Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KOTA BENGKULU

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MUARA BANGKAHULU
Jl.Wr. Supratman No 22 Rt 04 Kel Pematang Gubernur Bengkulu Telp (0736) 7310378
Email : pkmmuarabangkahulu04@gmail.com Kode pos :38125

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MUARA BANGKAHULU


NOMOR : ………………………………………………………

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS
UPTD PUSKESMAS MUARA BANGKAHULU

KEPALA UPTD PUSKESMAS MUARA BANGKAHULU

Menimbang : a. Bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan


sesuai kebutuhan pasien
b. Bahwa pelayanan klinis Puskesmas perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien
c. Bahwa untuk menjamin pelayanan klinis
dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas
Muara Bangkahulu

Mengingat : 1. Undang-undang Repoblik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan ( Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambaha
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2014 Tentang Puskesmas
3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tinggkat Pertama;
4. Keputusan Menteri KesehatanRepoblik Indonesia
Nomor 1457/MENKES/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MUARA BANGKAHULU


TENTANG PELAYANAN KLINIS UPTD PUSKESMAS MUARA
BANGKAHULU

KESATU : Kebijakan pelayanan klinis UPTD Puskesmas Muara


Bangkahulu sebagaimana tercantum dalam lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.
KEDUA : Surat Keputusan Ini Berlaku Sejak Tanggal Ditetapkan
dengan ketentuan apabilah dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan: Bengkulu
Pada Tanggal : Januari 2023

KEPALA UPTD PUSKESMAS


MUARA BANGKAHULU

Lina Novita, S.Kep. MM


Nip.197304301997022001
LAMPIRAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR :
TENTANG : KEBIJAKAN
PELAYANAN KLINIS UPTD PUSKESMAS
MUARA BANGKAHULU

A. PENDAFTARAN PASIEN

1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas


2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kopenten yang
memenuhi kriteria
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari
cara identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal,
alamat/tempat tinggal,dan nomor rekam medis
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia,dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif,
jenis pelayanan, jadwal pelayanan dan informasi tentang
kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang harus dapat disediakan
di tempat pendaftaran
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan
proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran
7. Hak-hak pasien meliputi:
1. Mendapatkan pelayanan optimal/sebaik-baiknya sesuai
dengan standar propesi kedokteran
2. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit
dan tindakan Medis yang akan dilakukan dokter/suster
3. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat
sang pasien
4. Hak atas rahasia kedokteran/data data penyakit, status,
diaknosis, dll
5. Hak untuk memberi persetujuan/menolak atas tindakan
medis yangakan dilakukan pada pasien
6. Hak untuk menghentikan pengobatan
7. Hak untuk mencari pendapat kedua /pendapat dari dokter
lain/rumah sakit lain
8. Hak atas isi rekam medis/data medis
9. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan
kritis
10. Hak untuk di memeriksa dan mendapatkan penjelasan
tentang biaya yang dikenakan/dokumen pembayaran/bon
dll
11. Hak Untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian
dan tindakan yang tidak mengikuti standar operasi profesi
kesehatan
12.
8. Kewajiban pasien meliputi:
1. Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan
perjalanan penyakit kepada petugas kesehatan
2. Mematuhi nasehat dokter dan perawat
3. Harus ikut menjaga kesehatan dirinya
4. Memenuhi imbalan jasa pelayanan
9. Kendala fisik,bahasa dan budaya serta penghalang lain wajib
diidentifikasi dan di tindak lanjuti

B. PENGKAJIAN KEPUTUSAN DAN RANCANGAN LAYANAN

1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga


yang kompeten melakukan pengkajian
2. Kajian awal meliputi kajian medis,kajian keperawatan, kajian
kebidanan dan kajian lain oleh profesi kesehatan sesuai dengan
kebutuhan
3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar
asuhan
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu
5. Informasi kajian baik medis,keperawatan, kebidanan dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis
6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP
7. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diperioritaskan
dalam pelayanan
8. Kajian dan perancangan asuhan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional
9. Jika dilakukan pelayanan secara tim, tim kesehatan antar profesi
harus bersedia
10. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian maupun keputusan
layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang
11. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan
12. Proses kajian, perencanaan dan pelaksanaan layanan dilakukan
dengan peralatan dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan
peralatan dan tempat yang memadai
13. Peralatan dan tempat pelayanan wajib meminjam keamanan
pasien dan petugas
14. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh
prosedur klinis yang dibakukan
15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal,
rencana layanan dan pelaksanaanlayanan disusun secara
kolaboratif dalam tim layanan yang terpadu
16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien dan melibatkan
pasien
17. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan
biologis, psikologis,sosial,spiritual dan memperhatikan tata niali
budaya pasien
18. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas
dengan mempertahankan efisiensi sumber daya
19. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi
20. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan
harus diinformasikan kepada pasien
21. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis
22. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien

C. PENANGANAN PASIEN GADAR DAN RESTI


Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)

a) Prinsip Dasar PPGD


Dalam pelaksanaan PPGD diperlukan prinsip P-A-T-U-T yang harus
dimengerti, dipahami dan diamalkan.

 P : Penolong menolong dirinya sendiri


 A : Amankan korban
 T : Tandai tempat kejadian
 U : Usahakan hubungi tim medis
 T : Tindakan pertolongan

Sedangkan tujuan dari PPGD adalah :

 Mencegah maut / menyelamatkan nyawa


 Mencegah kondisi lebih buruk / cacat
 Menunjang penyembuhan

b) Sistematika Pertolongan Pertama


1. Jangan Panik.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
4. Pendarahan.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

c) Posisi Mantap
Posisi miring mantap adalah suatu posisi yang diberikan kepada
korban / pasien yang tidak sadar namun terdapat nadi dan
pernafasan spontan. Posisi ini merupakan kelanjutan dari tindakan
BHD (bantuan hidup dasar) dimana tindakan BHD telah berhasil
dilakukan sehingga kembalinya denyut nadi dan korban bernafas
secara spontan. Posisi ini dilakukan pada pre hospital (di lapangan)
yang bersifat sementara hingga bantuan medis / petugas ambulans
datang untuk memberikan pertolongan lebih lanjut.
Tujuan posisi miring mantap :
1. Mencegah terjadinya aspirasi
2. Memberikan posisi yang stabil terhadap korban agar kita bisa
menolong korban lainnya (jika korban berjumlah lebih dari satu)

Prosedur memberikan posisi miring mantap :

1. Korban tidur terlentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi


kanan korban
2. Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban.
3. Tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak
tangan berada dibahu kanan korban.
4. Lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan
5. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan
penolong di lipatan lutut kiri korban
6. Tarik korban dengan kedua tangan bersamaan ke kanan hingga
korban miring kanan (90 derajat) tahan badan korban dengan kedua
kaki penolong agar korban tidak terguling.
7. Secara pelan-pelan miringkan lagi tubuh korban (disangga oleh kedua
paha penolong) hingga korban berada pada posisi miring.
8. Cek kembali nadi karotis dan pernafasan korban, jika masih ada baru
korban bisa ditinggalkan
9. Evaluasi kembali nadi dan pernafasan korban hingga petugas
ambulans datang.

d) Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian
dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan
adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera
melakukan tindakan yang dinamakan dengan istilah Bantuan hidup
dasar (BHD). Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara
sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang
untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah
bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas, bagaimana
memberikan bantuan penafasan dan bagaimana membantu
mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban,
sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya
sel otak.
Penilaian dan perawatan yang dilakukan pada bantuan hidup
dasar sangat penting guna melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal
ini harus dilakukan secara cermat dan terus menerus termasuk
terhadap tanggapan korban pada proses pertolongan. Bila tindakan
ini dilakukan sebagai kesatuan yang lengkap maka tindakan ini
dikenal dengan istilah RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP).
Untuk memudahkan pelaksanaannya maka digunakan akronim A- B –
C yang berlaku universal.

