Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI LOKAL

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CIHAUR
Jalan Raya Cihaur No. 210 Desa Cihaur Kec. Ciawigebang
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesiologi merupakan suatu disiplin dalam ilmu kedokteran yang dalam
praktek kedokteran diimplementasikan sebagai pelayanan anestesi. Pelayanan
anestesi pada hakekatnya harus bisa memberikan tindakan medis yang aman,
efektif dan berperikemanusiaan, berdasarkan ilmu kedokteran mutakhir dan
teknologi tepat guna dengan mendayagunakan sumber daya manusia yang
berkompeten dan profesional dalam menggunakan peralatan dan obat-obatan yang
sesuai dengan standar dan pedoman. Pelayanan anestesi di Puskesmas antara lain
meliputi pelayanan kegawatdaruratan dan pelayanan anestesi sederhana. Adapun
jenis pelayanan yang diberikan oleh setiap Puskesmas akan berbeda tergantung
dari fasilitas, sarana dan sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas tersebut.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan anestesi di
Puskesmas Cihaur, maka disusunlah Pedoman Pelayanan Anestesi sederhana
untuk memenuhi kebutuhan pasien.

B. Tujuan Pedoman
1. Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan memenuhi standar di
Puskesmas, standar nasional, undang-undang dan peraturan serta standar
profesi sesuai kebutuhan pasien.
2. Sebagai acuan untuk pemberian anestesi untuk pasien yang akan menjalani
prosedur di ruang tindakan, ruang pemeriksaan gigi dan ruang KIA/KB.
3. Meningkatkan mutu pelayanan operasi dan anestesi serta keselamatan pasien.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Petugas pemberi pelayanan
2. Rekam medis
3. Pasien

D. Kebijakan
1. Pelayanan anestesi dilakukan oleh dokter/dokter gigi dan dibantu
perawat/perawat gigi.
2. Pelayanan anestesi dilakukan pada :
a. Pelayanan pasien gawat di ruang tindakan
b. Pelayanan anestesi pada tindakan di ruang pemeriksaan gigi dan mulut
c. Pelayanan anestesi di ruang pemeriksaan KIA/KB
3. Pelayanan anestesi yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan anastesi dari tindakan medik dokter.
4. Setiap layanan anestesi harus melalui proses pemeriksaan, perencanaan,
persiapan dan pelaksanaan anestesi serta pemantauan.
5. Setiap pemberi layanan anestesi bertanggung jawab untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan dan keamanan pasien.
b. Ikut mengembangkan, menanamkan dan menjaga agar kebijakan serta
prosedur layanan anastesi yang ada terus dikembangkan dan diperbaiki.
c. Memantau dan memperbaiki seluruh standar dan prosedur pelayanan
anastesi yang telah ditetapkan.
6. Layanan anestesi yang dilakukan harus dikomunikasikan dan diedukasikan
kepada pasien dan keluarga pasien baik sebelum, selama dan sesudah
tindakan anestesi dilakukan, kecuali pada keadaan darurat yang mengancam
nyawa.
7. Setiap tindakan yang dilakukan harus didokumentasikan dalam rekam medis
dan status anestesi pasien serta ditandatangani oleh dokter.

E. Definisi
1. Pelayanan anestesi adalah bagian vital dari pelayanan kesehatan yang
memerlukan tenaga/personil yang kompeten.
2. Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga medis
yang telah mendapat pendidikan/pelatihan anestesi yang legal.
3. Pelayanan terdiri pra anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi. Pelayanan pra
anestesi adalah penilaian untuk menentukan status medis sebelum dilakukan
anestesi dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang akan
memperoleh tindakan anestesi. Pelayanan intra anestesi adalah pelayanan
anestesi yang dilakukan selama tindakan anestesi meliputi pemantauan fungsi
vital pasien secara kontinu. Pelayanan pasca anestesi adalah pelayanan pada
pasien setelah dilakukan anestesi sampai pasien pulih dari tindakan anestesi.

F. Batasan Operasional
Anestesi lokal adalah pemberian obat-obatan yang mampu menghilangkan rasa
sakit secara lokal di tempat trauma atau tempat yang akan mendapat tindakan
medis.

G. Landasan Hukum
SK Kepala Puskesmas tentang layanan klinis yang berorientasi pasien.
BAB II STANDAR KETENAGAAN

Kualifikasi Sumber Daya Manusia :


1. Dokter : profesi dokter / dokter gigi
2. Perawat / perawat gigi : minimal SPK/SPRG dengan pengalaman kerja lebih dari 15
tahun atau D3 keperawatan 15 tahun dan mendapat pendidikan tambahan
kegawatdaruratan
3. Bidan : D1 kebidanan dengan pengalaman kerja lebih dari 15 tahun atau D3
kebidanan
4. Memiliki SIP/SIK
5. Rekam medis : SLTA sederajat dengan pelatihan tambahan rekam medis atau D3
rekam medis
BAB III TATALAKSANA PELAYANAN

Asesmen pelayanan pra anestesi dilakukan oleh dokter sebelum melakukan tindakan
anestesi, kegiatan pra anestesi meliputi :
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter harus dilakukan sebelum tindakan anestesi
untuk memastikan bahwa pasien berada dalam kondisi yang layak untuk prosedur
anestesi.
b. Dokter bertanggung jawab untuk menilai dan menentukan status medis pasien pra
anestesi berdasarkan prosedur sebagai berikut :
1) Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
2) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesi.
3) Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesi yang akan dilakukan.
4) Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani persetujuan
tindakan.
5) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesi dan obat-obatan
yang akan dipergunakan.
c. Pemeriksaan penunjang pra anestesi dilakukan sesuai Standar Profesi dan Standar
Operasional Prosedur.

Pelayanan anestesi lokal :


a. Persiapan alat yang steril di atas meja.
b. Daerah yang akan diinjeksi regional akan didesinfeksi lebih dulu.
c. Dokter menggunakan sarung tangan yang steril.
d. Tahapan prosedur dilakukan secara steril yang meliputi :
1) Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan.
2) Posisi pasien duduk atau berbaring.
3) Desinfeksi menggunakan isodine.
4) Infiltrasi dengan mengggunakan lidokain.
5) Mengukur tanda-tanda vital.
6) Mendokumentasi semua yang dilakukan selama pemberian anestesi di catatan
anestesi pasien.

Pelayanan setelah anestesi :


a. Dilakukan pengawasan terhadap fungsi vital sign.
b. Dilakukan monitoring adanya perdarahan.
c. Evaluasi derajat nyeri pasca tindakan.
d. Dicatat dalam rekam medis pasien.
BAB IV LOGISTIK

Kebutuhan logistik dalam pelayanan anestesi di Puskesmas Cihaur berupa alat


kesehatan dan obat –obatan yang dipenuhi dengan penyediaan di masing-masing unit
terkait (floor stock).
No Nama Satuan Persediaan Penerimaa Pengeluaran Jumlah
Obat/Alkes Awal n Sisa
1 Lidokain Ampul
2 Orablock Ampul
3 Chlor Ethyl Kaleng
BAB V KESELAMATAN PASIEN

Demi menjamin keselamatan pasien maka :


1. Memastikan pasien atau keluarganya memahami prosedur yang akan dilakukan,
memberi persetujuan dan menandatangani keputusan untuk pelaksanaan anestesi.
2. Untuk menjamin keselamatan pasien yang dilakukan tindakan anestesi maka
semua petugas kesehatan (internal Puskesmas) yang terlibat secara
langsung/kontak dengan pasien diharapkan dapat menerapkan Standar
Operasional Prosedur Anestesi yang berlaku.
3. Operator yang akan melakukan operasi memberikan penandaan lokasi/sisi operasi
dengan melibatkan pasien atau keluarga jika memungkinkan.
4. Persiapan sebelum dilakukan induksi anestesi dan sedasi (sign in) yaitu
memastikan identitas pasien sesuai dengan yang tertulis pada gelang identitas
pasien.
5. Melibatkan pasien dalam verifikasi kebenaran lokasi operasi bila pasien dalam
keadaan sadar atau memastikan kebenaran lokasi operasi berdasarkan rekam
medis.
6. Bila pasien dalam keadaan sadar, pastikan bahwa pasien telah diinformasikan
sebelumnya dan mengerti tentang prosedur dan langkah–langkah yang akan
dilakukan sebelum, saat dan setelah operasi.
7. Memastikan bahwa pasien atau keluarganya telah menandatangani formulir
penjelasan dan persetujuan tindakan medis (informed consent).
8. Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan obat–obat anestesi.
9. Persiapan sebelum dilakukan anestesi (time out), petugas memperkenalkan diri dan
tugasnya masing–masing.
10. Mendokumentasikan semua yang dilakukan selama dilakukan layanan anestesi.
BAB VI KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja diupayakan dengan :


1. Mengevaluasi penggunaan APD.
2. Pengorganisasian petugas kesehatan dan pekerjaan yang dapat mengurangi risiko
paparan terhadap infeksi.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) bagi semua petugas
kesehatan.
4. penggunaan alat yang sesuai prinsip ergonomis.
5. Mengevaluasi kondisi alat dan lingkungan kerja.
BAB VII PENGENDALIAN MUTU

Kegiatan evaluasi terdiri dari :


a. Evaluasi internal
1. Rapat audit berupa pertemuan yang membahas permasalahan layanan
(termasuk informed consent, keluhan pasien, komplikasi tindakan, efisiensi dan
efektifitas layanan).
2. Audit dilakukan secara berkala untuk menilai kinerja keseluruhan pelayanan
anestesi.
b. Evaluasi eksternal
Evaluasi Standar Operasional Prosedur pelayanan anestesi di Puskesmas
dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.
BAB VIII PENUTUP

Dokumen ini dibuat untuk kelancaran pelaksanaan rencana layanan klinis. Diharapkan
dengan adanya dokumen ini dapat dibuat prosedur yang mendukung kinerja pemberi
pelayanan. Dokumen ini tetap terbuka untuk dievaluasi dan disempurnakan dari waktu
ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai