Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

LAPORAN MANJEMEN RUANGAN DI RUANGAN BEDAH RUMAH SAKIT X PADA

APRIL 2020

OLEH:

Nama : Yuli Ermia

NPM : 1710-073-130-695

Dosen Pengajar : Ns. Rika Yoni M.kep

AKADEMI KEPERAWATAN BAITURRAHMAH APADANG

2020
A. Konsep Manajemen Keperawatan

Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan

suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning, organizing,

actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi (Grant dan Massey (2011)

Manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

(controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan

dan dari sub unit departemen

B. Tujuan Manajemen Keperawatan

Sesuai dengan falsafah dan hakekat perawatan seperti diuraikan di atas maka,

tujuan perawatan adalah :

1. Untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dirasakan

dengan mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan

kesehatannya.

2. Untuk membantu individu mengembangkan potensinya dalam memelihara kesehatan

seoptimal mungkin agar tidak selalu tergantung pada orang lain dalam memelihara

kesehatan.

3. Untuk membantu individu memperoleh derajat kesehatannya seoptimal mungkin


C. Pengertian Pelayanan Keperawatan Bedah

Pelayanan Keperawatan bedah adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang ditujukan

pada klien dengan keadaan patologis dan memerlukan tindakan atau penanganan bedah

Ruang lingkup perawatan medical bedah.Praktek keperawatan medical bedah meliputi

pelayanan orang yang beresiko terhadap orang yang sedang mengalami kelainan

patofisiologi. Pada kebanyakan pusat-pusat kesehatan, anak-anak dipisahkan dari orang

dewasa, karena perbedaan kebutuhannya dan praktek spesialisasi keperawatan yang maju

dengan memfokuskan pelayanan keperawatan anak.

Jadi, praktek perawatan medical bedah bertumbuh terutama sebagai keperawatan bagi

orang yang telah dewasa, bagi yang beresiko atau mengalami variasi norma dan yang

membutuhkan intervensi pengobatan medical atau bedah.

1. Ruang Rawat Inap Bedah

Ruang rawat inap bedah adalah tempat atau ruangan perawatan inap khusus untuk pasien

yang memerlukan tindakan, penanganan dokter, dan asuhan keperawatan bedah di rumah

sakit.

a. Tujuan

Pasien mendapatkan ruangan perawatan khusus bedah sesuai dengan kebutuhan.

b.  Kebijakan

    1. Ruang rawat bedah dapat menerima pasien dari IGD, Poliklinik dan ruang lain

2. Ruang rawat inap bedah mempunyai klasifikasi : Kelas III.

3. Pelayanan medis di ruang rawat inap bedah harus sesuai dengan standar medis yang

berlaku.
4. Yang mendapatkan pelayanan bedah di ruang rawat inap bedah adalah pasien yang

membutuhkan asuhan keperawatan bedah.

5. Ada ketentuan yang mengatur tentang pasien di rawat inap bedah

c. Prosedur

1. Perawat ruangan menerima pasien yang akan dirawat dari petugas pengantar pasien

dari poliklinik atau IGD atau ruangan lain.

2. Pasien ditempatkan di ruangan perawatan yang telah disiapkan.

3. Pasien mendapatkan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur.

4. Perawat memeriksa ulang tanda vital pasien

5. Perawat ruangan melaksanakan instruksi dokter pemeriksa / pengirim

6. Perawat ruangan melengkapi buku status dengan asuhan keperawatan.

7. Perawat memberikan standar pelayanan pra/pasca operasi/bedah pada pasien yang

akan/telah dilakukan operasi atau pembedahan.

8. Perawat memantau perkembangan pasien selama di rawat inap dan melaporkan

kepada dokter yang merawat atau dokter jaga bila ada hal-hal yang perlu penanganan

dokter.

d.   Unit Kerja Terkait

1.    Poliklinik/IGD

2. Ruang Rawat inap bedah / SMF Bedah

3.    Kamar Operas

4. SMF Anesthesi.
2.  Pelayanan Pasien Pra Bedah

a. Pengertian

Pelayanan pasien pra bedah adalah pelayanan/tindakan medis dan asuhan keperawatan

sesuai standar medis yang dilakukan tenaga medis/perawat di ruang rawat inap sebelum

dilakukan tindakan bedah.

b. Tujuan

Mempersiapkan kondisi fisik dan mental pasien sebelum operasi, sehingga memenuhi

persyaratan untuk dilakukan tindakan bedah.

c. Kebijakan

1. Pasien berhak mendapatkan penjelasan lengkap tentang penyakit yang diderita,

sehingga memerlukan tindakan pembedahan.