A = Airway control atau penguasaan jalan nafas

B = Breathing Support atau bantuan pernafasan

C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal


dengan Pijatan Jantung Luar dan menghentikan perdarahan
besar

Setiap tahap ABC pada RJP diawali dengan fase penilaian :


penilaian respons, pernafasan dan nadi.

 Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas)

Bila tidak ditemukan respons pada korban maka langkah selanjutnya


adalah penolong menilai pernafasan korban apakah cukup adekuat? Untuk
menilainya maka korban harus dibaringkan terlentang dengan jalan nafas
terbuka.Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada
kasus-kasus korban dewasa tidak ada respons, karena pada saat korban
kehilangan kesadaran otot-otot akan menjadi lemas termasuk otot dasar
lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi tertutup.
Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada bayi dan anak.
Penguasan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban.
Prosedurnya sangat bervariasi mulai dari yang sederhana sampai yang
paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-tindakan yang lain kecil
peluangnya untuk berhasil bila jalan nafas korban masih terganggu.
Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan
jalan nafas

a. Angkat Dagu Tekan Dahi :


Teknik ini dilakukan pada korban yang tidak mengalami trauma pada
kepala, leher maupun tulang belakang.
b. Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver)
teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan
dahi. Teknik ini sangat sulit dilakukan tetapi merupakan teknik yang
aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang mengalami
trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher
korban dibuat dalam posisi alami / normal.Ingat : Teknik ini hanya
untuk korban yang mengalami trauma tulang belakang atau curiga
trauma tulang belakang
c. Pemeriksaan Jalan Nafas
Setelah jalan nafas terbuka, maka periksalah jalan nafas karena
terbukanya jalan nafas dengan baik dan bersih sangat diperlukan
untuk pernafasan adekuat. Keadaan jalan nafas dapat ditentukan
bila korban sadar, respon dan dapat berbicara dengan penolong.
Perhatikan pengucapannya apakah baik atau terganggu, dan hati-
hati memberikan penilaian untuk korban dengan gangguan mental.
Untuk korban yang disorientasi, merasa mengambang, bingung atau
tidak respon harus diwaspadai kemungkinan adanya darah, muntah
atau cairan liur berlebihan dalam saluran nafas. Cara ini lebih lanjut
akan diterangkan pada halaman cara pemeriksaan jalan nafas.

d. Membersihkan Jalan Nafas


1. Posisi Pemulihan

Bila korban dapat bernafas dengan baik dan tidak ada kecurigaan
adanya cedera leher, tulang punggung atau cedera lainnya yang
dapat bertambah parah akibat tindakan ini maka letakkan korban
dalam posisi pemulihan atau dikenal dengan istilah posisi miring
mantap. Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika
ada cairan maka cairan akan mengalir melalui mulut dan tidak
masuk ke dalam saluran nafas.

2. Sapuan Jari Teknik hanya dilakukan untuk penderita yang tidak


sadar, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda
yang mengganggu jalan nafas.

 BREATHING SUPPORT (BANTUAN PERNAFASAN)

Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya


untuk memberikan bantuan pernafasan.Teknik yang digunakan
untuk memberikan bantuan pernafasan yaitu:

a. Menggunakan mulut penolong:

1. Mulut ke masker RJP


2. Mulut ke APD
3. Mulut ke mulut / hidung

 CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)

Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan


Jantung Luar. Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat
sebagian besar jantung terletak diantara tulang dada dan tulang
punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan
terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk
mengatur peredaran darah minimal pada keadaan mati
klinis.Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di
atas permukaan lengkung iga kiri dan kanan. Kedalaman penekanan
disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
1. Dewasa : 4 – 5 cm
2. Anak dan bayi : 3 – 4 cm
3. Bayi : 1,5 – 2,5 cm

Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti


berdenyut maka pernafasan akan langsung mengikutinya, namun
keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya
mengalami kegagalan pernafasan dengan jantung masih berdenyut,
akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena
kekurangan oksigen. Pada saat terhentinya kedua sistem inilah
seseorang dinyatakan sebagai mati klinis. Berbekal pengertian di atas
maka selanjutnya dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.

e. PENGENALAN OBAT-OBATAN
OBAT LUAR

1. Rivanol
2. Plester
3. Betadine
4. Minyak kayu putih
5. Alkohol
6. Tetes mata
7. Bioplasenton
8. Counterpain
9. Kapas
10. Pembalut
11. Oxycan

OBAT DALAM

1. CTM
2. Paracetamol/Antalgin
3. Norit & Susu
4. Promag
5. Napacin
6. Enterostop
7. Feminax

Pembalut dan Pembalutan, Pembalut Macam-macam pembalut :


a) Pembalut kasa gulung
b) Pembalut kasa perekat
c) Pembalut penekand) Kasa penekan steril (beraneka ukuran)

f. Gulungan kapas
g. Pembalut segi tiga (mitella)

Pembalutan

a. Pembalutan segitiga pada kepala, kening


b. Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki
c. Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan
d. Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi
e. Pembalutan spiral pada tangan
f. Pembalutan dengan perban membentuk angka 8 ke tangan atau
pergelangan tangan yang cidera.

h. P3K patah tulang


a. Tanda-tanda patah tulang
b. Penderita tidak dapat menggerakkan bagian yang luka
c. Bentuk bagian yang terkena tampak tidak normal
d. Ada rasa nyeri kalau digerakkan
e. Kulit tidak terasa kalau disentuh
f. Pembengkakkan dan warna biru di sekitar kulit yang luka

Pedoman umum pertolongan pertama terhadap patah tulang

a. Pada umumnya patah tulang tidak pernah sebagai kasus darurat


yang membutuhkan pertolongan segera, kecuali demi penyelamatan
jiwa korban. Sebaiknya jangan menggerakkan atau mengganggu
penderita, tunggu saja sampai dokter atau ambulans datang.
b. Kalau korban harus dipindahkan dari tempat yang membahayakan,
pindahkan korban dengan cara menarik tungkai atau ketiaknya,
sedang tarikannya harus searah dengan sumbu panjang badan
c. Kemudian lakukan memeriksa apakah ada luka-luka lainnya :

1) hentikan pendarahan serius yang terjadi


2) usahakan korban terhindar dari hambatan pernapasan
3) upayakan lalu lintas udara tetap lancer
4) jika diperlukan buatlah nafas buatan
5) jangan meletakkan bantal di bawah kepala, tapi letakkanlah di
kiri kanan kepala untuk menjaga agar leher tidak bergerak

d. Kalau bantuan medis terlambat, sedang penderita harus diangkat,


jangan mencoba memperbaiki letak tulang.

Pasanglah selalu pembelat (bidai) sebelum menggerakkan atau


mengangkat penderita.

Macam-macam patah tulang dan pertolongan pertamanya

A. Patah lengan bawah Pergelangan Tangan

 Letakkan perlahan-lahan lengan bawah tersebut ke dada hingga


lengan membentuk sudut 90 derajat dengan lengan atas, sedang
telapak tangan rata di dada
 Siapkan 2 pembelat ( bidai ) yang dilengkapi dengan kain pengempuk,
satu untuk membelat bagian dalam, sedang yang lain untuk
membelat bagian luar
 Usahakan pembelat merentang dari siku sampai ke punggung jemari
 Aturlah gendongan tangan ke leher sedemikian rupa sehingga
ketinggian ujung-ujung jari hanya 7,5-10 cm dari siku

