
semakin berkurang Sebelumnya, semua lini bisnis produksi dan
Penerimaan pajak selalu mengalami distribusi dilakukan di bawah satu bendera:
peningkatan, tetapi jika dibandingkan dengan PT Toyota Astra Motor. Pemilik sahamnya ada
targetnya, mengalami kecenderungan dua: PT Astra International Tbk (51 persen)
penurunan pencapaian penerimaan pajak. Hal dan Toyota Motor Corporation Jepang (49
ini disebabkan banyak potensi pajak yang persen) (Direktorat Jenderal Pajak, 2014).
belum tergali, salah satu penyebabnya adalah Pada pertengahan 2003, Astra menjual
karena adanya praktek penghindaran pajak sebagian besar sahamnya di Toyota Astra
(Wahyudi, 2015). Menurut laporan Global Motor kepada Toyota Motor Corporation
Financial Integrity (2015), Indonesia Jepang karena Astra mempunyai hutang jatuh
menduduki peringkat 9 sebagai salah satu tempo yang tak dapat ditangguhkan lagi.
negara berkembang yang paling dirugikan Sehingga, Toyota Jepang kini menguasai 95
akibat adanya penghindaran pajak periode persen saham Toyota Astra Motor. Nama
2004-2013 dengan potensi kerugian US$ perusahaan berubah menjadi Toyota Motor
180,710 miliar. Ketua Badan Pemeriksa Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk
Keuangan, Hadi Poernomo (2013) menjalankan fungsi distribusi di pasar
menyatakan dari Laporan Keuangan domestik, Astra dan Toyota Motor Corporation
Pemerintah Pusat (LKPP) 2012, Badan Jepang kemudian mendirikan perusahaan
Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan agen tunggal pemegang merek dengan nama
secara akumulatif dari tahun 2009 sampai lama: Toyota Astra Motor (TAM). Pada
dengan tahun 2012, realisasi penerimaan perusahaan ini, Astra menjadi pemegang
pajak tidak mencapai target APBNP sebesar Rp saham mayoritas dengan menguasai 51 persen
136,24 triliun atau dari APBN sebesar Rp saham. Sisanya milik Toyota Motor
233,44 triliun. (Direktorat Jendral Pajak, Corporation Jepang. Setelah restrukturisasi,
2014). laba gabungan kedua perusahaan Toyota
Terdapat beberapa kasus yang terjadi di turun. Turunnya keuntungan Toyota membuat
Indonesia, terkait dengan penghindaran pajak setoran pajaknya pada pemerintah juga
yang dilakukan korporasi, salah satunya berkurang. Sebelumnya, perusahaan ini bisa
adalah temuan Dirjen Pajak di PT. Toyota membayar pajak sampai setengah triliun
Motor Manufacturing Indonesia. Kasus rupiah. Pada 2004, pasca-restrukturisasi, dua
transfer pricing Toyota di Indonesia perusahaan Toyota (TMMIN dan TAM) hanya
ditemukan setelah Direktorat Jenderal Pajak membayar pajak Rp 168 miliar. Meskipun
secara simultan memeriksa SPT (Surat mengalami penurunan laba, tetapi omset
Pemberitahuan pajak tahunan Toyota Motor produksi dan penjualan mengalami kenaikan
Manufacturing pada 2005. Dikemudian hari, sebesar 40 persen (Direktorat Jenderal Pajak,
pajak Toyota pada 2007 dan 2008 juga ikut 2014). Pemeriksa pajak menemukan adanya
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan karena kasus penghindaran pajak pada perusahaan
Toyota mengklaim kelebihan membayar pajak ini ketika memeriksa struktur harga penjualan
pada tahun-tahun itu, dan meminta negara dan biaya Toyota dengan lebih seksama.
mengembalikannya (restitusi). Dari Toyota diduga memanipulasi harga transaksi
pemeriksaan SPT Toyota pada 2005 itu, dengan pihak terafiliasi dan menambah beban
petugas pajak menemukan sejumlah biaya dengan pembayaran royalti
kejanggalan. Pada 2004 misalnya, laba secara tidak wajar (Direktorat Jenderal Pajak,
bruto Toyota turun lebih dari 30 persen, dari 2014). Kasus lain di perusahaan yang sama
Rp 1,5 triliun (2003) menjadi Rp 950 miliar. adalah kasus penjualan mobil fortuner. Toyota
Selain itu, rasio gross margin atau Motor Manufacturing mengirim 307 unit mobil
perimbangan antara laba kotor dengan tingkat Fortuner dari dermaga Tanjung Priok ke
penjualan juga menyusut. Dari sebelumnya pelabuhan Batangas, Luzon, Filipina.
14,59 persen (2003) menjadi 6,58 persen Pembelinya adalah Toyota Motor Philippines

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 50


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Corporation –unit bisnis Toyota di negara itu. penanganan transaksi hubungan istimewa
Sisanya, sekitar 700 unit mobil Innova, dikirim yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak,
ke pelabuhan Laem Chabang, Thailand, untuk otoritas pajak berhak menentukan kewajaran
Toyota Motor Thailand Co., Ltd –unit korporasi harga penjualan suatu perusahaan dengan
Toyota di Thailand. Dari dokumen manifest cara membandingkan harga itu dengan
terungkap bahwa seribu mobil buatan Toyota traksaksi perusahaan sejenis di luar negeri.
Motor Manufacturing Indonesia harus dikirim Aturan ini merujuk pada Transfer Pricing
terlebih dahulu ke kantor Toyota Asia Pasifik Guideline yang disusun Organization for
di Singapura, sebelum berangkat ke Filipina Economic Cooperation and Development
dan Thailand. Dengan kata lain, Toyota di (OECD) (Direktorat Jenderal Pajak, 2014).
Indonesia hanya bertindak “atas nama” Toyota Merujuk kepada ketentuan di atas,
Motor Asia Pacific Pte., Ltd –nama unit bisnis petugas pajak kemudian menggunakan lima
Toyota yang berkantor di Singapura. Ada perusahaan otomotif yang dianggap memiliki
sejumlah temuan yang mengindikasikan karakteristik serupa sebagai pembanding
bahwa Toyota Indonesia menjual mobil-mobil untuk Toyota. Kelima perusahaan itu adalah
produksi mereka ke Singapura dengan harga Hindustan Motors (India), Yulon Motor
tidak wajar. Misalnya, pada dokumen laporan (Taiwan), Force Motor Limited (India),
pajak Toyota pada tahun 2007. Sepanjang Shenyang Jinbei dan Dongan Heibao (Cina)
tahun itu, Toyota Motor Manufacturing di (Direktorat Jenderal Pajak, 2014). Dari
Indonesia tercatat mengekspor 17.181 unit penelaahan atas transaksi afiliasi kelima
Fortuner ke Singapura. Dari pemeriksaan atas perusahaan itu, pemeriksa menetapkan bahwa
laporan keuangan Toyota sendiri, petugas keuntungan bruto yang dapat dinilai wajar
pajak menemukan bahwa harga pokok untuk perusahaan otomotif yang melakukan
penjualan atau cost of goods sold Fortuner itu ekspor adalah 3,22 - 13,58 persen.
adalah Rp 161 juta per unit. Padahal, dokumen Berdasarkan itu, pemeriksa pajak lalu
internal Toyota menunjukkan bahwa semua mengkoreksi harga pada transaksi Toyota
Fortuner itu dijual 3,49 persen lebih murah Motor Manufacturing Indonesia kepada
dibandingkan nilai tersebut. Artinya, Toyota Toyota Motor Asia Pacific di Singapura.
Indonesia menanggung kerugian dari Hasilnya, penjualan Toyota Motor
penjualan mobil-mobil itu ke Singapura Manufacturing pada 2007 jadi naik hampir
(Direktorat Jenderal Pajak, 2014). Temuan setengah triliun dari laporan awal perusahaan
yang sama juga ditemukan pada penjualan itu. Nilainya sekarang menjadi Rp 27,5 triliun.
mobil Innova diesel dan Innova bensin, yang Petugas pajak kemudian memeriksa laporan
masing-masing dijual lebih murah 1,73 persen keuangan Toyota Manufacturing pada 2008.
dan 5,14 persen dari ongkos produksinya per Modus ekspor dengan nilai tak wajar juga
unit. Pada ekspor Rush dan Terios, Toyota berulang pada tahun itu. Koreksi serupa
Motor Manufacturing memang memperoleh dilakukan dan menyebabkan nilai omset
keuntungan tetapi tipis sekali yakni hanya 1,15 Toyota tahun itu melonjak 1,7 triliun menjadi
persen dan 2,69 persen dari ongkos produksi Rp 34,5 triliun (Direktorat Jenderal Pajak,
per unit. Temuan ini menjadi janggal karena 2014). Melalui kombinasi ‘permainan’ harga
Toyota Manufacturing menjual produk- dalam transaksi terafiliasi dan pembayaran
produk serupa kepada pembeli lokal di royalti yang dinilai tak wajar, Toyota Motor
Indonesia dengan harga berbeda. Ketika dijual Manufacturing Indonesia melaporkan
di dalam negeri, mobil yang sama dilepas ke penghasilan kena pajak sebesar Rp 426,9
pasar dengan nilai keuntungan bruto sebesar miliar (2007) dan Rp 60,6 miliar (2008).
3,43 - 7,67 persen. Tapi temuan itu saja belum Karena merasa sudah membayar lebih dari
cukup untuk menyimpulkan Toyota nilai itu, lima tahun lalu Toyota menuntut
melakukan penghindaran pajak. Untuk itu, negara mengembalikan kelebihan pajak
petugas pajak harus memeriksa nilai sebesar Rp 412 miliar. Direktorat Jenderal
kewajaran dari semua transaksi Toyota Pajak tidak dapat menerima hal tersebut dan
Manufacturing ke Singapura. Sesuai aturan berpendapat bahwa penghasilan Toyota yang

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 51


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

harus dikenai pajak adalah Rp 975 miliar 2. Menurut Irawan dan Farahmita
(2007) dan Rp 2,45 triliun (2008). Perbedaan (2012)
penghitungan inilah yang kemudian menjadi Corporate Governance merupakan
sengketa di pengadilan pajak (Direktorat sebuah studi yang mempelajari hubungan
Jenderal Pajak, 2014). Berbagai penelitian direktur, manajer, karyawan, pemegang
telah dilakukan untuk mengetahui dan saham, pelanggan, kreditur dan pemasok
memberikan pemecahan masalah ini. terhadap perusahaan dan hubungan antar
Penelitian sebelumnya terkait dengan sesamanya.
penghindaran pajak dilakukan oleh Winoto 3. Menurut Desai dan Dharmapala
(2015) yang menyatakan bahwa corporate (2006)
governance berpengaruh negatif signifikan Good Corporate Governance adalah
terhadap tax avoidance. Syeldila (2015) juga sistem yang mengatur dan mengendalikan
menyatakan bahwa corporate governace perusahaan untuk menciptakan nilai tambah
berpengaruh negatif signifikan terhadap tax (value added) untuk semua stakeholder. Dari
avoidance. Lasimpala (2014) melakukan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
penelitian dengan judul yang sama dengan bahwa Corporate Governance adalah sebuah
hasil senada bahwa corporate governance sistem yang mengatur hubungan antara
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. manajer, karyawan, pemegang saham,
Sedangkan penelitian pengaruh sales growth pelanggan, kreditur, dan pemasok serta para
terhadap tax avoidance diteliti oleh Dewi pemegang kepentingan intern dan ekstern
(2015) menyatakan bahwa sales growth lainnya agar kinerja perusahaan dijalankan
berpengaruh negatif signifikan terhadap tax dengan efektif, efisien, transparan dan
avoidance. Buthe dan Tjondro (2014) akuntabel sehingga dapat
menyatakan hal senada bahwa sales growth meningkatkan nilai tambah (value
berpengaruh negatif signifikan terhadap tax added) untuk semua stakeholder.
avoidance. Syamsuddin dan Witjaksono Corporate governance menjelaskan
(2014) juga menyatakan bahwa sales growth hubungan antara berbagai partisipan dalam
berpengaruh negatif signifikan terhadap tax perusahaan yang menentukan arah kinerja
avoidance. Berdasarkan latar belakang perusahaan (Haruman, 2008). Menurut
masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, Kaihatu (2006) ada dua hal yang ditekankan
maka peneliti tertarik untuk melakukan dalam konsep corporate governance, pertama
penelitian mengenai penghindaran pajak pentingnya hak pemegang saham untuk
dimana variabel pertama yaitu corporate memperoleh informasi dengan benar dan
governance diukur dengan menggunakan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban
proksi kinerja perusahaan dan variabel kedua perusahaan untuk melakukan pengungkapan
yaitu sales growth (disclosure) secara akurat, tepat waktu,
Corporate Governance transparan terhadap semua informasi kinerja
1. Menurut Santoso (2014) perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Corporate governance adalah suatu Kaihatu (2006) melanjutkan, esensi dari
sistem dan seperangkat peraturan yang corporate governance adalah peningkatan
mengatur hubungan antara pemegang saham, kinerja perusahaan melalui supervisi atau
dewan komisaris dan dewan direksi agar pemantauan kinerja manajemen dan adanya
kinerja perusahaan dijalankan dengan efektif, akuntabilitas manajemen terhadap pemangku
efisien, transparan dan akuntabel demi kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka
tercapainya tujuan organisasi dan aturan dan peraturan yang berlaku. Menurut
menghindari kecurangan-kecurangan dalam FGCI (Forum for Corporate Governance in
manajemen perusahaan, selain itu juga dapat Indonesia), dengan keberhasilan perusahaan
menghasilkan laporan keuangan yang dalam melaksanakan good corporate
akuntabel yang berguna bagi para governance akan memberikan manfaat antara
penggunanya untuk mengambil keputusan. lain: 1) Meningkatkan kinerja perusahaan
melalui terciptanya proses pengambilan

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 52


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

keputusan yang lebih baik sehingga dari tahun ke tahun yang merupakan indikator
pencapaian efisiensi operasional perusahaan dari penerimaan pasar dari produk atau jasa
tercapai dan meningkatkan pelayanan kepada perusahaan tersebut.
stakeholders, 2) Mempermudah diperolehnya Pertumbuhan penjualan
dana pembiayaan yang lebih murah sehingga mencerminkan keberhasilan investasi periode
meningkatkan corporate value, 3) masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi
Mengembalikan kepercayaan investor untuk pertumbuhan masa yang akan datang
menanamkan modalnya di Indonesia sehingga (Andriyanto, 2015). Pertumbuhan yang
membantu perusahaan untuk meningkat memungkinkan perusahaan akan
mengembangkan dan memperluas usahanya, lebih dapat meningkatkan kapasitas operasi
dan 4) Pemegang saham akan puas dengan perusahaan dan sebaliknya bila
kinerja perusahaan karena akan pertumbuhannya menurun perusahaan akan
meningkatkan shareholders value & deviden. menemui kendala dalam rangka
Desai dan Dharmapala (2006) telah meningkatkan kapasitas operasinya
membuktikan bahwa kebijakan dalam (Budiman & Setiyono, 2012).
pengelolaan beban pajak pada perusahaan Perusahaan membutuhkan dana untuk
dipengaruhi oleh penerapan corporate meningkatkan kapasitas operasi perusahaan,
governance. Kualitas corporate governance semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka
yang baik dapat mendorong agent untuk tidak kapasitas operasi perusahaan akan semakin
bertindak agresif dalam pengelolaan besar dan dapat berpengaruh terhadap
beban pajak dengan tujuan meningkatkan penghindaran pajak (Heryuliani, 2015).
kinerja perusahaan dan memaksimalkan Apabila pertumbuhan penjualan negatif maka
pengembalian kepada principal (Darmawan mengindikasikan penurunan dalam kegiatan
dan Sukartha, 2014). Perusahaan yang operasi, penurunan kegiatan operasi akan
memiliki corporate governance yang baik berdampak pada penurunan laba perusahaan,
maka akan berbanding lurus dengan penurunan laba mengindikasikan peningkatan
kepatuhan perusahaan dalam memenuhi penggunaan akuntansi menurunkan laba
kewajiban pajaknya (Annisa, 2012). sehingga akan mempengaruhi pelaporan laba
akuntansi serta besarnya pajak yang harus
KAJIAN PUSTAKA dibayar menjadi lebih rendah dibanding
Sales Growth perhitungan menurut fiskus (Suprianto dan
1. Menurut Andriyanto (2015) Dewi, 2014).
Sales growth adalah perubahan
penjualan pada laporan keuangan per tahun Tax Avoidance
yang dapat mencerminkan prospek 1. Menurut Brown (2012)
perusahaan dan profitabilitas di masa yang “Tax avoidance is arrangement of a
akan datang. transaction in order to obtain a tax advantage,
2. Menurut Kennedy dan Suzana (2013) benefit, or reduction in a manner unintended
Pertumbuhan penjualan diartikan by the tax law” Penghindaran pajak adalah
sebagai kenaikan jumlah penjualan dari tahun pengaturan transaksi untuk mendapatkan
ke tahun atau dari waktu ke waktu. keuntungan pajak, manfaat atau pengurangan
3. Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) secara tidak disengaja oleh hukum pajak.
Pertumbuhan penjualan merupakan 2. Menurut Lim (2011)
indikator penting dari penerimaan pasar dari Penghindaran pajak sebagai
produk atau jasa perusahaan tersebut, dimana penghematan pajak yang timbul dengan
pendapatan yang dihasilkan dari penjualan memanfaatkan ketentuan perpajakan yang
akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat dilakukan secara legal untuk meminimalkan
pertumbuhan penjualan. kewajiban.
Dari definisi-definisi tersebut dapat 3. Menurut Darussalam dan Septriadi (2009)
disimpulkan bahwa sales growth merupakan Penghindaran pajak adalah suatu
perubahan penjualan dalam laporan keuangan skema transaksi yang ditujukan untuk

