Anda di halaman 1dari 7

2.

3 TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian sistem rujukan

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas


pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tangung jawab
secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun
horizontal ke fasilitas, pelayanan yang lebih kompeten terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Tujuan sistem Rujukan adalah untuk
meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.

2. Macam-macam sistem rujukan

a) Rujukan medik
Adalah rujukan yang pelimpahan bertangung jawab secara timbal balik atas
satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwewenang dan mampu menangani secara rasional.
Jenis rujukan medik ada tiga yaitu
 Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindkan
operatif dll.
 Transfer of specimen
Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
 Transfer of knowlwdge/personal
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
pelayanan pengobatan setempat.
b) Rujukan kesehatan
Hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau spesimen ke fasilitas
yang lebih mampu dan lengkap menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya
preventif dan promotif.

3. Karakteristik sistem rujukan


Andersen mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu model
kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan
kesehatan (behavioral model of helath service utilization). Andersen mengelompokkan
faktor determinan dalam pelayanan kesehatan ke dalam 3 kategori utama, yaitu: 1)
karakteristik predisposisi, 2) karakteristik kemampuan, dan 3) karakteristik kebutuhan.

1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakterisrik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu


mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal
ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan dalam 3 kelompok,
yaitu :

a. Ciri-ciri demografi, seperti: jenis kelamin, umur, dan status perkawinan

b. Struktur sosial, seperti: tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya.

c. Kepercayaan kesehatan (health belief), sperti keyakinan bahwa pelayanan


kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

2) Karakteristik Kemampuan (Enabling Characteristics)

Karakteristik kemampuan (enabling characteristics) adalah sebagai keadaan atau


kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi
kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen (1975) membaginya ke dalam 2
golongan, yaitu:

a. Sumber daya keluarga

Yang termasuk sumber daya keluarga adalah penghasilan keluarga, keikutsertaan


dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan, dan
pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat

Yang termasuk sumber daya masyarakat adalah jumlah sarana pelayanan


kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang ada, jumlah tenaga
kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap
tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Asumsi Andersen
adalah semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat
pemanfaatan pelayanna kesehatan suatu masyarkat akan semakin
bertambah

3) Karakteristik Kebutuhan (Need characteristics)

Karakteristik kebutuhan, dalam hal ini merupakan komponen yang paling langsung
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen (1975) menggunakan
istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap
suatu penyakit merupakan bagian dari faktor kebutuhan. Penilaian kebutuhan ini dapat
dinilai dari dua sumber yaitu:

a. Penilaian individu (perceived Need)

Merupakan penilaian keadaan kesehatan yang dirasakan oleh individu, besarnya


ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita.

b. Penilaian klinik (evaluated Need)

Merupakan penilaian beratnya penyakit oleh dokter yang merwatnya. Hal ini
tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit
oleh dokter.

4. Prosedur rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat


“BAKSOKUDA” yang dijabarkan sebagai berikut :

1. B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang


kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
2. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti
spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop
3. K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan
alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan
untuk dapat menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4. S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),
alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah
diterima ibu (klien)
5. O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
6. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
dalam waktu cepat
7. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat
rujukan
8. DA (Darah & Do’a)

Mekanisme Rujukan
Adapun mekanisme rujukan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan
puskesmas
a. Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum
dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita
segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon
atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
5. Persiapan penderita

Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu


atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama
dalam perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format
rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan
sampai ke tempat rujukan.

6. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
7. Tindak lanjut penderita
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut,
dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka
perlu dilakukan kunjungan rumah

Tatalaksana rujukan
a) Internal antar petugas disatu rumah
b) Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
c) Antara masyarakat dan puskesmas
d) Antara satu puskesmas satu dengan puskesmas lainnya
e) Antara puskesmas dan RS, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan
lain.
f) Antara RS, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dari RS.

Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan kesehatan


yang ada mulai dari:
1. Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.
Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes / Poskesdes, Bidan
Praktik Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya milik
pemerintah maupun swasta.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif,
deteksi dini dan memberikan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan
obstetri neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan PONED di
Puskesmas serta pembinaan UKBM termasuk Posyandu
2. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder
Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah maupun
Swasta yang setara dengan  RSU Kelas D, C dan B Non Pendidikan,
termasuk Rumah Sakit Bersalin (RSB), serta Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA). Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,
preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus
komplikasi mencegah  terjadinya keterlambatan penanganan dan kolaborasi
dengan nakes lain dalam penanganan kasus (PONEK).
3. Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A
Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah maupun swasta.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif,
deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi
mencegah terjadinya keterlambatan penanganan, kolaborasi dg nakes lain
dalam penanganan kasus PONEK dan asuhan kebidanan/penatalaksaaan
kegawat-daruratan pada kasus-kasus kompleks sebelum mendapat
penanganan lanjut.

5. Manfaat sistem rujukan

a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien berarti bahwa


pertolongan dapat diberikan lebih cepat murah dan secara psikologis
memberi rasa aman pasien dirumahnya.
b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkatkan sehingga makin banyak
kasus yang dapat dikelola didaerahnya masing-masing .
c. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.

Anda mungkin juga menyukai