TANGERANG
Jl. Prabu Siliwangi No.11, Kel. Keroncong, Kec. Jatiuwung,
Telp. (021) 5900136 – 59315850
Kota Tangerang, Banten, 15134
KATA PENGANTAR
Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar memberikan pelayanan
yang bermutu. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan, merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, peningkatan
mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. rumah sakit sebagai salah satu
penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan
yang profesional dan berkualitas, sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Pelayanan anestesi dan sedasi dan pelayanan bedah merupakan suatu tindakan kedokteran yang banyak
dilakukan di Rumah Sakit. Oleh karenanya tindakan anestesi / sedasi dan bedah termasuk sebagai salah
satu tindakan kedokteran yang beresiko tinggi, karena tujuannya adalah pasien dapat dipulihkan
kembali pasca tindakan sesuai dengan derajat berat ringannya kerusakan yang dialami pasien Adanya
resiko yang tinggi tersebut menuntut adanya manajemen terhadap resiko tersebut agar pelayanan
anestesi dan bedah dapat berjalan aman, lancar dan sukses.
BAB I
PEDOMAN
PELAYANAN RUANG OPERASI
Pelayanan bedah di Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Bunda Sejati terus terencana
dan terdokumentasikan berdasarkan hasil assesmen. Karena Tindakan pembedahan
membawa risiko dengan tingkatan tinggi, maka penggunaannya haruslah direncanakan
secara seksama.
Asesmen pasien adalah dasar untuk memilih prosedur yang tepat. Assesmen
memberikan informasi penting terhadap pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang
optimal, terlaksananya prosedur secara yang aman, menginterpretasikan temuan dalam
monitoring pasien. Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan
data diagnostic termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien. Pemilihan prosedur
mempertimbangkan informasi dari asesmen saat masuk rawat inap, tes diagnostik, dan
sumber lain yang tersedia. Proses assesmen dapat dijalankan dalam kerangka waktu yang
lebih singkat bilamana pasien secara darurat membutuhkan pembedahan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah edukasi dan diskusi dengan pasien dan
keluarganya atau orang yang berwenang membuat keputusan bagi pasien. Pasien dan
keluarga atau para pembuat keputusan menerima informasi yang adekuat untuk
berpartisipasi dalam keputusan pemberian pelayanan dan memberikan persetujuan
(informed consent) yang berisi risiko dari prosedur yang direncanakan, manfaat prosedur
yang direncanakan, komplikasi yang potensial terjadi, alternatif tindakan pembedahan dan
nonbedah yang tersedia untuk merawat. Beberapa pengertian yang harus dipahami dalam
penataan pelayanan bedah di RS Bunda Sejati Tangerang:
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pelayanan Bedah adalah pelayanan operasi yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Bunda Sejati . Ruang lingkup Panduan Pelayanan Bedah Ialah:
1. Instalasi Rawat Khusus
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Staf Medis
5. Keperawatan
B. Landasan Hukum
Penyelanggaran pelayanan instalasi kamar operasi rumah sakit Bunda Sejati sesuai
dengan:
3. CIRCULER (ONLOOP)
1. Pengertian o Petugas kamar operasi yang tidak steril (tidak
memakai jas operasi, tidak memakai handschoen
steril)
C. JENIS PEMBEDAHAN
1. Bedah
Pembedahan adalah cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap kesembuhan
dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan. Hal ini
memiliki sinonim yang sama dengan kata “chirurgia” (dibaca : KI-RUR-JIA). Dalam bahasa
yunani “cheir” artinya tangan ; dan ergon” artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana
(potter, 2006)
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan peraturan
tempat untuk dilaksana kan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadang
kala disebut pembedahan tanpa rawat inap(outpatient surgery) atau pembedahan
sehari( one-day surgery).
2. Jenis Pembedahan
a. Bedah minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimanan secara relatif dilakukan
secara sederhan tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti : membuka abses
superficial, membersihkan luka, inokulasi, superficial neuroktomi dan tenotomi.
b. Bedah mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan dari pada untuk pembedahan minor,membutuhkan waktu, dan
memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah Caesar, mammektomi, bedah
thorax, bedah otak.
c. Bedah antiseptic
Bedah antiseptic merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptic untuk mengontrol kontaminasi bacterial.
d. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagi cara
untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat
mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti: koresi dan
imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber
dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk neoplasma,
pembedahan radikal untuk hernia.
f. Pembedahan rekonstruktif
Pembedahan rekonstruksi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk
melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas
atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-langit mulut yang
terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.
g. Bedah plastic
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki
defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer
jaringan dari bagian tubuh lainnya.
3. Sifat Operasi
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat
mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.
1. SURGICAL SCRUB
a. Prosedur o Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan
o Pastikan bagian lengan pakaian OK tidak terlalu dekat ke siku
o Buka keran, biarkan air mengalir sejenak
o Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, alirkan air
sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan jari-jari, telapak
tangan, punggung tangan, pergelangan dan lengan bawah
terbasuh dan air mengalir ke arah siku
o Lakukan pada lengan yang satunya
o Keluarkan chlorhexidine gluconate secukupnya dengan tangan
satu dan menampungnya dengan tangan lainnya
o Lakukan tujuh langkah pencucian tangan:
- Gosok-gosokkan kedua telapak tangan
- Gosok-gosokkan kedua telapak tangan dengan jari saling
terkait diantara jari sedemikian rupa sehingga sela jari
terkena
- Gosok-gosok punggung tangan yang satu dengan telapak
tangan yang lain, kaitkan jari di antar jari tangan yang lain
sehingga sela jari terkena, lakukan secara bergantian
- Letakkan punggung jari-jari tangan yang satu dengan
telapak tangan yang lain dengan jari saling mengunci lalu
gosok-gosok sedemikian rupa sehingga ujung jari-jari
tangan yang satu membersihkan buku-buku jari tangan
yang lain
- Gosok-gosok ibu jari tangan yang satu dengan telapak
tangan yang lain secara berputar, lakukan bergantian
- Kuncupkan tangan yang satu sehingga semua ujung jari
bertemu, lalu gosok-gosokkan ke telapak tangan yang
satunya, secara berputar ke kiri dan ke kanan, lakukan
bergantian
- Gosok-gosok seluruh permukaan pergelangan tangan
hingga sepertiga tengah lengan bawah oleh telapak
tangan yang lain, lakukan bergantian
o Seluruh proses 7 langkah tadi dilakukan selama 1 menit, bisa
dibagi-bagi per langkah atau langkah tadi dilakukan berulang-
ulang
o Biarkan keran air terbuka dan air mengalir spanjang proses cuci
tangan tadi
o Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bilaslah seluruh
tangan dan lengan dengan air mengalir sedemikian rupa
sehingga seluruh permukaan terbasuh dan buih dari antiseptik
terbasuh
o Lakukan 7 langkah cuci tangan seperti di atas dengan
chlorhexidin gluconate sekali lagi
o Tutup keran dengan menggunakan siku
o Pertahankan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bila perlu
jabatkan kedua tangan. Posisi tangan jangan terlalu tinggi,
jangan terlalu dekat dengan wajah
o Kenakan jas operasi dan handschoon dengan lengan dan
tangan masih terbalur antiseptik
2. SURGICAL GOWN
a. Pakaian OK tim operasi sesuai prosedur
b. Jas wajib dipakai pada setiap operasi sedang shingga besar/luar biasa
c. Setelah cuci tangan selesai, dan petugas sudah di dalam ruang operasi, buka ikatan
jas operasi
d. Kenakan jas dengan memasukkan tangan dan lengan ke dalam lengan jas yang
sesuai. Genggan ujung lengan jas dengan tangan.
e. Biarkan Onloop mengikatkan tali di bagian belakang jas
f. Ikatlah tali pada lengan jas sehingga ujung lengan jas melekat pada pergelangan
g. Kenakan handschoon dan posisikan tangan selalu di atas pusar
h. Ingat, walaupun sudah memakai jas, bagian pusar ke bawah tetap dianggap non
steril.
