Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum,
angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan
hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia. 
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat
di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang,
akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu
berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India,
dan Amerika Serikat. 
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan
jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan
pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. 
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-
rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan
penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah
Jepang (74,5 tahun). 
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993
mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif
dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia
Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini
yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut
usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding
populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini
selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang
memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan
pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai
berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing
(gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan.
Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai
batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara
definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan
menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah
psikologik maupun sosial.
B.     Tujuan Penulisan
         Tujuan Umum
a.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
b.      Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia di Panti.
         Tujuan Khusus
a.       Mengenal masalah kesehatan lansia.
b.      Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia.
c.       Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia yang berada di panti.
d.      Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga dapat
meningkatkan kesehatan lansia.
e.       Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan kesehatan).
C.    Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
b.      Mahasiswa dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lansia yang berada di
panti.
c.       Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lansia yang berada di panti.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.      Pengertian Lanjut Usia


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi
Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),
(3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
2.      Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1)      Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia meliputi:
a.       Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.      Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c.       Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d.      Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2)      Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a.       Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b.      Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.       Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d.      Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e.       Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain (Depkes RI, 2003).
3.      Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi
fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1.      Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
2.      Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul
dengan teman, dan memenuhi undangan.
3.      Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4.      Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa
saja
5.      Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan),
tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan
menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung
keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia dip anti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan
mental.
4.      Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah
yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.

5.      Mitos dan Stereotip Seputar Lanjut Usia


Menurut Sheiera Saul, 1974 mitos-mitos seputar lansia antara lain sebagai berikut:
1.      Mitos kedamaian dan ketenangan
Adanya anggapan bahwa para lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja, dan jerih
payahnya di masa muda. Berbagai guncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataannya, sering ditemui lansia yang mengalami stress karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2.      Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi, dan keadaan yang
berlaku. Adanya anggapan bahwa para lansia itu tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke
masa silam, kembali ke masa kanak-kanak, sulit berubah, keras kepala, dan cerewet.
Kenyataannya, tidak semua lansia bersikap dan mempunyai pemikiran demikian.
3.      Mitos berpenyakitan
Adanya anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai
berbagai penyakit dan sakit-sakitan. Kenyataannya, tidak semua lansia berpenyakitan. Saat ini
sudah banyak jenis pengobatan serta lansia yang rajin melakukan pemeriksaan berkala sehingga
lansia tetap sehat dan bugar.
4.      Mitos senilitas
Adanya anggapan bahwa para lansia sudah pikun. Kenyataannya, banyak yang masih tetap
cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
penurunan daya ingat.
5.      Mitos tidak jatuh cinta
Adanya anggapan bahwa para lansia sudah tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada lawan
jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa serta perasaan
cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.
6.      Mitos aseksualitas
Adanya anggapan bahwa pada lansia hubungan seks menurun, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataannya, kehidupan seks para lansia normal-normal
saja dan tetap bergairah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya lansia yang ditinggal mati oleh
pasangannya, namun masih ada rencana untuk menikah lagi.
7.      Mitos ketidakproduktifan
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi. Kenyataannya, banyak para lansia yang
mencapai kematangan, kemantapan, dan produktivitas mental maupun material.
Mitos-mitos di atas harus disadari perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, karena
banyak kondisi lansia yang sesuai dengan mitos tersebut dan sebagian lagi tidak mengalaminya.

6.      Teori Proses Penuaan


Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia berbeda,
masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu factor pun
ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1)      Teori-Teori Biologi
a.       Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari
sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b.      Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c.       Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk
sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat
pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu sendiri.
d.      Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e.       Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f.       Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan
semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g.      Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h.      Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh lelah terpakai.
i.        Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan proton. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j.        Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
k.      Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut
mati.
2)      Teori Kejiwaan Sosial
a.       Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1)      Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
2)      Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
3)      Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
b.      Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliknya.
c.       Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh
Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepsakan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
1.Kehilangan peran (Loss of Role)
2.Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)
3.Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values)

7.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan


R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan adalah
sebagai berikut:
1)      Hereditas (Keturunan/Genetik)
2)      Nutrisi (Asupan Makanan)
3)      Status Kesehatan
4)      Pengalaman Hidup
5)      Lingkungan
6)      Stress
8.      Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai ujung
kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000)
perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1)      Perubahan Fisik
a.       Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b.      Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%,
mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan
tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan.
c.       Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
d.      Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi,
suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e.       Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah
meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170
mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
f.       Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan
suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g.      Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h.      Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i.        Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi
BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas
jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks
sekunder.
j.        Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormon
kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k.      Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan
jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada
bentuk sel epidermis.
l.        Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian
membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2)      Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a.       Perubahan fisik.
b.      Kesehatan umum.
c.       Tingkat pendidikan.
d.      Hereditas.
e.       Lingkungan.
f.       Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g.      Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h.      Kenangan lama tidak berubah.
i.        Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan,
persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan dari faktor waktu.
3)      Perubahan Psikososial
a.       Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut,
merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b.      Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c.       Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi.
d.      Sadar akan datangnya kematian.
e.       Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f.       Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g.      Penyakit kronis.
h.      Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i.        Gangguan syaraf panca indra.
j.        Gizi
k.      Kehilangan teman dan keluarga.
l.        Berkurangnya kekuatan fisik.
9.      Permasalahan pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia antara lain
(Setiabudi, 1999: 40-42):
1)      Permasalahan Umum
a.       Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b.      Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai, dan dihormati.
c.       Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d.      Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia.
e.       Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan lansia.
2)      Permasalahan Khusus
a.       Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun
sosial.
b.      Berkurangnya integrasi sosial lansia.
c.       Rendahnya produktivitas kerja lansia.
d.      Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
e.       Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f.       Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.
10.  Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia
Penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:
a.       Depresi Mental
b.      Gangguan Pendengaran
c.       Bronkitis Kronis
d.      Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
e.       Gangguan pada koksa/sendi panggul
f.       Anemia
g.      Demensia
Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada orang
dewasa seperti yang dijelaskan berikut ini:
1.      Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan pada
orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan karena pada lansia telah
terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses
menua, sehingga produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh
menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi. Sering pula,
penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun
saling berkaitan dan memperberat.
2.      Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati demam tinggi dan batuk
darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya cukup serius, sehingga penderita
menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak perlu berobat.
3.      Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)
Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya memerlukan obat yang
beraneka ragam dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi
organ-organ vital tubuh seperti hati dan ginjal yang berperan dalam mengolah obat-obat yang
masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hal ini menyebabkan kemungkinan besar obat tersebut
akan menumpuk dalam tubuh dan terjadi keracunan obat dengan segala komplikasinya bila
diberikan dengan dosis yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu
dikurangi pada lansia. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia yang menyebabkan
timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian obat tadi (iatrogenik), misalnya
poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran air
seni), dapat terjatuh akibat penggunaan obat-obat penurun tekanan darah, penenang, antidepresi,
dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosis yang tidak tepat,
ketidakpatuhan meminum obat, serta penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang
dalam waktu yang lama.
4.      Sering mengalami gangguan jiwa
Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa (depresi). Oleh
karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja yang diobati, tetapi juga
gangguan jiwanya yang justru seing tersembunyi gejalanya. Jika yang mengobatinya tidak teliti
akan mempersulit penyembuhan penyakitnya.
11.  Pembinaan Kesehatan Lansia di Panti dan Terapi Modalitas
1.      Tujuan
a.       Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dip anti agar mereka dapat hidup
layak.
b.      Tujuan Khusus
1)      Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia dip anti, baik oleh petugas kesehatan
maupun petugas panti.
2)      Meningkatnya kesadaran dan kemampuan lansia khususnya yang tinggal dip anti dalam
memelihara kesehatan diri sendiri.
3)      Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatan lansia
di panti.
2.      Sasaran
a.       Sasaran Umum
1)      Pengelola dan petugas penghuni panti
2)      Keluarga lansia
3)      Masyarakat luas
4)      Instansi dan organisasi terkait
b.      Sasaran Khusus
Lansia penghuni panti
3.      Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
a.       Upaya Promotif
Adalah upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan
lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan tersebut
dapat berupa penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal
berikut ini:
1)      Masalah gizi dan diet
a)      Cara mengukur keadaan gizi lansia.
b)      Cara memilih bahan makanan yang bergizi bagi lansia.
c)      Cara menyusun menu sehat dan diet khusus.
d)     Cara menghitung kebutuhan makanan di panti.
e)      Cara menyelenggarakan penyediaan di panti.
f)       Cara mengawasi keadaan gizi lansia.
2)      Perawatan dasar kesehatan
Melakukan pengkajian komprehensif pada lansia
a)      Perawatan kesehatan dasar lansia yang masih aktif.
b)      Perawatan kesehatan dasar bagi lansia yang pasif.
c)      Perawatan khusus lansia yang mengalami gangguan.
d)     Perawatan dasar lingkungan panti, baik di dalam maupun di luar panti.
3)      Keperawatan kasus darurat
a)      Mengenal kasus darurat.
b)      Tindakan pertolongan pertama kasus darurat.
4)      Mengenal kasus gangguan jiwa
a)      Tanda dan gejala gangguan jiwa pada lansia.
b)      Cara mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia.
5)      Olah raga
a)      Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia.
b)      Macam-macam olah raga yang tepat bagi lansia.
c)      Cara-cara melakukan olah raga yang benar.
6)      Teknik-teknik berkomunikasi
a)      Bimbingan rohani.
b)      Sarasehan, pembinaan mental, dan ceramah keagamaan.
c)      Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti.
d)     Rekreasi.
e)      Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti.
f)       Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat luas melalui
berbagai macam media.
b.      Upaya Preventif
Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:
1)      Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di panti oleh petugas kesehatan yang datang ke panti
secara periodic atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.
2)      Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas
panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
3)      Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang menggunakan
buku catatan pribadi.
4)      Melakukan olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.
5)      Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-
masing.
6)      Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7)      Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
8)      Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya agar
lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan
orang secara optimal. 
c.       Upaya Kuratif
Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti
terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
1)      Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang telah dilatih
melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas
2)      Pengobatan jalan di puskesmas.
3)      Perawatan dietetik.
4)      Perawatan kesehatan jiwa.
5)      Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
6)      Perawatan kesehatan mata.
7)      Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.
8)      Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
d.      Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan ini dapat
berupa rehabilitasi mental, vokasional (ketrampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik. Kegiatan ini
dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan berada dalam pengawasan
dokter, atau ahlinya (perawat).
Pakar psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para lansia yang dititipkan
di panti pada dasarnya memiliki sisi negatif dan positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan
panti dapat memberikan kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat
usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian
yang biasanya mereka alami.
Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat
keluarganya. Negara Indonesia yang masih menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal di panti
merupakan sesuatu hal yang tidak natural lagi, apa pun alasannya. Tinggal di rumah masih jauh
lebih baik dari pada di panti.
Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak berguna
(useless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu mengaktualisasikan
potensinya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup serta cara dia
memandang suatu makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat berbuat
banyak bagi kepentingan semua orang.
kebutuhan lansia (10 needs of the erderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai berikut:
1)      Makanan cukup dan sehat (healthy food).
2)      Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).
3)      Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).
4)      Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).
5)      Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial assistance).
6)      Transportasi umum (facilities for public transportations).
7)      Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations).
8)      Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).
9)      Rasa aman dan tentram (safety feeling).
10)  Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan bantuan dana dan fasilitas
(continuation of subsidies and facilities).
4.      Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
         Tujuan
1)      Mengisi waktu luang bagi lansia.
2)      Meningkatkan kesehatan lansia
3)      Meningkatkan produktivitas lansia.
4)      Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

