Anda di halaman 1dari 23

TRAUMA MUSKULUSKELETAL

KELOMPOK 7

I MADE WIDHIATMIKA DWI PEMANA


NABILLAH FULA RAMDHANI
NI PUTU SASI RATNA DEWI
SAUFILIANA NESIA
Mekanisme Trauma
Menentukan mekanisme terjadinya trauma merupakan hal yang penting
karena pat membantu kita dalam menduga kemungkinan trauma yang
mungkin saja tidak segera timbul setelah kejadian.
Beberapa mekanisme trauma diantaranya :
1. Direct injury
2. Inderect injury
3. Twisting injury
4. powerfull muscle contraction
5. fatique fracture
6. pathologic fracture
Trauma muskuluskeletal
1. Fraktur
2. Diskolasi
3. Sprain
4. Strain
5. kontusio
Fraktur
1. Definisi : Terputusnya kontinuitas korteks tulang menjadi dua bagian atau lebih
sehingga menimbulkkan gerakan yang abnormal disertai krepitasi dan nyeri.
2. Etiologi : fraktur terjadi karena tekanan yang menimpa tulang lebih besar
daripada daya tulang akibar trauma, fraktur karena penyakit tulang seperti
trauma osteoporosis, fraktur stress/fatique.
3. Tanda dan Gejala : rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian yang fraktur.
4. Jenis fraktur : Fraktur tertutup dan fraktur tebuka
5. Tipe fraktur : fraktur trasversal, fraktur greenstick, fraktur spiral, fraktur
oblique, fraktur comuted.
6. Prinsip penatalaksanaan fraktur :
- stabilkan jalan napas
- kontrol perdarahan
- tutup sucking chest wound
- resusitasi cairan
- jika terdapat fraktur terbuka, balut luka sebelum melakukan pembidaian.
- jangan pernah berusaha untuk meluruskan fraktur termasuk sendi-sendi.
- torniket tidak dianjurkan pada fraktur terbuka.
- imobilisasi ekstremitas sebelum memindahkan pasien dan imobilisasi sendi
bagian atas bawah dari tulang yang fraktur
Dislokasi
1. Definisi : keluarnya pangkal tulang dari permukaan articular, kadang-kadang
disertai dengan robelakn ligament yang seharusnya menahan pangkal tulang agar
tetap berada pada tempatnya.
2. Etiologi : akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir, trauma akibat kecelakaan,
trauma akibat pembedahan ortoped, dan terjadi infeksi disekitar sendi.
3. Klasifikasi : Dislokasi congenital, dislokasi patologik, dislokasi traumatic,
dislokasi akut dan dislokasi berulang.
4. Tanda dan Gejala : nyeri, deformitas, paralisis, dan hilangnya pulsasi
5. Patofisiologi : disebabkan oleh jatuh pada tangan, humerus terdorong kesepan,
merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.
6. Komplikasi : komplikasi dini dan komplikasi lanjutan.
7. Penatalaksanaan dislokasi : adalah imobilisasi pasien pada posisinya saat
pertama kali ditemukan. jangan coba meluruskan atau mengurangi dislokasi
kecuali jika ada seseorang ahli. lakukan imobilisasi pada bagian atas dan bawah
sendi yang dislokasi untuk menjaga kestabilan waktu transport.
Sprain
1. Definisi : injuri dimana sebagian ligament robek, biasanya disebabkan memutar
secara mendadak dimana sendi bergerak melebihi batas normal. organ yang
sering terkena biasanya lutut, dan pergelangan kaki, ciri utamanya adalah nyeri,
bengkak dan kebiruan pada daerah injury.
2. Etiologi : - sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang
normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki, - sprain dapat terjadi
disaat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya karena anda
terjatuh, terpukul atau terkilir.
3. Manisfestasi klinis : nyeri, inflamasi/peradangan dan ketidakmampuan
menggerakkan tungkai.
4. Tanda dan Gejala : - sama dengan sprain (kram) tetapi lebih parah. - edema,
perdarahan dan perubahanwarna yang lebih nyata. - ketidakmampuan untuk
menggunakan sendi, otot, dan tendon. - tidak dapat menyangga beban, nyeri
lebih hebat dan konstan.
5. Patofisiologi : kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling
sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintilar atau
