Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM RUJUKAN

Disusun oleh:
1. Alfian Fitriana
2. Alsa Isna Faiza Osman
3. Aziizah Syafirly
4. Setyowati Erineta Hutabarat
5. Tiara Novdianti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

Jl. Bintaro Raya No. 10, RT.4/RW.10, Kebayoran Lama Utara,

Kota Jakarta selatan, DKI Jakarta, 12240. (021)7234122

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalam’ualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan rahmat dan segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sistem rujukan” .

Menyadari dan jauh dari sempurna makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca guna perbaikan dikemudian hari sangat kami harapkan demi tercapainya
kesempurnaan yang diharapkan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa dan pembaca.

Wassalam’ualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Penegertian dari sistem rujukan
2. Jenis-jenis dari sistem rujukan
3. Manfaatdari sistem rujukan
4. Syarat dari sistem rujukan
5. Tata cara melakukan sistem rujukan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem rujukan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari sistem rujukan
3. Untuk mengetahui manfaat dari sistem rujukan
4. Untuk mengetahui syarat dari sistem rujukan
5. Untuk mengetahui tata cara melakukan sistem rujukan

BAB II

Pembahasan
2.1 Pengertian sistem rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti
satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun
secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama.

Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal. Rujukan horizontal
adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda
tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya.

2.2 Jenis-jenis sistem rujukan

Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni :

1) Rujukan Kesehatan

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam
yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam
pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap.
Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan opersional.

2) Rujukan Medik

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini
dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan
pemeriksaan. Jenis rujukan medik antara lain:

1) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain.
2) Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan
setempat.
2.3 Tujuan Sistem Rujukan
Tujuan Rujukan, yaitu (syafrudin,2009)
1. setiap penderita mendapat perawatan dan [ertolongan yang sebai-baiknya.
2. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari
unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
3. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer Knowledge and skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah.

2.4 Manfaat Sistem rujukan

beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan
terlihat sebagai berikut:

1) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

Manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan;
memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai
sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada
aspek perencanaan.

2) Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health consumer),
manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya pengobatan, karena dapat
dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana
pelayanan kesehatan.

3) Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.

Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
(health provider), manfaat yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga
kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan
dedikasi; membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama
yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

2.5 Kegiatan Yang Tercakup Sistem Rujukan


1. Pengiriman pasien
Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk perawatan dan
pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap.Unit pelayanan kesehatan
yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang
mengirim, untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk
rehabilitasi selanjutnya.
2. Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya
a. Pemeriksaan:
Bahan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk, dikirimkan ke
laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik rujukan guna mendapat pemeriksaan
laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang tepat.

b. Pemeriksaan Konfirmasi.

Sebagian Spesimen yang telah di periksa di laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit


atau laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium yang lebih mampu untuk
divalidasi hasil pemeriksaan pertama.

3. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan

Dokter Spesialis dari Rumah Sakit dapat berkunjung secara berkala ke Puskesmas.
Dokter Asisten Spesialis / Residen Senior dapat ditempatkan di Rumah Sakit Kabupaten /
Kota yang membutuhkan atau Kabupaten yang belum mempunyai dokter spesialis.
Kegiatan menambah pengetahuan dan ketrampilan bagi Dokter umum, Bidan atau Perawat
dari Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota dapat berupa magang atau
pelatihan di Rumah Sakit Umum yang lebih lengkap.

4. Sistem Informasi Rujukan

Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan di catat
dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan
antara lain : nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status pasien keluarga miskin
(gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan rujukan
penerima, nama dan identitas pasien, resume hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa,
tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang, kemajuan
pengobatan dan keterangan tambahan yang dipandang perlu.

Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasien rujukan dan
setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasi balasan rujukan di surat
balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, yang berisikan antara
lain: nomor surat, tanggal, status pasien keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk
umum, ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien,
hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan follow up
yang dianjurkan kepada pihak pengirim pasien.

2.6 Organisasi dan pengelolaan dalam pelaksanaan sistem rujukan

Agar sistem rujukan ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien, maka perlu
diperhatikan organisasi dan pengelolanya, harus jelas mata rantai kewenangan dan tanggung
jawab dari masing-masing unit pelayanan kesehatan yang terlihat didalamnya, termasuk
aturan pelaksanaan dan kordinasinya. Dibawah ini akan diuraikan mengenai kriteria
pembagian wilayah pelayanan dalam sistem rujukan dan koordinasi antara unit-unit
pelayanan kesehatan.

1. Kriteria pembagian wilayah pelayanan sistem rujukan

Karena terbatasnya sumber daya tenaga dan dana kesehatan yang disediakan, maka
perlu diupayakan penggunaan fasilitas pelayanan medis yang tersedia secara efektif dan
efisien. Pemerintah telah menetapkan konsep pembagian wilayah dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat. Dalam sistem rujukan ini setiap unit kesehatan mulai dari Polindes,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit akan memberikan jasa pelayanannya
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan wilayah dan tingkat kemampuan petugas atau
sarana.

Ketentuan ini dikecualikan bagi rujukan kasus gawat darurat, sehingga pembagian
wilayah pelayanan dalam sistem rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah
administrasi pemerintahan saja tetapi juga dengan kriteria antara lain:

a. Tingkat kemampuan atau kelengkapan fasilitas sarana kesehatan, xxxmisalnya fasilitas


Rumah Sakit sesuai dengan tingkat klasifikasinya.
b. Kerja sama Rumah Sakit dengan Fakultas Kedokteran.

c. Keberadaan jaringan transportasi atau fasilitas pengangkutan yang xxxdigunakan ke


Sarana Kesehatan atau Rumah Sakit rujukan.

d. Kondisi geografis wilayah sarana kesehatan.

Dalam melaksanakan pemetaan wilayah rujukan, faktor keinginan pasien/ keluarga


pasien dalam memilih tujuan rujukan perlu menjadi bahan pertimbangan

2. Koordinasi rujukan antar sarana kesehatan

Dalam usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan secara merata kepada


masyarakat perlu adanya koordinasi yang efektif dalam pemberian pelayanan kesehatan
rujukan. Koordinasi ini dapat dicapai dengan memberikan garis kewenangan dan tanggung
jawab dari masing-masing unit pelayanan kesehatan. Yang menjadi pemimpin dalam
koordinasi rujukan adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Karena wilayah sistem rujukan mencakup lebih dari satu Kabupaten/ Kota, maka
koordinasi antar Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bersangkutan sangat penting.
Adapun Rumah Sakit rujukan yang tertinggi didaerah Provinsi

3. Alur Rujukan

Karena adanya perbedaan dan persamaan klasifikasi, wilayah dan kemampuan tiap
sarana kesehatan yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat perlu disusun alur rujukan
pasien secara umum, kecuali bagi rujukan kasus kegawatdaruratan atau rujukan khusus.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:

a. Klasifikasi Fasilitas Kesehatan

Rumah Sakit Umum Provinsi dengan klasifikasi B sebagai rujukan bagi Rumah Sakit
Umum Kabupaten/Kota dengan klasifikasi C atau D atau sarana kesehatan lain, termasuk
Rumah Sakit Angkatan Darat, Rumah Sakit Bhayangkara dan Swasta di Provinsi Nusa
Tenggara Barat.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota kelas C yang telah mempunyai 4


spesialis dasar dapat menjadi tujuan rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten /Kota kelas D terdekat yang belum mempunyai spesialisasi yang dituju dan
Puskesmas. Puskesmas sebagai tujuan rujukan utama Puskesmas Pembantu, Polindes/
Poskesdes dan masyarakat di wilayahnya.

b. Lokasi / Wilayah Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rujukan masing-masing Kabupaten/Kota, tujuan


rujukan bisa berdasarkan lokasi geografis sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
dan terdekat.

c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana

Teknis Unsur-unsur pelaksana teknis rujukan lain sebagai sarana tujuan rujukan yang
dapat dikoordinasikan di tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat, antara lain: Balai
Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BLKM), Rumah Sakit Jiwa (RS Jiwa), Balai
Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

2.7 Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang

1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan


medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk
ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier
hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
b. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
c. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah
d. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan lanjutan
e. pertimbangan geografis; dan
f. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter
gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi
gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di
luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan
tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian
terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1. pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan
2. pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan
pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

Hal yang Harus diperhatikan dalam sistem rujukan berjenjang

1. Apakah pasien yang tidak mengikuti rujukan berjenjang dapat dijamin oleh BPJS
Kesehatan? Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai
dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, kecuali
dalam kondisi tertentu yaitu kondisi gawat darurat, bencana, kekhususan
permasalahan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan
fasilitas.
2. Untuk pasien di perbatasan, apakah diperbolehkan untuk merujuk pasien lintas
kabupaten? Jika atas pertimbangan geografis dan keselamatan pasien tidak
memungkinkan untuk dilakukan rujukan dalam satu kabupaten, maka
diperbolehkan rujukan lintas kabupaten.

2.8 Forum Komunikasi Antar Fasilitas Kesehatan


1. untuk dapat mengoptimalisasikan sistem rujukan berjenjang, maka perlu dibentuk
forum komunikasi antar fasilitas kesehatan baik faskes yang setingkat maupun antar
tingkatan faskes, hal ini bertujuan agar fasilitas kesehatan tersebut dapat melakukan
koordinasi rujukan antar fasilitas kesehatan menggunakan sarana komunikasi yang
tersedia agar:
a. Faskes perujuk mendapatkan infromasi mengenai ketersediaan sarana dan
prasaranaserta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan serta dapat
memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien sesuai dengan
kebutuhan medis.
b. Faskes tujuan rujukan mendapatkan informasi secara dini terhadap kondisi
pasien sehingga dapat mempersiapkan dan menyediakan perawatan sesuai
dengan kebutuhan medis.

2. 9 Pembinaan dan Pengawasan sistem Rujukan Berjenjang

1. Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Ka Dinkes provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua.
3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada
pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama. Jenis-jenis sistem rujukan

Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni, Rujukan Kesehatan
rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan. Rujukan Medik rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kedokteran (medical service). Manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari
unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat dari, sudut pandang pemerintah sebagai
penentu kebijakan,sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan,sudut pandang
kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.

3.2
3.3
3.4
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/

http://eprints.undip.ac.id/

https://batukarinfo.com/system/files/buku%20rujukanBINDER_0.pdf

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52788/Chapter%20II.pdf;

Anda mungkin juga menyukai