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 53


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

meminimalkan beban pajak dengan dengan tahun 2014 dan mempunyai data
memanfaatkan kelemahan–kelemahan yang lengkap mengenai variabel yang
(loophole) ketentuan perpajakan suatu negara digunakan dalam penelitian.
sehingga ahli pajak menyatakan legal karena 3. Perusahaan memiliki beban pajak.
tidak melanggar peraturan perpajakan. Dari Dari 12 perusahaan otomotif yang
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-
bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) 2014, perusahaan yang memenuhi kriteria di
adalah suatu cara untuk meminimalkan beban atas berjumlah 9 perusahaan,
pajak dengan
memanfaatkan kelemahan-kelemahan HASIL DAN PEMBAHASAN
(loophole) ketentuan perpajakan yang Analisis data pada penelitian ini
dilakukan secara legal. menggunakan analisis jalur. Analisis jalur
Berdasarkan atas identifikasi masalah merupakan perluasan dari analisis regresi
dan kerangka pemikiran, maka penulis linear berganda, atau analisis jalur digunakan
mengajukan hipotesis sebagai berikut: untuk menganalisis pola hubungan antar
H1 : Corporate Governance berpengaruh variabel dengan tujuan untuk mengetahui
negatif terhadap Tax Avoidance pengaruh langsung maupun tidak langsung
H2 : Sales Growth berpengaruh negatif seperangkat variabel bebas (eksogen)
terhadap Tax Avoidance terhadap variabel terikat (endogen) (Ghozali,
H3 : Corporate Governance dan Sales Growth 2013).
berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Dari hasil persamaan analisis jalur
,menggunakan aplikasi Lisrel maka diperoleh :
METODE PENELITIAN Y = α - 0,532 X1 – 0,266 X2 + ɛ Nilai R2 atau
Metode yang digunakan dalam koefisien determinasi multiple sebesar
penelitian ini adalah metode kuantitatif. 0,39452 memperlihatkan besarnya pengaruh
Metode kuantitatif merupakan metode simultan corporate governance (X1) dan sales
ilmiah/scientific karena telah memenuhi growth (X2) terhadap tax avoidance (Y)
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, sebesar 39,5%. Sementara nilai error sebesar
obyektif, terukur, rasional dan sistematis 60,5% disebabkan oleh faktor lain di luar
(Sugiyono, 2013). corporate governance (X1) dan sales growth
Corporate Governace diukur dengan (X2). Variabel corporate governance (X1)
menggunakan 6 indikator yaitu jumlah saham memiliki nilai koefisien regresi (β1) sebesar
biasa perusahaan yang beredar, harga 0,532. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
penutupan saham, total hutang, persediaan, peningkatan corporate governance satu
aktiva lancar, total aktiva perusahaan (Tobin, satuan nilai akan menurunkan tax avoidance
1969). Sales Growth diukur menggunakan 0,532 satuan nilai, dengan asumsi variabel
indikator penjualan (Budiman dan Setiyobo, lainnya nol. Variabel sales growth (X2)
2012). Sedangkan Tax Avoidance diukur memiliki nilai koefisien regresi (β1) sebesar -
menggunakan 4 indikator yaitu laba sebelum 0,266. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
pajak, pendapatan bersih, tarif pajak fiskus dan peningkatan sales growth satu satuan nilai,
aset (Pohan, 2009). akan menurunkan tax avoidance -0,266 satuan
Teknik penggunaan sampel nilai dengan asumsi variabel lainnya nol.
menggunakan metode purposive sampling. Pengaruh Corporate Govenance (X1) dan Sales
Kriteria data yang digunakan sebagai sampel Growth (X2) terhadap Tax Avoidance (Y)
penelitian ini adalah: Secara Simultan
1. Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI Untuk menguji pengaruh secara
periode 2010-2014. simultan dilakukan dengan menggunakan
2. Perusahaan melaporkan keuangan yang di statistik uji F yang diperoleh melalui rumus
audit dan laporan keuangannya selalu dan diperoleh nilai F hitung 13,711 dan nilai F
dipublikasikan dengan menggunakan mata tabel 3,215 pada penelitian ini, nilai n=45, k=2
uang rupiah selama tahun 2010 sampai dan R2 = 0,395. Kesimpulan Pengujian secara

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 54


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Keseluruhan Model Analisis Jalur Indonesia yaitu : 1. HPP Fortuner pada


