Disajikan oleh:
Dosen Pengampu:
1. Ria Anita Widarti
Dr. Ir. Mombang Sihite, M.M.
2. Frisko Deo Putranta Sebayang
KEJATUHAN TOYS R US – APA YANG SALAH??
PENDAHULUAN 01
02 PEMBAHASAN
Kegagalan Kegagalan
Bersaing Kesalahan
beradaptasi Kesepakatan merangkul
pada Miopia
Amazon komunitas di era aksi
dan harga manajemen
yang jahat e-commerce dan manajemen
berinovasi saja
media sosial
Mark A. Cohen, direktur studi ritel di Sekolah Pascasarjana Bisnis Universitas Columbia, mantan eksekutif ritel
Pada tulisan di https://brand-minds.medium.com/the-downfall-of-toys-r-us-dont-blame-amazon
B Bagaimana Kebangkrutan terjadi?
Tahun 2019, Toys R Us bangkit dan kembali membuka dua toko di Amerika Serikat (AS).
Kebangkitan Toys R Us berkat mantan eksekutif perusahaan tersebut Richard Barry. Barry kini
menjadi CEO Tru Kids Brands, mengambil alih brand Toys R Us pada awal tahun 2019 dan
berencana membuka dua toko baru Toys R Us. Salah satunya, Barry akan melakukan strategi
menekan biaya pembukaan toko dengan model konsinyasi dengan produsen mainan.
Mal mewah di New Jersey, Garden State Plaza, akan menjadi salah satu pihak beruntung.
Mereka berkesempatan menyaksikan ‘kebangkitan’ ritel mainan Toys R Us. Berbeda dengan
toko Toys R Us tempo dulu, toko versi terbaru terlihat lebih modern. Tidak ada lorong dengan
rak menjulang tinggi. Kini, retail tersebut menyediakan rak setinggi anak yang diisi dengan
karakter terkini, seperti Paw Patrol, Nerf dan Nintendo. Sekitar 1.500 item mainan tersedia di
toko. Produk lain dapat dipesan melalui fitur layar sentuh di dalam toko dan dipenuhi secara
online oleh retailer Target Corp.
KESIMPULAN
Akibat Kegagalan beradaptasi dan berinovasi Toys R
US kehilangan momentum dan hanya bersaing di
harga pasar saja. Dengan masuknya Amazon dan
gagal merangkul komunitas di era e-commerce dan
media sosial mengakitbatkan runtuhnya Toys R US.
KESIMPULAN & SARAN 03
04 REFERENSI