Anda di halaman 1dari 6

Klarifikasi Istilah :

1. Audit (cika tanya)(evie jawab)


2. Inpartu (evie tanya)(cika jawab)
3. Geografis(rakha tanya) (ervia jawab)
Letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi
dibandingkan dengan posisi daerah lain

4. Apgar score (Ibas tanya)(nad jawab)


5. Bidan (Ibas tanya) (Asa jawab)

Soal :
1. Apa saja langkah untuk melakukan audit pada skenario tersebut?(cika tanya)(evie jawab)
1. Mengumpulkan Informasi dan Data: Kumpulkan semua informasi yang relevan terkait
kasus tersebut, termasuk catatan medis, laporan kejadian, dan informasi terkait dari dokter A,
tenaga kesehatan lainnya, serta keluarga pasien. Pastikan untuk mendapatkan data yang
akurat dan lengkap.

2. Analisis Kejadian: Lakukan analisis menyeluruh terhadap kejadian yang terjadi, termasuk
identifikasi langkah-langkah yang telah diambil oleh dokter A dan tim medis, penilaian
apakah langkah-langkah tersebut sesuai dengan standar pelayanan medis, dan evaluasi
kondisi pasien sebelum dan selama proses persalinan.

3. Identifikasi Penyebab: Carilah faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil yang buruk
dalam kasus tersebut, seperti keterbatasan sumber daya, keterlambatan dalam penanganan,
kurangnya aksesibilitas, dan kurangnya koordinasi dengan rumah sakit terdekat. Identifikasi
faktor-faktor ini dapat membantu dalam menentukan penyebab utama yang menyebabkan
hasil yang tidak diinginkan.

4. Evaluasi Kepatuhan terhadap Standar: Tinjau kepatuhan dokter A dan tim medis terhadap
standar pelayanan kesehatan yang berlaku. Evaluasi apakah langkah-langkah yang diambil
sesuai dengan pedoman dan prosedur medis yang ditetapkan. Identifikasi apakah ada
pelanggaran atau kesalahan dalam penanganan kasus tersebut.

5. Evaluasi Sumber Daya dan Infrastruktur: Tinjau ketersediaan sumber daya dan
infrastruktur di Puskesmas A, termasuk fasilitas medis, peralatan, dan tenaga kesehatan.
Evaluasi apakah sumber daya yang ada memadai untuk memberikan perawatan yang
memadai dalam situasi darurat.

6. Analisis Kesalahan dan Tindakan Korektif: Identifikasi kesalahan yang terjadi dalam kasus
tersebut dan rekomendasikan tindakan korektif yang dapat diambil. Tindakan ini dapat
meliputi perbaikan infrastruktur, pelatihan tambahan bagi tenaga kesehatan, perbaikan
koordinasi dengan rumah sakit terdekat, dan peningkatan aksesibilitas.

7. Melakukan Laporan Audit: Dokumentasikan hasil audit dalam laporan yang komprehensif
dan jelas. Laporan harus mencakup temuan, kesimpulan, rekomendasi, dan tindakan yang
harus diambil untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan. Pastikan untuk berbagi
laporan dengan pihak terkait, termasuk otoritas kesehatan dan manajemen Puskesmas.

8. Implementasi dan Pemantauan: Setelah audit, penting untuk mengimplementasikan


tindakan korektif yang direkomendasikan dan memantau pelaksanaannya. Pastikan bahwa
langkah-langkah perbaikan dilakukan dengan efektif dan terus dipantau untuk memastikan
peningkatan dalam pelayanan kesehatan.

2. Bagaimana pola hubungan dokter-pasien seharusnya?(Evie tanya)(cika jawab)

3. Apa saja tantangan yang dihadapi dokter A dalam menjalankan tugasnya sebagai satu-
satunya dokter di wilayah tersebut?(Reyhan tanya)(Allam jawab)
1. Keterbatasan Sumber Daya: Dokter A harus beroperasi dengan sumber daya yang terbatas,
termasuk fasilitas kesehatan yang minim dan peralatan yang terbatas. Ini dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk memberikan perawatan yang optimal dan memadai
dalam situasi darurat, seperti persalinan sulit.

2. Terbatasnya Tenaga Kesehatan: Dokter A bekerja dengan jumlah tenaga kesehatan yang
sangat terbatas, yaitu hanya satu bidan, dua perawat, dan satu sarjana kesehatan masyarakat.
Dalam situasi darurat, kekurangan tenaga kesehatan ini dapat menyulitkan dalam
memberikan perawatan yang diperlukan dan membagi beban kerja.

