Anda di halaman 1dari 50

PEDOMAN

PELAYANAN RUANG OPERASI

RUMAH SAKIT BUNDA SEJATI

TANGERANG
Jl. Prabu Siliwangi No.11, Kel. Keroncong, Kec. Jatiuwung,
Telp. (021) 5900136 – 59315850
Kota Tangerang, Banten, 15134
KATA PENGANTAR

Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar memberikan pelayanan
yang bermutu. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan, merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, peningkatan
mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. rumah sakit sebagai salah satu
penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan
yang profesional dan berkualitas, sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

Pelayanan anestesi dan sedasi dan pelayanan bedah merupakan suatu tindakan kedokteran yang banyak
dilakukan di Rumah Sakit. Oleh karenanya tindakan anestesi / sedasi dan bedah termasuk sebagai salah
satu tindakan kedokteran yang beresiko tinggi, karena tujuannya adalah pasien dapat dipulihkan
kembali pasca tindakan sesuai dengan derajat berat ringannya kerusakan yang dialami pasien Adanya
resiko yang tinggi tersebut menuntut adanya manajemen terhadap resiko tersebut agar pelayanan
anestesi dan bedah dapat berjalan aman, lancar dan sukses.
BAB I
PEDOMAN
PELAYANAN RUANG OPERASI

A. Pengertian Kamar Operasi

Pelayanan bedah di Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Bunda Sejati terus terencana
dan terdokumentasikan berdasarkan hasil assesmen. Karena Tindakan pembedahan
membawa risiko dengan tingkatan tinggi, maka penggunaannya haruslah direncanakan
secara seksama.

Asesmen pasien adalah dasar untuk memilih prosedur yang tepat. Assesmen
memberikan informasi penting terhadap pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang
optimal, terlaksananya prosedur secara yang aman, menginterpretasikan temuan dalam
monitoring pasien. Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan
data diagnostic termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien. Pemilihan prosedur
mempertimbangkan informasi dari asesmen saat masuk rawat inap, tes diagnostik, dan
sumber lain yang tersedia. Proses assesmen dapat dijalankan dalam kerangka waktu yang
lebih singkat bilamana pasien secara darurat membutuhkan pembedahan.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah edukasi dan diskusi dengan pasien dan
keluarganya atau orang yang berwenang membuat keputusan bagi pasien. Pasien dan
keluarga atau para pembuat keputusan menerima informasi yang adekuat untuk
berpartisipasi dalam keputusan pemberian pelayanan dan memberikan persetujuan
(informed consent) yang berisi risiko dari prosedur yang direncanakan, manfaat prosedur
yang direncanakan, komplikasi yang potensial terjadi, alternatif tindakan pembedahan dan
nonbedah yang tersedia untuk merawat. Beberapa pengertian yang harus dipahami dalam
penataan pelayanan bedah di RS Bunda Sejati Tangerang:
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pelayanan Bedah adalah pelayanan operasi yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Bunda Sejati . Ruang lingkup Panduan Pelayanan Bedah Ialah:
1. Instalasi Rawat Khusus
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Staf Medis
5. Keperawatan

B. Landasan Hukum
Penyelanggaran pelayanan instalasi kamar operasi rumah sakit Bunda Sejati sesuai
dengan:

1. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 Kesehatan
3. Standar, Pedoman dan pernyataan, perhimpunan dokter spesialis Anestesiologi dan
ReanimasiIndonesia (IDSAI) Jaya Tahun 2003
4. Pedoman kerja perawat kamar operasi, departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 1993
5. Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519 tahun 2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 251/Menkes/SK/VII/2012
tentang Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA SEJATI TANGERANG

A. SEJARAH RSIA BUNDA SEJATI TANGERANG


Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Sejati merupakan pengembangan dari Bidan
Praktek Mandiri (BPM) yang terletak di lokasi Jl. Prabu Siliwangi Nomor 11 Jatiuwung
Kota Tangerang. Didirikan pada tahun 1983 oleh Bidan Dameria dengan Kapasitas 2
Tempat Tidur (TT) masih dilokasi yang sama tahun 2004 dengan status yang sama
bertambah menjadi 20 tempat tidur, Rumah Bersalin Ibu dan Anak Bunda Sejati
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil /bersalin serta pelayanan dasar
untuk bayi dan balita.
Berawal dari kapasitas 20 Tempat Tidur untuk perawatan Ibu hamil / melahirkan
dengan ditunjang klinik spesialis anak dan kebidanan / penyakit kandungan serta klinik
KIA yang dikelola oleh bidan, rumah bersalin Bunda Sejati mengalami perkembangan
yang cukup pesat dilihat dan tingkat hunian tempat tidur dan angka persalinan yang
cukup tinggi. Disamping itu angka kunjungan pasien ke klinik / rawat jalan juga semakin
meningkat.
Dengan perencanaan bertahap, dimulai dan menyediakan fasilitas-fasilitas
penunjang seperti apotik, klinik rotgen, laboratorium sederhana, Klinik 24 jam dengan
dokter jaga, kamar operasi serta fasilitas-fasilitas umum lainnya, pada tahun 2006 pihak
pendiri/ pemilik memutus untuk mengembangkan pelayanan menjadi Rumah Sakit Iu
dan Anak dengan kapasitas tempat tidur 28 tempat tidur.
Pada tanggal 01 juli 2018 Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Sejati dengan
penambahan fasilitas fisik, peralatan medis dan jumlah sumber daya manusia dan
penambahan apasitas tempat tidur menjadi 40 Tempat Tidur dan dibawah kepemilikan
PT Bunda Sejati.
B. KEPEMILIKAN & LOKASI RUMAH SAKIT
PT Bunda Sejati pada tanggal01 juli 2018 bergabung dengan Rumah Sakit AN-NISA
( AN-NISA GROUP) kedudukan kantor PT Bunda Sejati adalah di JL Prabu Siliwangi
Nomor 11 Jatiuwung Kota Tangerang Provinsi Banten
BAB III
TATA LAKSANA
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
a. Dokter Bedah Dokter bedah adalah Dokter Spesialis yang meiliki kompetensi dan
kewenangan dalam melakukan tindakan pembedahan sepert Bedah Umum, Bedah
Orthopedi, , Bedah, Kebidanan, Mata, Dokter Provider Resusitasi Anak Dokter
Provider Resusitasi Anak, ialah dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan
dokter spesialis dengan kompetensi melakukan tindakan pelayanan pada Bayi Baru
Lahir.
b. Dokter Anestesi Dokter Anestesi, ialah dokter yang telah menyelesaikan program
pendidikan dokter spesialis dengan kompetensi melakukan tindakan Pelayanan
Anestesi dan Sedasi
c. Perawat Kamar bedah Perawat Kamar Bedah adalah Perawat yang telah
menyelesaikan pendidikan maupun pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pelayanan pembedahan, baik di luar atau di dalam rumah sakit. Perawat Kamar
Bedah.
C. PEMBAGIAN TUGAS PERSONIL OK

1. SCRUB NURSE (INSTRUMENTER)


a. Pengertian o Petugas kamar operasi yang secara steril
mengelola semua kebutuhan instrumentasi
sebelum, selama dan setelah operasi

b. Tanggung jawab o Menjaga keutuhan dan efisiensi daerah steril


dengan menyediakan instrumen dan supply steril
yang diperlukan

c. Syarat o Paramedik/bidan terlatih secara intern RS


o Menguasai betul/fasih teknik aseptik antiseptik
o Mengenal dengan baik teknik operasi yang
dilakukan dan kemungkinan kegawatan
o Mengenal dengan baik instrumentasi yang
diperlukan
o Mengenal karakteristik operator

d. Tugas (sebelum o Bersama Onloop menyiapkan instrumen dan alat-


operasi) alat termasuk benang jahit, jarum, juga
ketersediaan obat-obatan anestesi, dan cairan
o Memeriksa ulang kesiapan instrumentasi, pastikan
susunan berdasarkan urutan tindakan operasi.
o Melakukan cuci tangan bedah, memakai jas
operasi dan sarung tangan steril dengan teknik
yang benar
o Bila tersedia meja mayo, maka siapkan meja
mayo
o Membantu dokter atau asistem satu dalam
tindakan antiseptik kulit. Berdiri pada disisi
operator/asisten satu saat melakukan antiseptik
kulit.
o Membantu menutup pasien dengan duk steril
o Menyiapkan dan memberikan instrumen

e. Tugas(selama o Memperhatikan jalannya operasi dan mencoba


operasi) membaca keperluan operator satu langkah lebih
dahulu
o Selalu tersedia kasa di daerah operasi. Sediakan
pada wadah tertentu seperti nerbekken
o Ingat! Kelompokkan kasa dalam satu ikatan
dengan jumlah yang tertentu. Buka lah bundel
satu persatu bila diperlukan agar tidak tercampur
satu sama lain. Hitung selalu kasa yang tersedia
di area operasi dan kasa yang sudah terpakai.
Buang kasa yang sudah terpakai pada tempat
sampah infeksius.
o Menjaga agar daerah operasi selalu rapi dan
kering
o Instrumen tidak boleh menumpuk tapi harus
tersusun
o Jangan biarkan darah mengering pada instrumen
o Meminta supply alat tambahan kepada Onloop
o Bila sarung tangan bolong atau robek atau
tertusuk, segera diganti
o Posisi tubuh harus tegak, tidak boleh bersandar
pada meja instrumen
o Sebelum menutup luka, hitung kembali kasa,
instrumen, jarum

f. Tugas (pasca o Membersihkan luka operasi dengan NaCl 0.9%


operasi) steril, keringkan dengan kasa kering
o Luka operasi ditutup dengan lomatueldan kasa
steril dan di tutup dengan plester/hypafix
o Lepaskan duk, periksa duk klem jangan sampai
tertinggal
o Rendam instrumen dalam baskom plastik berisi
larutan chlorine 0.5%, biarkan selama 10 menit.
Rendam secara sekaligus jangan menambah
sedikit-sedikit instrumen yang direndam
o Bisturi dibuang di tempat sampah benda tajam
o Sebelum dicabut, kanul dan selang harus selalu
dispooling/bilas dengan air chlorine 0.5% dan air
bersih
o Cuci handscoon dengan chlorine 0.5% sebelum
dilepaskan. Jangan lepas handscoon sebelum
semua pekerjaan selesai. Pengelolaan handscoon
sesuai prosedur buku ini.
o Bila ada spesimen yang sudah disiapkan Onloop,
dicek kembali

2. ASISTEN UTAMA (ASISTEN SATU)

1. Pengertian o Petugas yang membantu operator melaksanakan


operasi

2. Tanggungjawab o Terlaksananya operasi dengan baik dan aman

3. Syarat o Dokter/paramedik/bidan terlatih secara intern RS


o Menguasai betul/fasih teknik aseptik antiseptik
o Mengenal dengan baik teknik operasi yang
dilakukan dan kemungkinan kegawatan
o Mampu mengelola pasien gawat
o Mengenal dengan baik instrumentasi yang
diperlukan
o Mengenal karakteristik operator
o Teliti dan cekatan
o Diutamakan berpengalaman

4. Tugas (sebelum o Berkomunikasi dengan operator mengenai


operasi) rencana tindakan operasi dan kemungkinan
komplikasi
o Memastikan identitas pasien dan kelengkapan
administrasi
o Memeriksa pasien yang akan dioperasi
o Memastikan kelengkapan instrumen dan peralatan
o Memastikan kesiapan kegawatan
o Memastikan kesiapan anestesi
o Memastikan kesiapan fasilitas ruangan operasi
o Membantu memposisikan pasien
o Membantu operator melakukan antiseptik
o Membantu operator menutupi pasien dengan duk
steril
o Berkomunikasi dengan anestesi tentang kesiapan
tindakan operasi dan kondisi pasien
o Cuci tangan bedah dan mengenakan jas operasi

5. Tugas (selama o Membantu operator dalam setiap tindakan yang


operasi) dilakukan
o Memberikan lapang pandang yang baik pada area
operasi dan bersih sepanjang operasi
o Memantau dan meminimalisir perdarahan
o Mengawasi kondisi pasien dan berkomunikasi
dengan anestesi
o Mengawasi kinerja instrumenter
o Mengantisipasi kebutuhan operator baik
kebutuhan personal maupun kebutuhan tindakan
operasi selangkah di depan operator
o Bertindak sebagai manajer dari tim pendukung
operasi.

6. Tugas (pasca o Membantu menutup luka, membersihkan pasien


operasi) o Membantu anestesi mengamankan pasien
o Membantu transport pasien
o Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien
o Berkomunikasi dengan operator tentang follow up
pasien

3. CIRCULER (ONLOOP)
1. Pengertian o Petugas kamar operasi yang tidak steril (tidak
memakai jas operasi, tidak memakai handschoen
steril)

2. Tanggung o Membantu memenuhi seluruh kebutuhan kamar


jawab operasi, operator, anestesi, instrumenter dan pasien
sebelum, selama dan sesudah operasi.
o Membantu team yang steril dengan supply yang steril

3. Syarat o Paramedik/bidan terlatih secara intern RS


o Menguasai betul/fasih teknik aseptik antiseptik
o Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan
dan kemungkinan kegawatan
o Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan
dan letak penyimpanan instrumen dan bahan medik
lain dalam kompleks OK
o Cekatan dan inisiatif

4. Tugas o Cuci tangan bedah tapi tidak memakai jas dan


(sebelum handschoen steril. Handscoon dapat yang steril tapi
operasi) tidak dijaga sterilitasnya
o Memeriksa kebersihan ruangan, membersihkan
ruangan jika belum dibersihkan
o Membantu mempersiapkan instrumen bersama
instrumenter
o Identifikasi pasien dan serah terima pasien,
memastikan kelengkapan administrasi
o Membantu transport pasien senyaman mungkin
o Mengganti pakaian pasien
o Membantu memposisikan pasien di meja operasi
o Menyambungkan alat alat ke supply listrik,
menyambungkan selang dan kabel steril dengan alat
yang non steril seperti suction atau diatermi
o Membantu team steril mengenakan apron, jas operasi,
sepatu, google
o Mengisi buku catatan operasi, catatan pasien, formulir
pemeriksaan dsb

5. Tugas (selama o Melihat jalannya operasi dan selalu memenuhi alat


operasi) supply atau instrumen yang dibutuhkan team
o Menghitung kasa yang dipakai
o Memperhatikan kebutuhan pasien semisal pasien
kedinginan, infus habis, posisi dsb
o Selalu berkomunikasi dengan seluruh tim. Bila keluar
ruangan agar memberitahukan instrumenter
o Menerima spesimen dengan baik dan mengelolanya
dengan benar
o Membantu kebutuhan personal tim steril seperti
menghapus keringat, menghapus cipratan darah,
membenahi pakaian, menyediakan alas kain pada
lantai dsb.
o Menjaga agar ruangan operasi selalu bersih, rapi dan
nyaman
6. Tugas (pasca o Menyediakan baskom chlorine 0.5% untuk cuci
operasi) handschoon operator, melepaskan jas operasi
o Memasangkan plester pada kasa/dressing
o Membersihkan pasien dari darah dan kotoran lainnya
dari tubuh
o Memakaikan pakaian pasien dengan baik
o Transport pasien ke ruang pemulihan bersama penata
anestesi / serah terima pasien dengan perawat
ruangan
o Menyiapkan laporan operasi, formulir pemeriksaan,
atau resep, serta konsumsi untuk operator
o Membantu instrumenter membersihkan alat dan
instrumen
o Membersihkan ruangan operasi dan menyiapkan
ruangan operasi.

C. JENIS PEMBEDAHAN

1. Bedah
Pembedahan adalah cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap kesembuhan
dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan. Hal ini
memiliki sinonim yang sama dengan kata “chirurgia” (dibaca : KI-RUR-JIA). Dalam bahasa
yunani “cheir” artinya tangan ; dan ergon” artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana
(potter, 2006)
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan peraturan
tempat untuk dilaksana kan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadang
kala disebut pembedahan tanpa rawat inap(outpatient surgery) atau pembedahan
sehari( one-day surgery).

2. Jenis Pembedahan
a. Bedah minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimanan secara relatif dilakukan
secara sederhan tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti : membuka abses
superficial, membersihkan luka, inokulasi, superficial neuroktomi dan tenotomi.

b. Bedah mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan dari pada untuk pembedahan minor,membutuhkan waktu, dan
memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah Caesar, mammektomi, bedah
thorax, bedah otak.

c. Bedah antiseptic
Bedah antiseptic merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptic untuk mengontrol kontaminasi bacterial.

d. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagi cara
untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat
mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti: koresi dan
imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.

e. Bedah radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber
dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk neoplasma,
pembedahan radikal untuk hernia.

f. Pembedahan rekonstruktif
Pembedahan rekonstruksi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk
melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas
atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-langit mulut yang
terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.

g. Bedah plastic
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki
defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer
jaringan dari bagian tubuh lainnya.

3. Sifat Operasi
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien.

b. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat
mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.

C. PELAKSANAAN TINDAKAN OPERASI

1. SURGICAL SCRUB
a. Prosedur o Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan
o Pastikan bagian lengan pakaian OK tidak terlalu dekat ke siku
o Buka keran, biarkan air mengalir sejenak
o Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, alirkan air
sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan jari-jari, telapak
tangan, punggung tangan, pergelangan dan lengan bawah
terbasuh dan air mengalir ke arah siku
o Lakukan pada lengan yang satunya
o Keluarkan chlorhexidine gluconate secukupnya dengan tangan
satu dan menampungnya dengan tangan lainnya
o Lakukan tujuh langkah pencucian tangan:
- Gosok-gosokkan kedua telapak tangan
- Gosok-gosokkan kedua telapak tangan dengan jari saling
terkait diantara jari sedemikian rupa sehingga sela jari
terkena
- Gosok-gosok punggung tangan yang satu dengan telapak
tangan yang lain, kaitkan jari di antar jari tangan yang lain
sehingga sela jari terkena, lakukan secara bergantian
- Letakkan punggung jari-jari tangan yang satu dengan
telapak tangan yang lain dengan jari saling mengunci lalu
gosok-gosok sedemikian rupa sehingga ujung jari-jari
tangan yang satu membersihkan buku-buku jari tangan
yang lain
- Gosok-gosok ibu jari tangan yang satu dengan telapak
tangan yang lain secara berputar, lakukan bergantian
- Kuncupkan tangan yang satu sehingga semua ujung jari
bertemu, lalu gosok-gosokkan ke telapak tangan yang
satunya, secara berputar ke kiri dan ke kanan, lakukan
bergantian
- Gosok-gosok seluruh permukaan pergelangan tangan
hingga sepertiga tengah lengan bawah oleh telapak
tangan yang lain, lakukan bergantian
o Seluruh proses 7 langkah tadi dilakukan selama 1 menit, bisa
dibagi-bagi per langkah atau langkah tadi dilakukan berulang-
ulang
o Biarkan keran air terbuka dan air mengalir spanjang proses cuci
tangan tadi
o Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bilaslah seluruh
tangan dan lengan dengan air mengalir sedemikian rupa
sehingga seluruh permukaan terbasuh dan buih dari antiseptik
terbasuh
o Lakukan 7 langkah cuci tangan seperti di atas dengan
chlorhexidin gluconate sekali lagi
o Tutup keran dengan menggunakan siku
o Pertahankan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bila perlu
jabatkan kedua tangan. Posisi tangan jangan terlalu tinggi,
jangan terlalu dekat dengan wajah
o Kenakan jas operasi dan handschoon dengan lengan dan
tangan masih terbalur antiseptik

2. SURGICAL GOWN
a. Pakaian OK tim operasi sesuai prosedur
b. Jas wajib dipakai pada setiap operasi sedang shingga besar/luar biasa
c. Setelah cuci tangan selesai, dan petugas sudah di dalam ruang operasi, buka ikatan
jas operasi
d. Kenakan jas dengan memasukkan tangan dan lengan ke dalam lengan jas yang
sesuai. Genggan ujung lengan jas dengan tangan.
e. Biarkan Onloop mengikatkan tali di bagian belakang jas
f. Ikatlah tali pada lengan jas sehingga ujung lengan jas melekat pada pergelangan
g. Kenakan handschoon dan posisikan tangan selalu di atas pusar
h. Ingat, walaupun sudah memakai jas, bagian pusar ke bawah tetap dianggap non
steril.
3. HANDGLOVING
a. Kenakan handscoon secara hand to hand, glove to glove
b. Handschoon selalu dalam keadaan bagian lengan terlipat keluar
c. Ambil handschoon kanan dengan tangan kiri dengan memegang bagian lipatan
handschoon kanan yang merupakan sisi yang melekat ke kulit
d. Masukkan tangan kanan hingga semua jari masuk ke tempatnya masing-masing.
Lepaskan tangan kiri dan biarkan handschoon masih dalam keadaan terlipat di
tangan kanan.
e. Ambil handscoon kiri dengan menggunakan tangan kanan yang sudah memakai
handschoen dengan mengaitkan jari tangan kanan ke dalam lipatan, yaitu sisi yang
kelak akan menghadap ke luar, tidak melekat ke kulit.
f. Masukkan tangan kiri hingga jari-jari masuk ke tempatnya masing-masing. Dengan
jari tangan kanan yang masih mengait ke lipatan handscoon kiri, lipatan kemudian
dibuka sedemikian rupa sehingga bagian lengan handscoon menutupi sepertiga
distal lengan bawah kiri.
g. Jari tangan kiri mengait ke lipatan handscoon kanan pada sisi yang kelak
menghadap keluar, kemudian membuka lipatan sedemikian rupa sehingga sepertiga
distal lengan bawah kanan tertutup handscoon.
h. Posisikan tangan di atas pusat

D. POSISIKAN TUBUH PASIEN


1. POSISI ANESTESI
a. Anestesi Umum
Bila dilakukan anestesi umum, maka sebelum anestesi umum pasien sudah
diposisikan terlentang.Posisikan senyaman mungkin.Ikat tungkai pada bagian atas
lulut. Posisi lengan terlentang dan terikat pada penyanggah.

b. Anestesi Spinal
Bila dilakukan anestesi spinal, maka posisi anestesi spinal adalah duduk dengan
tungkai lurus ke depan atau uncang-uncang pada kedua sisi bed operasi, tangan
diletakkan pada bed atau tungkai dengan posisi palmar di atas, lemas, kepala
tertunduk.
Posisikan pasien sesuai kebutuhan operasi setelah anestesi selesai.

c. Posisi Terlentang
Setelah proses anestesi selesai, maka posisi lengan disesuaikan kebutuhan apakah
akan terlentang dan terikat pada penyanggah, atau terlipat di bawah kepala, atau
lurus disamping tubuh pasien, tungkai biasanya lurus dan terikat pada bagian atas
lulut, tambahan-tambahan lain semisal penyanggah bahu, penyanggah panggul dan
sebagainya disesuaikan kebutuhan.

d. Posisi Litothomi
Posisi bokong pasien pada batas bagian badan dan tungkai bed operasi. Siapkan
peyanggah tungkai di sisi kiri dan kanan batas tersebut.
Letakkan pelindung/pad pada penyanggah tungkai, lalu letakkan bagian belakang
lutut pada penyanggah, sedemikian rupa sehingga bagian perineum terekspos
dengan baik dan tungkai terposisikan dengan nyaman.
Posisikan lengan terlentang dan terikat pada penyanggah.
Tutup pasien dengan baik.

e. Posisi miring
Posisi pasien miring kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga area operasi
terekspos dengan baik, jalan nafas dan anestesi tidak terganggu, dan posisi pasien
stabil tidak dapat jatuh ke posisi depan atau belakang.

f. Posisi tengkurap
Idem posisi miring

2. ANTISEPTIK AREA OPERASI


a. Dengan bantuan sponge clamp/klem kassa/penser klem, balurkan Betadine ke area
operasi menggunakan kassa steril.
b. Bila area operasi dinilai kotor, terkontaminasi, misal pada fraktu daerah ekstremitas,
terutama tungkai, apalagi fraktur terbuka, area operasi dapat dicuci dulu dengan
NaCl 0.9% steril dengan atau tanpa larutan savlon sebelum dibalur betadine.
Pencucian dilakukan oleh Onloop menggunakan handscoon non steril.
c. Balurkan mulai titik tengah area operasi berputar ke kiri atau ke kanan terus makin
luas sedemikian rupa sehingga area yang terbalur betadine cukup luas dan jauh
dari area operasi.
d. Bila terpaksa membalur dengan arah lurus, maka balurkan menjauh area operasi.
e. Betadine yang dibalurkan harus cukup banyak, tidak tipis-tipis. Pada area operasi
pembaluran dapat dilakukan berkali-kali disertai sedikit tekanan agar kasa sekaligus
berfungsi membersihkan kulit juga.
f. Buanglah kasa ke tempat sampah bila betadine yang terdapat pada kasa tinggal
sedikit. Ganti kasa dengan yang baru sebelum memulai membalur lagi.
g. Daerah sela-sela selangkangan dibalur terakhir. Klem kasa yang sudah dipakai
membalur daerah selangkangan tidak boleh dipakai lagi sebelum disteril ulang.
h. Setelah selesai antisepsis, klem kasa dipisahkan dengan alat lain dan dianggap non
steril.
i. Bila sudah ditutup dengan duk, betadine pada area operasi dibersihkan dengan
alkohol 70 %

3. MENUTUP AREA OPERASI


a. Setelah proses antisepsis selesai, batasi area operasi dengan duk steril.
b. Pertama tutup bagian tungkai hingga batas bawah area operasi. Pada poisis
lithotomi tutup bagian alas bokong dan bagian bawah bed.
c. Bila menggunakan duk bolong, maka langkah selanjutnya hanya memakai duk
bolong ini.
d. Bila menggunakan duk biasa, maka setelah bagian tungkai, maka tutup bagian
atas pasien hingga batas atas area operasi. Hati-hati duk menutupi wajah pasien
e. Setelah itu tutup bagian samping tubuh pasien hingga batas lateral area operasi
kiri dan kanan. Fiksasi duk dengan doek klem. Posisikan doek klem supaya tidak
menonjol/mengganggu pelaksanaan operasi.
f. Lapisi bagian bawah dengan duk satu lagi sehingga bila bagian bawah dipakai
menyimpan instrumen tidak mudah melorot atau basah dan terkena bed operasi.

E. BEBERAPA PETUNJUK SELAMA OPERASI

1. Menggunakan a. Agar tercipta lapang pandang yang baik sisi luka perlu ditarik ke
Hak arah luar atau atas.
b. Gunakan hak yang sesuai dengan ukuran luka operasi dan
kedalaman lapang pandang yang dibutuhkan. Contoh untuk
ekstirpasi FAM mungkin hanya dibutuhkan hak gigi atau
langenbeck kecil saja. Untuk Hernia mungkin perlu hak Roche
dan langenbeck saja. Untuk hysterctomy pada yang kurus bisa
hanya blaas hak saja atau hak cangku/langenbeck besar pada
orang gemuk dsb.
c. Selalu lepaskan hak dari area operasi bila tangan operator
masuk, karena selain bisa menghalangi tangan juga
menyebabkan sakit pada tangan operator
d. Perhatikan arah operator, gerakkan/pindahkan hak untuk
memberi lapang pandang yang lebih baik bila diperlukan.

2. Membersihkan a. Untuk darah yang menggenang, gunakan suction dengan canul


Darah b. Untuk perdarahan yang banyak dan cepat dapat menggunakan
suction tanpa kanul. Hindari tangan teralalu dekat dengan area
suction tanpa kanul. Hindari tangan teralalu dekat dengan area
operasi/menghalangi pandangan.
c. Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang
sempit/dangkal, gunakan kasa depper kecil/terlipat pada klem
kasa.
d. Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang
dalam/luas, gunakan kasa depper besar/tak telipat/bendera pada
klem kasa. Gunakan hanya 1 kasa saja untuk mencegah
ketinggalan.
e. Menggunakan kasa depper adalah dengan di tekan-tekankan,
bukan diusap/gosokan pada luka karena gesekan bisa
menimbulkan kembali perdarahan, terutama pada daerah yang
rapuh.
f. Ingat usahakan selalu area operasi dalam keadaan yang kering
dan bersih.
g. Gunakan kasa untuk membersihkan area operasi dan instrumen
dari bekuan darah.

3. Menghentikan a. Harus pro aktif dalam menghentikan perdarahan. Bedakan


Perdarahan perdarahan yang merembes dari jaringan, mengalir dari
pembuluh vena dan menyemprot dari pembuluh arteri.
b. Perdarahan yang merembes dari jaringan yang robek/disayat,
berasal dari pembuluh darah kecil. Coba lakukan pembersihan
dengan kasa. Biasanya lama kelamaan berhenti sendiri. Bila
masih, coba lakukan penekanan dengan kasa selama beberapa
detik.
c. Bila tampak perdarahan mengalir, atau tidak berhenti dengan
tekanan, mungkin berasal dari pembuluh vena yang ukurannya
kecil sampai besar. Darah yang mengalir biasanya lebih gelap
dan tidak ada pullsasi. Gunakan klem untuk menjepit pembuluh
darah. Biarkan beberapa saat. Bila perdarahan berhenti, maka
tidak perlu dijahit/cauter. Tapi bila masih ada perdarahan, maka
jepit ulang dengan klem untuk selanjutnya dijahit/diikat/atau
dibakar dengan cauter.
d. Pengikatan/penjahitan perdarahan pada bagian tubuh yang
menetap dalam tubuh menggunakan plain gut atu chromic gut.
Untuk bagian tubuh yang akan dibuang, menggunakan silk/seide.
e. Cauterisasi dengan menempelkan ujung pen pada klem. Tekan
tombol coagulate untuk membakar pembuluh darah selama
beberapa detik sehingga tampak bagian yang dijepit menghitam.
Hindari klem atau cauter menempel pada jaringan epidermis kulit.
Lepaskan klem, perhatikan apakah perdarahan berhenti.

4. Tentang a. Selalu memegang benda tajam seperti bisturi atau jarum dengan
Jarum alat, baik pinset, klem atau naldfulder.
b. Jarum dapat dipakai kembali sedangkan bisturi harus dibuang di
tempat sampah benda tajam.
c. Jenis jarum menurut mata jarumnya:
o Jarum taper bermata jaru bulat, bila ditusukkan tidak
merobek jaringan yang ditembusnya. Digunakan untuk
menjahit jaringan lunak dibawah jaringan kutis. Kecuali
pada jaringan keras seperti cervix uteri, kelenjar
payudara yang displastik, bisa dipakai jarum cutting
dengan pengawasan perdarahan.
o Jarum cutting bermata jarum segitiga, bila ditusukkan
akan merobek jaringan yang ditembusnya sehingga bisa
menimbulkan perdarahan. Digunakan untuk menjahit
kulit atau jaringan yang keras
o Jarum non traumatik, yaitu jarum yang langsung
terhubung dengan benang di ujung
belakang/pangkalnya. Tidak memiliki lubang jarum
sehingga dapat menembus jaringan dengan mulus. Misal
jarum pada benang dalam kemasan sachet.
d. Ekor benang pada lubang jarum jangan terlalu pendek sehingga
mudah lepas atau terlalu panjang sehingga mengganggu
penjahitan. Standar panjang ekor benang adalah 4 - 5 cm.

5. Tentang a. Mengambil benang dalam kaset harus menggunakan nalfuder


Benang atau klem. Tarik sebanyak 2 kali panjang naldfulder atau kira-kira
40 cm. Atau sesuaikan dengan kebutuhan/karakter operator.
b. Mengambil benang dari sachet juga menggunakan naldfulder.
Buka lipatan dan ambil jarum dengan naldfulder, dan tarik hingga
benang keluar seluruhnya.
c. Secara umum benang operasi dibagi menjadi 2 golongan besar
yaitu benang absorbable (dapat diabsorpsi) dan non absorbable
(tidak diabsorpsi).
d. Benang yang dapat diabsorpsi dapat dicerna tubuh untuk
kemudian hancur oleh prosed radang/inflamasi/reaksi tubuh
sendiri, sehingga hubungan antar 2 sisi bisa saja lepas. Jangka
waktu penghancuran ini berbeda beda berkisar antara 3 hari
hingga 3 bulan.
e. Benang yang non absorpsi tidak dapat dicerna tubuh. Bisa
bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun karena bersifat
inert (tidak menimbulkan/merangsang reaksi tubuh) digunakan
untuk kulit atau jaringan di bawah kulit yang skar sembuh.
f. Contoh benang absorpsi adalah cromic gut tapper, polyglycolic
acid tapper dan cutting, catgut chromic tapper,
g. Contoh benang non absorpsi adalah silk braided, polypropylene
cutting dan tapper
h. Ukuran benang bermacam-macam, pemakainnya tergantung
kebutuhan/jenis operasinya.

6. Tentang a. Semua instrumen yang memiliki bagian yang diperuntukkan jari


gunting seperti gunting, klem, dsb dipegang dengan memasukkan ibu jari
pada lubang yang satu dan jari manis pada lubang yang lain. Jari
telunjuk dan tengah menopang instrumen dan membantu
mengarahkan instrumen.

b. Dalam hal gunting, untuk menjaga agar tangan tidak goyah yang
bisa berakibat fatal, maka jari pada tangan kiri ikut membantu
menopang gunting saat pengguntingan dilakukan.

F. PASCA OPERASI
1. PENGELOLAAN PASIEN
a. PERAWATAN LUKA OPERASI
o Segera setelah selesai tindakan operasi, area operasi dicuci bersih dengan NaCl
0,9% steril. Pembersihan dilakukan mulai dari luka sayatan meluas ke
sekitarnya.
o Luka operasi ditutup dengan kasa kompres betadine, lalu kasa steril polos. Fixasi
kasa dengan Hypafix atau plester.
o Setelah masuk rawat inap perawatan luka sebagaimana standar.

b. MEMBERSIHKAN PASIEN DAN MEMBERIKAN PAKAIAN


o Setelah area operasi dan sekitarnya dibersihkan pasien dipindahkan ke brankar
dengan hati-hati
o Bersihkan bagian tubuh pasien yang menempel pada bed operasi dengan air
bersih dan washlap. Miringkan pasien untuk mencapai bagian itu.
o Sambil dibersihkan, pakaian pasien dilapkan. Kenakan pakaian pada pasien, beri
sarung atau kain bersih, serta selimuti pasien.
o Pasien pindah ke bed pasien dalam keadaan sadar/tidak, pakaian dan tempat
tidur rapi.

c. RECOVERY ROOM (RR) DAN PENGAWASAN DI RUANG RAWAT INAP


o Tempatkan pasien dalam RR sampai pasien sadar betul.
o Petugas OK melaksanakan tugas pasca operasi sambil mengawasi pasien.
Setelah selesai atau setelah pasien stabil dan sadar betul, pasien ditransfer ke
rawat inap.
o Kemungkinan lain adalah setelah selesai operasi pasien langsung ditransfer ke
rawat inap dan ditempatkan di HCU untuk beberapa jam sampai pasien sadar
betul dan diawasi petugas rawat inap. Bila sudah sadar betul/stabil, dapat
dipindahkan ke ruangan inapnya.

2. PENGELOLAAN LINEN
a. Segera dekatkan waskom berisi Chlorine 0,5% untuk cuci handschoen operator.
Mintalah operator melepaskan handschoen untuk direndam dalam waskom.
b. Segera buka jas operasi operator. Letakkan di dalam ember linen kotor berpenutup.
c. Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan menjatuhkan duk di
lantai.
d. Jika ada kain alas kaki di lantai juga dimasukkan ke dalam ember tersebut.
e. Jika apron terbuat dari plastik saja dan tidak ada bagian yang menyerap cairan
tubuh pasien cukup dibersihkan dengan cairan chlorine saja. Tapi bila terbuat dari
parasit dan atau ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien, harus diperlakukan
sebagaimana linen.
f. Pakain OK setelah berganti pakaian diletakkan di dalam ember besar. Jangan
dibiasakan berserakan di lantai.
g. Penutup kepala dan masker di buang ke dalam tempat sampah infeksius.
Selanjutnya transport linen kotor dalam ember tertutup menggunakan trolley khusus
dengan jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti
atau mampir ke mana-mana
h. Linen diolah di ruang laundry sesuai prosedur.

3. PENGELOLAAN INSTRUMEN
a. Segera rendam instrumen ke dalam larutan chlorine 0,5% yang terdapat dalam
wadah/ember plastik.
b. Sebaiknya instrumen direndam sekaligus, jangan sedikit-sedikit
c. Rendam selama 10 menit. Bila instrumen direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10
menit sejak instrumen terakhir dimasukkan.
d. Rendam sampai seluruh instrumen terendam seluruhnya, jangan lupa membuka
pengunci instrumen
e. Untuk selang dan atau kanul, maka sebelum direndam dilakukan spooling dengan
air detergent dan dispooling dengan air bersih dan dibilas.
f. Keringkan dengan menggunakan handuk bersih atau dianginkan menggunakan
hairdryer
g. Bila instrumen termasuk dalam packing, maka setelah kering dilakukan packing
kembali dan dilakukan sterilisasi segera. Bila instrumen tidak termasuk yang
dipacking maka instrumen disimpan dalam lemari kaca yang dilengkapi kantung
karbon hidrophilik dan penerangan sekaligus pemanasan dengan lampu pijar 10
watt.

4. PENGELOLAAN PERALATAN DAN FASILITAS


a. BED OPERASI
o Seluruh permukaan bed operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Buka kunci roda, dan pindahkan bed agar lantai di bawah bed bisa dibersihkan.
Gulirkan roda di atas genangan larutan chlorine bolak balik, keringkan lantai,
kemudian kembalikan bed ke tempat semula dan dikunci roda

b. TROLLEY
o Perlakuan sama dengan bed operasi
o Trolley diletakkan di ruang peralatan
c. BRANKAR DAN STANDAR
o Perlakukan sama dengan bed operasi
o Standar diletakkan di ruang peralatan, brankar di koridor transport/RR
d. LAMPU OPERASI
o Seluruh permukaan lampu operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Periksa adakah bola lampu yang rusak. Segera laporkan kepada bagian
pemeliharaan untuk segera diganti
e. ALAT ANESTESI
o Permukaan trolley dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Vaporizer ditutup, O2 dan N2O ditutup
o Facemask dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Selang, canule, ETT, mayo diperlakukan sebagaimana instrumen
f. MONITOR EKG
o Matikan monitor ECG, cabul kabel dari stekker
o Gulung dengan baik semua kabel dan letakkan pada gantungannya

5. PENGELOLAAN RUANGAN
a. Lantai dibersihkan dengan chlorine 0,5%
b. Dinding dibersihkan dengan chlorine 0,5%
c. Tempat cuci tangan diperiksa kebersihan
d. Spoelhoek diperiksa kebersihannya
e. Ruang ganti pakaian dan ruang dokter diperiksa kebersihannya
f. Kamar mandi periksa
g. Ruang instrumen diperiksa
h. Ruang RR diperiksa
i. Ruang sterilisasi diperiksa

6. PENGELOLAAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan spesimen adalah label yang
benar, pengawetan (preservasi) dan pengiriman yang benar. Sebab bila pemberian label
yang salah atau specimen tertukar dapat berarti menentukan diagnose yang salah untuk
dua orang pasien. Hilangnya specimen dapat berarti tidak dapat menentukan diagnose
atau harus dilakukan pengambilan specimen baru dengan kemungkinan tidak
mendapatkan specimen yang sama jenisnya dengan yang hilang. Oleh karena itu
semua specimen harus diamankan kecuali dokter memintanya untuk membuang.

PROSEDUR PENANGANAN SPECIMEN


o Tangani specimen dengan hati-hati
o Instrumenter mengkonfirmasi lagi dengan dokter mengenai sifat specimen dan
jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, kemudian periksa ulang dengan Omloop
sebelum menyerahkan kepada Omloop.
o Omloop menyimpannya ke dalam tempat yang tepat, seperti kantong plastik,
stoples dan sebagainya yang steril.

o Berikan label yang memuat:


- Nama Pasien
- Nomor C.M (Catatan Medik)
- Tanggal Operasi
- Nama Specimen

o Apabila diambil lebih dari satu specimen, specimen-specimen itu harus diberi
nomor label sesuai dengan urutan diangkatnya dan ditempatkan dalam
tempatnya yang terpisah kecuali dokter meminta untuk menyimpan dalam satu
wadah.
o Organ-organ yang solid seperti: hati, limpa, uterus dan lain-lain biasanya
dipotong dahulu oleh dokter sebelum disimpan pada tempat yang sudah berisi
pengawet.
o Organ yang berbentuk pipa seperti: jaster, colon, vesica winara harus dibuka
dulu agar bahan pengawet mengenai sisi luar dan dalamnya.
o Jangan membuat trauma pada jaringan specimen seperti biopsi nosofaringeal
o Tidak boleh memasukkan dengan paksa ke dalam tempat yang sempit
o Jangan membuang specimen kecuali Dokter memintanya untuk dibuang.

a. PROSEDUR KHUSUS PENANGANAN SPECIMEN UNTUK PEMERIKSAAN


HISTOLOGI
o Rendam specimen dalam formalin 10% (10 cc larutan formalin kadar 40% dalam
90 cc air)
o Tutup rapat-rapat tempat specimen tadi untuk mencegah penguapan bahan
pengawet.

PROSEDUR KHUSUS PENANGANAN SPECIMEN UNTUK KULTUR


o Simpan dalam stoples atau tabung pemeriksaan/test tube yang steril oleh
instrumenter
o Tidak boleh diberi bahan pengawet, karena jaringan harus dalam keadaan segar
dan seperti asalnya
o Idealnya specimen untuk kultur dikirim segera kalau tidak specimen tersebut
harus disimpan oleh kotak yang bersuhu ruangan, untuk mempertahankan agar
jumlah bakteri tetap sampai kultur dilakukan.

PROSEDUR KHUSUS PENANGANAN SPECIMEN UNTUK FROZEN SECTION


o Pastikan bahwa bagian ahli Patologi sudah diberitahu sebelumnya, biasanya
sehari sebelumnya diberitahu oleh dokter ahli bedah yang akan mengoperasi
pasien.
o Perintahlah seseorang untuk bersiap-siap pergi mengantarkan specimen ke
bagian Patologi Anatomi
o Ingatkan dokter untuk mengisi formulir Histologi dengan tepat, misalnya riwayat
klinis dan penemuan operasi
o Simpan specimen dalam wadah yang sudah diberi label. Untuk pemeriksaan ini
tidak perlu bahan pengawet.
o Tuliskan nomor telepon yang harus dihubungi oleh ahli Patologi pada sebelah
kanan atas formulir, sehingga hasil dapat diperoleh dengan cepat.
o Specimen dikirimkan ke Laboratorium P.A
o Catatkan hasil pemeriksaan dengan nama pasien nomor catatan medik, bila
cocok laporkan segera ke dokter.
o JIka specimen dikembalikan ke kamar bedah, rendam specimen itu dalam
formulir tandai pada tempat specimen itu "Frozen section sudah dilakukan".

PROSEDUR KHUSUS PENANGANAN SPECIMEN UNTUK DIFOTO


o Tempatkan specimen pada sebuah tempat yang datar, kalau perlu yang dilapisi
duk
o Sebelum dilakukan pemeriksaan specimen tidak boleh diberi bahan pengawet

PROSEDUR KHUSUS PENANGANAN BENDA ASING


o Simpan dalam kotak kontainer seperti stoples, kemudian kembalikan pada
pasien, benda asing ini dapat berupa: tulang ikas, gigi palsu, dan sebagainya
o Benda asing jika perlu dibungkus dengan kertas kasa, kemudian masukkan ke
dalam wadah/stoples, catat dalam buku catatan benda asing, kemudian
serahkan kepada polisi sebagai tanda polisi mengambilnya, ia harus
menandatangani catatan tadi.
o Data yang dibentuk dalam tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik tanpa
bahan pengawet dan diberi label. Tanyakan pada dokter apakah data tersebut
diperlukan oleh analisa atau diserahkan ke keluarganya.
o Catatan:
o Semua specimen harus dikirimkan dengan formulir yang tepat dan sudah
ditandatangani
o Specimen pada bagian yang menular misalnya: Hepatitis B harus ditangani lebih
hati-hati
o Simpan specimen ini pada stoples yang berlabel khusus, sehingga orang-orang
yang menanganinya akan lebih hati-hati.

7. DEKONTAMINASI, DESINFEKSI, STERILISASI


a. DEFINISI
Pada dasarnya, ada banyak usaha kita untuk meminimalisir potensi infeksi di RSIA
Bunda Sejati dalam rangka pengendalian infeksi nosokomial.

Dari sekian banyak usaha tersebut tidak ada satu pun yang bisa secara mandiri
dipergunakan tanpa dibantu usaha lain, tidak ada satu pun cara yang bisa digunakan
untuk semua komponen benda hidup dan beda mati. Semua merupakan suatu kesatuan
usaha yang bertujuan satu: Menghilangkan sebanyak mungkin mikroorganisme dalam
proses interaksi pasien RS dalam proses pelayanan medis di RS

Secara umum usaha-usaha tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:


o DEKONTAMINASI
Adalah suatu proses/kegiatan yang berusaha menghilangkan kontaminasi suatu
benda oleh benda lain yang potensial menjadi sumber infeksi yang sekaligus juga
menghilangkan sebagian mikroorganisme penting.

o DESINFEKSI
Adalah suatu proses/kegiatan yang berusaha membasmi sebagian besar
mikroorganisme pada benda mati. Pengertian yang sama pada mahluk hidup disebut
Antisepsis.

o STERILISASI
Adalah suatu proses yang berusaha membasmi semua mikroorganisme pada
benda mati.

o DEKONTAMINASI

Di RS Bunda Sejati proses dekontaminasi dilakukan paling awal yaitu segera


setelah benda terpapar atau potensial terpapar dengan cairan tubuh pasien yang
potensial mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Dekontaminasi dapat juga
dilakukan sebagai tindakan pencegahan.

Pelaksana : perawat dan bidan

Handschoen : CSSD

Linen : Bagian laundry

Perlengkapan : CSSD

Pasca operasi/pasca bersalin : Masih memakai APD dan memakai


sarung tangan karet

Petugas laundry memakai APD sesuai


prosedur pengelolaan linen kotor
Dekontaminasi dapat dilakukan dengan beberapa tahap:

Tahap 1 : Jika benda mati terkontaminasi cairan atau jaringan tubuh


pasien dalam bentuk yang lebih padat, atau keras, atau jumlah
banyak. Biasanya dilakukan pada linen, sedangkan instrumen
dan peralatan jarang terkontaminasi dengan kondisi seperti
diatas. Contoh: linen terkontaminasi stoolcell, atau feces, atau
sisa makanan akibat muntah. Sebab dikhawatirkan bahan
desinfektan yang selanjutnya akan diberikan bisa berkurang
efektifitasnya jika bereaksi dengan bahan-bahan tersebut.

Cara : Dilakukan pencucian pada daerah yang terpapar saja dengan


bantuan air mengalir yang kuat/disemprot dan dibantu
penyikatan.

Dilaksanakan oleh paramedis sebelum linen ditransfer ke


laundry

Dilaksanakan di spoolhoek di OK

Tahap 2 : Dengan merendam instrumen/alat/linen dalam larutan chlorine


0,5% selama 10 menit.

Tahap ini dapat membasmi kuman hingga 80% termasuk virus


HIV, HBV dan HCV.

Cara membuat larutan chlorine:

Me menggunakan Bayclin (1 bagian Bayclin + 9,5 bagian air


bersih)

o Menggunakan Presept (5 gram Presept setiap liter air)


o Menggunakan Kaporit 60% (1 ons/100 gram kaporit + 12
liter air bersih)
o Menggunakan Kaporit 0,5% (14 gram kaporit setiap liter
air bersih)

o Cara Merendam:
- Untuk instrumen dan handschoen dilaksanakan di spoelhoek di OK . Untuk linen
dilaksanakan di Ruang Laundry.
- Untuk instrumen dan handschoen, larutan chlorine disediakan dalam wadah
plastik. Beri tanda ketinggian pada wadah tersebut untuk tiap kenaikan 1 liter
airnya. Wadah untuk handschoen dan instrumen terpisah. Untuk linen, larutan
chlorine disediakan dalam bak cuci.
- Instrumen direndam dalam keadaan terbuka kuncinya, dan sebaiknya direndam
sekaligus tidak sedikit-sedikit. Sebab sifat korosif chlorine, maka masalah lama
perendam menjadi penting. Bila direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10
menit dimulai sejak instrumen terakhir dimasukkan.
- Linen langsung direndam dalam bak berisi larutan chlorine, serta diaduk-aduk
sebentar agar semua linen terbasahi dengan baik.
- Rendam selama 10 menit
- Instrumen kemudian diangkat, dicuci dan disikat dengan air detergent, dan
dibilas dengan air mengalir
- Handschoen diangkat, dicuci dan dikucek dengan air detergent, dan dibilas
bersih dengan air mengalir
- Linen diangkat, diperas dan dibilas bersih dengan air mengalir.
- Selanjutnya sesuai prosedur pengelolaan masing-masing
Catatan: larutan chlorine 0,5% dapat juga dipakai sebagai usaha desinfeksi dengan
membasuh permukaan seperti permukaan lantai, kaca, meja, meja operasi.

o DESINFEKSI
Desinfeksi di RSIA Bunda Sejati dilakukan dengan beberapa cara: menggunakan bahan
kimia, dengan perebusan, dan desinfeksi ruangan dengan airbone

o DESINFEKSI DENGAN BAHAN KIMIA


Syarat bahan desinfektan yang baik:
1. Potensi desinfeksi/antisepsis baik/kuat, spektrum luas
2. Tidak bersifat toksis/karsinogenik/korosif/iritatif/non alergenik
3. Mudah didapat, harga ekonomis

NO. J E N I S KARAKTERISTIK PENGGUNAAN

1 Sabun Antiseptik Antiseptik lemah Cuci tangan biasa

Efektif melepaskan kotoran pada


tubuh atau benda mati

2 Karbol (phenol) Desinfektan kuat Mengepel lantai dan


dinding keramik
Cresol (Lysol) Iritable dan toksik

3 Iodine/Betadine Spektrum luas, antisepsis/desinfektan Antisepsis area


sedang tindakan/operasi

Tidak begitu toksik, tidak iritatif, tidak Desinfeksi darurat


korosif instrumen
Terpengaruh darah

Ekonomis

4 Alkohol 70% Antisepsis dan desinfektan kuat, Antisepsis tubuh


spektrum luas
Desinfeksi darurat
Tidak terlalu toksik, sedikit iritatif,
Instrumen
mudah menguap, tidak korosif, mudah
terbakar

Harga ekonomis

5 Chlorhexidine Antiseptik kuat, makin kuat jika Cuci tangan bedah


dicampur alkohol atau detergent
Merendam
Tidak toksik
Instrumen
Relatif ekonomis

6 H2O2 (Hidrogen Antiseptik lambat, namun karena Membersihkan linen dari


Peroxida) melepaskan ion dapat membasmi darah
kuman anaerob

Iritatif pada luka

Ekonomis

7 Formalin Antisepsis dan desinfektan kuat Mengawetkan spesimen

Sangat iritatif dan karsinogenik Desinfeksi handschoen

Bila dicampur alkohol bisa sporisidal Desinfeksi instrumen


Ekonomis

8 Glutaraldehyde Antiseptik kuat dan cepat Merendam instrumen,


(Cidex) ruber/selang
2 menit - 10 menit

Sporisidal 10 jam

Tahan 14 hari

Iritatif

Mahal

9 Chlorine Dengan kadar ppm yang tepat dapat Desinfeksi semua alat,
bersifat desinfektan kuat hingga instrumen, linen,
sporisidal permukaan

Agak toksik

Iritatif dan korosif

Ekonomis

Contoh penggunaan Presept

Desinfeksi Linen 5g untuk 20 L air direndam selama 1 jam

Desinfeksi Lantai 5g untuk 20 L air sebagai air pel

Desinfeksi Alat Makan 5g untuk 20L air direndam 1 menit

o DESINFEKSI DENGAN CARA MEREBUS


Panaskan air hingga mendidih, masukkan instrumen/alat, rendam selama 20-30 menit.
Angkat instrumen/alat dan tiriskan

8. STERILISASI KERING DENGAN STERILISATOR KOMBINASI UV-HEAT


Cara Penggunaan:

a. PENGEMASAN
Kemas/bungkus benda yang akan disterilisasi dengan duk .

b. STERILISASI
Buka pintu sterilisator, masukan alat yang akan di steril, tutup pintu stelisator lalu
atur suhu dan waktu pemanas, tekan tombol set pada alat sterilisator.

JENIS BENDA WAKTU SUHU

Benda karet 1-2 jam 110

Linen 2 jam 110

Instrumen 2 jam 110

c. PEMELIHARAAN
1. Bersihkan dan keringkan bagian dalam sterilisator setelah selesai
pemakaian.
2. Pintu harus selalu tertutup.
3. Periksa kondisi sterilisator secara berkala

9. STERILISASI DENGAN BAHAN KIMIA


Bahan kimia yang digunakan adalah Glutaraldehyde (Cidex)
Cara:
a. Cara ini digunakan untuk instrumen dan rubber yang berlumen seperti selang yang
perlu disimpan dalam keadaan selalu siap pakai.
b. Cidex membasmi baketeri vegetatif dalam 2 menit
c. Cidex membasmi kuman TBC dalam 10 menit
d. Cidex membasmi spora dalam 10 jam
e. Efektifitas bertahan selama 14 hari
f. Iritatif terhadap kulit sehingga pemakaian instrumen harus memakai handschoen
dan harus dibilas dengan air steril sebelum digunakan.

o STERILISASI HANDSCHOEN
- Menggunakan sterilisator kering
- Handscoon dibungkus kertas buram
- Masukan dalam tromol
- Setelah selesai sterilisasi, tromol diberi label tanggal pelaksanaan
sterilisasi.
o STERILISASI LINEN
- Menggunakan autoclave
- Jika linen akan didistribusikan ke ruangan-ruangan, duk disimpan dalam
tromol
- Linen disusun sebaiknya dalam bentuk gulungan-gulungan, sehingga ada
ruang di antara tiap linen. Jika disusun dalam bentuk lipatan, maka
disusun dengan berjajar, bukan menumpuk.
- Buka kisi-kisi tromol, lalu lakukan sterilisasi sesuai petunjuk autoclave
- Setelah selesai tromol diangkat dan kisi-kisi ditutup.
- Tromol diberi label tanggal pelaksanaan steril.
- Jika linen hendak langsung dipakai, linen dapat langsung disimpan dalam
tangki sterilisasi dan baru dimasukkan ke dalam autoclave.

o STERILISASI KASA/VERBAND
- Menggunakan sterilisator kering atau autoclave
- Susun kasa dalam tromol dengan posisi berjajar bukan menumpuk
- Buka kisi-kisi, tutup tromol, lakukan sterilisasi
- Setelah selesai, tutup kisi-kisi, tromol diberi label tanggal pelaksanaan
sterilisasi.
BAB IV
URAIAN JABATAN

A. Kepala Instalasi Anestesiologi dan Terapi intensif


Kepala Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif disebut juga sebagai Kepala Instalasi
Rawat Khusus, dan bertanggung jawab atas operasional Kamar Operasi, Ruang Intensif di
samping Kamar Bersalin & Neonatologi. Secara spesifik pada bidang pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif, uraian jabatan dari Kepala Instalasi Rawat Khusus
dijabarkan sebagai berikut.
a. Tugas :
1) Mengoordinasi kegiatan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif sesuai dengan
sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia;
2) Melakukan koordinasi dengan bagian / departemen / SMF / Instalasi terkait
b. Tanggung jawab :
1) Menjamin kompetensi sumber daya manusia yang melaksanakan pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif;
2) Menjamin sarana, prasarana dan peralatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
dan standar;
3) Menjamin dapat terlaksananya pelayanan anestesiologi dan terapi intensif yang
bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien;
4) Menjamin terlaksananya program kendali mutu dan kendali biaya;
5) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif secara berkesinambungan.

B. Koordinator pelayanan medis anestesiologi dan terapi intensif


Koordinator pelayanan adalah dokter spesialis anestesiologi. Jika tidak ada dokter
spesialis anestesiologi maka koordinator pelayanan ditetapkan oleh direktur rumah sakit
yang diatur dalam peraturan internal rumah sakit.
a. Tugas:
i. Mengawasi pelaksanaan pelayanan anestesia setiap hari;
ii. Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan anestesia;
iii. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan kegiatan
berkala.
b. Tanggung jawab:
i. Menjamin terlaksananya pelayanan anestesiologi dan terapi intensif
yang bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien
ii. Pelaksanaan pencatatan, evaluasi dan pembuatan laporan kegiatan
di dalam rumah sakit
iii. Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan anestesia dan
keselamatan pasien di dalam rumah sakit.
C. Perawat anestesia/perawat
a. Tugas :
i. Melakukan asuhan keperawatan pra-anestesia, yang meliputi:
1. Pengkajian keperawatan pra-anestesia;
b) Pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;
c) pemeriksaan tanda-tanda vital;
d) persiapan administrasi pasien;
e) analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;
f) evaluasi tindakan keperawatan pra-anestesia, mengevaluasi secara mandiri
maupun kolaboratif;
g) mendokumentasikan hasil anamnesis/pengkajian.
h) persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan digunakan dan
memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan baik dan siap pakai.
i) pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk
memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesia maupun obat
emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit.
j) memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan jadwal,
waktu dan jenis operasi tersebut.
2) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anestesi, yang meliputi:
a) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik
anestesia;
b) Membantu pelaksanaan anestesia sesuai dengan sesuai instruksi dokter
spesialis anestesi;
c) Membantu pemasangan alat monitoring non invasif;
d) membantu dokter melakukan pemasangan alat monitoring invasif;
e) pemberian obat anestesi;
f) mengatasi penyulit yang timbul
g) pemeliharaan jalan napas
h) pemasangan alat ventilasi mekanik
i) pemasangan alat nebulisasi
j) pengakhiran tindakan anesthesia
k) pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh tindakan
tercatat baik dan benar
l) Melakukan asuhan keperawatan pasca anestesi, yang meliputi
m) Merencanakan tindakan keperawatan pasca tindakan anestesia
n) pelaksanaan tindakan dalam manajemen nyeri
o) pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural dan
pemberian obat anestetika regional
p) evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
regional
q) pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat
r) pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang dipakai.
s) pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan anestesia
selanjutnya.
b. Tanggung jawab:
1) Perawat anestesi dan perawat bertanggung jawab langsung kepada dokter
penanggung jawab pelayanan anesthesia
2) Menjamin terlaksananya pelayanan/asuhan keperawatan anestesia di rumah sakit
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan anestesia sesuai standar.

BAB V
TATA HUBUNGAN KERJA

UNIT TATA HUBUNGAN


a. Dokter Anestesi sebagai bagian dari komite medis
yang kompeten memberikan dalam pemberian
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif
Komite Medis b. Dokter penanggung jawab pasien (spesialis lain)
yang membutuhkan pelayanan anestesiologi dan
terapi intensif harus berkoordinasi dengan dokter
anestesi dalam memberikan pelayanan
a. Keperawatan menyediakan individu yang kompeten
Keperawatan
dalam pelayanan anestesiologi dan terapi intensif
Ruang Khusus a. Ruang khusus terdiri dari kamar operasi, ICU,
kamar bersalin dan neonatologi sebagaipel tempat
pelaksanaan pelayanan anestesiologi dan terapi
intensif
a. Pelayanan asesmen pre anestesi dilakukan di rawat
Rawat Jalan
jalan pada pasien operasi elektif
a. Rawat inap sebagai unit perawatan pasien pre dan
Rawat Inap
paska anestesi
a. Instalasi gawat darurat sebagai tempat
IGD dilakukannya pelayanan sedasi, serta asesmen pre
anestesi pada pasien-pasien rencana operasi
a. Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Gizi, CSSD,
Rekam Medis menyediakan pelayanan yang
Penunjang Medis
menunjang pelaksanaan pelayanan anestesi dan
terapi intensif
a. Laundry menyediakan pelayanan yang menunjang
Penunjang Non Medis
pelayanan anestesi dan terapi intensif
a. SDM melaksanakan proses rekrutmen petugas
yang terlibat pelayanan anestesiologi dan terapi
intensif
b. SDM melaksanakan tugasnya untuk mengatur hak-
SDM & Umum
hak dan kewajiban pegawai di bagian anestesiologi
dan terapi intensif
c. Bagian umum melakukan perawatan dan perbaikan
pada fasilitas yang dibutuhkan untuk pelayanan
a. Pembelian sarana, prasarana, dan alat-alat yang
menunjang pelayanan
Keuangan, Akuntansi & IT b. Pengaturan jasa medis untuk dokter yang
memberikan pelayanan
c. IT menyediakan sistem informasi yang dibutuhkan
Manajemen Risiko a. Mutu memantau indikator terkait pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif, serta mendorong
upaya peningkatan mutu dan terapi intensif
b. PPI membantu pemantauan dan mendorong upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi
c. SKP membantu pemantauan dan mendorong upaya
peningkatan keseamatan pasien
d. K3RS membantu pemantauan dan mendorong
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit
BAB VI
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI

JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Kepala Instalasi
Dokter
Anestesiologi dan Surat Penunju 1
Umum/Spesialis
Terapi Intensif
Koordinator Dokter Spesialis
Pelatihan PMKP 1
Pelayanan Medis Anestesi
Koordinator
S1/D3 Pelatihan PMKP 5
Pelayanan
Perawat S1/D3 Pelatihan PMKP 3
BAB VII
KEGIATAN ORIENTASI

HARI
MATERI WAKTU METODE JADWAL
KE
Pengenalan dokter dan petugas anestesi Orientasi Januari –
1 45 menit
lapangan Desember
Pengenalan alur dan uraian tugas pelayanan Dokumen dan Januari –
2 1 bulan
anestesi dan terapi intensif Desember
Pengenalan dokumen yang digunakan dalam Dokumen, Januari -
3 1 bulan
pelayanan anestesi dan terapi intensif ceramah Desember
Evaluasi Wawancara, Januari –
4 1 jam
log book Desember
BAB VIII
PERTEMUAN

A. PENGERTIAN
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan
suatu masalah tertentu.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat membantu terselenggaranya program kerja tim pelayanan anestesi dan terapi
intensif yang ada di Rumah Sakit Bunda Sejati.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan pelayanan anestesi
dan terapi intensif
b. Dapat mencari pemecahan permasalahan yang terkait dengan pelayanan
anestesi dan terapi intensif

C. KEGIATAN RAPAT
Rapat diadakan oleh tim pelayanan anestesi dan bedah
1. Rapat Terjadwal
2. Rapat Tidak Terjadwal
3.
BAB X
PELAPORAN

A. PENGERTIAN
Pelaporan adalah kumpulan hasil kegiatan di pelayanan anestesi dan bedah, terutama
di kamar operasi dan ruang rawat intensif, serta laporan indikator serta laporan insiden,
yang dilakukan pendataan setiap harinya. Adapun tujuan pelaporan, yaitu :
1. Monitoring kegiatan pelayanan anestesi dan terapi intensif
2. Adanya data yang didapat, dapat membuat perencanaan selanjutnya
3. Adanya data yang akurat sebagai bahan evaluasi

B. JENIS LAPORAN
Jenis laporan yang ada di pelayanan anestesi dan terapi intensif, yaitu :
1. Laporan Bulanan
a. Ketenagaan
b. Fasilitas, sarana & prasarana
c. Kinerja
d. Mutu & Keselamatan Pasien
2. Laporan Tahunan
a. Laporan rekapitulasi kinerja tahunan
b. Laporan rekapitulasi indikator mutu & keselamatan pasien
3. Laporan Kegiatan
a. Laporan sosialisasi pada hal-hal baru di pelayanan anestesi dan terapi intensif
b. Laporan kegiatan insidentil sewaktu-waktu

Anda mungkin juga menyukai