mendorong/mendesak pada saat berolahraga atau aktivitas kerja. kebanyakan
keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki.
6. Pemeriksaan Diagnostik : Riwayat dan pemeriksaan fisik
7. Penatalaksanaan : pembedahan, kemotherapi dan elektromekanis
Strain
1. Definisi : “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan,
atau stress yang berlebihan. strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet
dengan perdarahan kedalam jaringan.
2. Etiologi : - strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak,
seperti pada pelari atau pelompat. - pada strain akut ketika otot keluar dan
berkontraksi secara mendadak. - pada strain kronis terjadi secara berkala oleh
karena penggunaan yang berlebihan/tekanan berulang-ulang, menghasilkan
tendonitis.
3. Manisfestasi klinis : nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, keterbatasan
lingkup gerak sendi, strain kronis terjadi secara berkala dan berulang-ulang yang
dapat menyebabkan terjadinya tendonitis.
4. Patofisiologi :strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langusng
(impact) atau tidak langsung (overloading). cedera ini terjadi akibat otot tertarik
pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketuka terjadi
kontraksi otot belum siap, terjadi pada bagian groin muscles, hamsting dan otot
guadruceps.
5. Klasifikasi strain : - Derajat I/mild strain (ringan). - Derajat II/medorate strain
(ringan). - Derajat III/strain severe (berat).
6. Komplikasi : strain yang berulang, tendonitis.
7. Penatalaksanaan : istirahat, meninggikan bagian yang sakit, pemberian
kompres dingin.
Kontusio
1. Definisi : cedera jaringan lunak, akibat kekerasa tumpul, misalnya : pukulan,
tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart, 2001:2355), kontusio adalah cedera
yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
2. Etiologi : benturan benda keras, pukulan dan tendangan/ jatuh.
3. Manisfestasi klinis : perdarahan pada daerah injury, nyeri, bengkak dan
perubahan warna, hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang
luas dan kehilangan darah yang banyak.
4. Patofisiologi : kontusio terjadi akibat perdarahan didalam jaringan kulit, tanpa
ada kerusakan kulit. kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih
rentan rusak dibandingkan orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah
akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal menjadi
kontusio atau biru.
5. Penatalaksanaan : mengurangi/ menghilangkan rasa tidak nyaman, tinggikan
daeh injury, berikan kompres dingin selama 24 jam, berikan kompres hangat
disekitar area injury, lakukan pembalutan, kaji status neurovaskuler.
Asuhan Keperawatan Trauma
Muskuluskeletal
1. Pengkajian
a. identitas pasien
b. keluhan utama
c. riwayat kesehatan
d. riwayat penyakit sekarang
e. riwayat penyakit dahulu
f. riwayat penyakit keluarga
g. pemeriksaan fisik
h. pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan
a. nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot,
ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan mati rasa, perdarahan, edema
dan nyeri.
b. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan, ditandai
dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
c. defisit perawatan diri behubungan dengan ketidakmampuan dalam
melaksanakan aktivitas ditandai dengan geraka yang minim (imobilisasi).
d. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit dan program pengobatan.
3. intervensi
a. nyeri akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan terkontrol
kreteria hasil :
- menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
- terlihat rileks, dapat tidur atau istirahat dan beraktivitas sesuai kemampuan
- mengikuti program farmakologis yang diresepkan
- menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam program control
nyeri
INTERVENSI RASIONAL