3. HANDGLOVING
a. Kenakan handscoon secara hand to hand, glove to glove
b. Handschoon selalu dalam keadaan bagian lengan terlipat keluar
c. Ambil handschoon kanan dengan tangan kiri dengan memegang bagian lipatan
handschoon kanan yang merupakan sisi yang melekat ke kulit
d. Masukkan tangan kanan hingga semua jari masuk ke tempatnya masing-masing.
Lepaskan tangan kiri dan biarkan handschoon masih dalam keadaan terlipat di
tangan kanan.
e. Ambil handscoon kiri dengan menggunakan tangan kanan yang sudah memakai
handschoen dengan mengaitkan jari tangan kanan ke dalam lipatan, yaitu sisi yang
kelak akan menghadap ke luar, tidak melekat ke kulit.
f. Masukkan tangan kiri hingga jari-jari masuk ke tempatnya masing-masing. Dengan
jari tangan kanan yang masih mengait ke lipatan handscoon kiri, lipatan kemudian
dibuka sedemikian rupa sehingga bagian lengan handscoon menutupi sepertiga
distal lengan bawah kiri.
g. Jari tangan kiri mengait ke lipatan handscoon kanan pada sisi yang kelak
menghadap keluar, kemudian membuka lipatan sedemikian rupa sehingga sepertiga
distal lengan bawah kanan tertutup handscoon.
h. Posisikan tangan di atas pusat
b. Anestesi Spinal
Bila dilakukan anestesi spinal, maka posisi anestesi spinal adalah duduk dengan
tungkai lurus ke depan atau uncang-uncang pada kedua sisi bed operasi, tangan
diletakkan pada bed atau tungkai dengan posisi palmar di atas, lemas, kepala
tertunduk.
Posisikan pasien sesuai kebutuhan operasi setelah anestesi selesai.
c. Posisi Terlentang
Setelah proses anestesi selesai, maka posisi lengan disesuaikan kebutuhan apakah
akan terlentang dan terikat pada penyanggah, atau terlipat di bawah kepala, atau
lurus disamping tubuh pasien, tungkai biasanya lurus dan terikat pada bagian atas
lulut, tambahan-tambahan lain semisal penyanggah bahu, penyanggah panggul dan
sebagainya disesuaikan kebutuhan.
d. Posisi Litothomi
Posisi bokong pasien pada batas bagian badan dan tungkai bed operasi. Siapkan
peyanggah tungkai di sisi kiri dan kanan batas tersebut.
Letakkan pelindung/pad pada penyanggah tungkai, lalu letakkan bagian belakang
lutut pada penyanggah, sedemikian rupa sehingga bagian perineum terekspos
dengan baik dan tungkai terposisikan dengan nyaman.
Posisikan lengan terlentang dan terikat pada penyanggah.
Tutup pasien dengan baik.
e. Posisi miring
Posisi pasien miring kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga area operasi
terekspos dengan baik, jalan nafas dan anestesi tidak terganggu, dan posisi pasien
stabil tidak dapat jatuh ke posisi depan atau belakang.
f. Posisi tengkurap
Idem posisi miring
1. Menggunakan a. Agar tercipta lapang pandang yang baik sisi luka perlu ditarik ke
Hak arah luar atau atas.
b. Gunakan hak yang sesuai dengan ukuran luka operasi dan
kedalaman lapang pandang yang dibutuhkan. Contoh untuk
ekstirpasi FAM mungkin hanya dibutuhkan hak gigi atau
langenbeck kecil saja. Untuk Hernia mungkin perlu hak Roche
dan langenbeck saja. Untuk hysterctomy pada yang kurus bisa
hanya blaas hak saja atau hak cangku/langenbeck besar pada
orang gemuk dsb.
c. Selalu lepaskan hak dari area operasi bila tangan operator
masuk, karena selain bisa menghalangi tangan juga
menyebabkan sakit pada tangan operator
d. Perhatikan arah operator, gerakkan/pindahkan hak untuk
memberi lapang pandang yang lebih baik bila diperlukan.
4. Tentang a. Selalu memegang benda tajam seperti bisturi atau jarum dengan
Jarum alat, baik pinset, klem atau naldfulder.
b. Jarum dapat dipakai kembali sedangkan bisturi harus dibuang di
tempat sampah benda tajam.
c. Jenis jarum menurut mata jarumnya:
o Jarum taper bermata jaru bulat, bila ditusukkan tidak
merobek jaringan yang ditembusnya. Digunakan untuk
menjahit jaringan lunak dibawah jaringan kutis. Kecuali
pada jaringan keras seperti cervix uteri, kelenjar
payudara yang displastik, bisa dipakai jarum cutting
dengan pengawasan perdarahan.
o Jarum cutting bermata jarum segitiga, bila ditusukkan
akan merobek jaringan yang ditembusnya sehingga bisa
menimbulkan perdarahan. Digunakan untuk menjahit
kulit atau jaringan yang keras
o Jarum non traumatik, yaitu jarum yang langsung
terhubung dengan benang di ujung
belakang/pangkalnya. Tidak memiliki lubang jarum
sehingga dapat menembus jaringan dengan mulus. Misal
jarum pada benang dalam kemasan sachet.
d. Ekor benang pada lubang jarum jangan terlalu pendek sehingga
mudah lepas atau terlalu panjang sehingga mengganggu
penjahitan. Standar panjang ekor benang adalah 4 - 5 cm.
b. Dalam hal gunting, untuk menjaga agar tangan tidak goyah yang
bisa berakibat fatal, maka jari pada tangan kiri ikut membantu
menopang gunting saat pengguntingan dilakukan.
F. PASCA OPERASI
1. PENGELOLAAN PASIEN
a. PERAWATAN LUKA OPERASI
o Segera setelah selesai tindakan operasi, area operasi dicuci bersih dengan NaCl
0,9% steril. Pembersihan dilakukan mulai dari luka sayatan meluas ke
sekitarnya.
o Luka operasi ditutup dengan kasa kompres betadine, lalu kasa steril polos. Fixasi
kasa dengan Hypafix atau plester.
o Setelah masuk rawat inap perawatan luka sebagaimana standar.
2. PENGELOLAAN LINEN
a. Segera dekatkan waskom berisi Chlorine 0,5% untuk cuci handschoen operator.
Mintalah operator melepaskan handschoen untuk direndam dalam waskom.
b. Segera buka jas operasi operator. Letakkan di dalam ember linen kotor berpenutup.
c. Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan menjatuhkan duk di
lantai.
d. Jika ada kain alas kaki di lantai juga dimasukkan ke dalam ember tersebut.
e. Jika apron terbuat dari plastik saja dan tidak ada bagian yang menyerap cairan
tubuh pasien cukup dibersihkan dengan cairan chlorine saja. Tapi bila terbuat dari
parasit dan atau ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien, harus diperlakukan
sebagaimana linen.
f. Pakain OK setelah berganti pakaian diletakkan di dalam ember besar. Jangan
dibiasakan berserakan di lantai.
g. Penutup kepala dan masker di buang ke dalam tempat sampah infeksius.
Selanjutnya transport linen kotor dalam ember tertutup menggunakan trolley khusus
dengan jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti
atau mampir ke mana-mana
h. Linen diolah di ruang laundry sesuai prosedur.
3. PENGELOLAAN INSTRUMEN
a. Segera rendam instrumen ke dalam larutan chlorine 0,5% yang terdapat dalam
wadah/ember plastik.
b. Sebaiknya instrumen direndam sekaligus, jangan sedikit-sedikit
c. Rendam selama 10 menit. Bila instrumen direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10
menit sejak instrumen terakhir dimasukkan.
d. Rendam sampai seluruh instrumen terendam seluruhnya, jangan lupa membuka
pengunci instrumen
e. Untuk selang dan atau kanul, maka sebelum direndam dilakukan spooling dengan
air detergent dan dispooling dengan air bersih dan dibilas.
f. Keringkan dengan menggunakan handuk bersih atau dianginkan menggunakan
hairdryer
g. Bila instrumen termasuk dalam packing, maka setelah kering dilakukan packing
kembali dan dilakukan sterilisasi segera. Bila instrumen tidak termasuk yang
dipacking maka instrumen disimpan dalam lemari kaca yang dilengkapi kantung
karbon hidrophilik dan penerangan sekaligus pemanasan dengan lampu pijar 10
watt.
b. TROLLEY
o Perlakuan sama dengan bed operasi
o Trolley diletakkan di ruang peralatan
c. BRANKAR DAN STANDAR
o Perlakukan sama dengan bed operasi
o Standar diletakkan di ruang peralatan, brankar di koridor transport/RR
d. LAMPU OPERASI
o Seluruh permukaan lampu operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Periksa adakah bola lampu yang rusak. Segera laporkan kepada bagian
pemeliharaan untuk segera diganti
e. ALAT ANESTESI
o Permukaan trolley dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Vaporizer ditutup, O2 dan N2O ditutup
o Facemask dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Selang, canule, ETT, mayo diperlakukan sebagaimana instrumen
f. MONITOR EKG
o Matikan monitor ECG, cabul kabel dari stekker
o Gulung dengan baik semua kabel dan letakkan pada gantungannya
5. PENGELOLAAN RUANGAN
a. Lantai dibersihkan dengan chlorine 0,5%
b. Dinding dibersihkan dengan chlorine 0,5%
c. Tempat cuci tangan diperiksa kebersihan
d. Spoelhoek diperiksa kebersihannya
e. Ruang ganti pakaian dan ruang dokter diperiksa kebersihannya
f. Kamar mandi periksa
g. Ruang instrumen diperiksa
h. Ruang RR diperiksa
i. Ruang sterilisasi diperiksa
6. PENGELOLAAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan spesimen adalah label yang
benar, pengawetan (preservasi) dan pengiriman yang benar. Sebab bila pemberian label
yang salah atau specimen tertukar dapat berarti menentukan diagnose yang salah untuk
dua orang pasien. Hilangnya specimen dapat berarti tidak dapat menentukan diagnose
atau harus dilakukan pengambilan specimen baru dengan kemungkinan tidak
mendapatkan specimen yang sama jenisnya dengan yang hilang. Oleh karena itu
semua specimen harus diamankan kecuali dokter memintanya untuk membuang.
o Apabila diambil lebih dari satu specimen, specimen-specimen itu harus diberi
nomor label sesuai dengan urutan diangkatnya dan ditempatkan dalam
tempatnya yang terpisah kecuali dokter meminta untuk menyimpan dalam satu
wadah.
o Organ-organ yang solid seperti: hati, limpa, uterus dan lain-lain biasanya
dipotong dahulu oleh dokter sebelum disimpan pada tempat yang sudah berisi
pengawet.
o Organ yang berbentuk pipa seperti: jaster, colon, vesica winara harus dibuka
dulu agar bahan pengawet mengenai sisi luar dan dalamnya.
o Jangan membuat trauma pada jaringan specimen seperti biopsi nosofaringeal
o Tidak boleh memasukkan dengan paksa ke dalam tempat yang sempit
o Jangan membuang specimen kecuali Dokter memintanya untuk dibuang.
Dari sekian banyak usaha tersebut tidak ada satu pun yang bisa secara mandiri
dipergunakan tanpa dibantu usaha lain, tidak ada satu pun cara yang bisa digunakan
untuk semua komponen benda hidup dan beda mati. Semua merupakan suatu kesatuan
usaha yang bertujuan satu: Menghilangkan sebanyak mungkin mikroorganisme dalam
proses interaksi pasien RS dalam proses pelayanan medis di RS
o DESINFEKSI
Adalah suatu proses/kegiatan yang berusaha membasmi sebagian besar
mikroorganisme pada benda mati. Pengertian yang sama pada mahluk hidup disebut
Antisepsis.
o STERILISASI
Adalah suatu proses yang berusaha membasmi semua mikroorganisme pada
benda mati.
o DEKONTAMINASI
Handschoen : CSSD
Perlengkapan : CSSD
Dilaksanakan di spoolhoek di OK
o Cara Merendam:
- Untuk instrumen dan handschoen dilaksanakan di spoelhoek di OK . Untuk linen
dilaksanakan di Ruang Laundry.
- Untuk instrumen dan handschoen, larutan chlorine disediakan dalam wadah
plastik. Beri tanda ketinggian pada wadah tersebut untuk tiap kenaikan 1 liter
airnya. Wadah untuk handschoen dan instrumen terpisah. Untuk linen, larutan
chlorine disediakan dalam bak cuci.
- Instrumen direndam dalam keadaan terbuka kuncinya, dan sebaiknya direndam
sekaligus tidak sedikit-sedikit. Sebab sifat korosif chlorine, maka masalah lama
perendam menjadi penting. Bila direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10
menit dimulai sejak instrumen terakhir dimasukkan.
- Linen langsung direndam dalam bak berisi larutan chlorine, serta diaduk-aduk
sebentar agar semua linen terbasahi dengan baik.
- Rendam selama 10 menit
- Instrumen kemudian diangkat, dicuci dan disikat dengan air detergent, dan
dibilas dengan air mengalir
- Handschoen diangkat, dicuci dan dikucek dengan air detergent, dan dibilas
bersih dengan air mengalir
- Linen diangkat, diperas dan dibilas bersih dengan air mengalir.
- Selanjutnya sesuai prosedur pengelolaan masing-masing
Catatan: larutan chlorine 0,5% dapat juga dipakai sebagai usaha desinfeksi dengan
membasuh permukaan seperti permukaan lantai, kaca, meja, meja operasi.
o DESINFEKSI
Desinfeksi di RSIA Bunda Sejati dilakukan dengan beberapa cara: menggunakan bahan
kimia, dengan perebusan, dan desinfeksi ruangan dengan airbone
Ekonomis
Harga ekonomis
Ekonomis
Sporisidal 10 jam
Tahan 14 hari
Iritatif
Mahal
9 Chlorine Dengan kadar ppm yang tepat dapat Desinfeksi semua alat,
bersifat desinfektan kuat hingga instrumen, linen,
sporisidal permukaan
Agak toksik
Ekonomis
a. PENGEMASAN
Kemas/bungkus benda yang akan disterilisasi dengan duk .
b. STERILISASI
Buka pintu sterilisator, masukan alat yang akan di steril, tutup pintu stelisator lalu
atur suhu dan waktu pemanas, tekan tombol set pada alat sterilisator.
c. PEMELIHARAAN
1. Bersihkan dan keringkan bagian dalam sterilisator setelah selesai
pemakaian.
2. Pintu harus selalu tertutup.
3. Periksa kondisi sterilisator secara berkala
o STERILISASI HANDSCHOEN
- Menggunakan sterilisator kering
- Handscoon dibungkus kertas buram
- Masukan dalam tromol
- Setelah selesai sterilisasi, tromol diberi label tanggal pelaksanaan
sterilisasi.
o STERILISASI LINEN
- Menggunakan autoclave
- Jika linen akan didistribusikan ke ruangan-ruangan, duk disimpan dalam
tromol
- Linen disusun sebaiknya dalam bentuk gulungan-gulungan, sehingga ada
ruang di antara tiap linen. Jika disusun dalam bentuk lipatan, maka
disusun dengan berjajar, bukan menumpuk.