3. Aksesibilitas yang Sulit: Puskesmas A berada di pulau terpencil yang sulit dijangkau.
Transportasi hanya dapat dilakukan dengan kapal, dan kapal tersebut tidak selalu tersedia
setiap saat. Ini berarti bahwa dalam situasi darurat, seperti kasus persalinan yang
membutuhkan penanganan medis segera, dokter A mungkin mengalami keterlambatan dalam
merespons atau kesulitan membawa pasien ke rumah sakit terdekat.

4. Kurangnya Konsultasi atau Bantuan dari Dokter Lain: Sebagai satu-satunya dokter di
wilayah tersebut, dokter A tidak memiliki kolega dokter lain yang dapat diajak berkonsultasi
atau meminta bantuan saat menghadapi situasi darurat atau kasus yang rumit. Hal ini dapat
meningkatkan beban kerja dan stres yang dialami oleh dokter A.

5. Keterbatasan Komunikasi dengan Suami Pasien: Dalam kasus yang diberikan, suami
pasien sedang bekerja sebagai pelaut dan tidak dapat dihubungi saat terjadi keadaan darurat.
Dokter A tidak dapat meminta persetujuan atau mendapatkan informasi medis tambahan yang
dapat membantu dalam penanganan pasien. Ini dapat menghambat kemampuan dokter A
untuk mengambil keputusan yang tepat.

6. Rendahnya Fasilitas Penunjang: Puskesmas A memiliki peralatan dan fasilitas yang


terbatas, termasuk mati lampu yang sering terjadi. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan
dokter A untuk memberikan perawatan yang memadai dan mengakibatkan keterbatasan
dalam melakukan prosedur medis yang diperlukan.

Tantangan-tantangan ini dapat menyulitkan dokter A dalam memberikan perawatan kesehatan


yang optimal di wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
aksesibilitas, sumber daya, dan koordinasi dengan rumah sakit terdekat untuk mengatasi
tantangan tersebut.

4. Apakah terdapat unsur pidana ataupun perdata dalam kasus tersebut menurut UU/ UU
kesehatan? (Allam tanya)(Rakha jawab)

5. Siapa pihak terkait yang dapat mengaudit dan memfasilitasi jika terdapat indikasi
malpraktik? (Rakha tanya)(Reyhan jawab)

6. Bagaimana hubungan antara kondisi geofrafis dengan status layanan kesehatan di daerah
tersebut? (Ibas tanya) (hdj jawab)

7. kapan saja kita boleh melakukan tindakan tanpa harus ada persetujuan pasien? (Nabila tny)
(vera jawab)
Pada Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 4 ayat 1 serta penjelasan Pasal 45 UU Praktik kedokteran tindakan medik dapat
dilakukan dokter kepada pasien gawat darurat meski tanpa adanya informed consent.

8. Kapan audit harus dilakukan dan peraturan apakah yang mengatur tentang audit kesehatan?
(nad tanya) (Ibas jawab)

9. Berapa dokter, bidan, perawat, dan sarjana kesehatan yang diperlukan untuk puskesmas A?
(ervia tny)(nad jawab)
1. Dokter: Mengingat Puskesmas A adalah satu-satunya puskesmas di wilayah tersebut dan
mengalami tantangan aksesibilitas yang sulit, disarankan untuk memiliki lebih dari satu
dokter di puskesmas tersebut. Idealnya, ada minimal dua dokter yang berjaga secara
bergantian untuk memastikan ketersediaan layanan medis sepanjang waktu. Jumlah dokter
yang diperlukan dapat disesuaikan dengan jumlah penduduk, tingkat kebutuhan kesehatan,
dan tingkat kunjungan pasien.

2. Bidan: Bidan berperan penting dalam memberikan perawatan kehamilan, persalinan, dan
pasca persalinan. Dalam kasus ini, memiliki minimal dua bidan di Puskesmas A akan
membantu memastikan ketersediaan perawatan dan pengawasan kebidanan yang memadai.

3. Perawat: Perawat mendukung dokter dan bidan dalam memberikan perawatan pasien.
Dalam situasi yang terbatas, seperti di Puskesmas A, memiliki minimal dua perawat dapat
membantu dalam membagi beban kerja, merawat pasien, serta memberikan dukungan dan
perawatan yang diperlukan dalam keadaan darurat.