membandingkan Nilai Fhitung Nilai Ftabel dokumen internal 3,49% lebih murah
dengan kesimpulan data olahan adalah dibandingkan dengan harga penjualannya
signifikan atau dengan kata lain pengaruh yang (DJP, 2014). 2. Toyota mengklaim kelebihan
terjadi dapat di generalisir terhadap seluruh pembayaran pajak pada tahun 2005, 2007,
populasi yakni seluruh perusahaan otomotif 2008 dan meminta negara mengembalikannya
yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. (restitusi). Dari pemeriksaan SPT Toyota
Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Atau 2005, petugas pajak menemukan keganggalan
dengan kata lain corporate governance (X1) misalnya pada tahun 2004 laba bruto Toyota
dan sales growth (X2) berpengaruh signifikan turun lebih dari 30% dari Rp. 1,5 triliun (2003)
terhadap tax avoidance (Y). Hasil penelitian ini menjadi Rp. 950 miliar (DJP, 2014). 3. Pada
mendukung penelitian Andriyanto (2015) ekspor Rush dan Terios, Toyota Motor
yang menyatakan bahwa corporate Manufacturing untung yang sangat tipis yakni
governance dan sales growth berpengaruh 1,15% dan 2,69% dari ongkos produksi per
secara simultan terhadap tax avoidance. unit. Temuan ini janggal karena Toyota
Manufacturing menjual produk-produk serupa
Pengaruh Corporate Govenance (X1) dan kepada pembeli lokal di Indonesia dengan
Sales Growth (X2) terhadap Tax Avoidance harga berbeda dengan nilai keuntungan bruto
(Y) Secara Parsial 3,43 – 7,67% (DPJ, 2014). Kejadian tax
Untuk uji parsial digunakan rumus avoidance tersebut merupakan salah satu
statistik uji-t dengan rumus statistic dan uji penyebab target pajak yang selalu mengalami
statistik thitung-nya ialah : 1,680. Pada kecenderungan
output Lisrel, nilai thitung untuk masing- penurunan pencapaian penerimaan pajak
masing variabel sudah dapat dilihat melalui (Wahyudi, 2015). Hasil dari pengujian
output diagram jalur dan Kesimpulan Uji hipotesis menyatakan bahwa Corporate
Parsial Variabel bahwa X1 dan X2 memiliki Governance (X1) dan Sales Growth (X2)
pengaruh negatif dan signifikan. Artinya berpengaruh secara simultan terhadap Tax
apabila terjadi peningkatan sedikit saja pada Avoidance (Y). artinya, perubahan yang terjadi
variabel Corporate Governance (X1) dan Sales pada Corporate Governance (X1) dan Sales
Growth (X2), maka akan langsung terjadi Growth (X2) akan mempengaruhi Tax
perubahan negatif yang berarti pada variabel Avoidance. Secara parsial, dari dua variabel
Tax Avoidance (Y). Selain itu pengaruhnya bebas yang diuji yakni Corporate Governance
dapat digeneralisir terhadap seluruh populasi (X1) dan Sales Growth (X2) keduanya memiliki
perusahaan otomotif yang terdapat di pengaruh negatif dan signifikan. Yang memiliki
Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori agensi pengaruh paling signifikan adalah Corporate
(agency theory) yang menyatakan dalam Governance (X1) dimana thitungnya sebesar -
praktek bisnis di dalam perusahaan terdapat 4,542 lebih besar dibandingkan Sales Growth
hubungan kerja (kontrak) antara pemilik (X2) yaitu sebesar -2,265, hal ini dapat
sumber daya ekonomi (principal) dengan disimpulkan bahwa Corporate Governance
manajer perusahaan (agent) yang diberi paling signifikan daripada Sales Growth.
wewenang untuk menggunakan dan Secara simultan Corporate Governance (X1)
mengendalikan sumber daya tersebut (Jensen dan Sales Growth (X2) memiliki pengaruh
dan Meckling, 1976). Hubungan atau kontrak signifikan terhadap Tax Avoidance (Y) dimana
antara pemilik (principal) dengan manajemen melalui uji F dengan uji dua pihak pada taraf
(agent) dapat dilihat dari sisi kepentingan nyata 5% didapat Fhitung sebesar 13,711
masing-masing yang menimbulkan agency ternyata lebih besar daripada Ftabel yaitu
problem. sebesar 3,215 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak. Bila dilihat dari hasil
Implikasi Penelitian pengujian koefisien determinasi, diperoleh
Dalam penelitian ini dapat kita lihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar
fenomena pada perusahaan otomotif di 39,5%. Ini berarti secara bersama-sama

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 55


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

variabel Corporate Governance (X1) dan Sales corporate governance yang tinggi
Growth (X2) memberikan pengaruh sebesar akan mengakibatkan penurunan tax
39,5% terhadap Tax Avoidance. Angka 39,5% avoidance. Tingginya corporate
disini artinya setiap perubahan Tax Avoidance governance disebabkan oleh jumlah
sebesar 39,5% dipengaruhi oleh perubahan saham biasa perusahaan yang
variabel Corporate Governance dan Sales beredar, harga penutupan saham,
Growth. Adapun sebesar 60,5% sisanya total hutang, persediaan, aktiva lancar
disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar dan total aktiva perusahaan.
kedua penelitian tersebut yang tidak 2. Dari hasil pengujian dapat
dilibatkan dalam penelitian ini antara lain disimpulkan bahwa terdapat
capital intensity, inventory intersity, karakter pengaruh negatif yang kuat antara
eksekutif dan ukuran perusahaan. Hasil sales growth terhadap tax avoidance.
penelitian ini sejalan dengan : Artinya, dengan adanya sales growth
1. Winoto (2015) yang menyatakan bahwa yang tinggi akan mengakibatkan
corporate governance berpegaruh penurunan tax avoidance.
negatif signifikan terhadap tax 3. Dari hasil pengujian penulis
avoidance. membuktikan bahwa terdapat
2. Syeldila (2015) yang menyatakan pengaruh corporate governance dan
bahwa corporate governance sales growth terhadap tax avoidance
berpegaruh negative signifikan secara simultan atau bersama-sama.
terhadap tax avoidance. 4. Investor dan kreditor diharapkan
3. Lasimpala (2014) yang menyatakan mempertimbangkan track record
bahwa corporate governance penerapan corporate governance
berpegaruh negatif terhadap tax perusahaan untuk keputusan
avoidance. investasi mereka.
4. Durnev dan Kim (2005) yang 5. Akademisi dan praktisi diharapkan
menyatakan bahwa peluang melakukan pengembangan konsep
pertumbuhan penjualan berhubungan corporate governance dan juga
positif terhadap kualitas corporate melakukan pengembangan
governance. pengukuran implementasi corporate
5. Dewi (2015) yang menyatakan bahwa governance dalam perusahaan.
sales growth berpegaruh negatif 6. Menambahkan variabel lain yang
signifikan terhadap tax avoidance. diduga dapat mempengaruhi tax
6. Butje & Tjondro (2014) yang avoidance perusahaan, seperti capital
menyatakan bahwa sales growth intensity, inventory intersity, karakter
berpegaruh negatif signifikan terhadap eksekutif dan ukuran perusahaan
tax avoidance. .
7. Syamsuddin (2014) yang menyatakan DAFTAR PUSTAKA
bahwa sales growth berpegaruh negatif Andriyanto, Hendrawan Noor. (2015).
terhadap tax avoidance. Pengaruh Return On Assets, Leverage,
8. Andriyanto (2015) yang menyatakan Corporate Governance dan Sales Growth
bahwa corporate governance dan sales terhadap Tax Efficience pada Perusahaan
growth berpengaruh secara simultan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
terhadap tax avoidance 20092012. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
KESIMPULAN DAN SARAN Annisa, Nuralifmida Ayu. (2012). Pengaruh
1. Dari hasil pengujian dapat Corporate Governance terhadap Tax
disimpulkan bahwa terdapat Avoidance. Surakarta: Universitas Sebelas
pengaruh negatif yang kuat antara Maret. Arifin. (2005). Peran Akuntan
corporate governance terhadap tax dalam Menegakkan Prinsip Good
avoidance. Artinya, dengan adanya Coorporate Governance (Tinjauan
STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 56
URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Perspektif Agency Theory). Semarang: ketujuh. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro.
Brown, K. B. (2012). A Comparative Look at Global Financial Integrity. (2015). Illicit
Regulation of Corporate Tax Avoidance. Financial Flows from Developing
New York: Springer. Countries: 2004-2013. Finlandia.
Budiman, Judi dan Setiyono. (2012). Pengaruh Haruman, Tendi. (2008). Pengaruh Struktur
Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Kepemilikan Terhadap Keputusan
Pajak (Tax Avoidance). Semarang: Keuangan dan Nilai Perusahaan Survey
Universitas Sultan Gunung Agung. Pada Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa
Butje, Stella dan Elisa Tjondro. (2014). Efek Indonesia. SNA XI: Ikatan Akuntan
Pengaruh Karekter Eksekutif dan Koneksi Indonesia.
Politik terhadap Tax Avoidance. Tax & Heryuliani, Nurfathia. (2015). Pengaruh
Accounting Review, Vol 4, No.2: Universitas Karakteristik Perusahaan dan Kepemilikan
Kristen Petra. Keluarga terhadap Penghindaran Pajak.
Darmawan, I Gede Hendi dan I Made Sukartha. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
(2014). Pengaruh Penerapan Corporate Hidayatullah.
Governance, Leverage, Return On Assets Irawan, Hendra Putra dan Aria Farahmita.
dan Ukuran Perusahaan pada (2012). Pengaruh Kompensasi Manajemen
Penghindaran Pajak. Bali: Universitas dan Corporate Governance terhadap
Udayana. Manajemen Pajak Perusahaan. Jakarta:
Darmmesta, Basu Swastha dan T. Hani Universitas Indonesia.
Handoko. (2000). Manajemen Pemasaran, Jensen, M. C. and Meckling, W. H. (1976).
Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Theory of the Firm : "Managerial Behavior,
BPFE-Yogyakarta. Agency Cost and Ownership Structure".
Darussalam dan D. Septriadi. (2009). Rugi Journal of Financial Economics , Vol. 3, No 4.
Derivatif untuk Tujuan Spekulatif: Kaihatu, Thomas S. (2006). Good Corporate
Deductible or Not? http://www.ortax.org Governance dan Penerapannya di
Desai, M.A and D. Dharmapala. (2006). Indonesia. Surabaya: Universitas Kristen
Corporate Tax Avoidance and High- Petra.
Powered Incentives. Journal of Financial Kennedy, Nur Azlina dan Anisa Ratna Suzana.
Economics, 79. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dewi, Fitri Retno. (2015). Pengaruh Karakter Struktur Modal pada Perusahaan Real
Eksekutif, Karakter Perusahaan dan Estate and Property yang Go Public di Bursa
Dimensi Tata Kelola yang Baik terhadap Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Fakultas
Tax Avoidance. Undergraduate Thesis: Ekonomi: Universitas Riau.
Universitas STIKUBANK. Kurniasih, Tommy dan Maria M. Ratna Sari.
Direktorat Jenderal Pajak. (2014). Mengenal (2013). Pengaruh Return On Assets,
Penghindaran Pajak, Tax Avoidance. Leverage, Corporate Governance, Ukuran
http://www.pajak.go.id Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal
------ (2014). Prahara Pajak Raja Otomotif. pada Tax Avoidance. Buletin Studi
https://investigasi.tempo.co/toyota/ Ekonomi. Vol.18 no.1.
Durnev and Kim, Han (2005). To Steal or Not Lasimpala, Yuliyanti. (2014). Pengaruh
to Steal: Firm Attributes, Legal Corporate Governance terhadap Tindakan
Environment, and Valuation. Journal of Tax Avoidance. Gorontalo: Universitas
Finance, June, Vol. 60. Hal. 1461-1493. Negeri Gorontalo.
Friese, Arne., Simon Link and Stefan Mayer. Lim, Y. D. (2011). Tax Avoidance, Cost of Debt
(2006). Taxation and Corporate and Shareholder Activism: Evidence from
Governance. Germany: Max Planck Korea. Journal of Banking & Finance 35,
Institute. 456– 470.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Pohan, Hotman T. (2009). Analisis Pengaruh
Multivariate dengan Program. Edisi Kepemilikan Institusi, Rasio Tobin’s Q,

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 57


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Akrual Pilihan, Tarif Efektif Pajak dan Biaya International Financial Reporting Standarts
Pajak Ditunda terhadap Penghindaran (IFRS). SNA 17 Mataram: Lombok.
Pajak pada Perusahaan Publik. Jakarta: Syamsuddin, Erny dan Witjaksono, Armanto.
Universitas Trisakti. (2014). Pengaruh Beban Pajak, Tunneling
Poernomo, Hadi. (2013). Lima Tahun Terakhir Incentive dan Karakter Eksekutif terhadap
Penerimaan Pajak Jeblok. Pikiran Rakyat 11 Keputusan Transfer Pricing Perusahaan.
Juni 2013. http://www.pikiranrakyat.com Universitas Bina Nusantara.
Reeve, James M., Carl S. Warren, Jonathan E. Syeldila, Sandy. (2015). Pengaruh Corporate
Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Governance terhadap Tax Avoidance
Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf dan Chaerul dengan ROA sebagai Variabel Moderasi.
D. Djakman. (2009). Pengantar Akuntansi Diploma Thesis UPT. Unand.
Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Tobin, James. (1969). A General Equilibrium
Empat. Approach to Monetary Theory. Ohio State
Santoso, Titus Bayu. (2014). Pengaruh University Press.
Corporate Governance terhadap Wahyudi, Dudi. (2015). Analisis Empiris
Penghindaran Pajak Perusahaan. Pegaruh Aktivitas Corporate Social
Semarang: Universitas Diponegoro. Responsibility terhadap Penghindaran
Shil, N.C. (2008). Accounting for Corporate Pajak di Indonesia. Jakarta: Jurnal Lingkar
Governance. Bangladesh: East West Widyaiswara.
University. Waluyo. (2008). Akuntansi Pajak. Jakarta:
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Salemba Empat.
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Winoto, Akbar Hadi. (2015). Pengaruh ROA,
Alfabeta Leverage, Corporate Governance dan Sales
Suprianto, Edy dan Arum Kusuma Dewi. Growth terhadap Tax Avoidance.
(2014). Relevansi Prinsip Konservatism Undergraduate Thesis: Universitas
Wajib Pajak Melakukan Tax Avoidance STIKUBANK.
Sebelum Dan Sesudah Pelaksanaan

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIII No.3 – 2016 58

Anda mungkin juga menyukai