Anda di halaman 1dari 17

ASKEP ANAK DENGAN KASUS HIPOSPADIA

OLEH :

1. Saufiliana Nesia ( 200STYC21 )


2. Ramli Ahmad ( 201STYC21 )

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NTB

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas nikmatnya yang telah diberikan kepada kita semua sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP ANAK DENGAN KASUS HIPOSPADIA”
yang merupakan tugas kami guna memenuhi dan menyempurnakan kegiatan belajar mengajar.

Kami mengucapkan terima kasih pada dosen yang telah memberikan bimbingannya dan
teman – teman yang memberikan dukungan dan masukannya kepada kami dalam menyelesaikan
tugas ini, sehingga tugas ini dapat terselesaikan oleh kami sebagaimana mestinya.
Namun sebagai manusia biasa, kami tentunya tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
saran serta kritik yang membangun senantiasa kami terima sebagai acuan untuk tugas-tugas kami
selanjutnya.

Mataram, 14 Desember 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat dideteksi
ketika atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya
kelainan pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi
pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Seringkali,
kendati tidak selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee,
yaitu istilah untuk penis yang melengkuk kebawah.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan pada anak laki-laki yang


ditinjau dari posisi anatomi tampak berupa pembukaan saluran kemih di
bagian ventral atau bagian anterior penis. Bentuk penis biasanya
melengkung dan ukurannya lebih pendek daripada laki-laki normal.
Kelainan ini apabila tidak dikoreksi dapat mengakibatkan terganggunya
fertilisasi dikemudian hari.
Pada beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan hipospadia
dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur dan riwayat
hipertensi pada ibu karena fungsi dari plasenta yang terganggu
mengakibatkan regulasi hormonal dan penyediaan nutrisi pada janin
terganggu sehingga mempengaruhi pembentukan saluran uretra.
Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara 2
kejadian hipospadia dengan paparan lingkungan dalam hal ini adalah
hubungannya dengan bahan kimiawi yaitu pestisida, progestin dan juga dari
pola diit vegetarian yang secara tidak langsung mempengaruhi proses
pembentukan urogenetalia saat perkembangan janin di dalam rahim
sehingga mempengaruhi fungsi plasenta dan risiko kekurangan
mikronutrien, vitamin B 12 yang terjadi pada ibu yang menjalani diit
vegetarian saat kehamilan. Ibu yang sedang hamil dan menjalani diit
vegetarian memiliki faktor risiko terjadinya hipospadia 4 kali lebih banyak
bila dibandingkan dengan ibu yang tidak menjalani diit vegetarian, hal ini
disebabkan phytoestrogen sebagai reseptor modulator estrogen dapat
mempengaruhi perkembangan alamiah urogenital.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang, maka rumusan masalah yang diperoleh adalah
sebagai berikut: Bagaimana asuhan keperawatan anak pada pasien dengan
Hipospadia?

C. TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang diperoleh
adalah sebagai berikut: untuk mengetahui asuhan keperawatan anak pada pasien
dengan Hipospadia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hipospadia merupakan suatu kelainan kongenital yang dapat dideteksi
ketika atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya
kelainan pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada
muara uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Seringkali, kendati
tidak selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee, yaitu istilah
untuk penis yang melengkuk kebawah. (Speer,2008)
Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada
penis bagian bawah, bukan diujung penis. Kondisi hipospadia bervariasi,
kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat ditengah
batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau dibawah
skrotum. Kelainan ini sering berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan
vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung kebawah saat
ereksi. (Muslihatum, 2010)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hypospadia
adalah suatu kelainan bawaan dari lahir atau kongenital dimana letak lubang
urethra tidak pada tempat yang semestinya, melainkan ada dibagian bawah
penis.

B. ETIOLOGI
Etiologi hipospadia sangat bervariasi dan multifaktorial, namun belum
ditemukan penyebab pasti dari kelainan ini. Beberapa penelitian mengemukakan
semakin berat derajat hipospadia, semakin besar terdapat kelainan yang
mendasari.
Menurut Krisna (2017), terdapat beberapa kemungkinan yang
dikemukakan oleh para ahli mengenai etiologi hipospadia adalah sebagai berikut
:
1. Terjadinya defekasi pada produksi hormon testosterone oleh testis dan
kelenjar adrenal, terjadinya kegagalan konversi hormon testosteron menjadi
dihidrotestoteron, defisiensi reseptor androgen di penis, maupun penurunan
ikatan antara dihidrostestoteron dengan reseptor androgen dapat menyebabkan
hipospadia.
2. Adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan
dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya hipospadia.
3. Lingkungan yang tinggi terhadap aktivitas estrogen sering ditemukan pada
pestisida di sayuran dan buah, susu sapi, beberapa tanaman, dan obat-obatan.
4. Ibu hamil yang melakukan diet vegetarian diperkirakan terjadi peningkatan
resiko terjadinya hipospadia. Hal ini dapat disebabkan adanya kandungan
yang tinggi dari fitoestrogen pada sayuran.
5. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat-obatan anti epilepsy seperti asam valproat
juga diduga meningkatkan resiko hipospadia.

Sedangkan menurut Tangkudung (2016), menambahkan bahwa diet


vegetarian yang dilakukan selama masa kehamilan atau ibu hamil yang hanya
mengonsumsi sayuran hijau saja atau sedang menjalani pola makan vegetarian
dapat terjadi penurunan vitamin B12, choline, methionine yang akan
memengaruhi sintesis estrogen dengan pembentukan efek phytoestrogen. Diet
vegetarian memberikan pengaruh terhadap kejadian hipospadia 4,6 kali lipat
dibandingkan dengan ibu hamil yang menjalani diet normal.

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Yudianto (2014), embrio yang berumur 2 minggu baru
terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi
ke perifer, sehingga dapat memisahkan ektoderm dan endoderm, sedangkan di
bagian kaudalnya tetap bersatu 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm. Baru
kemudian terbentuk membentuk membran kloaka.Permulaan di minggu ke-6,
terbentuk tonjolan antaraumbilicalcord dan tail yang disebut genital
tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan dimana di bagian
lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold. Selama minggu
ke-7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Bila terjadi
agenesis dari mesoderm, maka genital tubercletak terbentuk, sehingga penis juga
tak terbentuk.
Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia
akan ruptur dan membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk
sisi-sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus
urogenitalia, maka akan terjadi hipospadia.
Sedangkan menurut Sakti (2018), dalam jurnalnya menyebutkan bahwa
terjadinya hipospadia terjadi pada saat perkembangan embrio (pembentukan
saluran kemih) pada minggu ke-7 sampai minggu ke-16 usia kehamilan yang
dipengaruhioleh kadar hormon androgen dan esterogen. Faktorresiko terjadinya
hipospadia masih belum diketahuisecara pasti, namun peranan genetik,
endokrin, danlingkungan luar dapat mempengaruhi esterogen.
Faktor lingkungan yang dapatmenyebabkan hipospadia dengan cara
mempengaruhiestrogen adalah paparan pestisida. Pestisida merupakan zat
kimiawi yangmengganggu sistem endokrin (endocrine disruptors). Jenis
pestisida yang sering dipakai adatiga yaitu organofosfat, organoklorin, dan
karbamat.Zat tersebut yang memiliki efek esterogenik adalah organoklorin.
Organoklorin dapatmasuk ke dalam tubuh melalui kulit, inhalasi, daningesti.
Dampak lain paparan pestisida di antaranyadisfungsi tiroid, berat badan lahir
rendah, kelainanjantung, micropenis, dan talapes.
Indonesia merupakan sebuah negara agrarisatau negara yang memiliki
masyarakat dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai petani
atauagroindustri. Maka dari itu para petani tersebut sangatmundah
terkontaminasi oleh pestisida secara langsung maupun tidak langsung.
Mayoritaspara petani yang ada di Indonesia adalah berjeniskelamin perempuan.
Hal tersebut sangat berbahayabagi ibu yang sedang hamil bekerja dekat
denganpestisida. Pestisida sendiri dapat meningkatkan kadarandrogen dan
esterogen yang memacu kejadian bayi lahir dengan hipospadia.
Kontaminasi pestisida dapat juga melalui pemakaiandan penyimpanan
pestisida yang salah. Makan buahdan sayur tanpa dicuci terlebih dahulu
dapatmeningkatkan resiko keracunan pestisida dan bahayabagi janin ibu yang
sedang hamil.