4. Sarjana Kesehatan Masyarakat: Sarjana Kesehatan Masyarakat dapat berperan dalam


kegiatan promotif dan preventif, termasuk program kesehatan masyarakat, edukasi,
pengumpulan data, dan analisis epidemiologi. Satu orang sarjana kesehatan masyarakat dapat
memberikan kontribusi penting dalam merencanakan, mengimplementasikan, dan mengawasi
program-program kesehatan di wilayah tersebut.

10. Solusi yg bisa diberikan agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi kedepannya? (Hadijah
tanya) (ervia jwb)
1. Peningkatan Aksesibilitas: Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas ke
Puskesmas A. Salah satu cara adalah dengan memperbaiki transportasi ke pulau tersebut,
seperti meningkatkan jadwal kapal atau menyediakan alternatif transportasi seperti kapal
ambulans. Dalam jangka panjang, mungkin juga perlu mempertimbangkan pembangunan
fasilitas kesehatan tambahan di pulau tersebut.

2. Peningkatan Tenaga Kesehatan: Dalam situasi di mana hanya ada satu dokter dan beberapa
tenaga kesehatan di Puskesmas A, penting untuk memperkuat tim medis dengan merekrut
lebih banyak tenaga kesehatan. Hal ini dapat mencakup dokter tambahan, bidan, perawat, dan
tenaga medis lainnya untuk membantu dalam penanganan keadaan darurat dan memastikan
adanya perawatan yang memadai bagi pasien.

3. Pelatihan dan Peralatan Medis: Penting untuk memberikan pelatihan yang memadai
kepada tenaga kesehatan di Puskesmas A, terutama dalam penanganan keadaan darurat
seperti persalinan sulit. Selain itu, perlu disediakan peralatan medis yang memadai dan sesuai
dengan standar untuk memungkinkan penanganan yang efektif dan cepat dalam situasi
darurat.

4. Koordinasi dengan Rumah Sakit Terdekat: Komunikasi dan koordinasi yang baik antara
Puskesmas A dan rumah sakit terdekat sangat penting. Dalam kasus darurat seperti persalinan
yang rumit, dokter A harus dapat menghubungi rumah sakit untuk meminta bantuan atau
mengoordinasikan evakuasi pasien jika diperlukan.

5. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Penting untuk meningkatkan kesadaran


masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan yang tepat, terutama dalam kasus
keadaan darurat. Kampanye pendidikan kesehatan, seperti pelatihan pertolongan pertama,
kelas ibu hamil, dan peningkatan kesadaran tentang tanda bahaya, dapat membantu
meningkatkan respons masyarakat dan mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.

6. Audit dan Evaluasi Rutin: Kasus-kasus seperti yang terjadi pada dokter A harus diaudit dan
dievaluasi secara rutin oleh otoritas kesehatan terkait. Hal ini penting untuk mempelajari
kegagalan yang terjadi, mengidentifikasi area-area yang perlu diperbaiki, dan
mengimplementasikan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya kasus serupa di masa depan.

11. Bagaimana Analisis SWOT pada puskesmas tersebut? (Haima tanya)(asa jawab)
1. Kelebihan (Strengths):
- Puskesmas A memiliki dokter yang berpengalaman, seorang bidan, beberapa perawat, dan
sarjana kesehatan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat.
- Meskipun dengan peralatan terbatas, Puskesmas A dapat memberikan perawatan dasar dan
mendukung keadaan darurat seperti persalinan.

2. Kekurangan (Weaknesses):
- Aksesibilitas yang sulit karena terletak di pulau terpencil dan tergantung pada kapal untuk
transportasi. Ini membatasi kemampuan pasien untuk mencapai puskesmas dengan cepat
dalam situasi darurat.
- Kurangnya jumlah tenaga medis, terutama dokter, menyebabkan beban kerja yang berat dan
membatasi kemampuan untuk memberikan perawatan yang memadai.

3. Peluang (Opportunities):
- Dengan meningkatnya kesadaran akan masalah aksesibilitas dan kebutuhan akan perawatan
kesehatan yang berkualitas di daerah terpencil, ada peluang untuk menerima bantuan dari
pemerintah atau organisasi non-pemerintah dalam bentuk pendanaan dan sumber daya
tambahan.
- Peningkatan kerjasama dengan rumah sakit terdekat dapat membantu meningkatkan
koordinasi dan memfasilitasi evakuasi pasien saat diperlukan.

4. Ancaman (Threats):
- Keterbatasan peralatan dan fasilitas di Puskesmas A dapat menyebabkan kualitas pelayanan
yang terbatas dan meningkatkan risiko kesalahan dalam penanganan kasus darurat.
- Kondisi geografis yang sulit dan keterbatasan transportasi dapat menghambat kemampuan
Puskesmas A untuk merespons situasi darurat dengan cepat dan efektif.

Berdasarkan analisis SWOT di atas, beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kondisi


Puskesmas A adalah:
- Memperkuat aksesibilitas dengan meningkatkan transportasi ke pulau tersebut, termasuk
peningkatan jadwal kapal atau penyediaan alternatif transportasi.
- Merekrut lebih banyak tenaga medis untuk mengurangi beban kerja dan meningkatkan
kemampuan dalam merespons situasi darurat.
- Meningkatkan kerjasama dengan rumah sakit terdekat untuk memfasilitasi evakuasi pasien
yang membutuhkan perawatan lanjutan.
- Meningkatkan fasilitas dan peralatan medis di Puskesmas A agar dapat memberikan
perawatan yang lebih baik dalam situasi darurat.

Selain itu, perlu dilakukan audit dan evaluasi rutin untuk mengidentifikasi kelemahan dan
memperbaiki sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas A.

12. Apa fungsi dari puskesmas pembantu dan bagaimana persyaratan pendirian puskesmas
pembantu? (Asa tanya) (Haima jawab)

13. Apakah alur penanganan pasien pada skenario sudah benar? Bila tidak bagaimana alur
penanganan yang seharusnya dilakukan?
Berdasarkan informasi yang diberikan, alur penanganan pasien pada kasus tersebut tidak
dapat dianggap benar karena menghasilkan hasil yang buruk, yaitu kematian ibu dan bayi.
Sebagai satu-satunya dokter di wilayah tersebut, dokter A dihadapkan pada tantangan
geografis dan keterbatasan sumber daya yang mempengaruhi kemampuannya dalam
memberikan perawatan yang memadai. Namun, berikut adalah alur penanganan yang
seharusnya dilakukan dalam situasi tersebut:

1. Evaluasi Awal dan Stabilisasi: Ketika seorang wanita hamil datang dengan gejala tekanan
darah tinggi (hipertensi), langkah pertama yang harus diambil adalah melakukan evaluasi
awal kondisi pasien dan stabilisasi keadaannya. Hal ini meliputi pemantauan tekanan darah,
detak jantung, dan gejala lainnya. Jika kondisi pasien mengindikasikan ancaman serius
terhadap nyawa, langkah-langkah stabilisasi harus dilakukan dengan segera.

2. Koordinasi dengan Rumah Sakit Terdekat: Mengingat keterbatasan fasilitas dan peralatan
di Puskesmas A, langkah selanjutnya adalah segera menghubungi rumah sakit terdekat yang
memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan peralatan yang diperlukan. Dokter A harus
berkomunikasi dengan rumah sakit terdekat untuk memberi tahu tentang kondisi pasien dan
meminta bantuan serta mengoordinasikan proses transfer pasien.

3. Evakuasi Pasien dengan Aksesibilitas yang Tersedia: Dalam situasi darurat seperti ini,
perlu diatur evakuasi pasien dengan menggunakan kapal yang tersedia. Dalam hal ini, dokter
A harus berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas transportasi dan membuat
persiapan yang diperlukan untuk memastikan evakuasi pasien secepat mungkin ke rumah
sakit terdekat yang dapat memberikan perawatan yang sesuai.

4. Pemantauan dan Perawatan Selama Perjalanan: Selama perjalanan menuju rumah sakit
terdekat, pasien harus mendapatkan pemantauan yang terus-menerus dan perawatan yang
sesuai. Ini termasuk pemantauan tekanan darah, detak jantung, serta penanganan darurat jika
ada keadaan darurat seperti kejang.

5. Penilaian dan Tindakan Medis di Rumah Sakit: Setibanya di rumah sakit, pasien harus
dievaluasi secara menyeluruh oleh tim medis di sana. Berdasarkan hasil evaluasi, tindakan
medis yang sesuai harus dilakukan, termasuk penanganan tekanan darah tinggi, manajemen
persalinan, dan perawatan lain yang diperlukan.

Penting untuk mencatat bahwa dalam situasi medis darurat seperti ini, setiap kasus memiliki
faktor-faktor yang unik dan penanganannya harus disesuaikan dengan keadaan spesifik.
Rekomendasi di atas mencerminkan alur penanganan umum yang seharusnya dilakukan,
namun penanganan yang tepat harus selalu didasarkan pada penilaian klin

Anda mungkin juga menyukai