Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Konsep dasar muncul ketika penalaran dalam perekayasaan pelaporan keuanganbersifat


deduktif normatif dalam arti penyimpulan harus dimulai dari premis atauasumsi yang
disepakati dan dianggap valid tanpa harus diuji kebenarannya. Akan tetapi,ada keyakinan
bahwa premis terus bermanfaat untuk landasan pengembangan rerangkakonseptual. Premis
tersebut biasanya berbentuk konsep dan dinyatakan secara eksplisitatau implisit. Dalam
rerangka konseptualnya, misalnya FASB menyebut beberapakonsep seperti conservatism,
subtance over, form, dan accrual basis.Secara umum akuntansi memiliki konsep dasar yang
menjadi acuan dalammenyusun standar akuntansi yang ditujukan bagi praktek akuntansi.
Konsep semacamitu sering disebut dengan berbagai nama yaitu postulat, asumsi dasar,
basic features,prinsip umum, aksioma, doktrin, konvensi, fundamental, premis dasar, dan
kendala.Konsep tersebut secara umum disebut sebagai konsep dasar. Disebut denganistilah
konsep dasar karena apabila konsep tersebut dianut maka akan terdapat implikasiatau
konsekuensi akuntansi tersebut.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar?
2. Apa saja yang menjadi sumber dalam konsep dasar?
3. Bagaimanakah bentuk konsep dasar Patton & Littleton?
4. Bagaimanakah bentuk konsep dasar Lainnya?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konsep Dasar
Konsep dasar umumnya merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristiklingkungan
tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan keuangan. Menurut Paul Grady,konsep dasar
merupakan konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan keterandalaninformasi
akuntansi atau sebagai keterbatasan yang melekat pada statemen keuangan.(Suwardjono,
2005:211).
2.2. Sumber Konsep Dasar
Konsep dasar pada umumnya merupakan akstraksi dan konseptualisasi karakteristik
lingkungan tempat atau wilayah diterapkanya laporan keuangan berbagai sumber atau penulis
mengajukan sehimpunan atau seperangkat konsep dasar yang isinya berbeda-beda. Berikut
adalah daftar seperangkat konsep dasar dari beberapa sumber.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
IAI mengadopsi kerangka konseptual IASC sehungga konsep dasar yang dipilih juga
mengikuti IASC. Ada 2 konsep dasar (dinamakan asumsi pelandas atau underlying
assumptions) yang disebut seceara spesifik dalam kerangka konseptual IASC. Konsep dasar
tersebut adalah :
1. Basis Akrual (Accrual Basiss)
2. Usaha berlanjut (Going Concern)
Paul Grady
Grady 1965 melakukan study untuk menginventarisasi praktik akuntansi di amerika untuk
mengindentifikasi berbagai faktor lingkungan, kebiasaan, konsep, prinsip, praktik, metode, dan
teknik yang membentuk prinsip akuntansi berterima umum amerika. Grady mengindetifikasi
10 konsep dasar yang dianggap melandasi praktik bisnis dan akuntansi di amerika. Kesepuluh
konsep dasar tersebut adalah:
1. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengaku hak pribadi (Asociety and
government structure honoring private property right)
2. Entitas bisnis spesifik (Spesific business entities)
3. Usaha berlanjut (Going concern)
4. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (Monetary expression in
accounts)
5. Konsistensi antara perioda untuk entitas yang sama (Consistency between periods for
the same entity)
6. Keanekaragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen (Diversity in
accounting among independent entities)
7. Konservatisma (Conservatism)
8. Keterandalan data melalui pengendalian internal (Dependability of data through
internal control)
9. Materialitas (Materiality)

2
10. Ketepakwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran (Timeliness in
financial reporting requires estimates)
Accounting Principles Board
APB menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar dan memuatnya dalam APB statement.
APB mengindentifikasi konsep dasar yaitu:
1. Entitas akuntansi (Accounting entity)
2. Usaha berlanjut (Going concern)
3. Pengukuran sumber ekonomik dan kewajiban (Measurement of economic resourcess
and obligations)
4. Periode-periode waktu (Time periods)
5. Pengukuran dalam unit uang (Measurement in terms of money)
6. Akrual (Acrual)
7. Harga pertukaran (Exchange praise)
8. Angka pendekatan (Approxi mation)
9. Pertimbangan (Judgment)
10. Informasi keuangan umum (General-purpose financial information)
11. Statemen keuangan berkaitan secara mendasar (Fundamentally related financial
statements)
12. Substansi daripada bentuk (Substance over form)
13. Materialitas (Materialty)

Wolk, Tearney, dan Dodd


Wolk and Tearney mendaftar 4 konsep yang dianggap sebagai postulat dan beberapa konsep
lain sebagai prisnsip berorientasi masukan dan prisnsip berorientasi masukan dan prinsip
pengeluaran. Keempat konsep yang dikategori sebagai postulat adalah:
1. Usaha berlanjut (Going concern)
2. Periode waktu (Time periods)
3. Entitas akuntansi (Accounting entity)
4. Unit moneter (Monetery unit)
Anthony, Hawkins, dan Merchant
Penulis ini mendaftar sebelas konsep berikut ini yang dijadikan basis dalam membahas isi,
bentuk, susunan, dan arti penting statement keuangan. Konsep tersebut adalah:
1. Pengukuran dengan unit uang (money measurement)
2. Entitas (Entity)
3. Usaha berlanjut (Going concern)
4. Kos (cost)
5. Aspek ganda (Dual aspect)
6. Periode akuntansi (Accounting periods)
7. Konservatisme (Conservatism)
8. Realisasi (Realisation)
9. Penandingan (Matching)
10. Konsistensi (Concistency)

3
11. Materialitas (Materialty)
Paton and Littleton
Seperangkat konsep dasr yang dipengemukakan Paton and Littleton (1970) merupakan konsep-
konsep dasar yang dikenalkan sebelum sumber-sumber yang disebut sebelumnya. Berikut
adalah konsep-konsep dasar yang dikemukakan P & L.
1. Entitas bisnis atau kesatuan usaha (The bussines entity)
2. Kontinuitas kegiatan/usaha (Continuty of activity)
3. Penghargaan sepakatan (Measured consideration)
4. Kos melekat (Cost attach)
5. Upaya dan capaian/hasil (Effort and accomplishment)
6. Bukti terverifikasi dan objektif (Verifiable, objective evidence)
7. Asumsi (Assumptions)
Kesatuan Usaha
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha
ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari
pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik
tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Berdiri sendiri dan bertindak
atas namanya sendiri berarti bahwa suatu kesatuan atau badan usaha diperlakukan sebagai
orang (person). Jadi, hubungan anatara kesatuan usaha dan pemilik dipandang sebagai
hubungan bisnis (hak dan kewajiban atau utang dan piutang). Pemisahan kedudukan kesatuan
usaha dan pemilik berarti bahwa fungsi manajemen terpisah dengan fungsi investasi. Kesatuan
usaha menjadi sudut pandang akuntansi berarti bahwa akuntansi berkepentingan dengan
pelaporan keaungan kesatuan usaha bukan pemilik. dengan kata lain, kesatuan usaha menjadi
kesatuan pelapor (reporting entity) yang bertanggung jelas kepada pemilik. Kesatuan usaha
merupakan pusat pertanggung jelasan.
Batas Kesatuan
Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaanya, batas kesatuan usaha dari
segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan kesatuan ekonomik. Artinya,
akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan
yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali (control) oleh suatu manajamen. Oleh karena
itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggung jelasan keuangan,
pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat
dianggap berdiri sendiri sebagai suatu kesatuan. Sebagai contoh adalah suatu perusahaan induk
(holding company) yang meiliki sebagian besar saham beberapa perseroan terbatas sehingga
secara ekonomik menguasai kebijakan perseroan tersebut. Karena dikuasai suatu perusahaan,
secara ekonomik seluruh perusahaan (induk dan beberapa anak) dipandang sebagai satu
kesatuan usaha itulah sebabnya standar akuntansi mewajibkan agar statment keuangan
konsolidasian disusun untuk perusahaan induk yang mempunyai beberapa perusahaan anak
yang ada dibawah kendalinya.
Pengertian Ekuitas
Karena hubungan antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan tersebut
dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha mempunyai implikasi terhadap

4
pendekuisian ekuitas. Dengan sudut pandang kesatuan usaha, secara konseptual ekuitas atau
modal merupakan utang atau kewajiban perusahaan kepada pemili. Hal ini berlawanan dengan
pendefinisian secara struktural bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap aset bersih
sebagaimana didefinisi dalam kerangka konseptual FASB.
Pengertian Pendapatan
Konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan untung) di definisi
sebagai kenaikan masuk aset. Dengan kesatuan usaha, semua sumber ekonomik yang dimiliki
atau di kuasai oleh perusahaan merupakan aset perusahaan bukan pemilik. Kalau ada aliran
aset masuk (misalnya kas) yang terjadi karena perusahaan menjual barang atau menyerahkan
jasa maka aset perusahaan akan bertambah. Kas masuk itulah yang disebut pendapatan.
Tambahan aset ini pada akhirnya nanti akan dikembalikan kepada pemilik kalau perusahaan
tidak diteruskan atau dilikuidasi. Ini berarti bahwa pada saat kas masuk sebagai pendapatan,
perusahaan sebenarnya telah mempunyai utang kepada pemilik yang pada saatnya nanti harus
dikembalikan. Telah disebut diatas, utang kesatuan usaha kepada pemilik disebut ekuitas. Pada
saat terjadi pendapatan (kenaikan aset), pada saat yang sama utang unit usaha kepada pemilik
bertambah yang berarti ekuitas bertambah. Dengan demikian, dapat dikatan bahwa pendapatan
menambah ekuitas ( utang kesatuan usaha kepada pemilik). Jadi, pendapatan menambah
ekuitas karena dengan konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai kenaikan (aliran masuk) kas
menimbulkan kenaikan utang kesatuan usaha kepada pemilik (ekuitas). Dengan demikian,
definisi pendapatan menurut FASB konsisten dengan kesatuan usaha.
Pengertian Biaya
Sejalan dengan penalaran dalam pengertian pendapatan sebagai kenaikan aset, definisi biaya
sebagai penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan
usaha. Penyerahan produk dalam rangka menciptakan pendapatan, menyebabkan aset atau
(sediaan barang) berkurang. Berkurangnya aset (sebesar kos barang terjual) inilah yang disebut
biaya. Bila pendapatan yang diperoleh diabaikan atau dipisahkan dengan berkurangnya aset,
maka berkurangnya aset sebesar kos barang terjual ini akhirnya harus ditanggung oleh pemilik.
Jadi, seandainya semua aset (setelah dikurangi utang) harus dikembalikan kepada pemilik,
jumlah rupiah yang kembali ke pemilik akan berkurang sebesar biaya tersebut. Jadi, dapat
dikatakan biaya mengurangi ekuitas.
Sistem Berpasangan
Sistem berpasangan (double entry) atau aspek ganda (dual aspect) yang dikemukakan Anthony,
Hawkins, Merchant, sebenarnya merupakan konsekuensi logis atau turunan dari konsep
kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemiliki mengakibatkan manajemen
harus selalu mempertanggung jelaskan aset yang dikelolonya dan sumber aset tersebut. ini
berarti bahwa pengaruh transaksi terhadap hubungan bisnis dan posisi keuangan ( termasuk
utang piutang dengan pemilik serta pihak lainnya) harus selalu di tunjukkan. Untuk
melaksanakan hal ini dengan mudah dan nyaman digunakanlah sistem berpasangan.
Persamaan Akuntansi
Konsep kesatuan usaha memisahkan manajemen dengan penyedia dana (investor dan kreditor)
dan menejemen bertanggungjawab kepada mereka. Pertanggungjelasan menuntut agar aset
yang dipercayakan kepada manajemen selalu ditunjukkan sumber dan asalnya. Pelaporan

5
keuangan harus menunjukkan hubungan ini. Hubungan fungsional inilah yang disebut
persamaan akuntansi. Hubungan fungsional antar buku besar ini dapat dinyatakan sebagai
berikut :
A=K+E+P–B+I–D
Karena I dan D dipandang jarang terjadi, persamaan akuntansi sering hanya dinyatakan A = K
+ E + P – B. Dengan konsep kesatuan usaha, persamaan akuntansi merupakan persamaan
spesifik atau khusus dan bukan persamaan aljabar.
Artikulasi
Sebagai konsep dasar yang dikemukakan APB yaitu bahwa statemen keuangan berkaitan
secara mendasar (fundamentally related financial statements), artikulasi sebenarnya
merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, akan
selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statement laba rugi akan sama dengan laba dalam
statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca. Dengan
kesatuan usaha, pendapatan (P), biaya (B), dan laba (P-B) di definisi sebagai perubahan aset
yang akhirnya mempengaruhi ekuitas. Dengan demikian, posisi keuangan awal digabung
dengan perubahan akan menghasilkan posisi keuangan akhir.
Pendekatan aset – kewajiban dan pendapatan – biaya mengakibatkan pendefinisian,
pengukuran dan pengakuan elemen lainnya. Hal ini terjadi karena akuntansi menganut
pendekatan artikulasian (articulated approach) yaitu bahwa statemen keuangan harus
berartikulasi. Dengan pendekatan ini, semua perubahan aset bersih akibat transaksi dengan
nonpemilik dilaporkan melalui statemen laba rugi dan laba komprehensif (penyajian all-
inclusive) sehingga integritas statemen laba rugi dapat dipertahankan. Dengan demikian, laba
atau rugi penahanan aset (holding gains and losses) harus dilaporkan lewat statemen laba rugi
tidak langsung ke ekuitas sebagai penyesuai laba ditahan. Pendekatan seperti ini menghalangi
pengukuran elemen – elemen statemen laba rugi terpisah atau independen terhadap pengukuran
elemen – elemen neraca. Oleh karena itu timbullah gagasan tentang pendekatan nonartikulasian
(nonarticulated approach) yang memisahkan pengukuran elemen – elemen kedua statemen
tersebut.
Kontinuitas Usaha
Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda –
tanda, gejala – gejala atau rencana pasti dimasa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan
atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung
terus sampai waktu yang tidak terbatas. Konsep ini akan menjadi pertimbangan pada saat
penyusunan statemen keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi berbagai pilihan dalam
proses perekayasaan atau penyusunan standar karena kenyataan bahwa kelangsungan hidup
perusahaan dimasa datang tidak pasti. Konsep ini mempunyai implikasi terhadap makna
laporan periodik, fungsi statemen laba rugi dalam menentukan daya melaba (earning power)
jangka panjang, dan fungsi neraca dalam hubungannya dengan penilaian terhadap aset atau
sumber ekonomik perusahaan.
Arti Penting Laporan Periodik
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk maju dan berkembang dengan
jalan menciptakan laba terus menerus dalam jangka panjang. Laba diperoleh melalui kegiatan

6
menyerahkan barang atau jasa yang menimbulkan biaya sebagai aliran keluar aset (sumber
ekonomik) dan kegiatan mendatangkan pendapatan yang merupakan aliran aset masuk akibat
penyerahan barang atau jasa tersebut. dengan demikian kesatuan usaha juga akan mengubah
sumber ekonomik yang satu menjadi yang lain secara terus menerus untuk menyediakan barang
dan jasa.
Pelaporan keuangan lebih berkepentingan dengan daya melaba (earning power) perusahaan.
Untuk suatu perioda, tingkat pendapatan laba dengan tingkat sumber ekonomik tertentu disebut
dengan tingkat imbal investasi (rate of return on investment). Tingkat imbal tersebut dapat
diukur secara periodik. Daya melaba adalah rata – rata dalam jangka panjang tingkat imbalan
periodik tersebut. tentu saja perusahaan diharapkan berkembang terus sehingga laba dan
tingkat investasi periodik terus meningkat dalam jangka panjang.
Kedudukan Statemen Laba Rugi
Untuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik masuk dan
keluar kesatuan usaha (pendapatan dan biaya) harus dipenggal - penggal dengan perioda waktu
sebagai wadah atau penakar. Penggalan pendapatan dan biaya untuk suatu perioda dituangkan
dalam statemen laba rugi periodik sehingga statemen laba rugi di pandang sebagai statemen
yang paling penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba dalam rangka menilai daya
melaba. Oleh karena itu, informasi keuangan yang dituangkan dalam statement keuangan
periodik harus dianggap bersifat tentatif (provesional in character) dan bukanya tuntas (final).
Informasi informasi jangka panjang yang terdiri atas seragkaian penggalan-penggalan
statement kronologis akan menggambarkan kinerja secara objectiv dan terandalkan
dibandingkan dengan statement untuk satu penggalan waktu saja.
Fungsi Neraca dan Penilaian Elemennya
Konsep kontiunitas uasaha sangat besra perannanya dalam mendasari penilaian elemen atau
pos neraca dan interpretasi jumlah rupiah yang dimuat didalamnya. Dengan konsep kontinuitas
usaha, tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkkan sisa potensi-potensi jasa
(service potentials) atau sumber-sumber ekonomik yang belum di konsumsi (menjadi biaya)
dalam tahun yang berakir pada tangggal neraca. Oleh karena itu, proses penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos neraca bukanlah merupakan proses penilain harga
jual tetapi merupakan pengukuran sisa potensi jasa yang direpresentasi oleh kos yang melekat
padanya sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya berdasarkan pada kos
historis.
Penghargaan Sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah atau agregat harga atau penghargaan kesepakatan
yang terlibat dalam tiap transaksi tiap kegiatan pertukaran (Exchange Activites) merupakan
bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik
yang masuk (pendapatan) dan sumber ekonomik yang keluar (biaya). Konsep ini dilandasi
pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah penyedia informasi yang berpaut pada kegiatan
perusahaan yang sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran dengan perusahaan lain.
Istilah Yang Tepat
Penghargaan kesepakatan dalam suatu pertukaran merupakan istilah yang mengandung makna
adanya penilaian bersama antara pembeli dan penjual. Pada saat transaksi, pencatatan

7
penghargaan sepakatan atau agregat – agregat harga memang dapat dikatakan sebagai
pencatatan nilai. Teteapi beberapa saat setelah transaksi, nilai dapat berubah tetapi jumlah
rupiah yang tercatat tidak. Jumlah rupiah yang tercatat itulah yang akan tetap menjadi bahan
olah akuntansi. P & L tidak menggunakan istilah cost untuk menunjuk penghargaan sepakatan
karena cost terlanjur mempunyai makna umum sebagai acquistion cost dari sudut pandang
pihak yang memperoleh sumber ekonomik. Perusahaan memperoleh (membeli) barang atau
jasa dan mencatat cost. Pada saat bersamaan, perusahaan juga menyerahkan (menjual) barang
atau jasa dan mencatat harga kesepakatan penjualan. Kalau dikatakan bahwa perusahaan
mencatat cost penjualan alih – alih penghargaan sepakatan penjualan, orang akan mengartikan
perusahaan mencatat penjualan sebesar cost of production padahal maksudnya adalah pada
harga jualnya. Inilah keterbatasan cost sebagai salah satu istilah untuk menyatakan hal yang
sama baik dari segi pembeli ataupun penjual. Istilah penghargaan sepakatan atau agregat –
harga cukup memadai untuk mencukupi pandangan dari kedua pihak tersebut. dengan istilah
ini, komunikasi akuntansi akan dipermudah tanpa kesalahan interpretasi dengan ungkapan –
ungkapan berikut :
1. Berapakah penghargaan sepakatan tenaga kerja langsung ?
2. Berapakah penghargaan sepakatan penjualan (sales) ?
3. Berapakah penghargaan sepakatan rugi ?
4. Berapakah penghargaan sepakatan barang terjual (goods sold ) ?
Kalau dalam tiap ungkapan diatas istilah penghargaan sepakatan diganti dengan cost atau nilai,
boleh jadi akan terjadi salah interpretasi. Menurut pendapat P & L, istilah cost sebenarnya
cukuo tepat untuk menyatakan price – aggregate karena alasan berikut :
1. Dari segi penjual, walaupun istilah cost tidak cukup luas, aliran masuk penghargaan
sepakatan penjualan / pendapatan yang dicatat (berupa kas atau piutang) akhirnya akan
menjadi cost juga kalau sudah digunakan untuk memperoleh barang atau jasa. Cost
akan tetap menjadi pengukur berbagai pos aset kewajiban.
2. Dari segi pembeli, kalau istilah cost mempunyai keterbatasan karena tidak dapat
menyatakan hal yang sama dari kedua belah pihak ( pembeli dan penjual) dalam suatu
pertukaran, keterbatasan ini sebenarnya tidak menimbulkan masalah karena akuntansi
menganut konsep kesatuan usaha. Kalau ingin konsisten dengan konsep kesatuan
usaha, pandangan dari pihak penjual (sebagai pihak luar) dianggap tidak relevan lagi.
Kos merupakan istilah baru dengan pengertian sebagai bahan olah akuntansi yang akan
menjadi data dasar dalam penyusunan statetemen keuangan. Secara konseptual, kos juga dapat
di gunakan untuk menyebut penghargaan sepakatan dalam penjualan produk atau jasa. denagn
istilah kos sebagai bahan olah akutansi ini, beebrapa ungkapan sebelumnya di contohkan dapat
di nyatakan sebagai berikut:
1. Berapakah kos tenaga kerja langsung ?
2. Berapakah kos penjualan (sales) ?
3. Berapakah kos rugi ?
4. Berapakah kos barang terjual (goods sold ) ?
Dengan konsep kos ini, akutansi kemudian akan tampak mengolah satu macam bahan olah
yang berasal dari berbagai macam transaksi atau kejadian. Dengan demikian akutansi bukan
mengolah biaya melainkan kos walupun kos tersebut akhirnya akan melekat pada elemen biaya

8
Jasa di Balik Kos
Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena saruan mata uang paling mudah untuk
mengkualifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang homogenus. Dari segi akuntansi, potensi
jasa yang ada dibalik kos paling penting, perlu diingat bahwa kos mrupakan salah satu atribut
untuk merpresentasikan secara tepat realitas kegiatan perusahaan. Di balik deretan angka-
angka akuntansi terkandung potensi jasa yang berwujud fisis maupun nonfisis. Potensi jasa
tersebut tersebut adalah daya kemampuan, atau kapasitas yang kalau ditukarkan dapat
menimpulkan daya, kemampuan, atau kapasitas lain yang kekuatannya (besarnya) paling tidak
sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan yang direpsentrasi dalam bentuk
kos.misalnya, kas Rp. 5.000.000 ditukarkan dengan mesin, ini berarti daya beli (kos Rp
5.000.000) ditukarkan dengan daya produksi (kos Rp 5.000.000)
Keterbatasan Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi merupakan sebagain dari informasi yang mungkin dubutuhkan untuk
oengembalian keputusan oleh pihak eksternal dan manajemen. Lebih dariu itu, walaupun
segala pertimbangan dan kebijakan berdasarkan pada data akuntansi secara cukup mendalam,
pada akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencermintakn pengaruh data nonakuntansi
dan akan diwarnai dengan hal-hal yang sangat kualitatuf dan subjek seperti tujuan secara
keseluruhan, sasaran jangka pendek, selera pribadi,n keputusan umum, peraturan pemerintah,
alas an politik dan sebagainya.
Kos Melekat
Kos melekat direpresentasinya sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah
atau digabung-gabung kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Berbagai kos mempunyai
daya saling mengikat antara satu dengan yang satu dengan lainnya mengikuti ikatan objek-
objek yang disimbolkan. Bila berbagai komponen digabungkan menjadi suatu objek atau yaitu
kos yang benar-benar barang baru, gabungan kos yang semata-mata merupakan penggabungan
merupakan penggabungan berbagai kos yang melejat pada tiap komponen tanpa
memperhatikan nilai ekonomik baru yang melkat pada bang baru
Tujuan konsep ini untuk pengelompokan,pemecahan, dan penggabungan kos adalah untuk
mengikuti aliran upaya (affort) dalam menyediakan produk atau jasa. Produk biasanya
mempunyai manfaat atau utilitas (utility) baru yang lebih besar daripada manfat masing-masing
komponen secara terpisah. Dalam mengikuti aliran tersebut, berbagai jenis kos sekedar
dikelompokkan kembali untuk menentukan kos yang melekat pada produk akhir. Nilai
tambahan baru (additional utility) yang dikandung produk tidak dicatat.
Kos melekat dilandasi oleh konsep kos terkadang (embodied cost) yaitu kos yang benar-benar
terkadang dalam suatu objek atau produk sebagai pasangan kos penggantian (displanceement
cost) yaitu kos seandainya objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya
sama dengan kos kesempatan (opportunity cost). Jadi, untuk barang sebagai hasil akhir
kegiatan produksi, kos terkandung adalah kos komponen yang melekat pada barang tersebut
sedangkan kost pengganti adalah price-aggrefate yang tidak jadi diperoleh kalau barang
tersebut tidak ada (bilai keluaran/harga jual) atau price-aggregate yang harus dikorbankan
kalau perusahaan tidak memproduksi barang tersebut (nilai masukan). Jadi, kos melekat
merupakan konsep dasar untuk mendukung bahwa bahan olah akuntansi adalah kos yang
sesungguhnya telah terjadi.

9
Saat Pengakuan Nilai Tambah
Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat pengubahan tersebut dengan
menggolongkan, memecah, dan mengikhtisarkan kos bahan baku, kos tenaga kerja, kos jasa
mesin (depresiasi) dan kos faktor produksi lainnya sehingga sehingga seluruh kos tersebut
secara bersama-sama akan membentuk kos produk (product cost). Jadi, konsep dasar kos
melekat diperlukan karena dalam mengikuti aliran fasis tersebut harus ada anggapan bahwa
tiap kos mempunyai daya saling mengikat bila digabungkan dengan kos lain secara tepat.
Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan tambahan manfaat
produk fisis yang berhasil. Kalau kos produk harua menunjukan nilai, maka ke dalam kos
produk tersebut harus dimasukkan jumlah rupiah nilai yang merupakan tambahan manfaat yang
melekat pada produk sebagai akibat proses produksi itu. Akan tetapi, tidak diketahui secara
objektif dan menyakinkan berapa besarnya nilai tambahan tersebut. Nilai tambahan ini akan
teralisasi kalau produk telah terjual dan asset (kos) baru masyk ke dalam kesatuan usaha.
Realisasi pendapatan melalui penjualan sebenarnya menandai dan menggukur dua macam kos
baru sebagai bahan olah akuntansi selanjutnya yaitu:
1. Kos baru sebagai pengganti kos yang melekat dan dikorbankan (keluar dariu kesatuan
usaha) yang mempresentyasikan upaya penyediaan produk atau jasa yang disertakan
kepada pembeli produk
2. Kos baru sebagai tambahan asset (laba) yang menunjukkan imbalan untuk jasa modal
yang ditanamkan dan resiko yang ditanggung dalam menjalankan usaha.
Kos yang melekat pada barang atau jasa yang telah dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha)
untuk menimbulkan pendapatan akan menjadi pengukur besarnya biaya (expenses) sedangkan
kos yang belum dianggap pengakulasian dan penggabungan lebih labjut. Oleh katena itu, kos
asset tidak dapat disebut sebagai nilai atau biaya tetapi sekedar os yang menunggu pengolahan
lebih lanjut.
Wadah Penggabungan
Kos digabungkan dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk
diserahkan kepada pelangganan (telah rerjadi penjualan) maka kos yang melekat pada unit
produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut dengan kos
barang terjual (cost of goods sold)
Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, seperti kos tenaga kerja
langsung, biasanya wadah penggabungannya adalah produk. Kos yang tidak erat kaitannya
dengan produk atau sukur dirunut secara praktis ke produk, seperti kos administrasi, wadah
penggabngannya adalah priode (waktu) dan akan membentuk kos priode (priode cost). Kos
periode yang telah dinyatakan keluar dala rangka penyerahan produk akan menjadi
pengukuran biaya, kisalnya biaya administrasi. Secara diagramatik, konsep kos melekat dan
implikasinya dilakukan.

10
Upaya dan Hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan uoaya dalam rangka memperoleh hasil berupa
pendapatan. Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan
menaggung biaya, artinya begitu kesatuan usaha melakukan kegiatan produktif (yang
direpresentasi dengan terhimpunan kos) maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk pula
walaupun belum terrealisasi. Secara teknis, kesatuan usaha harus menghasilkan atau
menyediakan barang atau jasa untuk menciptakan pendapatan dengan cara menyerahkan atau
menukarkan barang/jasa tersebut. Konsep ini mempunyai beberapa implikasi:
Perlunya Basis Asosiasi
Aliran kos keluar (disposition price-aggregate) merupakan upaya (effort) dan aliran kos masuk
(acquisition price-aggregate) merupakan pengukur hasil atau capaian (accomplishment).
Selisih antara kedua komponen tersebut akan membentuk laba. Laba mencerminkan
keefektifan manajemen dalam mengelola sumber ekonomik dan merupakan informasi penting
bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi mereka yang menyediakan sumber ekonomik

11
dan menagnggung resiko akhir. Ukuran keefektifan ini akan tepat apabila hasil ditandingkan
dengan upaya yang menimbulkan hasil tersebut. Dengan demikian, diperlukan dasar asosiasi
yang tepat dan rasional antara kedua komponen tersebut agar laba mempunyai makna atau nilai
sebagai pengukur kinerja yang terandalkan.
Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis
Penakaran adalah dasar atau wadah penandingan antara biaya dan pendapatan. Penakar yang
paling cocok adalah penakaran yang dapat menunjukan secara tepat dan objektif bahwa biaya
yang masuk dalam penakar adalah biaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya
pendapatan yang masuk dalam penakar tersebut.
Idealnya semua kos diletakan oleh biaya tersebut sangat jelas. Hal ini dimungkinkan (secara
teknis dan ekonomik), laba yang diperoleh perusahaan diukur atas dasar unit barang yang
terjual bukan atas dasar priode akuntansi. Akan tetapi, kondisi yang ideal ini hanya dapat
dijumpai untuk jenis perusahaan tertentu seperti perusahaan kontraktor bangunan, perusahaan
yang melayani pekerjaan khusus atas dasar konrak, dan sejenisnya. Keadaan yang umum
(typical) dalam dunia usaha adalah perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang terus-
menerus. Hal ini menimbulakan kesulitan dalam mencari dasar pelekatan kos ke produk yang
memungkinkan semua kos yang terjadi dapat dialokasi secara cukup teliti ke dalam devisi
produk, administrasi, dan pemasaran atau departemen, atau pusat kos tertentu yang akhirnya
seluruh kos membentuk kos produk.
Priode akuntansi merupakan penakar pengganti yang memang sudah dilaksanakan tetapi onsep
dasarnya tetap yaitu bahwa untuk mengukur laba yang tepat dalam suatu priode makan
pendapatan dari hasil penjualan sejumlah produk (atau jasa) harus ditandingkan dengan biaya
(diukur dengan kos) yang keluar dari kesatuan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Jadi, akuntansi mengklasifikasi kos yang merepsentasi upaya menjadi kos produk dan kos
prioda. Dalam statemen laba/rugi, kos produk mengukur kos barang terjual dan kos priode
menggukur biaya administrasi dan biaya penjualan.
Laba Akuntansi versus Ekonomik

Laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu
pendapatan dan beban. Laba yang diperoleh dengan cara seperti disebut dengan laba structural
atau formal, laba diperoleh sebagai hasil penerapan ketentuan-ketentuan formal (dalam hal ini
adalah prinsip atau standar akuntansi). Karena perbedaan konsep dasar, pengertian dan tujuan
laba akuntansi dapat berbeda maknyanya dengan laba ekonomik atau laba material yang sering
digunakan dalam ekonomik atau perpajakan. Namun, demikian akuntansi juga mengupayakan
agar laba akuntansi sedpata-dapatnya merupakan representasi atau proksi laba ekonomik

Kos Aktual

Kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan. Untuk
mengakui kos harus ada transaksi mas lalu (past transaction). Dengan kata lain, biaya
sesungguhnya adalah biaya yang terjadi akibat suatu kegiatan yang nyata sehingga kos
hipotesis atau asumsian tidak diakui. Contoh kos hipotesis adalah bukan menyerahkan ke
konraktor. Harga dari kontraktor lebih mahal karena tidak ada transaksi yang melandasi, selisih
tersebut semata-sama hanya susmsi bukan kos nyata.

12
Asas Aktual ayau Himpun

Dalam proses penandingan(matching) akuntansi mendasarkan diri pada asas akrual bukannya
asus tunai. Konsep dasar actual yang diajukan APB sebenarnya merupakan turunan konsep ini.
Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa
pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang/jasa ke
pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik
yang melekat pada barang/jasa yang diserahkan tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini,
akuntansi mengakui pos-pos akuran (accrued) dan tangguhan (deferred). Penghimpunan ata
pengakuran dan penangguhan adalah tahap-tahap yang sangat erat hubungannya dengan proses
penandingan

Pengertian Depresiasi

Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis, untuk suatu priode harus diperhitungkan dan
diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh asset tetap tidak terjadi sekaligus pada
saat pemerolehan atau pemberhentian asset tersebut. Seluruh potensi jasa asset tetap (depersiasi
total yang direpresentasi oleh kos aset) jelas akan dimanfaatkan atau dipakai dengan cara
tertentu sampai jasa yang terkandung didalamnya habis. Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos
asset yang telah diperhitungkan sebagai biaya.

Sebagai upaya penentuan besarnya depresiasi tidak bergantung pada besarnya laba perusahaan
walaupun besarnya depresiasi akan mempengaruhi besarnya laba priodik. Laba ditentukan
dengan mengurangkan semua biaya termasuk depresiasi terhadap jumlah rupiah pendapatan.
Dengan konsep upaya dan hasil, biaya akan terhimpun seluruhnya lebih dahulu dan barulah
kemudian pendapatan timbul dan akhirnya laba atau rugi akan muncul.

Metode depresiasi sendiri bukan merupakan masalah penting sepanjang tidak bertentangan
dengan konsep-konsep jasa dibalik kos ikat kos serta upaya dan hasil.

Kapasitas Menganggur

Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metode tertentu harus tetap merupakan biaya
untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut menimbulkan atau bahkan
menambha rugi operasi. Misalnya, suatu perusahaan membeli alat pengangkutan (truk) dengan
kapasitas angkut lima ton dan menentkan bahwa depersiasi didasarkan atas metode garis lurus.
Depresiasi total truk tersebut dapat disamanakn dengan kos sewa truk tersebut dengan tariff
sewa atas dasar waktu (tahunan) dan seluruh kos sewa telah dibayar dimuka.

Pos-Pos Luar Biasa

Untuk menentukan laba priodik, konsep menandingkan yang berorientasi jangka panjang akan
memasukkan juga:

a. Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat
ekonomik atau asset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan direncanakan

13
b. Rugi luar biasa yaitu hilangnya atau berkurangnya manfaat ekonomik atau asset yang
terjadi akibat hal-hal yang tidak ada hubungannya atau tidak mudah dihubungkan
dengan upaya untuk memperoleh hasil.

yang penting bagi konsep penandingan adalah bahwa untung dan rugi nonoperasi luar biasa
tersebut berkaitan dengan biaya dan pendapatan dan bukan berkaitan dengan transaksi
pemilik. Dilain pihak, rugi nonoperasi mengurangi asset total baik itu akibat pendapatan
tidak dapat menutup biaya ataupun akibat kejadian-kejadian yang tidak terduga yang sama
sekali tidak berkaitan dengan upaya untuk memperoleh hasil.

Perbedaan penyebab terjadinya laba atau rugi hanya menisyaratakan bahwa pemisahan dan
penjelasan yang cukup diperlukan. Perbedaan tersebut tidak mengisyaratkan bahwa
pengaruh untung nonoperasi berbeda dengan npengaruh pos-pos pendapatan lainnya
terhadap kenaikan asset atau sebaliknya bahwa pengaruh rugi nonoperasi berbeda dengan
pengaruh pos-pos biaya lainnya terhadap penurunan asset.

Bukti Terverifikasi dan Objektif

Objektivitas bukti harus dapat dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan,
pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data akuntansi. Jadi akuntansi tidak
mendasarkan diri pada abjektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relative yaitu
objektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan
keadaan dan tersedianya informasi pada waktu rersebut.

Setiap transaksi keuangan harus didukung oleh bukti transaksi yang kuat dan sah. Bukti
transaksi dapat timbul karena adanya transaksi pertukaran antara kesatuan usaha dengan
pihak (pihak independen) atau karena diciptakan oleh pihak internal perusahaan atas dasar
ekbijakan. Bukti transaksi internal ini adalah bukti transaksi yang biasnaya dalam
penentuan jumlah rupiah tidak berdasarkan hasil tawar-menawar dengan pihak independen.

Arti Penting Untuk Pengauditan

Disamping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif informasi yang


tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu menjadi penring dalam
kaidenbgan pengauditan untuk menentukan kewajaran steatmen keuangan. Salah satu
kriteria kewajaran adalah bahwa pos-pos steatmen keuangan didefinisikan, diukur, dinilai,
dan disajikan sesuai dengan PABU. Untuk menentukan kesesuaian tersebut diperlukan
adanya buktu yang dapat diverifikasi dan dapat diandalkan.

Objektivitas Bukti

Memverifikasi berarti membuktikan kebenaran, manguji ketelitian suatu fakta atau


menguatkan/menyangkal suatu pernyataan. Bukti adalah sarana untuk memastikan
kebenaran atau memberikan pembuktian. Bukti “terverifikasi” (yang dapat diverifikasi)
adalah bukti yang mempunyai sifat tertentu sehingga memungkinkan untuk menjadi bahan
pembuktian kebenaran pernyataan. “objektif” yaitu fakta yang diungkapkan oleh suatu
bukti tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.

14
Objektivitas relatif

Konsep objektivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektivitas disesuaikan


dengan keadaan yang ada pada saat penentuan faktor bukan bukan objektivitas mutlak.
Pengertian “ditentukan secara objektif) adalah bukan alat pengukur yang hanya mempunyai
dua angka penunjuk yaitu positif atau negative. Tidak ada interval diantaranya. Bukti
yang mendukung perlakuan akuntansi tertentu dapat bersifat sepenuhnya objektif,
secara menyakinkan objektif, secara meragukan objektif atau sama sekali tidak abjektif.
Dengan konsep relativitas bukti, fakta yang paling objektif akan mendapat bobot paling
tinggi untuk dipilih. Relativitas yang sama juga berlaku untuk keterverifikasian bukti.

Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang

Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya objektif, akan
tetapi bila persyaratan objektivitas semacam ini harus diikuti secara mutlak dalam segalan
hal maka akuntansi akan menjadi berpenadangan jangka pendek dan bertentangan dengan
konsep kontinuitas usaha. Pada priode berjalan, yaitu jangka pendek, depresiasi seakan-
akan tidak terjadi oleh karena suatu mesin baru bekerja lancar tanpa gangguan dan para
pelanggan tidak ada yang mengalami kesulitan keuangan karena tidak ada berita tentang
perkara kepalitan yang diajaukan ke pengalaman. Kalau perlakuan akuntansi didasarkan
atas dasar pikiran jangka pendek semacam ini, pada periode-periode berikutnya dalam
jangka pnjng akan terbukti bahwa tidak mendepresiasi atau mencadangkan piutang ternyata
tidak objektif.

Dalam jangka panjang ada resiko dari konsep objektivitas relative yaitu bahwa perlakuan
akuntansi atas dasar bukti yang tersedia sekarang menjadi tidak sesuai dengan keadaan dan
fakta pada periode masa datang. Akan tetapi, kalau dakta (bukti) yang digunakan adalah
yang terbaik diperoleh (best abtainable) maka tidak ada lagi yang dapat diperbuat waktu
itu. Dapat disimpulakn bahwa konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi
mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektivitas.
Tingkat objektivitas bukti yang paling tinggi pada saat dan keadaan tertentu adalah yang
terbaik asalkan tujuan untuk memperoleh tingkat objektivitas yang tinggi tersebut tidak
bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha.

Asumsi

a. Kontinuitas Usaha, hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman perusahaan pada
umumnya. Oleh karena itu, penerapan konsep ini dalam perusahaan tertentu adalah
semata-mata asumsi dan kenyataan ini harus tetap dipertimbangkan dalam proses
pelaporan.
b. Perioda Satu Tahun, pelaporan periodik dengan waktu sebagai wadah pengukuran
adalah salah satu kebiasaan penting dalam akungtansi. Tujuan pengakaran terhadap
pendapatan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang
biasanya digunakan adalah satu tahun. Akuntansi menganggap (walaupun tidak
dapat diuji validitasnya) bahwa waktu satu tahun adalah priode waktu yang tepat
untuk pelaporan. Untuk perusahaan dagang dan manufaktur pada umumnya,
penggunaan priode sebagai penakar pengkuran adalah lebih ungul ditinjau dari segi
kepraktisan dibandingkan dengan penalaran yang lain.

15
c. Kos Sebagai Bahan Olah, asumsi dibalik penalaran adalah para pelaku ekonomi
bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap keadaan. Para
pelaku transaksi mungkin tidak mempunyai informasi yang sama atau tidak
mempunyai kehendak yang sama untuk melakukan transaksi. Sering juga terjadi
bahwa transaksi sema sekali dilakukan dengan tidak bijaksana atau serampangan.
d. Daya Beli uang Stabil, dalam priode-priode yang mengalami inflasi cukup tinggi
asumsi tersebut jelas tidak berlaku (valid) lagi untuk tejuan-tujuan tertentu.
Kebermanfaatan informasi akuntansi menghadapi tantangan pada maslaah ini..
namun, tidak berarti bahwa akuntansi sebagai penyedia data dasar berupa kos
historis menjadi berkurang fungsi dan kekuatannya.
e. Tujuan Mencari Laba, asumsi ini tidak diragukan kelayakan. Keinginan untuk
menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang melekat pada perushaan-
perusahaan komersial pada umumnya, dengan demikian cukup beralasan dalam hal
ini untuk menganggap bahwa biaya harus terjadi atau dikeluarkan untuk
menghasilkan pendapatan guna menutup (mengkompensasi) biaya tersebut dan
bahwa prestasi dan kelangsungan hidup perushaan harus dievaluasi paling tidak atas
dasar kemampuan pendapatan menutup biaya.
f. Konsep Dasar lain, konsep dasar lain diuraikan oleh P&L diatas merupakan konsep-
konsep dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk
merekayasa oelaporan keuangan.
g. Substansi Daripada Bentuk, konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu
konsep ditingakt perekayasaan atau dalam menetapkan standar di tingkat
penyusunan standar akuntansi akan menekankan maka atau substansi
ekonomikasuatu objek atau kejadian daripada makna yuridisnay meskipun makan
yuridis mungkin mengkhendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang
berbeda
h. Pengakuan Hak Milik Pribadi, konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik
pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa onsep ini, kesatuan usaha
tidak dapat memiliki sumber eonomik atau asset. Pemikikan merupakan salah satu
cara untuk memperoleh penguasaan. Dengan pengakuan hak milik pribadi ini, suatu
perlindungan harus diberikan kepada mereka yang memiliki ha katas suataua
kekayan (property right). Berdasarkan undang-undang dasar, beberapa kekayaan di
Indonesia tidak dapat dimiliki secara pribadi yaitu kekayaan alam yang menguasai
hajat hidup orang banyak. Salah satu bentuk perlindungan adalah adanya kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan kekayaan yang dipercayakan pengelolahannya
kepada pihak lain. Konsep ini sebenarnya lebih merupakan suatu faktor lingkungan
daripada konsep dasar.
i. Keanekaragaman Akuntansi Anterentitas, konsep ini menyatakan bahwa perbedaan
perlakuan (metode) akuntansi antarkesatuan usaha merupakan suatu hal yang tidak
dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik
kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru mengkhendaki
perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan
keadaan unit usaha yang sebenarnya. Akuntansi tidak berusaha untuk menekankan
keseragaman mutlak (melalui akuntansi standartdisasi atau standardizied
accounting) tetapi lebih menekankan pada penentuan pedoman-pedoman umum
yang memberikan keleluasaan untuk memilih perlakuan yang paling sesuai dengan

16
kondisi masing-masing kesatuan usaha dalam batas-batas yang realistic sehingga
perbandingan antarkesatuan usaha masih tetap memberikan makna yang cukup
berarti
j. Konservatisma, adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi
ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan
(outcame) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga
mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi resiko dengan cara
bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan resiko. Jika
akuntansi menganut konsep dasar konvervatisma, dalam menyikapi ketidakpastian,
akuntansi (penyusun standar) akan menentukan pilihan perlakuan atau prinsip
auntansi yang didasarkan pada munculan (keadaan,harapan kejadian atau hasil)
yang dianggap kurang menguntungkan
k. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data, konsep yang diajukan Grady
ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi bukan merupakan
objektivitas mutlak dan akuntansi mengakui adanya taksiran-taksiran sehingga
keterandalan data hanya dapat dijamin kalau kesatuan usaha mempunyai sistem
pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu pengendalian internal juga
merupakan salah satu bentuk bukti yang mendukung keterandalan, objektivitas dan
keterverifikasian angka-angka akuntansi. Sebagai bukti, auditor harus menilai (to
assess) struktur pengendalian internal kesatuan usaha yang diauditnya.
l. Manfaat Konsep dasar, dalam gagasan yang dikatakan Kam (1990) yang
menyatakan bahwa praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula
(good practice is based on good theory). Bahwa standar harus objektif dan tak
memihak (impersonal and impartial) berarti standar harus bebas dari selera dan
kepentingan pribadi atau kelompok. Demikian juga standar akuntansi tidak harus
tunduk pada apa yang nyatanya dipraktikan tetapi harus lebih berorientasi ke masa
depan demi perbaikna secara bertahap (gradual improvement).

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam merekayasa akuntansi.
Konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan akuntansi.
Konsep dasar bersifat asumsi yang validitasnya tidak selalu dapat siuji tetapi bermanfaat
sebagai basis penalaran.
Kesatuan usaha harus dianggap sebagai badan atau oramg yang berdiri sendiri dan bertindak
atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Batas kesatuan usaha adalah ekonomik bukan
yuridis. Hubungan antar pemilik dan kesatuan usaha merupakan hubungan bisnis (utang-
piutang)

18

Anda mungkin juga menyukai