2. Petugas melengkapi administrasi yang berhubungan dengan segala tindakan bedah,

seperti izin operasi.

3. Konsultasi pasien pra Bedah kepeda dokter ahli penyakit dalam, sesuai indikasi.

4. Konsultasi pasien pra bedah kepada dokter anesthesi.

5.   Operasi dapat dilakukan bila ada persetujuan dari dokter anesthesi.

d.      Prosedur

1. Dokter pemeriksa melakukan konsultasi kepada dokter ahli penyakit dalam, bila ada

indikasi, melalui lembar konsultasi.

2. Dokter pemeriksa mengonsulkan pasiennya kepada dokter anasthesi, apakah ada

kontra indikasi bila dilakukan narkose umum, melalui lembar konsultasi.


3.  Dokter ahli penyakit dalam/dokter anesthesi menjawab konsultasi. Bila ada kontra

indikasi untuk dilakukan pembedahan/narkosa umum tindakan bedah dapat dilakukan.

4. Pasien di rawat inap, sehari sebelum dilakukan tindakan bedah.

5. Malam sebelum pembedahan, pasien dipuasakan mulai jam 23.00 WIB, untuk

pasien anak < 5 tahun dimulai jam 04.00 WIB.

6. Bila perlu, diberikan laxantia

7. Antibiotika pra bedah sesuai indikasi

8. Untuk operasi daerah abdomen bagian bawah dilakukan pencukuran rambut pubis.

9. Pemantauan tanda-tanda vital, laporkan bila ada hal-hal yang memungkinkan kontra

indikasi untuk pembedahan.

10. Pasien yang mengalami kecemasan, dapat diberikan penenang.

11. Lakukan informed consent, lengkapi izin operasi dan tindakan lain.

12. Pagi menjelang operasi, ganti infus dengan dektrose 5 %.

13. Pasien dikirim ke kamar operasi, sesuai jadwal operasi.

14. Petugas menyertai pasien dengan membawa buku status pasien.

3. Pelayanan Pasien Pasca Bedah

a. Pengertian

Pelayanan pasien pasca bedah adalah pelayanan/tindakan medis, asuhan keperawatan,

asuhan nutrisi sesuai standar medis yang dilakukan tenaga medis/perawat di ruang

rawat inap sesudah dilakukan tindakan bedah.

b. Tujuan

Memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, input dan output cairan,

sertaterpenuhinya kebutuhan cairan, nutrisi, dan terapi dari dokter.


c.       Prosedur

1. Penderita di tempat tidur dengan selimut

2. Perhatikan jalannya infus/irigasi apakah bekerja dengan baik.

3.    Leher posisi ekstensi dengan kepela miring ke kiri atau ke kanan.

4. Selang drainage atau catheter harus di sambung dengan urinal atau botol infus

kosong, demikian pula maag slangnya.

5. Baca instruksi untuk kecepatan pemberian cairan dan jenis cairan atau obat-obatan.

6. Pemberian antibiotika golongan Pinisiline/Ampicilline harus didahului dengan tes

kulit.

7. Untuk penderita operasi prostat, perhatikan apakah drainage/irigasi cukup, macet

karena tersumbat darah

8. Penderita tetap dipuasakan, sampai bising usus baik atau atas instruksi.

9. Untuk penderita peritinitis/illeus yang lanjut dengan keadaan prabedah berat,

observasi pasca bedah harus lebih ketat, terutama pemantauan tanda-tanda vital,

produksi urine/jam.

10. Operasi dicatat pada kertas observasi dan ditempatkan pada buku status pasien

(Rekam Medik).

D. Tujuan Dan Prinsip Keperawatan Bedah

1. Memberikan asuhan keperawatan pada klien pria dan wanita tanpa batas usia secara

efektif dan efisien sesuai standar asuhan keperawatan.

2. Menurunkan angka kematian dan mengurangi kesakitan serta mencegah terjadinya

kecacatan.
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan pelatihan dalam bidang

perawatan dasar luka bakar, perawatan pasien cedera kepala serta penanganan

keperawatan patah tulang.

E.   Ruang Lingkup

1. Berdasarkan jenis Operasi

a. Operasi Kecil

b. Operasi Sedang

c. Operasi Besar

d. Operasi Khusus

2. Berdasarkan jenis luka operasi

3. Operasi bersih

4. Operasi bersih terkontaminasi

5. Operasi kotor

F. Ruangan Rawat Bedah

Ruangan rawat bedah adalah lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial

keperawatan diruang rawat inap bedah secara keseluruhan minimal mempunyai/mampu

mengakomodasi seluruh kebutuhan ruangan yang digunakan untuk pelayanan pasien

bedah.

1. Karakteristik Klien Yang Dirawat Di Ruang Bedah

a. Berdasarkan jenis kelamin : pria, wanita

b. Berdasarkan tingkat perkembangan : anak dan dewasa

c. Berdasarkan sistem tubuh : klien dengan kasus digestive, torax dan vaskuler,

ortopedi, urologi, onkologi, syaraf, bedah plastik dan luka bakar.


d. Berdasarkan : Pre operatif, post operatif dan non operatif

2. Permasalahan Pada Klien Di Ruang Bedah

a. Pre Operasi : Kurang pengetahuan tentang persiapan dan prosedur tindakan

operatif, kecemasan, perubahan pola tidur, perubahan nutrisi, gangguan koping

mekanisme.

b. Post Operatif : Resiko infeksi, gangguan aktifitas, kecemasan dan ketakutan,

gangguan rasa nyaman (nyeri), resiko gangguan eliminasi (BAB/BAK), resiko

gangguan pernapasan (jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif),

perubahan konsep diri, resiko perubahan volume cairan, perubahan konsep diri,

berduka, ketidakberdayaan, kerusakan integritas jaringan (kulit, otot, tulang),

perubahan pola seksual, dan kurang pengetahuan tentang perawatan post operatif.

c. Non Operatif : Kecemasan, ketakutan, ketidakberdayaan, kurang pengetahuan

tentang proses penyakit dan intervensi yang dibutuhkan, serta gangguan

mekanisme koping.

G. Prinsip Intervensi Keperawatan

1. Pre Operatif

Untuk mencapai tujuan pada klien pre operatif, diperlukan persiapan-persiapan sebagai

berikut :

a. Persiapan mental dan fisik

b.   Persiapan medikal : Pemeriksaan penunjang dan konsultasi

c.   Persiapan lain : Persiapan alat-alat termasuk darah dan informed consent.

2. Post Operatif
Mengingat komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi maka keperawatan

diharapkan pada bagian perawat dan bedah dalam mendeteksi secara dini dan

mencegah komplikasi sehingga pembedahan berhasil dengan baik. Biasanya klien

dari kamar operasi masih belum sadar dan perlu perhatian khusus terhadap sistem

persyarafan, sistem sirkulasi, sistem pencernaan dan sistem perkemihan. Adapun

intervensi keperawatan yang dapat diberikan .

a. Melakukan perawatan luka

b.   Memberikan pendidikan dan kesehatan post operatif

c. Memberikan bantuan dalam pemenuhan ADL

d. Memberikan mobilisasi bertaha

e. Memenuhi rasa nyaman : relaksasi, distraks

f. Monitor intake output

g. Monitor TTV

h. Memberikan diet TKTP

i. Memberikan dan monitor pemberian cairan dan tranfusi sesuai indikasi.

3. Non Operatif

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit, prognosis, intervensi

yang dibutuhkan.

b. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

c. Membantu kebutuhan ADL sesuai kondisi klien.

H. Dokumentasi

Proses keperawatan dalam keperawatan bedah meliputi pengkajian, penentuan

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam melakukan dokumentasi


asuhan keperawatan sesuai proses keperawatan tentunya memiliki batasan-batasan yang

harus terpenuhi agar pendokumentasian menjadi akurat dapat dipertanggungjawabkan

dan tanggung gugat.

Pendokumentasian asuhan keperawatan harus dilaksanakan secara kontinyu dan

berkesinambungan setiap bulan dan diisi oleh perawat pelaksana untuk mengetahui mutu

pendokumentasian di tiap ruang rawat inap, diaudit oleh bidang keperawatan dengan

bantuan kepala ruangan atau klinik instruktur yang telah ditunjuk dan dilegalisasi dengan

SK direktur.

1. Kriteria Asuhan Keperawatan

setiap tahapan proses keperawatan harus dilalui dengan tahap pertahap, sesuai dengan

karakteristik standar keperawatan yang meliputi :

a.       Sistematis : terdiri dari serangkaian langkah-langkah yang diatur

b.      Bertujuan : mencapai kebutuhan perawatan klien.

c.       Dinamis : menyangkut kesinambungan aksi dan evaluasi.

d.      Ilmiah : didasarkan pada pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah,

mengemukakan masalah yang sering muncul yang kemudian mendorong riset

keperawatan

2. Jenis Dokumentas

a.       Dokumentasi Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan : Langkah awal dari proses keperawatan, sebagai dasar

dalam memberikan asuhan keperawatan yang aktual.

1      Tujuan pengkajian keperawatan:

a.)    Mengumpulkan respon klien


b.)    Mengorganisasikan respon klien

c.)    Mencatat data terkait dengan respon klien

2.       Tipe-tipe Pengkajian

a.    Pengkajian awal (initial assesment)

1. Dilakukan saat klien mas

2. Dokumentasi pada chart data dasar keperawatan

3.  Cenderung meluas

4. Identifikasi terhadap data yang perlu dieksplorasi

5. Data sebagai dasar identifikasi masalah dan rancangan NCP

Pencatatan pada metode ini dilakukan dengan cara menulis pada formulir

data dasar keperawatan, dan format yang di pakai secara: tanya jawab,

ceklist atau kuesioner.

b. Pengkajian berlanjut

1. Memperluas dan memperkuat informasi dasar dan inisial asesment.

2. Berkembangnya hubungan saling percaya memungkinkan entering data

lebih baik.

3. Data bersifat up to date

4. Data atau informasi lebih menegaskan identifikasi masalah.

5. Data subjektif dan objektif – Konfirming data


Pencatatan pada metode ini dilakukan pada catatan perkembangan atau

flow sheet dan data yang terkumpul digolongkan kedalam konfirming

data dan extending data.

Confirming data : Bentuk monotoring dan pengawasan klien secara

terus menerus dalam upaya pemecahan masalah klien (Contoh : grafik

TTV, pasien post op yang membutuhkan pengawasan ketat).

Extending data : ditulis dalam bentuk flow sheet, merupakan informasi

tambahan untuk klarifikasi terhadap suatu hal.

c. Pengkajian Ulang

1. Pengumpulan data berdasarkan evaluasi

2. Melakukan pengkajian ulang dari data sebelumnya menemukan data

sebelumnya, memperluas data awal untuk memperoleh data/informasi

keadaan klien lebih jauh berdasarkan evaluasi.

3. Metode Dokumentasi Pengkajian

a. menggunakan format yang sistematis

1. Pengkajian awal

2. Pengkajian respon individu : persepsi kesehatannya dan

penatalaksanaannya

3. Riwayat pengobatan

b. Menggunakan format yang telah didesain untuk pencatatan pengkajian

kelompokan data menurut model pendekatan.:

c. Format bersifat progresif

1. Head to toe
2.Respon tubuh (aktivitas, koping, nutrisi, eliminasi, komunikasi dll).

d. Mencatat informasi secara objektif

e.  Entering data subjektif atau objektif data primer/sekunder tanpa bias atau

mengartikan, menilai memuaskan pendapat pribadi.

f. Masukan pernyataan yang mendukung pada interpetasi data.

g.  Jelaskan hasil observasi/temuan lain secara sistematis tyermasuk defisiensi

karakteristiknya : misalnya luka dekubitus, jelaskan ukuran, warna, bau,

drainage, kedalaman ulkus dsb.

h.  Respek terhadap dokumentasi pengkajian jelas dan ringkas.

b.      Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan : merupakan fase pengambilan keputusan dalam

mengidentifikasi masalah klien sebagai respon klien untuk dipecahkan, dikurangi

ataupun diubah.

1. Formulasi yang akurat dari dignosa keperawatan menggunakan pendekatan

problem solving yang berisi

a. Identifikasi masalah, gangguan kesehartan atau kebutuhan perawatan (P).

b. Mencari dan menentukan penyebab/etiologi (E).

c.menentukan tanda dan gejala dari masalah (S).

2. Katagori diagnosa Keperawatan (menurut Capernito, 1987)

a. Diagnosa keperawatan aktual (masalah memerlukan tindakan keperawatan

dan pemecahan masalah).


b. Diagnosa keperawatan potensial atau resiko (masalah memerlukan tindakan

keperawatan dan mencegah masalah aktual atau menurunkan status

kesehatan klien).

c. Diagnosa keperawatan possible (masalah memerlukan data tambahan,

pengawasan dan pengamatan).

Diagnosa keperawatan potensial dapat menjadi aktual bila intervensi

keperawatan tidak adekuat dengan fokus intervensi pada diagnosa aktual

adalah kuratif, sedangkan diagnosa potensial adalah preventif.

3. Menegakkan diagnosa keperawatan harus memahami dua karakteristik, yaitu :

a. Katakteristik mayor : elemen yang harus ada pada penarikan suatu masalah

b. Karakteristik minor : hangat bila disentuh, Respiratory Rate meningkat, Heart

Rate meningkat, Menggigil, pusing, dsb.

c. Dokumentasi Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan, terdiri dari empat aspek yaitu tujuan umum, tujuan

khusus dan rencana tindakan keperawatan.

1. Pentingnya dokumentasi rencana keperawatan

a. Informasi tentang masalah, pedoman intervensi keperawatan

b. Alat komunikasi : Tim dengan tim kesehatan lain.

c. Memudahkan melaksanakan proses keperawatan yang berkelanjutan.

d.    Dokumentasi sesuai dengan hasil yang diharapkan klien.

2. Tujuan dokumentasi rencana keperawatan

a. Mengaplikasikan rencana keperawatan

b. Evaluasi hasil asuhan keperawa


c. Bahan komunikasi tim kesehatan

3. Tipe dokumentasi rencana keperawatan

a. Designed tradisional

b.   Designed Standar rized

c. Rencana berdasarkan diagnosa medis seperti : kateterisasi jantung, total hip

dll.

d. Dokumentasi Intervensi atau Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan yang sudah dituangkan secara tertulis dalam perencanaan

keperawatan.

1. Manfaat

a. Sebagai alat komunikasi untuk menghindari kesalaha

b. Penentuan tuga

c. Memperkuat pelayanan keperawatan

2. Strategi

a. Strategi kompensasi (Personal Hygiene)

b. Observasi terus menerus dan periodik

c. Pendidikan kesehatan

d. Dukungan dan motivasi.

3. Jenis dokumentasi intervensi keperawatan menurut Fisbach dan Bleich 1991

a. Terapeutik nursing intervention


Tindakan yang secara langsung ditujukan untuk mengatasi kondisi klien,

misalnya meningkatkan adaptasi, meningkatkan salf care, aktivitas, hemat

ATP

b.)    Survailence intervention

Observasi dan implementasi untuk evaluasi perlembangan sehingga status

klien dapat ditentukan yang dapat berupa sifat pengawasan.

e.       Dokumentasi Evaluasi Keperawatan

1.Tujuan evaluasi keperawatan

a. Menilai tujuan

b. Menilai efektifitas rencana keperawatan

c.Menentukan efektif tidaknya tindakan dan perubahan terhadap masalah

2. Jenis evaluasi

a.  Evaluasi Formatif berguna untuk evaluasi tindakan yang dilakukan pada

klien dan respon dari tindakan.

b.  Evaluasi Sumatif berguna untuk mengevaluasi tujuan dan

perkembangan yang terjadi pada klien.

3.  Petunjuk penulisan

a. Lihat diagnosa keperawatan, kondisi klien dan tujuan

b. Beri nomor masalah

c. Catat data relevan data perkembangan (DO, DS)

d. Dokumentasi perkembangan masalah (Tercapai sebagian atau tidak)

e. Catat komponen ( SOAP/IER)


4. Hasil evaluasi

a.Tujuan tercapai : masalah teratasi

b.Tujuan sebagian tidak tercapai : masalah sebagian teratasi

c.Tujuan tidak tercapai : masalah tidak teratasi.

I. Organisasi dan Administrasi

1. Struktur Organisasi

a.       Mempunyai visi dan misi ruangan khusus bedah sebagai penjabaran dari visi dan

misi rumah sakit.

b.      Harus mempunyai struktur organisasi serta job description yang jelas, dipimpin

oleh seorang manager pelayanan kesehatan (kepala ruangan) dengan latar pendidikan

S.1 Keperawatan atau D.III Keperawatan yang mempunyai pengalaman minimal 3

tahun sebagai perawat pelaksana.

c.       Mempunyai seorang manajer pelayanan keperawatan (koordinator askep) dengan

latar pendidikan S.1 Keperawatan dan D.III Keperawatan dan telah mengikuti

pelatihan asuhan keperawatan serta didukung oleh staf profesional dan non

profesional sesuai kebutuhan yang dapat dihitung berdasarkan jumlah tempat tidur,

BOR dan tingkat ketergantungan pasien.

2. Administrasi

a.     Memiliki protap, SOP dan SAK yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

memberikan pelayanan keperawatan pada pasien dan standar atau alat ukur

kepuasan pasien serta kepuasan kinerja perawat.


b.      Mempunyai formulir asuhan keperawatan dan formulir pencatatan dan pelaporan

lainnya yang terkait dengan pelaksanaan askep buku-buku sebagai administrasi

penunjang.

c.       Mempunyai alur pelayanan pasien yang jelas.

d.      Mempunyai ruang administrasi dan ketenagaannya serta peralatan

administrasi (ATK) yang cukup.

e.       Perencanaan pengembangan staf dan sistem pembagian insentif keperawatan

yang transparan.

f.       Aturan pelaksanan supervisi keperawatan, ronde keperawatan, timbang terima

atau operan.

g.      Aturan-aturan kesepatan tertulis lainnya.

J.    Evaluasi

Evaluasi pelayanan keperawatan bedah harus dilakukan secara komprehensif dan berkala

dapat dilaksanakan pada tiap bulan, per triwulan, dan semester atau tahunan. Evaluasi

meliputi :

1. Jenis dan jumlah kasus yang sama

2. Kesesuaian antara SOP, SAK dan protap

3. Sistem pendokumentasian askep

4. Disiplin kerja perawat (Absensi)

5. Survey kepuasan pasien dan kepuasan kerja perawat

K.     Lingkungan Kerja

1. Fisik
a. Ruangan

Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan diruang rawat

inap bedah secara keseluruhan minimal mempunyai ruang perawatan lengkap

dengan tempat tidur dan kamar mandi pasien, ruang tindakan, ruang perawat atau

nurse station berada di tengah ruangan perawatan, ruang kepala ruangan – ruang

tamu – kamar mandi, ruang perawatan, ruang ganti perawat – kamar mandi

perawat, ruang confrence, mushola, ruang administrasi, ruang spoelhoke, dapur

dan gudang serta depo farmasi.

b.      Peralatan dan bahan kesehatan

1)      Peralatan

Tensimeter, Stetoskop, Timbangan BB/TB, Irigator set, Sterilisator, Tabung

oksigen dan Flow Meter, Slim Zulger, Gunting perban, Korentang dan semplung,

Bak Spuit, Bak instrumen besar, Bak instrumen sedang, Bak instrumen kecil, Blas

spuit, Gliserin spuit, Bengkok, Set angkat jaitan, Set ganti balutan, Termometer,

Standar Infus, Nasal kateter, Reflek Hammer, Masker oksigen, Nebulazer (R.

Dalam), Tong Spatel, Nelaton Kateter, Tromeol, Tempat tidur dewasa, Tempat

tidur anak, Tempat tidur bayi, Buli-buli panas, Bantal angin, Es Kap, Urinal,

Pispot, Senter, Waskom/air hangat, Schor sten, Sandaran pasien, Hecting Set,

Autocap, Tempat tidur ortophedi, Traksi Set, Metal kateter set.

2)      Bahan Kesehatan

Plester, kasa, bethadin, alkohol, formalin, savlon, kapas, cairan infus, obat-obatan

emergensi, cairan kimia lainnya.


2. Non Fisik

a.       Hubungan perawat dan klien

Komunikasi antara perawatan dengan klien berjalan dengan baik dan

menggunakan pendekatan, setiap pasien baru harus diorientasikan dikamar dan

ruangan yang akan ditempatinya.

b.      Hubungan antara perawat dengan perawat

1)      Komunikasi antara perawat berjalan dengan baik

2)      Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah

3)      Kegiatan serah terima tugas dan pasien dilakukan pada setiap pergantian

dinas dan berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

4)      Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus

5)      Mengadakan rapat bulanan secara rutin.

6)      Media komunikasi antara perawat menggunakan buku laporan, buku ronde

dan white board.

L.   Kekuatan Kerja

1.      Man

Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut, profesional pemula, vokasional,

lain-lain), jenis ketenagaan, kualifikasi ketenagaan atau pendidikan, keterampilan khusus


yang dimiliki oleh perawat yang didapat melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan.

Tenaga profesional terkait lainnya meliputi : dokter, gizi, dan laboratorium, serta tenaga

administrasi dan petugas kebersihan.

a.       Alat ukur

Alat ukur dibuat berdasarkan :

1)      Rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari (tingkat ketergantungan pasien)

a)      Menurut Gillies (1995) dan Waster (1990).

Self care : waktu kerja efektif rata-rata 1,5 jam/24 jam

Minimal care : waktu kerja efektif rata-rata 2 jam/24 jam

Moderate care: waktu kerja efektif rata-rata 3,5 jam/24 jam

Extensive care : waktu kerja efektif rata-rata 5-6 jam/24 jam

Intensive care : waktu kerja efektif rata-rata 7 jam/24 jam

b)      Karakteristik tingkat ketergantungan pasien menurut teori D. Orem : Self-

Care Deficit, sebagai berikut:

Tingkat Ketergantungan
MINIMAL CARE PARTIAL CARE TOTAL CARE
1.   Pasien mandiri/ hampir1.   Pasien memerlukan1.    Pasien membutuhkan
tidak memerlukan bantuan perawat bantuan perawat
bantuan/ mampu untuk : (sebagian) : sepenuhnya &
membutuhkan bantuan
perawat yang lebih lama
•   Naik dan turun dari •   Membutuhkan bantuan •   Membutuhkan bantuan 2
tempat tidur satu orang perawat untuk orang perawat untuk
naik dan turun dari mobilisasi dari tempat tidur
tempat tidur ke kursi roda maupun ke
kereta dorong
•   Ambulasi dan berjalan •   Membutuhkan bantuan •   Membutuhkan latihan pasif
sendiri untuk ambulasi dan
berjalan
•   Makan dan minum •   Membutuhkan bantuan •   Kebutuhan nutrisi dan
sendiri untuk menyiapkan cairan dipenuhi melalui
makanan terapi intravena (infus) atau
NGT (sonde lambung)
•   Mandi sendiri ataupun •   Membutuhkan bantuan •   Membutuhkan bantuan
dengan sedikit bantuan untuk makan (disuap) untuk kebersihan mulut
•   membersihkan mulut •   Membutuhkan bantuan •   Membutuhkan bantuan
(sikat gigi sendiri) untuk kebersihan mulut penuh untuk berpakaian
dan berdandan
•   BAB dan BAK dengan •   Membutuhkan bantuan •   Dimandikan perawat
sedikit bantuan untuk berpakaian dan
berdandan
2.   Status psikologis stabil 2.   Membutuhkan bantuan2.    Dalam keadaan
BAB &BAK (di tempat inkontinensial,
tidur maupun di kamar menggunakan kateter 24
mandi) jam post operasi mayor
3.   Pasien dirawat untuk3.   Post-operasi minor 243.    Pasien tidak sadar
prosedur diagnostik jam
4.   Operasi ringan 4.   Melewati fase akut dari4.    Keadaan pasien tidak
post operasi mayor stabil
5.   Fase awal dari5.    Membutuhkan observasi
penyembuhan tanda-tanda vital setiap
kurang dari 1 jam
6.   Membutuhkan observasi6.    Perawatan kolostomi/luka
tanda-tanda vital setiap 4 bakar
jam
7.   Gangguan emosional7.    Pasien dengan alat bantu
ringan pernafasan (ventilator)
8.    Pasien dengan WSD
9.    Pasien dengan irigasi
kandung kemih secara
terus menerus
10.   Pasien dengan traksi
(skeletal traksi)
11.   Pasien dengan fraktur atau
pasca operasi tulang
belakang atau leher

12.   Pasien mengalami


gangguan emosional berat,
bingung, atau disorientasi
2)      Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap
Jumla Klasifikasi pasien
h Minimal Parsial Total
pasien Pagi Siang Mala Pagi Siang Malam Pagi Sian Malam
m g
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
3)      Jumlah tempat tidur
Dengan memperhatikan kategori tingkat ketergantungan pasien ruangan rawat inap
tersebut, digunakan perhitungan tenaga ideal keperawatan dengan formula :

a)      Formula Gillies

Jumlah jam kprwt yg dibutuhkan klien/hari Xrata-rata klien/hari X jmlh hari/tahun


Jumlah hari/tahun – hari libur masing-masingperawat X jmlh jam kerja tiap prwt

Catatan :
Berdasarkanhasil workshop DEPKES di Ciloto ditetapkan

1. Hari kerja efektif dalam 1 tahun 365 hari


2. Rata-rata hari minggu/thn 53 hari
3. Cuti tahunan 18hari
4. Libur Nasional 12hari
5. Sakit/ izin 7hari
6. Jam kerja produktif/hari 7 jam

b)      FTE (Full Time Equivalent)


FTE menggunakan perbandingan antara BOR dengan jumlah tempat tidur
serta jam efektif perawat.
c)      Formula pembagian shift wastacker, yaitu dinas pagi 47%, dinas sore 35%
dan dinas malam 17%.
d)     Formula distribusi kualifikasi menggunakan perbandingan : perawat
profesional 58%, perawat vokasional 26% dan lain-lain 16%.
e)      Faktor koreksi (20%)
Koreksi dilakukan karena terdapat hari libur/cuti/hari-hari besar (lossday).
3. Money
Sumber keuangan : Askes/ JPKM/ Umum/ lain-lain dan pengeluarannya ; ada
perencanaan pengeluaran, untuk pengembangan/ program, untuk insentif perawat dan
untuk lain-lainnya dan pengelolaan keuangan harus jelas dalam arti transparan.
4. Metode
Metode pendekatan yang digunakan berdasarkan standar keperawatan bedah.
a. Metode atau Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Keberhasilan suatu keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan
IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan
efisien.
b. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)
Mclaughin, Thomas dan Barterm (2010) mengidentifikasi delapan (8) model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di Rumah
Sakit adalah asuhan keperawatan total ; keperawatan TIM, keperawatan Primer.
Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai riwayat dalam menyeleksi model
dalam pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana dan policy RS. Karena setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stres, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Huston, 2010) :
1. Sesuai dengan Visi dan Misi Institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi Rumah Sakit.
2.   Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan
sangat ditentukan oleh proses keperawatan.
3. Efisiensi dan efektifitas penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas
dalam kelancaran aktifitasnya. Bagaimanapun baiknya suatu model tanpa
ditunjang oleh biaya yang memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang
sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap
kepuasan pelanggan.
5. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan
kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan prustasi dalam
pelaksaannya.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tangung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
c. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Model Asuhan Keperawatan Profesional Menurut Grant & Massey dan Marquis
& Huston
Model Deskripsi P. Jawab

Fungsiona•      Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Perawat


l keperawatan yang
•      Perawat melaksanakan tugas (tindakan bertugas
tertentu) berdasarkan jadwal kegiatan yang pada
ada tindakan
•      Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat tertentu
dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan satu sampai dua
jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Kasus •      Berdasarkan pendekatan holistic dari filosopi Manajer
keperawatan keperawat
•      Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan an
dan obsersavi pada pasien tertntu
•      Ratio : 1: 1 pasien perawat
•      Setiap pasien ditugaskan kepada semua
perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saat ia dinas.Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminin bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti : isolasi, dan
intensive care.
Tim •      Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua Tim
keperawatan
•      Enam-tujuh perawat profesional dan perawat
associate bekerja sebagai suatu tim, di
supervisi oleh ketua tim.
•      Metode ini menggunakan tim yang terdiri
dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan terbagi
menjadi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
professional, tekhnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu.
Primer •      Berdasarkan pada tindakan yang Perawat
komprehensip dari filosofi keperawatan Primer
•      Perawat bertanggung jawab terhadap semua
aspek asuhan keperawatan, dari hasil
pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan.
•      Ratio : 1:4/ 1: 5 (perawat : pasien) dari
penugasan metode kasus
•      Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar
Rumah Sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

SEKIAN, TERIMAKSIH BUK.

Anda mungkin juga menyukai