Anda di halaman 1dari 5

RESUME

Diskusi :
Berdasarkan pasien BPJS yang terjadi di RSUD Banjar dan Ciamis yang perlu ditindaklanjuti oleh
Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya.sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan dengan biaya yang efisien.

Pada kasus tertentu tim kendali mutu dan kendali biaya dapat meminta informasi tentang
identitas,diagnosis,riwayat penyakit,riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan peserta dalam
bentuk salinan/fotokopi rekam medis kepada fasilitas sesuai kebutuhan.

Tim kendali mutu dan kendali biaya dapat melakukan :

- Sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik profesi sesuai


kompetensi
- Utilization review dan audit medis
- Pembinaan etika dan disisplin profesi kepada tenaga kesehatan

Rapat di kb

10 langkah perlindungan Ibu & Bayi secara terpadu & paripurna

1. 1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan


kesehatan ibu & bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan PMK untuk
bayi BBLR
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan
maternal neonata
3. Menyelenggarakan persalinan bersih aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit ibu-bayi
4. Menyelenggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonates
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring
rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang
8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan
dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta reproduksi lainnya
9. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodik
dan tindak lanjut
10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti
pemberian ASI eksklusif dan PMK.

RSSIB merupakan salah satu program di Kementerian Kesehatan dalam upaya


menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di rumah sakit
melalui 10 langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.

“Ini merupakan penghargaan terhadap keseriusan dan kesungguhan rumah sakit terhadap
kesehatan. Jadi rumah sakit ini betul-betul friendly pada ibu dan bayi,” ujar Dr Budihardja,
DTM&H,MPH, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes.
KRONOLOGIS

Nama Pasien : Tn. Emuh


Umur : 64 th
Alamat : Gunung cupu Rt 29/ Rw 14 Sindangkasih
Tanggal Masuk : 13 Mei 2016
Diagnosa Masuk : Illeous Obstruksi Total
Diagnosa Akhir : Adhesi Colon Tranversum dengan komplikasi Perporasi
Duodenum Pars 1 + Sepsis berat +Malnutrisi berat

Pasien masuk IGD dengan kesadaran menurun tidak bisa BAB dan tidak
kentut sejak 2 hari disertai dengan keluhan nyeri seluruh bagian perut dan kembung.
Petugas di Ruang IGD konsul dr. Agi Budinuransyah, Sp.B dan menjelasakan
kepada keluarganya tentang keadaan umum pasien yang harus segera dilakukan
opreasi dan tindakan lainya karena keadaan umum pasien sudah jelek. Kemudian
dr. Agi Budinuransyah, Sp.B menjelaskan resiko terburuk bahwa pasien setelah
dilakukan tindakan operasi ada kegagalan atau ada operasi berulang yang
diakibatkan oleh keadaan umum Pasien yang sudah buruk tersebut, bahkan Pasien
bisa meninggal dimeja Operasi, atas persetujuan pihak keluarga Operasi dilakukan
dan keluarga menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi di atas materai
dengan segala resiko yang sudah dijelaskan tadi. keluarga yang menandatangani atas
nama Tn. Ahmad Hanapi. Selain keluhan yang tadi diatas, pasien juga menderita
infeksi paru dan kekurangan gizi berat.
Kemudian Tgl 13 mei 2016 dilakukan operasi cito (segera) yang dimulai pada
pukul 12.30 dan selesai pada pukul 14.30, kemudian pasien dirawat diruang
Bougenvile.
Setelah Hari ke 10 dirawat di Ruang Bogenvile, dari tanggal 13 mei 2016
sampai dengan tanggal 23 mei 2016 setelah dilakukan operasi ususnya keluar yang
kemungkinan besar diakibatkan oleh infeksi paru – paru yang sangat tinggi dan
pasien dalam keadaan status gizi buruk yang sangat berat, keadaan ini dapat
mengakibatkan keadaan umum Pasien memburuk jadi dilakukan Operasi kedua.,
Dokter sudah menjelaskan kepada keluarga pasien tentang resiko yang akan terjadi
setelah operasi pertama kepada pihak keluarga pasien dan dokter menjelaskan
kepada keluarga pasien untuk dilakukan operasi lagi dan pihak keluarga menyetujui
untuk dilakukan operasi yang kedua, dengan segala resiko yang sudah dijelaskan di
awal. Persetujuan operasi ditandatangani diatas materai atas nama Tn. Ahmad
Hanapi.
Setelah dilakukan operasi kembali pasien dirawat di ruang ICU dan selama
perawatan diruang ICU keadaan umum pasien mulai membaik tapi masih harus di
lakukan observasi jadi belum bisa dipindahkan ke Ruang Rawat Inap. Selama Pasien
dalam perawatan di ruang ICU pada Tanggal 28 mei 2016 tiba tiba keluarga pasien
minta pindah rawat ke Rumah Sakit lain dan keluarga minta pindah ke RS Margono
dengan alasan ingin fasilitas yang lebih lengkap dari RSUD Ciamis karena pihak
keluarga yang meminta maka dokter yang menangani pasien tersebut menyutujui
atas permintaan keluarganya sendiri.
diberitahukan kepada semua ruangan bahwa alat ct scan yang ada di rsud ciamis dalam keadaan
rusak maka dari itu apabila ada pasien yang diharuskan untuk ct scan dirujuk ke rumah sakit lain (
tasik/banjar)

apabila pasien bpjs dirujuk dengan rujukan parsial (dibayar dulu oleh rumah sakit) dengan
ketentuan sebagai berikut :

1. harus ada surat rujukan dari dokter yang bersangkutan / yang merujuk
2. petugas diruangan lapor ke bagian bpjs
3. petugas bpjs kordinasi ke bagian keuangan
4. persyaratan bpjs nya harus lengkap sampai dengan jaminan,ada kwitansi dan hasil ct scan
nya untuk pengklaiman apabila pasien pulang/meninggal
5. apabila memakai ambulance ditanggung oleh keluarga pasien

demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan

Anda mungkin juga menyukai