D. KLASIFIKASI
Menurut Krisna (2017), klasifikasi hipospadia terbagi berdasarkan
lokasinya. Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi Duckett
yang membagi hipospadia menjadi 3 lokasi, yaitu anterior (Glandular, coronal,
dan distal penile), middle (midshaft dan proximal penile), dan posterior
(Penoscrotal, scrotal, dan perineal). Lokasi yang paling sering ditemukan adalah
di subcoronal.
Klasifikasi hipospadia berdasarkan derajat sangat subyektif tergantung
dari ahli bedah masingmasing. Beberapa ahli membagi menjadi:
1. Mild hypospadia/ Grade 1, yaitu muara urethra dekat dengan lokasi normal
dan berada pada ujung tengah glans (glanular, coronal, subcoronal),
2. Moderate hypospadia/ Grade 2, muara urethra berada ditengah-tengah lokasi
normal dan scrotal (Distal penile, Midshaft),
3. Severe hypospadia/ Grade 3&4, yaitu muara urethra berada jauh dari lokasi
yang seharusnya (Perineal, Scrotal, Penoscrotal).
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik hipospadia meliputi:
1. Kesulitan atau ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi
berdiri.
2. Chordee (melengkungnya penis) dapat menyertai hipospadia.
3. Hernia inguinalis (testis tidak turun) dapat menyertai hipospadia.
4. Lokasi meatus urine yang tidak tepat dapat terlihat pada saat lahir (Noordisti,
2018).

Sedangkan menurut Krisna (2017), Gejala yang timbul bervariasi sesuai


dengan derajat kelainan. Secara umum jarang ditemukan adanya gangguan
fungsi, pada pemeriksaan fisik ditemukan muara uretra pada bagian ventral
penis. Biasanya kulit luar dibagian ventral lebih tipis atau bahkan tidak ada,
dimana kulit luar di bagian dorsal menebal bahkan terkadang membentuk seperti
sebuah tudung. Pada hipospadia sering ditemukan adanya chorda. Chorda adalah
adanya pembengkokan menuju arah ventral dari penis. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya atrofi dari corpusspongiosum, fibrosis dari tunicaalbuginea dan
fasia di atas tunica,pengencangan kulit ventral dan fasia Buck, perlengketan
Antara kulit penis ke struktur disekitarnya, atau perlengketan Antara urethral
plate ke corpus cavernosa. Keluhan yang mungkin ditimbulkan adalah adanya
pancaran urin yang lemah ketika berkemih, nyeri ketika ereksi, dan gangguan
dalam berhubungan seksual.

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan cara pembedahan, tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:
a. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee.
b. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(uretroplasti).
c. Untuk mengembangkan aspek normal dari genetalia eksterna.
2. Jika hipospadia terdapat dipangkal penis, mungkin perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya
(Noordiati, 2018).
Sedangkan menurut Muttaqin(2011)Penatalaksaan Medisnya meliputi:
1. Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah
merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang
normal sehingga aliran kencing arahnya kedepan dan dapat melakukan
coitus dengan normal.
2. Operasi harus dilakukan sejak dini dam sebelum operasi dilakukan bayi atau
anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk
pembedahan nanti.
3. Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari
beberapa tahap yaitu: ada banyak variasi teknik, yang populer adalah
tunneling Sidiq Chaula, teknik Horton dan Device. (Muttaqin, 2011)
a. Teknik tunneling Sidiq-Chaula, dilakukan operasi 2 tahap :
1) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan
terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia
1,5-2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat
yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium
bagian dorsal dan kulit penis.
2) Tahap kedua dilakukan uretoplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut
sudah lunak. Dibuat insisi pararel pada tiap sisi uretra (saluran
kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah.
Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit
preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan
pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan
harapan bekas luka operasi pertama telah matang.
b. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak
lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan
hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat
dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan
pedikel (kaki) kemudian di pindah ke bawah. Mengingat pentingnya
preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya
tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan.
G. KOMPLIKASI
Menurut Widjajana (2017), komplikasi awal (immadiate complication)
terjadi dalam kurun waktu 6 bulan pasca oprasi atau 6 bulan pertama follow up
komplikasi awal yang dapat terjadi sebagai berikut :
1. Perdarahan pasca operasi jarang terjadi dan biasanya dapat diatasi dengan
bebat tekan. Jika terjadi perdarahan maka harus ditinjau ulang untuk
mengeluarkan hematoma dan mengidentifikasi serta mengatasi sumber
perdarahan.
2. Infeksi, jika dicurigai terjadi infeksi segera lakukan debridement, insisi,
drainase, dan kultur. Kemudian berikan antibiotik sesuai kuman yang
menyebabkan infeksi. Infeksi yang berat dapat menyebabkan kegagalan
secara menyeluruh dari operasi perbaikan hipospadia.
3. Edema lokal dan tintik perdarahan umumnya dapat terjadi segera pasca
operasi tetapi biasanya tidak menimbulkan gangguan yang berarti.
4. Jahitan yang terlepas dan Nekrosis flap.
Sedangkan komplikasi lanjutan (late complication) terjadi lebih dari 6
bulan pasca operasi atau setelah 6 bulan pertama follow up. Komplikasi
lain meliputi fistula uretroktaneus, meatal stenosis, glans dehischence,
dan urethral stenosis.
H. KASUS SEKENARIO
I. PENGKAJIAN
identitas pasien
1. Nama : An. P
2. Umur : 3th
3. Jenis kelamin : Laki- laki
4. Diagnosa medis : Hypospadia
5. Keluhan utama :
Saat kencing pasti merembes didaerah pangkal penisnya
6. Riwayat penyakit sekarang :
Dirawat diruang bedah anak dan akan menjalani proses pembedahan
(urethroplasty).
7. Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan genetalia
Saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada lekukan
yang dangkal dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus, pada kebanyakan penderita penis melengkung ke
bawah(chordee) yang tampak jelas pada saat ereksi, preputium
(kulup) tidak ada dibagian bawah penis tetapi menumpuk dibagian
punggung penis,testis tidak turun ke kantong skrotum. Letak meatus
uretra berada sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis
2. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria
atau pembesaran pada ginjal, karena kebanyakan penderita
hypospadia sering disertai dengan kelainan pada ginjal.
3. Perhatikan kekuatan dan kelancaran aliran urin.

Pemeriksaan Lab
Darah Lengkap

1. Hb (N: 14-18 g/dL)


2. Ht (N: 40-48 vol%)
3. Leukosit (N: 5000-10000/mm3)
4. Trombosit (N: 200000-500000/mm3)

Kimia Klinik

1. BSS        : 80 mg/dL

Pemeriksaan Penunjang

1. Excretory urograph
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas congenital pada ginjal dan ureter.
2. Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi (IVP,
sistouretrografi) untuk menilai gambaran.
3. Saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh
sulit berkemih. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui keadaan ginjal,mengingat hypospadia sering disertai
dengan kelainan pada ginjal.
J. PATHWAYS

kongenital
Lingkungan :polutanpestisida
(organofosfat, orgaroklorin, 2 minggu
karbomat) pertama Embrio
membentuk

Endokrin distruptor
Lapisan Lapisan
Endoderm Eksoderm
Mempengaruhi
estrogen
mesoderm Terbentuk tonjolan

Genital tuberkel
Pembentukan Struktur genitalia
Genital Fold
terganggu ( minggu ke-6)

Hormon Androgen Terbentuk PENIS


berkurang sempurna

Hormon Testosteron NORMA


berkurang

Kekurangan Enzim
Urin
5-αreduktase
merembas
didaerah Tindakan
Pembentukan genitalia Fold
pangkal penis pembedahan
terganggu (minggu ke-7)
(urethroplasty)
.
Pemasangan Perkembangan
penis terganggu Kurang pengetahuan
kateter
akan prosedur

Lateks kateter Terbentuk Chordaee


ANSIETAS
bergesekan atau
D. 0080
dengan
mukosa penis HIPOSPADIA

Rasa malu GANGGUAN


RESIKO
dengan teman CITRA TUBUH
INFEKSI
D. 0083
D. 0142
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Infeksi (D.0142) b.d tindakan infasif pemasangan kateter urin dan
gesekan lateks kateter pada mukosa penis, (resiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik akibat tindakan invasifkateter lateks).
2. Gangguan Citra Tubuh (D.0083) b.d rasa malu akibat perkembangan
genitalia penis terganggu, (perubahan persepsi tentang penampilan, struktur
dan fungsi fisik individu).
3. Ansietas (D.0080) b.d kurang pengetahuan tentang prosedur permbedahan
yang akan dilakukan.
L. INTERVESNSI dan RASIONAL

Diagnosis : Resiko Infeksi (D. 0142) b.d tindakan infasif pemasangan kateter urin dan
gesekan lateks kateter pada mukosa penis. (resiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik akibat tindakan invasifkateter lateks).

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


NOC NIC

Kriteria Hasil :setelah O : kaji tanda-tanda Untuk memantau adakah


dilakukan tindakan 1x24 terjadinya infeksi tanda terjadinya infeksi
jam menunjukan hasil : (Kemerahan atau gatal),
- Tidak ada kaji penyebab terjadinya Mengkaji penyebab
kemerahan infeksi terjadinya infeksi penting
- Tidak ada gatal untuk menentukan
- Integritas kulit baik N : - jika alergi latek tindakan keperawatan
- TTV dalam rentang hentikan paparan selanjutnya
normal alergen.
- Lakukan tes alergen Menghentikan paparan
sebelum pemberian alergi untuk mengurangi
obat terjadinya infeksi
berkepanjangan
E : - jelaskan tanda dan
gejala infeksi Tes alergen penting
- Ajarkan cuci tangan 7 sebelum pemberian obat
langkah antibiotik ke pasien
- Anjurkan
meningkatkan asupan Edukasi ke pasien dan
nutrisi dan cairan keluarga pasien akan tanda
infeksi penting untuk
K : kolaborasi dengan mendukung proses
Dokter untuk pemberian intervensi keperawatan
obat antibiotik dan obat
topikal jika Pemberian nutrisi yang
memungkinkan adekuat membantu proses
alami tubuh melawan
infeksi

Kolaborasi suatu bentuk


kerjasama antar tenaga
kesehatan untuk
kesembuhan pasien
Diagnosis : Gangguan Citra Tubuh (D. 0083) b.d rasa malu akibat perkembangan
genitalia penis terganggu (perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi
fisik individu).

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


NOC NIC

Kriteria Hasil :setelah O : kaji TTV, bina TTV untuk mengetahui


dilakukan tindakan 3x24 hubungan saling kondisi pasien
jam menunjukan hasil : percaya, tingkatkan trust
- Pasien bisa Rasa saling percaya dapat
menerima N : bantu klien untuk meningkatkan tercapainya
keadaandan kondisi mengenali dirinya intervensi keperawatan
fisik tubuhnya yang diharapkan
- Mulai bergaul E : edukasi kepada keluarga
dengan lingkungan pasien untuk selalu Dukungan keluarga sangat
- Tidak malu mendampingi dan dibutuhkan utuk
- Respon verbal dan memberikan dukungan kesembuhan pasien
nonverbal normal
K : kolaborasi dengan Kolaborasi untuk prosedur
Dokter untuk tindakan tindakan post. oprasi
pembedahan
Diagnosis : Ansietas (D.0080) b.d kurang pengetahuan tentang prosedur permbedahan
yang akan dilakukan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


NOC NIC

Kriteria Hasil :setelah O :  Jelaskan pada anak dan  Menjelaskanrencana


dilakukan tindakan 1x24 orang tua tentang prosedur pembedahan dan pasca
jam menunjukan hasil : bedah dan perawatan pasca operasi membantu
- Frekuensi nadi operasi yang diharapkan meredakan rasa cemas dan
takut
dalam batas normal
- Frekuensi napas N :  Jelaskan bahwa
pembedahan dilakukan Stimulasi dengan
dalam batas normal dengan cara memperbaiki mempergunakan gambar dan
- Pasien tampak rileks letak muara uretra boneka untuk menjelaskan
prosedur dapat membuat
Gunakan gambar dan dan anak memahami konsep yang
boneka ketika menjelaskan rumit
prosedur kepada anak
Meningkatkan pengetahuan
E : anjurkan untuk keluarga orang tua dan anak tentang
pasien selalu pembedahan yang akan
mendampingi sampai dilakukan
prosedur operasi selesai
Untuk mengurangi
K : kolaborasi dengan kecemasan pasien
Dokter untuk prosedur Dukungan keluarga sangat
operasi yang akan dibutuhkan utuk
dilakukan kesembuhan pasien

Kolaborasi dengan tim


kesehatan

Anda mungkin juga menyukai