B. Patah Tulang lengan Atas (siku ke bahu)

1. Letakkan tangan perlahan-lahan ke samping tubuh dalam


posisi sealamiah mungkin
2. Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan
menempel perut
3. Pasang satu pembelat (bidai) yang sudah berlapis bahan
empuk di sebelah luar lengan dan ikatlah dengan 2 carik kain
di atas dan di bawah bagian yang patah
4. Buatlah gendongan ke leher, tempelkan ke lengan atas yang
patah ke tubuh dengan handuk atau kain yang melingkari
dada dan belatan (bidai)

C. Patah Tulang Lengan Bawah

1. Letakkan pembelat (bidai) berlapis di bawah telapak tangan,


dari dekat siku sampai lewat ujung jemari.

D. Patah Tulang di paha

1. Patah tulang di paha sangat berbahaya, tanggulangi shok dulu


dan segera panggil dokter
2. Luruskan tungkai dan tarik ke posisi normal
3. Siapkan 7 pembalut panjang dan lebar
4. Gunakan 2 pembelat papan lebar 10-15 cm yang dilapisi
dengan kain empuk
5. Panjang pembelat untuk bagian luar harus merentang dari
ketiak sampai lutut, sedangkan pembelat untuk bagian dalam
sepanjang dari pangkal paha sampai ke lutut.

D. PELAKSANAAN LAYANAN

1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur


pelayanan klinis
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan dan pelayanan profesi kesehatan yang
lain
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat
dalam rekam medis
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam
rekam medis
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (infomed consed)
wajib didokumentasikan
8. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan
ditindaklanjuti
9. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut
10. Kasus-kasus gawat darurat harus diperioritaskan dan
dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat
11. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan
prosedur pelayanan kasus beresiko
12. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan dengan
prosedur pencegahan (kewaspadaan universal)
13. pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik
14. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas
15. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan
16. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi,didokumentasikan
dan ditindak lanjuti
17. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu
18. Pelayanan mulai dari pendaftaran ,pemeriksaan fisik ,pemeriksaan
penunjang ,perencanaan layanan,pelaksanaan layanan,pemberian
obat/tindakan sampai dengan pasien pulang atau dirujuk harus
dijamin kesinambungannya
19. Pasien berhak untuk menolak pengobatan
20. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk kesarana kesehatan
lain
21. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk
rujukan dipandu oleh prosedur yang baku
22. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan ,wajib
diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat
keputusan, akibat dari keputusan dan tanggung jawab mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut
23. Pelayanan anastesi dan pembedahan harus dipandu dengan
prosedur yang baku
24. Pelayanan anastesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh
petugas yang kompeten
25. Sebelum melakukan anastesi dan pembedahan harus
mendapatkan informed consed
26. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anastesi dan
pembedahan
27. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan
sesuai dengan rencana layanan
28. Kewajiban petugas pendaftaran serta perawat dan petugas
kesehatan lain untuk mengingatkan dokter jika terjadi
pengulangan yang tidak perlu (pemeriksaan penunjang diagnostik,
tindakan pemberian obat)

E. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN

1. Kriteria merujuk pasien meliputi:


1) Pasien tidak bisa ditangani karena penyakit berat
2) Pasien menuju kondisi kritis
3) Pasien memerlukan tindakan pembedahan
4) Pasien meminta dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih
lengkap
5) Pasien memerlukan pemeriksaan penunjang yang tidak ada
di puskesmas
6) Pasien dengan cidera kepala sedang dan berat
7) Pasien yang patah tulang

2. Kriteria pemulangan pasien


1) Jika pasien dipulangkan harus memenuhi kriteria yang
disepakati oleh praktisi klinis
2) Pasien dinyatakan sembuh dari penyakitnya
3) Pasien merasa gejala penyakitnya berkurang dari gejala awal
bagi penderita sakit-sakit kronis ( misal: PPOM, Diabetes,
militus dll)
4) Pasien menyetujui formulir pulang paksa
5) Pasien dalam kondisi meninggal dunia

Anda mungkin juga menyukai