Anda di halaman 1dari 26

Discovery Learning 3

Family Health Care Function


Kelompok 5
Luluk Nafisah 11141040000006
Hanna Wiatul Ilmi 11141040000011
Zahidah Amatillah 11141040000016
Sulistyawati 11141040000019
Abdul Har 11141040000021
Alfi Zakiyatid D. 11141040000024
Anis Sanjaya 11141040000025
Rizqa Fitria Putri 11141040000031
Devi Adia 11141040000036
Puspita Sari 11141040000040
Perilaku keluarga yang mempengaruhi
kesehatan
Perilaku adalah seluruh aktivitas atau kegiatan yang bias dilihat ataupun tidak pada diri
seseorang sebagai hasil dari proses pembelajaran
a) Pengetahuan
b) Sikap
c) Tindakan
Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner perilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap
stimulus atau objek uang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan.
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance
Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering
disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior).
Hanna
Abdul
Pengkajian Keluarga
Pengkajian Keluarga merupakan suatu tahapan dimana suatu perawat mengambil informasi dari
keluarga dengan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga
dapat di ketahui kebutuhan keluarga yang di binanya.
Proses pengkajian
1. Pengumpulan data.
Jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan sehari-hari
b. Faktor sosial-budaya-ekonomi
c. Faktor lingkungan
d. Riwayat kesehatan/riwayat medis
2. Metode pengumpulan data
Berikut ini adalah metode pengumpulan data yang digunakan :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui data subjektif dalam aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi,
kebiasaan, adat istirahat, agama, lingkungan, dan sebagainya.
b. Pengamatan/observasi
Pengamatan/observasi dilakukan untuk mengetahui hal yang secara langsung bersifat fisik (ventilasi,
kebersihan, penerangan, dll) atau benda lain (data objektif).
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah keluarga dan keperawatan yang
berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya kehamilan, mata, telinga, tenggorokan, dll. (data objektif).
d. Studi dokumentasi
Studi dilakukan dengan jalan menelusuri dokumen yang ada, misalnya catatan kesehatan, kartu keluarga,
kartu menuju sehat, literatur, catatan pasien, dll. (data subjektif).
Manfaat serta Masalah Konsultasi dan
Rujukan
Manfaat konsultasi dan rujukan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan yang seharusnya)
2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work)

Masalah konsultasi dan rujukan:


1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter)
2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien)
3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan
5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi)
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.
Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan
Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan sistem
kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.
Konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus, catatan di
rekam medis, formal/ informal lewat telefon)
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi
Tata cara rujukan
Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan rujukan. Penjelasan ini sangat
perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli tertentu.
Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang dimintai
konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat informasi secara lengkap tentang identitas,
riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga.
Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap mungkin. Tujuan konsultasi
pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus,
memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya.
Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan bantuan
profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter
ahli lain yang lebih seuai.
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
Kegiatan Rujukan
1. Rujukan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan ini antara lain berupa pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke
unit yang lebih lengkap; rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas;
pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis; pengiriman bahan laboratorium; dan jika
penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke
unit semula, jika perlu diserta dengan keterangan yang lengkap (surat balasan).
2. Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara lain :
a. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.
b. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga
dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan dengan tingkat
provinsi atau institusi pendidikan.
3. Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara lain berupa :
a. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas
kepada unit yang mengirim.
b. Menjalin kerjasama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan,
terutama mengenai kematian maternal dan prenatal. Hal ini sangat berguna untuk
memperoleh angka secara regional dan nasional.
Rujukan kesehatan yang meliputi
permintaan bantuan atas :
a. Kejadian luar biasa atau terjangkitnya penyakit menular
b. Terjadinya kelaparan dalam masyarakat
c. Terjadinya keracunan masal
d. Masalah lain yang menyangkut kesehatan masyarakat umum
Pusat Rujukan Antara (Puskesmas dengan 10
tempat tidur)
Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik
berupa tindakan operatif terbatas maupun perawatan sementara dengan 10 tempat tidur.
Kegiatan:
1) Melakukan tindakan opertaif terbatas terhadap penderita gawat darurat antara lain :
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Persalinan dengan penyulit
c. penyakit lain yang mendadak dan gawat
2) Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostik
dengan rata-rata hari perawatan 3 hari atau maksimal 7 hari
3) Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman penderita lebih lanjut ke Rumah
sakit
4) Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit
5) Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita untuk keluarga berencana
Sistem Informasi Rujukan
Kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan
pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain:
a. nomor surat
b. tanggal dan jam pengiriman
c. status pasien pemegang kartu Jaminan Kesehatan atau umum
d. tujuan rujukan penerima
e. nama dan identitas pasien
f. resume hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnose
g. tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang, kemajuan
pengobatan dan keterangan tambahan yang dipandang perlu
Organisasi dan Pengelolaan Dalam
Pelaksanaan Sistem Rujukan
Agar sistem rujukan ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan
organisasi dan pengelolanya, harus jelas mata rantai kewenangan dan tanggung jawab dari
masing-masing unit pelayanan kesehatan yang terlibat didalamnya, termasuk aturan pelaksanaan
dan koordinasinya
Kriteria Pembagian Wilayah Pelayanan
Sistem rujukan
Pemerintah telah menetapkan konsep pembagian wilayah dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam
sistem rujukan ini setiap unit kesehatan mulai dari Polindes, Puskesmas pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit
akan memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan wilayah dan tingkat kemampuan
petugas atau sama.
Ketentuan ini dikecualikan bagi rujukan kasus gawat darurat, sehingga pembagian wilayah pelayanan dalam
sistem rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah administrasi pemerintahan saja tetapi juga
dengan kriteria antara lain:
1. Tingkat kemampuan atau kelengkapan fasilitas sarana kesehatan, misalnya fasilitas Rumah Sakit sesuai
dengan tingkat klasifikasinya
2. Kerjasama Rumah Sakit dengan Fakultas Kedokteran
3. Keberadaan jaringan transportasi atau fasilitas pengangkutan yang digunakan bis arana Kesehatan atau
Rumah Sakit rujukan.
4. Kondisi geografis wilayah sarana kesehatan.
5. 5. Dalam melaksanakan pemetaan wilayah rujukan, faktor keinginan pasien/ keluarga pasien dalam memilih
tujuan rujukan perlu menjadi bahan pertimbangan.
Persiapan Rujukan
1.Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh minimal dua
tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten.
2.Persiapan keluarga, beri tahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien, serta alasan
mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat
rujukan.
3.Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien,alasan rujukan,
tindakan dan obatobatan yang telah diberikan pada pasien.
4.Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
5.Persiapan Obat, membawa obatobatan esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk.
6.Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan pasien berada
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan
ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan.
7.Persiapan uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup untuk membeli
obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.
8.Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien atau calon pendonor
darah dari keluarga yang berjaga jaga dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah
PMK NO 001 TAHUN 2012 SISTEM RUJUKAN
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
Pasal 3
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal.
Pasal 5
Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.
Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan ketentuan dalam
polis asuransi dengan tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang.
Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat mengikuti sistem rujukan.
Pasal 6
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan,
rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki kemampuan pelayanan sesuai
kebutuhan pasien.
Tata Cara Rujukan
Pasal 7
Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal.
Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan.
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan.
Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya.
Pasal 8
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Pasal 9
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan
apabila:
pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik;
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
Pasal 10
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan
apabila:
permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi
dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Pasal 13
Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:
melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan
kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan;
melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal
keadaan pasien gawat darurat; dan
membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.
Pasal 14
Dalam komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, penerima rujukan berkewajiban:
menginformasikan mengenai ketersediaan sarana dan prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan; dan
memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.
Pasal 15
Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c sekurang-kurangnya memuat:
identitas pasien;
hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;
diagnosis kerja;
terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
tujuan rujukan; dan
nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
Pasal 18
Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan.
Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan menjadi tanggung
jawab pasien dan/atau keluarganya.
Daftar pustaka
Notoatmodjo, S, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Hermawan, 2011, Yoni. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Persepsi dengan Perilaku
Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Program Studi
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Siliwangi. [diakses 28 maret 2017 www.scribd.com]
Bascom. 2011. Konsep Perilaku Kesehatan.. [diakses 28 maret 2017
http://www.bascommetro.com/2009/05/konsep-perilaku-kesehatan.html]

Anda mungkin juga menyukai