Anda di halaman 1dari 10

Konsep Dasar Akuntansi

Secara umum akuntansi memiliki konsep dasar yang menjadi acuan dalam menyusun
standar akuntansi yang ditujukan bagi praktek akuntansi. Basis postulat akuntansi inilah yang
kemudian muncul konsep-konsep dasar dalam penyajian maupun pelaporan keuangan entitas.
Berikut akan disajikan beberapa konsep dasar akuntansi dalam berbagai versi.
Konsep dasar akuntansi menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Kerangka Dasar
Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) paragraf 22 dan 23 menyatakan bahwa asumsi
dasar akuntansi berdasarkan dasar akrual dan kelangsungan usaha(going concern).
Menurut International Financial Reporting Standards (IFRS) pada The Conceptual Framework
for Financial Reporting paragraf 4.1, sebagai asumsi dasar akuntansi adalah hanya kelangsungan
usaha. Sedangkan menurut Paton dan Littleton yang dikutip Suwardjono (2005), konsep dasar
akuntansi terdiri dari, konsep kesatuan usaha (Entity Theory), kontinuitas usaha(going concern),
penghargaan sepakatan, kos melekat(cost attach), upaya dan hasil(effort and accomplishment),
bukti terverifikasi, dan asumsi.
Dengan lebih lengkap, Anthony, Hawkins, dan Merchant sebagaimana yang dikutip
Suwardjono (2005), konsep dasar akuntansi terdapat beberapa poin, di antaranya konsep
pengukuran dengan unit uang, konsep entitas, konsep kelangsungan usaha, konsep kos, aspek
ganda, periode akuntansi, konservatisme, realisasi, penandingan, konsistensi, dan materialitas.
Maka, untuk kepentingan penelitian, hanya akan dijelaskan konsep dasar yang merupakan postulat
akuntansi dan berhubungan dengan asumsi dasar akrual sebagai basis pencatatan akuntansi. Yaitu,
konsep entitas, konsep pengukuran uang, konsep kelangsungan usaha, konsep dua aspek akuntansi,
konsep kos, konsep periode akuntansi, konsep penandingan (matching concept), dan konsep upaya
dan hasil (effort and accomplishment). Berikut penjelasan masing-masing konsepnya:

1. Konsep Entitas Bisnis (Entity Theory)


Dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan berbeda
atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hal ini termasuk bahwa transaksi-
transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara keseluruhannya agar terpisah dari urusan
pribadi dari seorang pemiliknya. Namun, diperbolehkan bagi seorang pemilik untuk dapat
memperoleh informasi yang benar mengenai kondisi perusahaannya.
Business entity concept atau dalam literatur-literatur teori akuntansi dikenal dengan entity
theory digagas oleh William A Paton, seorang professor dari Universitas Michigan. Ditegaskan
olehnya, bahwa dengan adanya entity theory, perusahaan dengan pemiliknya menjadi terpisah.
Kepemilikan aset dimiliki oleh perusahaannya, dan antara kewajiban dengan pemegang ekuitas
oleh investor dalam aset tersebut merupakan hak yang berbeda. Atas dasar konsep ini, maka dapat
dirumuskan dalam posisi keuangan atau neraca bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban
ditambah dengan ekuitas pemilik. Konsep ini menurut Suwardjono (2005) mempersonifikasi
badan usaha sebagai orang yang dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomi, misalnya dalam
pembuatan kontrak dan kepemilikan aset. Menurutnya, sebagai konsekuensi dari konsep entitas,
hubungan antara entitas dengan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis terutama dalam hak
dan kewajiban atau utang piutang.
Meskipun antara perusahaan dengan pemiliknya terpisah, namun pemilik tetap berhak atas
keuntungan yang harus diberikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen. Laba bersih yang
diperoleh dengan demikian bukanlah semerta-merta adalah hak dari pemilik perusahaan.
Diperlukan proses dalam menentukan untuk dapat ditentukan kebijakan distribusi laba dalam
bentuk dividen atau mengambil kebijakan untuk menahan laba, yang dikenal dengan laba ditahan
yang ditambahkan pada ekuitas pada posisi keuangan. Yang secara substansi juga menambah
kekayaan dari pemilik perusahaan itu sendiri.
Dalam hubungan antara perusahaan dengan pemilik ini memang perlu pengkajian
apakah entity theory selamanya menjadi relevan pada semua bentuk bisnis. Sebab pada tiap bentuk
bisnis, tetap ada keinginan pemilik untuk menjadi bagian dari manajemen dan mengoperasikan
bisnisnya tersebut. Namun, American Accounting Association (AAA) yang dikutip Wolk, Francis,
dan Tearney (1991) dalam bukunyaAccounting Theory: a Conceptual and Institutional
Approach menyatakan bahwa:
Although the entity theory provides a good description of the relationship between the firm
and its owners, its duality relative to income and owners equity in the traditional form has
probably been responsible for fact that its precepts have not taken a strong hold in committee
reports and release of various accounting bodies. (hlm 132)

Suwardjono (1986) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan konsep entitas bisnis
(business entity concept) memberikan konsekuensi bahwa laporan keuangan merupakan
pertanggungjawaban perusahaan dan bukanlah pertanggungjawaban pemilik, maka dengan
demikian pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan dalam kekayaan perusahaan
bukannya perubahan dalam kekayaan pemilik.
Sebagai implikasi dalam administrasi perusahaan yang baik, Suwardjono (1986)
menyatakan bahwa menjadi hal yang sangat penting untuk memisahkan transaksi perusahaan dan
transaksi pribadi. Dalam administrasi lainnya, terutama dalam memperlakukan biaya, semua biaya
yang secara nyata terjadi dalam perusahaan adalah tepat untuk dicatat pertama kali sebagai bagian
dari total kekayaan (aset atau aktiva) perusahaan. Jadi, biaya pendirian perusahaan, biaya emisi
saham, dan biaya yang ada hubungannya dengan hal tersebut adalah unsur aktiva
perusahaan,(Suwardjono, 1986, hlm.5). Yang jelas konsep ini mendapat legitimasi dengan
diakuinya dalam bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) secara hukum.

2. Konsep Pengukuran Uang (Money Measurement Concept)


Konsep ini mengandung pengertian bahwa uang merupakan alat ukur umum dan paling
tepat dalam aktivitas ekonomi dan menjadi dasar yang tepat pula bagi pengukuran analisis
akuntansi. Dalam pencatatan, unit moneter yang diwakili oleh uang sangat relevan, sederhana,
tersedia secara universal, dapat dipahami dan berguna. Secara umum, dengan adanya uang sebagai
alat ukur, menjadikan penyajian akuntansi dengan unit moneter lebih dapat terkomunikasikan atas
informasi sumber daya ekonomi yang dimiliki dan tersaji dalam bentuk informasi kuantitatif. Hal
inilah yang membuat pengguna laporan keuangan lebih dapat melihat objektifitas informasi
sumber daya ekonomi bagi perusahaan untuk dapat membuat keputusan ekonomi yang rasional.
Sebenarnya dalam konteks ekonomi, kehadiran uang sebagai alat tukar (medium of
exchange) karena sistem ekonomi tidak lagi menganut sistem ekonomi non-barter. Hasilnya, uang
saat ini sebagai standar utama dalam menilai dan sebagai hal yang pokok dalam proses
pengukuran. Dengan demikian, laporan keuangan disajikan dengan unit moneter yang disesuaikan
dengan jenis mata uang suatu Negara di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Dalam pokok pikiran Paton dan Littleton, Suwardjono (1986) mengemukakan bahwa satu-
satunya data yang pasti yang dapat diperoleh untuk menunjukkan adanya transaksi pertukaran
secara objektif dan untuk menyatakan transaksi pertukaran tersebut secara homogen adalah jumlah
satuan uang yang terlibat dalam pertukaran. Maka, data tersebut merupakan bahan olah dasar
akuntansi.
3. Konsep Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Postulat kelangsungan usaha (going concern) mengasumsikan bahwa perusahaan akan
terus berlanjut sampai waktu yang tidak ditentukan. Implikasi asumsi ini, pada keadaan luar biasa,
nilai laporan likuidasi untuk aset dan ekuitas adalah pelanggaran atas konsep atau asumsi dasar
ini. Sebab asumsi kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa perusahaan akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak untuk dilikuidasi dalam
jangka pendek. Belkaoui (1992) menambahkan bahwa dengan adanya konsep ini (going concern)
entitas akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk mewujudkan proyek-proyeknya,
komitmen, dan kegiatan yang sedang berlangsung.
Mengambil pokok pikiran Paton dan Littleton, Suwardjono (1986) berpendapat mengenai
konsep ini bahwa data keuangan terus terjadi setiap waktu akibat aliran kegiatan yang berlangsung
terus dalam perusahaan dan validitas data keuangan yang dilaporkan pada waktu tertentu
seringkali harus diuji dengan jalannya kejadian pada waktu yang akan datang. Maka menurutnya,
data keuangan yang dituangkan dalam laporan keuangan harus dianggap bersifat sementara dan
bukannya bersifat final. Secara jelas Suwardjono (2005) menyatakan:
Konsep ini menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana
pasty di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi, maka akuntansi
menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak
terbatas.(hlm.223)

Dasar pikiran adanya konsep kontinuitas usaha, Paton & Littleton yang dikutip Suwardjono
(1986) didasarkan karena pertimbangan kepraktisan dan kemudahan dalam pelaksanaan akuntansi
oleh karena jalannya operasi perusahaan di masa mendatang tidak dapat diduga secara pasti.
Konsep ini berimplikasi terhadap laporan-laporan periodik. Selama perusahaan merupakan wadah
aliran kegiatan yang tidak terputus-putus, maka proses pemenggalan aliran kegiatan ke dalam
periode-periode fiskal atau akuntansi (yang merupakan periode laporan keuangan) berakibat
memutus hubungan kegiatan yang saling berkaitan antara periode yang satu dengan yang lainnya.
Alasan lainnya adalah karena dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, maka
akuntansi menganut konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum pendirian
perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang, bukan untuk mati atau dilikuidasi.

4. Konsep Dua Aspek Akuntansi


Di bawah konsep ini, pada setiap dan masing-masing transaksi dibagi ke dalam dua aspek.
Salah satu aspek berhubungan dengan penerimaan atas suatu manfaat tertentu sedangkan aspek
yang lain berhubungan dengan pemberian atas manfaat tersebut. Misalnya, ketika mesin yang telah
dibeli oleh perusahaan, mesin memberikan manfaat untuk dapat memproduksi barang atau jasa.
Untuk memiliki mesin tersebut perusahaan harus membayar sejumlah uang kepada supplier mesin.
Dengan demikian setiap transaksi bisnis berkaitan dengan dua aspek yang tidak terpisahkan dan
kedua aspek tersebut dicatat tanpa terkecuali.
Konsep dual aspect ini mendasarkan pada kaidah bahwa untuk setiap kegiatan bisnis selalu
memiliki persamaan dan reaksi sebaliknya. Menurut konsep ini aset perusahaan akan sama dengan
kewajiban ditambah modal. Anthony, Hawkins dan Merchant yang dikutip Suwardjono (2005)
mengemukakan bahwa sebenarnya konsep dua aspek akuntansi (sistem berpasangan) merupakan
turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik
mengakibatkan manajemen harus selalu mempertanggungjawabkan aset yang telah dan sedang
dikelolanya serta menyajikan sumber aset tersebut.

5. Konsep Kos
Pada dasarnya penggunaan prinsip ini karena perusahaan memiliki kepentingan untuk
menentukan nilai jual dari setiap aset setiap kali perusahaan ingin menilai laba yang diperolehnya.
Di mana penilaian dengan cara yang lain akan mengakibatkan munculnya subjektifitas sehingga
berdampak pada informasi keuangan yang bias. Namun, dalam standar akuntansi keuangan pun
jika hal tersebut menjadi tidak relevan, maka diperkenankan menilai dengan nilai wajar sebagai
basis pengukurannya.
Menurut konsep ini semua transaksi dicatat dalam buku akun senilai dengan harga
pembelian. Misalnya, jika bangunan dibeli dengan harga US$ 75,000 yang mana secara aktual
seharga US$ 100,000, maka dalam buku akun dicatat dengan nilai harga pembelian, yakni US$
75,000.
Sebagai tambahan, Suwardjono (1986) dalam pokok pikiran Paton & Littleton, menyatakan
mengenai konsep ini dengan berimplikasi kepada biaya menjadi bagian penting dari total upaya
yang dikorbankan dalam memproduksi dan menjual barang atau jasa. Pada tiap jenis biaya tersebut
dapat digabung-gabungkan berdasarkan divisi operasi (departemen), bagian dari produk, atau
interval waktu seolah-olah biaya-biaya tersebut mempunyai daya saling mengikat sebagaimana
data ikat yang dimiliki benda fisik.

6. Konsep Periode Akuntansi


Meskipun akuntansi juga berasumsi bahwa bisnis akan tetap ada selama jangka waktu yang
lama dan tidak ditentukan, penting untuk dipantau akun atau pencatatan dengan keterangan yang
jelas untuk periode bisnis yang ditujukan untuk mengetahui hasil operasi bisnis dan disajikan
posisi keuangan untuk periode tersebut. Biasanya pencatatan dipersiapkan untuk periode satu
tahun yang mana boleh jadi sesuai dengan kalender tahunan sebagai tahun laporan keuangan.
Konsep periode menyatakan bahwa akuntansi memperhitungkan laba dengan periode
waktu sebagai takarannya dan bukan angkatan produk, (Suwardjono, 2003, hlm 101). Lanjut
Suwardjono (2003) bahwa sebagai implikasi dari konsep ini adalah akuntansi menentukan laba
dengan menandingkan atau mengasosiasi pendapatan periode dengan biaya yang dianggap
menciptakan pendapatan untuk periode tersebut. Jadi, biaya dianggap sebagai upaya untuk
menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingan, (Suwardjono, 2003: hlm.
101).

7. Konsep Penandingan (Matching Concept)


Dalam akuntansi dikenal prinsip matching concept. Di mana yang dimaksud dari prinsip
ini adalah dengan diakuinya beban bukan pada saat pengeluaran kas telah terjadi atau telah
dibayarkan. Namun, diakui ketika suatu produk atau jasa secara aktual memberikan kontribusi
terhadap pendapatan. Pendapatan suatu periode harus dibebani dengan biaya-biaya yang secara
ekonomis berkaitan dengan produk yang menghasilkan pendapatan tersebut,(Suwardjono, 1986,
hlm 116).
Hal ini memungkinkan adanya biaya yang ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aset
pada posisi keuangan atau neraca. Meskipun dalam kenyataannya biaya ditangguhkan tersebut
tidak memberikan manfaat ekonomi di masa depan.
Expenses are defined as costs that expire as a result of generating revenues,(Wolk,
Francis, Tearney, 1991, hlm. 124). Bahwa beban ditentukan sebagai upaya untuk memperoleh
penghasilan atau pendapatan. Proses pengakuan beban untuk kategori seperti depresiasi, harga
pokok produk atau penjualan, bunga dan biaya ditangguhkan disebut dengan konsep penandingan
ini (matching concept). Konsep matchingberimplikasi pada biaya diakui secara adil dan secara
wajar untuk mengakui pendapatan.
Wolk, Francis, dan Tearney (1991) menyatakan bahwa konsep matching dengan demikian
memiliki dua aspek:
First, the historical cost approach often tends to substantially understate expense
measurements relative to the value of expired-asset service. Second, the systematic and rational
method employed under generally accepted accounting principles tend to be extremely arbitrary:
a particular problem can be handled in more than one way. (hlm. 124)

Suwardjono (2003) mengatakan bahwa konsep penandingan merupakan implikasi dari


adanya konsep periode akuntansi. Penandingan (matching) dilakukan untuk menentukan laba
periode tersebut, sehingga pendapatan periode tersebut ditandingkan dengan biaya-biaya yang
dianggap menciptakan pendapatan tersebut. Maka, biaya dengan demikian merupakan upaya
untuk menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingannya.

8. Konsep Upaya dan Hasil (Effort and Accomplishment)


Lebih lanjut dalam konsep penandingan (matching concept) yang berimplikasi pula pada
konsep upaya dan hasil dalam akuntansi, memberikan implikasi bahwa biaya adalah upaya dalam
rangka memperoleh hasil yang dalam hal ini disebut pendapatan. Secara konseptual, pendapatan
timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya, (Suwardjono, 2005, hlm.
234). Artinya pendapatan sudah dapat diakui meskipun belum terealisasi karena adanya
pengeluaran atau upaya entitas dalam melakukan kegiatan produktifnya.
Dalam pokok pikiran Paton & Littleton, Suwardjono (1986) juga menyatakan bahwa jikalau
jumlah rupiah yang diperhitungkan dalam pembelian barang dan jasa digunakan untuk mengukur
upaya untuk memperoleh hasil. Dan jumlah rupiah tersebut yang diperhitungkan dalam penjualan
barang dan jasa digunakan untuk mengukur hasil yang diperoleh, maka persoalan utama akuntansi
adalah menandingkan biaya (sebagai representasi upaya) dan pendapatan (sebagai representasi
hasil) periodik sebagai pembacaan alat duga untuk mengetahui pengaruh upaya yang dikorbankan
terhadap hasil.

Konsep dasar pada umumnya, merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakterisitik lingkungan
tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan keuangan.

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA (IAI)

Ada dua konsep dasar yang disebut secara spesifik dalam rerangka konseptual IASC, antara lain :

1. Basis akrual (accrual basis)


2. Usaha berlanjut (going concern)
PAUL GRADY

Grady mendeskripsi konsep dasar sebagai konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan
keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan yang melekat pada statemen keuangan.
Kesepuluh konsep tersebut antara lain :

1. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi


2. Entitas bisnis spesifik
3. Usaha berlanjut
4. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun
5. Konsistensi antara periode untuk entitas yang sama
6. Keanekaragaman perlakuan akuntansi di antara entitas independen
7. Konservatisma
8. Keterandalan data melalui pengendalian internal
9. Materialitas
10. Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran
ACCOUNTING PRINCIPLES BOARD (APB)

APB menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar dan memuatnya dalam APB statemen. APB
mengidentifikasi tiga belas konsep dasar yang merupakan karakteristik lingkungan diterapkannya
akuntansi yaitu :

1. Entitas akuntansi
2. Usaha berlanjut
3. Pengukuran sumber ekonomik dan kewajiban
4. Periode-periode waktu
5. Pengukuran dalam unit uang
6. Akrual
7. Harga pertukaran
8. Angka pendekatan
9. Pertimbangan
10. Informasi keuangan umum
11. Statemen keuangan berkaitan secara mendasar
12. Substansi daripada bentuk
13. Materialitas
WOLK, TEARNEY, DAN DODD

Empat konsep yang dianggap sebagai postulat :


1. Usaha berlanjut
2. Periode waktu
3. Entitas akuntansi
4. Unit moneter
KESATUAN USAHA

Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha
ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari
pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut
menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Konsep ini mempersonifikasi badan usaha
sehingga badan usaha dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomik atas nama badan tersebut
dan bukan atas nama pemilik.

BATAS KESATUAN

Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas kesatuan usaha dari segi
akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan kesatuan ekonomik. Artinya akuntansi
memperlakukan badan usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan yuridis.

PENGERTIAN EKUITAS

Ekuitas atau modal merupakan utang atau kewajiban perusahaan kepada pemilik.

PENGERTIAN PENDAPATAN

Pendapatan adalah aliran aset masuk yang terjadi karena perusahaan menjual barang atau
menyerahkan jasa.

PENGERTIAN BIAYA

Biaya adalah penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan
usaha.

SISTEM BERPASANGAN

Sistem berpasangan merupakan konsekuensi logis atau turunan dari konsep kesatuan usaha.

PERSAMAAN AKUNTANSI

Agar penyusunan statemen keuangan dapat dilakukan dengan cepat, sistem akuntansi harus
diorganisasi atas dasar persamaan akuntansi.

ARTIKULASI

Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba-rugi akan sama
dengan laba dalam statemen perubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen
perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca.

ARTI PENTING LAPORAN PERIODIK

Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk terus maju dan berkembang. Untuk
mengetahui seberapa maju dan berkembangnya perusahaan yang dijalankan, maka perusahaan
tersebut harus membuat laporan mengenai perusahaan secara periodik. Jika perusahaan tidak
membuat laporan secara periodik, maka sulit untuk menentukan keputusan lebih lanjut.

KETERBATASAN INFORMASI AKUNTANSI

Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian hak eksternal dan manajemen. Lebih dari itu,
walaupun segala pertimbangan dan kebijakan didasarkan pada data akuntansi secara cukup
mendalam. Pada akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencerminkan juga pengaruh data non
akuntansi dan akan diwarnai dengan hal-hal yang sangat kualitatif dan subjektif.

SAAT PENGAKUAN NILAI TAMBAH

Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan tambahan manfaat produk
fisis yang dihasilkan. Dan jika tidak diketahui secara objektif dan meyakinkan berapa besarnya
nilai tambahan tersebut, maka nilai tambah ini akan terealisasi kalau produk telah terjual dan asset
(kos) baru masuk ke dalam kesatuan usaha.

WADAH PENGGABUNGAN

Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, seperti misalnya kos tenaga
kerja langsung, biasanya wadah penggabungannya adalah produk. Kos yang tidak erat kaitannya
dengan produk, seperti misalnya kos administrasi, wadah penggabungannya adalah periode
(waktu) dan akan membentuk kos periode.

UPAYA DAN HASIL

Biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Pendapatan timbul
karena biaya. Artinya, begitu kesatuan usaha melakukan kegiatan produktif maka pendapatan
dapat dikatakan telah terbentuk pula walaupun belum terealisasi.

LABA AKUNTANSI VERSUS EKONOMIK

Laba adalah selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang
diperoleh dengan cara ini disebut dengan laba structural atau formal. Karena perbedaan konsep
dasar, pengertian dan tujuan, laba akuntansi dapat berbeda maknanya dengan laba ekonomik atau
laba material yang sering digunakan dalam ekonomika atau perpajakan.

ASAS AKRUAL ATAU HIMPUN

Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa
pendapatan diakui pada saat hak kesatuan timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak
luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul dikarenakan penggunan sumber ekonomik yang
melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut.

ASUMSI

Berikut ini adalah beberapa contoh asumsi yang menjadi landasan penalaran dalam memilih
konsep yang relevan :

1. Kontinuitas Usaha
2. Periode Satu Tahun
3. Kos sebagai Bahan Olah
4. Daya Beli Uang Stabil
5. Tujuan Mencari Laba
6. Konsep Dasar Lain
PENGAKUAN HAK MILIK PRIBADI

Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara
yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau asset.
Karena pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan.

Salah satu bentuk perlindungan adalah adanya kewajiban untuk mempertanggungjawabkan


kekayaan yang dipercayakan pengelolaannya kepada pihak lain.

KEANEKARAGAMAN AKUNTANSI ANTARENTITAS

Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan akuntansi antarkesatuan usaha merupakan
suatu hal yang tidak dpaat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik
kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi
yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang
sebenarnya.

KONSERVATISMA

Konservatisma adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil
tindakan atau keputusan atas dasar munculan yang terjelek dari ketidakpastian tersebut.

Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan
cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.

Jika akuntansi menganut konsep dasar konservtisma, dalam menyikapi ketidakpastian, akuntansi
( penyusun standar ) akan menentukan pilihan perlakuan atau prinsip akuntansi yang didasarkan
pada munculan ( keadaan, harapan kejadian,atau hasil ) yang dianggap kurang menentukan.

MANFAAT KONSEP DASAR

Konsep dasar berfungsi :

1. Sebagai landasan penalaran pada tingkat perekayasaan


2. Untuk menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar bagi
penyusun standar.

Persamaan Akuntansi
Konsep kesatuan usaha memisahkan managemen dengan penyedia
danadanmanajemen bertanggung jawab kepada mereka. Pertanggung jelasan menuntut agar asset
yang dipercayakan kepada manajemen selalu ditunjukkan sumber atau
asalnya. Pelaporan keuangan harus menunjukkan hubungan ini. Hubungan fungsional inilah
yg disebut Persamaan Akuntansi.Agar penyususnan statemen keuangan dapat dilakukan dengan
cepat, system akuntansi buku besar harus di organisasi atas dasar persamaan akuntansi. Oleh
karena itu, persamaan akuntansi dapat dikatakan sebagai hubungan fungsional
buku besar yang mempresentasikan elemen statemen keuangan. Hubungan fungsional antar buku
besar ini dapat dinyatakan sebagai berikut.A = K + E + P B + I D atau A = K + E + P B
Artikulasi
Sebagai konsep dasar yang dikemukakan APB yaitu bahwa statemen keuangan
berkaitan secara mendasar ( Fundamentally Related Financial Statemens ),
artikulasi sebenarnya turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi,
akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba rugi akan sama dengan laba dalam
statemen perubahan ekuitas dan jumlah rupiahekuitas dalam neraca.
Kontinuitas Usaha.
Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-
tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti dimasa dating bahwa kesatuan
usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan usaha
tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas.
Konsep ini akan menjadi pertimbangan pada saat penyusunan statemen keuangan atau pada saat
akuntansi menghadapi berbagai pilihan dalam proses perekayasaan atau penyususnan standar
karena kenyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan dimasa datang tidak pasti.
Dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi menganut
konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum pendiri perusahaan adalah
untuk berlangsung terus dan berkembang bukan untuk mati atau dilikuidasi

https://khoyunitapublish.wordpress.com/2012/11/19/konsep-dasar-teori-akuntansi/

http://mapelakuntansi.blogspot.co.id/2016/01/konsep-dasar-akuntansi.html

https://www.scribd.com/doc/55950084/KONSEP-DASAR-TEORI-AKUNTANSI

Anda mungkin juga menyukai