1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas( 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan
skala 0-10). Catat factor-faktor yang managemen nyeri dan keefektifan program.
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal.
2. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit 2. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan
dengan tirah baring, gips, pembebat. posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera.
3. Tinggikan bagian ekstremitas yang sakit. 3. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan
edema, dan menurunkan nyeri.
4. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah 4. Membantu untuk menghilangkan ansietas,
sehubungan dengan cedera. pasien dapat merasakan kebutuhan untuk
menghilangkan pengalaman kecelakaan.
5. Libatkan dalam aktifitas hiburan yang sesuai 5. Memfokuskan kembali perhatian, memberikan
untuk situasi individu. stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri
Kolaborasi : dan perasaan sehat.
6. Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama 6. Menurunkan edema / pembentukan hematoma,
dan sesuai keperluan. menurunkan sensasi nyeri.
7. Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan 7. Untuk menurunkan nyeri dan atau spasme otot.
analgesik non narkotik.
b. Gangguan mobilitas fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan mobilitas
fisik.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi tubuh.
- Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan melakukan aktifitas.
INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi tingkat mobilitas yang masih dapat 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan
dilakukan klien. bantuan mobilitas yang akan diberikan dan
keefektifan program.
2. Instruksikan klien / bantu dalam rentang gerak 2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang
klien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan untuk meningkatkan tonus otot,
yang tidak sakit. mempertahankan gerak sendi.
3. Bantu atau dorong perawatan diri / kebersihan 3. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.
(seperti mandi).
4. Berikan lingkungan yang aman, misalnya 4. Menghindari terjadinya cedera berulang.
menaikkankursi atau kloset, menggunakan
pegangan tangga pada bak atau pancuran dan
toilet, peggunaan alat bantu mobilitas atau kursi
roda penyelamat.
INTERVENSI RASIONAL
c. Defisit perawatan diri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Sokong penggunaan 1. Penghentian
keperawatan pasien mampu melakukan mekanisme mendadak rutinitas
penyelesaian dan rencana
perawatan diri secara mandiri masalah. memerlukan
Kriteria Hasil : 2. Libatkan orang yang mekanisme
berarti dan layanan penyelesaian
- Klien mendiskusikan cedera dan pendukung bila masalah.
dampaknya dalam hidup. dibutuhkan dan 2. Orang lain dapat
- Klien mampu berpartisipasi dalam perlu. membentu pasien
3. Dorong partisipasi mengenai aktivitas
aktivitas kehidupan sehari-hari. aktif dalam aktivitas hidup sehari-hari.
hidup sehari-hari 3. Rasa harga diri
dalam batasan dapat ditingkatkan
terapeutik. dengan aktivitas
perawatan diri.
d. Kurang pengetahuan
Tujuan : setelah dilakuakn intevensi keperawatan klien dapat mengetahui tentang
penyakitnya dan mengetahui tentang program pengobatan.
Kriteria Hasil :
- Menujukkan pemahaman akan proses penyakit.
- Ikut serta dalam program pengobatan dan memuali gaya hidup yang diperlukan.
INVERTENSI RASIOANAL

1. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan 1. Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien  
dapat membuat pilihan.
2. Berikan informasi mengenai terapi obat– 2. Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan
obatan ,intreraksi,efek samping ,dan pentingnya kerja sama dalam penyembuhan atau  dan
ketaatan program mengurangi resiko komplikasi.
3. Dorong periode istrahat adekuat dengan 3. Mencegah kepenatan,menghemat energy dan
aktivitas yang terjadwal. meningkatkan penyembuhan.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen 4. Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung
farmakoterapeutik dari ketepatan dosis
5. Berikan informasi mengenai alat bantu, misalnya 5. Mengurangi paksaan untuk menggunakan tulang
tongkat, palang keamanan, tempat duduk toilet dan memungkinkan individu untuk ikut serta
yang bias dinaikkan . secara lebih nyaman dalam aktivitas yang di
butuhkan atau di inginkan .
SEKIAN

DAN

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai