Anda di halaman 1dari 25

SENAM LANSIA MENURUNKAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA


DI DESA MAJATENGAH

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan DIII

Disusun Oleh :
Okfana Eki Abelia
(2011010034)

PRODI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan


berkembang, hipertensi merupakan penyakit tidak menular dan penyebab
kematian terbanyak di dunia (Mahfud et al., 2019). Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat akibat gangguan
pembuluh darah, yang menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi
sesuai dengan jaringan tubuh yang membutuhkannya (Puspita et al.,
2019). Menurut WHO (World Health Organization), hipertensi adalah
tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih besar dari 10 mmHg dan
tekanan darah diastolik sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg
(Sakinah et al., 2020; Harsismanto et al., 2020).

Berdasarkan data WHO tahun 2019, jumlah penderita hipertensi


dewasa diketahui meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13
miliar pada tahun 2015. Peningkatan ini terutama disebabkan
meningkatnya faktor risiko hipertensi pada populasi ini. Prevalensi
hipertensi tertinggi di Afrika (27%) dan terendah di Amerika (18%).
(WHO, 2019).

Di Indonesia jumlah kasus hipertensi adalah 63.309.620 orang,


sedangkan angka kematian akibat hipertensi di Indonesia adalah 427.218.
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 (31,6%), pada kelompok
umur 45 – 54 tahun. (55,2%). ). Tekanan darah tinggi disebut silent killer
karena sering terjadi tanpa gejala, sehingga penderita tidak mengetahui
bahwa dirinya mengidap tekanan darah tinggi dan baru menyadarinya
setelah muncul komplikasi (Andri et al., 2021; Sihotang et al. , 2020).

Tekanan darah tinggi dapat dipicu oleh faktor yang dapat dikontrol
dan tidak dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikendalikan antara lain
faktor keturunan, jenis kelamin dan usia. Meskipun faktor yang dapat
dikendalikan antara lain obesitas, diet hipertensi, stres, aktivitas fisik dan
merokok (Puspita et al., 2019). Urbanisasi yang cepat, gaya hidup,
pemborosan dan stres juga merupakan faktor risiko yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan prevalensi hipertensi (Sartika et al., 2020;
Andri et al., 2018).
Hipertensi merupakan penyakit kronis, sehingga harus bertanggung
jawab dalam perawatan diri untuk mengurangi gejala dan risiko
komplikasi (Shajad et al., 2019). Manajemen perawatan diri adalah
tindakan individu untuk mengatur perilakunya sendiri (Lestari & Isnaini,
2018). Perawatan diri adalah kegiatan yang dapat dilakukan individu
untuk hidup dengan baik dan berkembang selama sehat atau sakit (Winata
et al., 2018).
Pengobatan hipertensi sendiri meliputi penggunaan obat tekanan darah
yang benar, yaitu. mengontrol tekanan darah dan gejala yang berhubungan
dengan hipertensi, mengatur pola makan, yaitu. sesuai kontrol hipertensi,
lakukan olahraga sesuai petunjuk untuk menurunkan tekanan darah dan
mencegah komplikasi. berhubungan dengan tekanan darah (Sihoting et al.,
2020).
Usia lanjut merupakan tahap akhir perkembangan dalam kehidupan
seseorang. secara umum, fungsi organ atau anatomi memburuk pada orang
tua. Orang lanjut usia memiliki banyak keterbatasan fungsional seperti
pendengaran, penglihatan dan fungsi lainnya juga. Tekanan darah tinggi,
pembuluh darah meningkat. Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut
dengan silent killer karena tekanan darah tinggi biasanya dapat muncul
dengan sendirinya tanpa keluhan atau gejala apapun (Depkes,2020).
Proporsi orang lanjut usia meningkat seiring bertambahnya usia,
masalah Kesehatan semakin meningkat dengan usia jumlah keluhan
Kesehatan di Indonesia 52,31 % lebih banyak pada Wanita yang lebih tua
lebih besar dari presentase laki – laki yang lebih tua yaitu 49,74 % tinggi
gangguan Kesehatan selama sebulan terakhir di Provinsi banten 51,90 %
kabupaten 52,17 % pada pria yang lebih tua dan 58,99% Wanita yang
lebih tua ( kantor pusat statistic,2019). 64,58% adalah orang tua dengan
kualitas hidup yang buruk ,61,1 dengan fungsi social 52,8% memiliki
orang lanjut usia interaksi yang lebih sedikit. ( Supraba, N. P. 2016).
Senam hipertensi adalah olahraga yang ditujukan untuk meningkatkan
tekanan darah, darah dan oksigen mengalir ke otot dan tulang yang aktif,
terutama otot jantung. Senam atau olahraga dapat memenuhi kebutuhan
oksigen pada sel – sel selanjutnya diubah menjadi energi yang
meningkatkan tekanan darah . setelah beristirahat darah mengembang dan
aliran darah berkurang sementara, Kembali ke tekanan sebelum senam
kira-kira 30-120 menit kemudian. Saat berolahraga secara teratur ,
kehilangan darah berlangsung lebih lama dan pembuluh darah menjadi
lebih lentur . mekanisme penurunan tekanan darah setelah olahraga adalah
olahraga untuk melemaskan pembuluh darah, sehingga tekanan darah
menurun seiring dengan melebarnya pembuluh darah. (Ruri,2019).

Rumusan masalah
Berdasarkan uraian tersebut ,maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “apakah ada pengaruh senam lansia dapat menurunkan tekanan
darah pada lansia di desa majatengah ?”
B. Tujuan
1) Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia
dapat menurunkan tekanan darah pada lansia di Desa Majatengah.

2) Tujuan khusus
a. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia
b. Mengetahui tekanan darah sesudah dilakukan senam lansia
c. Mengetahui pengaruh senam lansia dapat menurunkan tekanan
darah.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
baru tentang aktivitas fisik yang berhubungan dengan penurunan
tekanan darah pada lansia.

2. Manfaat praktis
Bagi lansia untuk mengaplikasikan latihan senam hipertensi
sebelum level hipertensi semakin meningkat dan usia semakin
bertambah. Perawatan hipertensi dengan menambahkan kegiatan
senam hipertensi secara teratur dikombinasikan dengan perawatan
yang lain dapat memaksimalkan perawatan bagi penderita
hipertensi dalam meningkatkan kesejateraan hidup dan mencegah
komplikasi.
Bagi penelitian selanjutnya, responden penelitian bisa dilakukan
juga kepada lansia laki – laki. Selain itu pada penelitian
selanjutnya disarankan menggunakan kelompok kontrol dengan
penambahan sesi latihan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI LANSIA

1) Definisi Lansia

Lanjut usia menurut Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas. Penduduk yaitu 9,92% (26juta), yang dimana
lansia wanita melebihi jumlah pria sekitar sepertiga ratu (10,3% :
9,2%). Pada tahun ini ada enam provinsi dengan struktur
penduduk lanjut usia dengan tingkat penuaan penduduk 10%,
salah satunya provinsi Sulawesi Utara diurutkan yang keempat
dengan presentase 11,51% (Badan Pusat Statistik, 2020).

Lansia merupakan suatu perkembangan tahap akhir pada


kehidupan manusia. Biasanya lansia terjadi penurunan fungsi dari
organ tubuh ataupun anatomik. Banyak penurunan fungsi yang
terjadi pada lansia contohnya penurunan fungsi pendengaran,
penglihatan , dan juga fungsi lainnya, salah masalah yang sering di
jumpai pada lansia yaitu hipertensi, suatu keadaan dimana tekanan
darah di pembuluh darah meningkat. Hipertensi atau the sillent
killer karena hipertensi biasanya mampu terjadi tanpa ada keluhan
atau gejala (Kemenkes, 2020).

2) Batasan Umur lansia


Menurut WHO batasan umur pada lansia berbeda dari
waktu ke waktu antara lain (Tristanto, 2020) :
a) Usia pertengahan ( middle age ) antara usia 45 - 59
tahun
b) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 – 74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) antara usia 75 – 90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) di atas usia 90 tahun.
3) Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan pada lansia
Berikut ini merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi pada
lansia menurut WHO ( 2018 dalam kusumo 2020).
a. Genetik ( Keturunan ).
b. Lingkungan fisik dan sosial , meliputi kondisi
rumah ,lingkungan sekitar, dan lingkungan tempat
tinggal.
c. Karakteristik lansia seperti jenis kelamin, ras , dan
status sosial.
4) Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia

a. ) Perubahan fisik

Semakin bertambahnya umur seseorang akan mengalami


proses penurunan, seperti penurunan pada fungsi tubuh,
daya tahan kerja pada otak, perubahan pada kulit tubuh
yang menjadi kendur dan kasar. Tetapi perubahan fisik
terlihat pada bagian semua tubuh yang baik dapat dilihat
maupun bagian dalam yang terdapat dalam tubuh itu
sendiri (Paende, 2019).

Macam – macam perubahan pada fisik lansia

1. Sel jumlah akan menurun,ukuran lebih besae sehingga


mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proporsi
protein diotak, otot , ginjal, darah.
2. Sistem persyarafan, keadaan sistem persyarafan akan
mengambil perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca
indra. Pada indra pendengaran seperti hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga,pada indra
penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan kornea,
hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang
pandang. Pada indra peraba akan terjadi penurunan respon
nyeri dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau
kekuatan otot pernapasan akan menurun, sehingga
kemampuan membau juga berkurang.
3. Sistem gastrointestinal menurunnya selera makan,produksi
air liur, gerak peristaltik usus dan mengalami konstipasi.
4. Sistem genetourinaria, mengalami pengecilan sehingga
aliran darah ke ginjal menurun.
5. Sistem musculokeletal
kehilangan cairan pada tulang dan makin rapuh, keadaan
tubuh akan makin pendek, persendian kaku dan tendon
mengerut.
6. Sistem kardiovaskuler, jantung akan mengalami penurunan
pompa darah, ukuran jantung secara keseluruhan menurun
dengan tidak adanya penyakit klinis, denyut jantunng
menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan
kaku akibat akumulasi lipid.Tekanan darah sistolik
meningkat pada lansia karena hilangnya distenbility
arteri.Tekanan darah diastolik meningkat pada lansia
karena hilangnya distenbility arteri. Tekanan darah
diastolik teteap sama atau meningkat.
b) Perubahan psikologis

Munculnya pada perubahan yang menyangkut


kehidupan psikologi pada lanjut usia, seperti perasaan yang
tersisih, merasa sudah tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan
ketika menerima kenyataan baru, misalnya penyakit yang tidak
kunjung sembuh atau kematian pada pasangan (Tristanto,
2020).

c) Perubahan biologis

Menjadi tua atau usia lanjut ditandai oleh kemunduran


biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik, di
antaranya sudah mulai tumbuh uban dirambut, kulit sudah
mulai keriput, penurunan berat badan, kesulitan ketika makan ,
penglihatan dan pendengaran berkurang, mulai merasakan
lelah dan terjadi timbunan lemak dibagian perut dan pinggul
(Tristanto, 2020).

B. TEORI HIPERTENSI

1) Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana

tekanan sistolik 140 mmHg dan atau diastolik ≥90 mmHg.

(Kemenkes RI, 2019). Hipertensi mendapat julukan “the silent

killer” karena hipertensi ini mampu membuat penderitanya

kecolongan banyak sekali penderita hipertensi tidak sadar bahwa

dirinya menderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Yang lebih

parah penderita hipertensi mampu mengundang resiko penyakit


stroke, serangan jantung gagal jantung dan juga gagal ginjal

terminal.

2) Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi dapat

di bagi menjadi dua yaitu :

a) Hipertensi essensial atau primer yang tidak di ketahui

penyebabnya.

b) Hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat di ketahui antara

lain pembuluh darah ginjal, kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit

kelenjar adrenial, dan lain sebagainya.

3) Faktor – faktor yang mempengaruhi hipertensi

a) Umur

Umur mempengaruhui terjadinya hipertensi dengan

bertambahnya umur maka resiko terkena hipertensi akan

semakin besar. Menurut riskerdas 2019 Hipertensi terjadi pada

kelompok umur 31- 44 Tahun (31,6%), Umur 45 – 54 Tahun

(55,2%). Hipertensi di temukan hanya karena kenakan tekanan

darah.

b) Jenis kelamin
Jenis kelamindapat berpengaruh terhadap terjadinya

hipertensi. Pria mempunyai resiko 2,3 kali lebih banyak

mengalami peningkatan tekanan darah sistolik di bandingkan

dengan wanita arena pria cenderung memiliki gaya hidupyang

cenderung meningkatkan tekanan darah. namun beda lagi

dengan wanta yang memasuki masa menopouse, prevelensi

hipertensi pada wanita akan meningkat setelah usia 65 Tahun,

hal tersebut terjadi akibat faktor homoral. (Kemenkes RI,

2019).

c) Genetik

Riwayat keluarga yang mengalami hipertensi juga

dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah yang

tergolong dalam hipertensi primer. Menurut penelitian apabila

orangtuanya menderita hipertensi maka 45% akan menurun ke

anak-anaknya, dan apabila salahsatu dari orangtuanya saja

yang menderita hipertensi maka kemungkinan besar anak-

anaknya akan menderita hipertensi adalah 30%. (Pedoman

Teknis-Penemuan-Dan-Tatalaksana Hipertensi.Pdf, n.d.).

d) Merokok

Merokok menyebabkan vasokonstriksi, penyempitan

pembuluh darah. Tekanan darah meningkat ketika seorang


merokok dan kembalike tekanan darah sebelumnya setelah15

menit setelah berhenti merokok .

e) Obat – Obatan

Beberapa obat secara langsung maupun tidak langsung

dapat mempengaruhi tekanan darah. Biasanya sebelum perawat

atau tim kesehtan melakukan pengkuran tekanan darah akan di

tanyakan apakah sebelumnya pasien di berikan obat anti

hipertensi, diuretik, atau obat jantung lainnya.

f) Aktivitas dan Berat Badan

Penambahan berat badan dan obesitas adalah salah satu

faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan

kebutuhan oksigen oleh tubuh selama aktivitas dapat

meningkatkan tekanan darah. Olahraga yang tidak memadahi

sering juga berdampak terhadap penambahan berat badan dan

obesitas yang dapat memicu terjadinya hipertensi.

4) Tanda gejala hipertensi

Tanda dan gejala hipertensi sebagai berikut :

a. sakit kepala

b. epistaskis

c. jantung berdebar sulit bernafas setelah bekerja keras atau

mengangkat beban berat

d. mudah lelah, gampang marah


e. telinga berdengung,

f. pusing

g. tinnitus dan pingsan

5. Terapi Hipertensi pada lansia

Terapi hipertensi pada lansia atau usia lanjut yang bertujuan


menjaga aktivitas sehari – hari , mencegah perburukan aktivitas hidup
harian dan mencegah penyakit kardiovaskular. Pengaruh faktor – faktor
komorbid dan perubahan fisiologis / patologis yang memerlukan
perawatan seperti gangguan kognitif, perlu mendapatkan perhatiaan.

Terapi nonfarmakologis, yaitu modifikasi gaya hidup pada usia lanjut,


meliputi:

(1) pembatasan asupan garam (maksimal 6 gram per hari),


(2) latihan fisik (latihan aerobik, terutama jalan kaki dengan kecepatan
biasa; pencegahan sarkopenia dengan latihan resistensi),
(3) kontrol berat badan, dan
(4) berhenti merokok.

Terapi farmakologis pada usia lanjut dimulai pada TD> 140/90


mmHg. Dari panduan JSH 2019, mulainya pemberian obat antihipertensi
dilakukan berdasarkan evaluasi setiap individu usia lanjut yang
mempunyai TDS 140-149 mmHg atau usia lanjut yang tidak bisa datang
ke klinik rawat jalan sendiri.

Mengenai obat antihipertensi pada usia lanjut harus memper- hatikan


target TD, komplikasi dan komorbid. Tidak ada obat antihipertensi khusus
yang diberikan pada populasi usia lanjut, sehingga pilihan obat
antihipertensi mengikuti petunjuk pada populasi non usia lanjut. Beberapa
pedoman internasional me- rekomendasikan 5 obat antihipertensi yang
bisa dipakai pada populasi usia lanjut, yaitu: diuretik tiazid, CCB, ACEI,
ARB dan BB.

Beberapa pertimbangan yang diperlukan pada populasi usia lanjut,


antara lain:

1. Obat ACEi
pilihan utama pada usia lanjut yang cenderung yang mengalami
pneumonia aspirasi, karena bisa merangsang batuk yang mencegah
timbulnya pneumonia aspirasi.

3. Obat diuretik golongan tiazid


pilihan utama pada usia lanjut dengan risiko fraktur bila
dibandingkan dengan loop diuretik. Demikian pula pasien dengan
nokturia, maka diuretik golongan tiazid lebih diutamakan daripada
loop diuretik atau CCB.

4. Terapi kombinasi obat antihipertensi diindikasikan apabila target


pengontrolan TD tidak tercapai dengan pemberian obat tunggal.
Regimen kombinasi obat tetep sama dengan yang diperuntukkan
untuk populasi non usia lanjut.

C. TEORI SENAM HIPERTENSI

a. Definisi senam hipertensi


Senam hipertensi adalah olahraga yang ditujukan untuk

meningkatkan tekanan darah, darah dan oksigen mengalir ke otot

dan tulang yang aktif, terutama otot jantung. Senam atau olahraga

dapat memenuhi kebutuhan oksigen pada sel – sel selanjutnya

diubah menjadi energi yang meningkatkan tekanan darah . setelah

beristirahat darah mengembang dan aliran darah berkurang

sementara, Kembali ke tekanan sebelum senam kira-kira 30-120

menit kemudian. Saat berolahraga secara teratur , kehilangan

darah berlangsung lebih lama dan pembuluh darah menjadi lebih

lentur . mekanisme penurunan tekanan darah setelah olahraga

adalah olahraga untuk melemaskan pembuluh darah, sehingga

tekanan darah menurun seiring dengan melebarnya pembuluh

darah. (Ruri,2019).

b. Tujuan

Tujuan dilakukan senam hipertensi meningkatkan aliran darah dan

oksigen kedalam otot dan rangka yang aktif khususnya pada

jantung ( Hendi Rifqi Alhafis,2019).

c. Manfaat

Manfaat Senam hipertensi yaitu untuk menurunkan tekanan darah,

berbagai penelitian telah membuktikan efektifitas dari senam

hipertensi. Selain efektif, senam juga memiliki prinsip untuk

membantu tubuh agar tetap bergerak/berfungsi, meningkatkan


daya tahan tubuh, menghambat/mengurangi proses penuaan

(Lestari, 2019).

d. Gerakan senam lansia

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Penelitian

Rancangan atau Desain studi kasus penelitian ini menggunakan

metode studi kasus deskriptif. Studi kasus deskriptif merupakan suatu

metode penelitian yang mendalami studi kasus secara mendalam dengan

melibatkan pengumpulan data seperti responden pada lansia.

B . Tempat dan waktu penelitian

Lokasi kajian Posbindu atau anggota Senam SSI Melati

Majatengah ini di Desa Majatengah, kecamatan Kemangkon , waktu

pengumpulan data selama seminggu dan penelitian yang akan dilakukan

3 × observasi selama 3 hari, penelitian akan dilaksanakan pada bulan

April 2023.
C . Subjek Studi kasus

Subjek studi kasus pada penelitian ini yaitu lansia di Desa Majatengah

yang telah memenuhi kriteria inklusi. Kriteria sample dapat meliputi

kriteria inklusi dan eklusi.

1. Kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap

masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sample dalam

penelitian.

a) Lansia yang berada dimasyarakat Desa Majatengah


b) Usia 50-70 tahun
c) Lansia dengan hipertensi
d) Mampu berkomunikasi secara dengan baik
e) Bersedia menjadi responden dalam penelitian

2. Kriteria ekslusi merupakan ciri-ciri popuulasi yang tidak bisa


dijadikan sebagai sample dalam penelitian.

a) Lansia hipertensi yang tidak memiliki komplikasi penyakit


seperti DM dan gagal ginjal kronis.
b) Lansia yang tidak bersedia menjadi responden
D. Definisi operasional
Definisi operasional merupakan variabel operasional yang
dilakukan penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati.
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi oprasional Indikator dan Hasil ukur / Skala


alat ukur Parameter
Variabel bebas Senam merupakan olahraga Indikator SOP Dilakukan Nominal
senan yang selalu mengutamakan senam
hipertensi kemampuan hati. Gerakan hipertensi
otot dan sendi. Dan terlampir
dirancang untuk Alat :
meningkatkan daya tahan Sound, laptop /
dan kondisi tubuh Hp
Variabel Tekanan yang diberikan Indikator Sesuai dengan Interval
terikat tekanan pada aliran darah saat mengukur angka yang
darah berkontraksi, atau gaya yang tekanan darah ditunjukkan
diberikan oleh darah per sistolik dan oleh alat ukur
unit dinding pembuluh diastolic dalam satuan
(mmHg) mmHg
terlampir 1 : 140 –
159/90-99
Alat : mmHg
Tensimeter II : 160 –
179/100-109
mmHg

E. Variable studi kasus


Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu
senam hipertensi dan variabel terikat yakni tekanan darah lansia.

F. Instrument studi kasus


Dalam penelitian ini alat yang digunakan peneliti untuk variabel
senam tekanan darah adalah SOP Senam lansia hipertensi, sound
sistem, musik. Variabel tekanan darah menggunakan sphymanometer
berupa alat tensi darah (sphymanometer ), papan observasi / kertas untuk
menulis hasil pengukuran tekanan darah pada lansia.

G. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah proses pendekatan subjek dan
mengumpulkan karakteristik subjek yang diperlukan untuk penelitian.
Penelitian (Nursalam 2016). Metode pengumpulan data berikut
digunakan dalam penelitian ini:
1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari awal,


yaitu. identitas diri, masalah kesehatan yang dirasakan, riwayat
kesehatan ditanyakan.
2. Persepsi

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tekanan darah sebelum


senam hipertensi dan sesudah senam tekanan darah. Tekanan darah
diukur pada dua responden 20 menit setelah latihan tekanan darah.
3. Alur penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap meliputi tahap


persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap persiapan dimulai
dengan peneliti menentukan topik penelitian dan mengikuti
fenomena/studi lapangan untuk memastikan pemahaman tentang
penelitian yang akan dilakukan. Setelah persetujuan peneliti diperoleh,
selanjutnya dilakukan proses pemberian izin penelitian.

Tahap implementasi, tahap ini dilakukan setelah diperizinan


penelitian di Desa Majatengah untuk mengumpulkan data tentang
peserta studi yang dipilih. Pada langkah selanjutnya peneliti melakukan
pengukuran awal tekanan darah (pre-test). Setelah pengukuran tekanan
darah yang pertama, peneliti memperagakan senam yang akan diikuti
oleh responden. Responden diminta untuk mengikuti latihan dari awal
sampai akhir, setelah latihan responden beristirahat selama 20 menit.
Selain itu, tekanan darah subjek akan diukur kembali (pada post-test)
setelah diberikan perlakuan senam hipertensi dan didokumentasikan
pada lembar observasi. Penelitian atau observasi berlangsung 3 kali
seminggu, pada hari Senin, Rabu dan Jumat serta pada hari istirahat.

H. Analisis dan penyajian data


Analisis dan penyajian data dalam studi kasus ini dibagi
menjadi dua bagian ,yaitu :
1. Narasi

Data penelitian ini disajikan dalam bentuk pembahasan hasil dan

studi kasus.

2. Tabel statistik

Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengukuran

tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan senam lansia.

I. Etika Studi Kasus


Dalam penelitian studi kasus ini , peneliti sebelumnya
mengajukan permohonan izin kepada responden di Desa
majatengah. untuk melakukan penelitian kasus kepada
responden etika penelitian menggunakan informed consent,
anonimity, confidentiality dan beneficence .

1. Lembar persetujuan ( Informed Consent )


Informed consent merupakan suatu bentuk dalam persetujuan
antara peneliti dengan responden. penelitian studi kasus ini
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden.
2. Tanpa nama ( Anonimity )
Anotomi atau tanpa nama merupakan etika penelitian untuk
tidak mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data atau kuesioner yang diisi oleh responden.

3. Kerahasiaan Informasi ( Confidentiality )


Confidentiality atau kerahasiaan informasi merupakan
kerahasian data yang sudah didapatkan oleh responden.
Dalam etika penelitian tersebut tidak diboleh sebarluaskan.

4.

DAFTAR PUSTAKA

Mahfud, M., Barasila, B., & Indrayani, S. (2019). Dukungan Sosial


Berhubungan dengan Self Care Management Pada Lansia Hipertensi di
Puskesmas Sedayu II. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan, 10(2), 700–712. https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2.463
Puspita, T., Ernawati, E., & Rismawan, D. (2019). Hubungan Efikasi
Diri dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan
Indra Husada, 7(1), 32. https://doi.org/10.36973/jkih.v7i1.159

Sakinah, S., Ratu, J. M., & Weraman, P. (2020). Hubungan antara


Karakteristik Demografi dan Pengetahuan dengan Self Management
Hipertensi Pada Masyarakat Suku Timor. Jurnal Penelitian Kesehatan
“SUARA FORIKES” (Journal of Health Research “Forikes Voice”),
11(3), 245. https://doi.org/10.33846/sf11305

WHO. (2019). Hypertension : Key Facts. https://www.who.int/news-


room/factsheets/detail/hypertension

Andri, J., Padila, P., Sartika, A., Andrianto, M. B., & J, H. (2021).
Changes of Blood Pressure in Hypertension Patients Through Isometric
Handgrip Exercise. JOSING: Journal of Nursing and Health, 1(2), 54–64.
https://doi.org/10.31539/josing.v1i2.2326

Sihotang, R., Utama, T. A., Aprilatutini, T., & Yustisia, N. (2020).


Self Care Management Evaluation in Hypertension Patients. Jurnal Vokasi
Keperawatan (JVK), 3(2), 184–202.
https://doi.org/10.33369/jvk.v3i2.13935

Puspita, T., Ernawati, E., & Rismawan, D. (2019). Hubungan Efikasi


Diri dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan
Indra Husada, 7(1), 32. https://doi.org/10.36973/jkih.v7i1.159

Andri, J., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Nastashia, D. (2018).


Efektivitas Isometric Handgrip Exercise dan Slow Deep Breathing
Exercise terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.
Jurnal Keperawatan Silampari, 2(1), 371–384.
https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.382

Shahaj, O., Denneny, D., Schwappach, A., Pearce, G., Epiphaniou, E.,
Parke, H. L., Taylor, S. J. C., & Pinnock, H. (2019). Supporting Self-
Management for People with Hypertension: A Meta-Review of
Quantitative and Qualitative Systematic Reviews. Journal of
Hypertension, 37(2), 264–279.
https://doi.org/10.1097/HJH.0000000000001867

Lestari, I. G., & Isnaini, N. (2018). Pengaruh Self Management


terhadap Tekanan darah. Indonesian Journal for Health Sciences, 2(1), 7–
18. https://doi.org/10.24269/ijhs.v2i1.725

Winata, I. G., Asyrofi, A., & Nurwijayanti, A. M. (2018). Faktor-


Faktor yang Berhubungan dengan Self Care pada Orang Dewasa yang
Mengalami Hipertensi di Puskesmas Kendal 01 Kabupaten Kendal. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 2(2), 1–8.
https://doi.org/10.33655/mak.v2i2.33

Supraba, N. P. 2016. Hubungan Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Dan


Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Wilayah Kerja
Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.

KemenkesRI. 2020. Hipertensi. Online. Diakses


http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infogra phic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantungdan-pembuluh-darah/apa-itu-hipertensi-tekanan-darah-tinggi.

Rury, Dewi Andriari, Hendri Rifqi Alhafis. (2019). Pengaruh Senam


Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi.volume IX no.2

Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020.


Badan Pusat Statistik

Lestari, E. (2019), 'Pengaruh Senam Bugar terhadap Perubahan


Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Posyandu Lansia Anggrek Desa
Sukosari Dagangan Kabupaten Madiun', STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun

Anda mungkin juga menyukai