- Buka kisi-kisi tromol, lalu lakukan sterilisasi sesuai petunjuk autoclave
- Setelah selesai tromol diangkat dan kisi-kisi ditutup.
- Tromol diberi label tanggal pelaksanaan steril.
- Jika linen hendak langsung dipakai, linen dapat langsung disimpan dalam
tangki sterilisasi dan baru dimasukkan ke dalam autoclave.
o STERILISASI KASA/VERBAND
- Menggunakan sterilisator kering atau autoclave
- Susun kasa dalam tromol dengan posisi berjajar bukan menumpuk
- Buka kisi-kisi, tutup tromol, lakukan sterilisasi
- Setelah selesai, tutup kisi-kisi, tromol diberi label tanggal pelaksanaan
sterilisasi.
BAB IV
URAIAN JABATAN
BAB V
TATA HUBUNGAN KERJA
JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Kepala Instalasi
Dokter
Anestesiologi dan Surat Penunju 1
Umum/Spesialis
Terapi Intensif
Koordinator Dokter Spesialis
Pelatihan PMKP 1
Pelayanan Medis Anestesi
Koordinator
S1/D3 Pelatihan PMKP 5
Pelayanan
Perawat S1/D3 Pelatihan PMKP 3
BAB VII
KEGIATAN ORIENTASI
HARI
MATERI WAKTU METODE JADWAL
KE
Pengenalan dokter dan petugas anestesi Orientasi Januari –
1 45 menit
lapangan Desember
Pengenalan alur dan uraian tugas pelayanan Dokumen dan Januari –
2 1 bulan
anestesi dan terapi intensif Desember
Pengenalan dokumen yang digunakan dalam Dokumen, Januari -
3 1 bulan
pelayanan anestesi dan terapi intensif ceramah Desember
Evaluasi Wawancara, Januari –
4 1 jam
log book Desember
BAB VIII
PERTEMUAN
A. PENGERTIAN
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan
suatu masalah tertentu.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat membantu terselenggaranya program kerja tim pelayanan anestesi dan terapi
intensif yang ada di Rumah Sakit Bunda Sejati.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan pelayanan anestesi
dan terapi intensif
b. Dapat mencari pemecahan permasalahan yang terkait dengan pelayanan
anestesi dan terapi intensif
C. KEGIATAN RAPAT
Rapat diadakan oleh tim pelayanan anestesi dan bedah
1. Rapat Terjadwal
2. Rapat Tidak Terjadwal
3.
BAB X
PELAPORAN
A. PENGERTIAN
Pelaporan adalah kumpulan hasil kegiatan di pelayanan anestesi dan bedah, terutama
di kamar operasi dan ruang rawat intensif, serta laporan indikator serta laporan insiden,
yang dilakukan pendataan setiap harinya. Adapun tujuan pelaporan, yaitu :
1. Monitoring kegiatan pelayanan anestesi dan terapi intensif
2. Adanya data yang didapat, dapat membuat perencanaan selanjutnya
3. Adanya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
B. JENIS LAPORAN
Jenis laporan yang ada di pelayanan anestesi dan terapi intensif, yaitu :
1. Laporan Bulanan
a. Ketenagaan
b. Fasilitas, sarana & prasarana
c. Kinerja
d. Mutu & Keselamatan Pasien
2. Laporan Tahunan
a. Laporan rekapitulasi kinerja tahunan
b. Laporan rekapitulasi indikator mutu & keselamatan pasien
3. Laporan Kegiatan
a. Laporan sosialisasi pada hal-hal baru di pelayanan anestesi dan terapi intensif
b. Laporan kegiatan insidentil sewaktu-waktu