         Jenis Kegiatan


1)      Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah
lansia.
2)      Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-
leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3)      Terapi music
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu.
4)      Terapi berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
5)      Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih saying dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain
bersama binatang.
6)      Terapi okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat
atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
7)      Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS, dan
lain-lain.
8)      Life review terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman
hidupnya.
9)      Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat
pemandangan.
10)  Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman.
Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.

PENGKAJIAN KELOMPOK LANSIA

A.    DATA UMUM :


1.      Identitas Panti Werda :
a.       Nama : Unit Pelaksana Teknik Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan- Pasuruan
b.      Alamat : Jalan Dr.Soetomo Pandaan- Pasuruan

B.     DATA INTI


a.       Sejarah berdirinya Panti Werda
UPT ( Unit Pelaksana Teknis ) Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( PSLU) Pasuruan didirikan
pada tangal 1 oktober 1979 dengan nama “ SASANA TRESNA WERDHA (STW )
“SEJAHTERA” PANDAAN yang pada awalnya melayani 30 orang.
Pada tangal 17 mei 1982 pemakaiannya diresmikan oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo
dengan dasar KEP.MENSOS RI NO. 32/HUK / KEP/VI/82 di bawah pengendalian Kanwil
Depsos Propinsi Jawa Timur dengan kapasitas tampung 110 orang dan menempati areal
seluas 13.968 M ²
Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat / Panti / Sasana
dilingkungan Departemen Sosial dengan SK. Mensos RI No.14/HUK/1994 dengan nama
Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera " Pandaan.
Dalam perkembangan waktu dan perkembangan kebutuhan akan pelayanan lanjut usia terjadi
perubahan dengan Melalui SK.Mensos RI. No.8/HUK/1998 ditetapkan menjadi Panti
percontohan Tingkat Propinsi dengan kapasitas 110 orang.
Pada tahun 1988 ketika Departemen Sosial RI Dihapus, panti ini sempat di kelola melalui
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat. Dan pada tahun 2000 pada saat pelaksanaan
otonomi daerah diberlakukan maka semua perangkat pusat termasuk aset-asetnya diserahkan
pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2000. tentang
Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera “
Pandaan, merupakan Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur.
Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia melalui Perda No.14
Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12 Tahun 2000 tentang Dinas Sosial, bahwa
Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah nama menjadi : Panti Sosial Tresna Werdha
Pandaan- Bangkalan, yang jangkauan pelayanannya bertambah untuk wilayah Madura dengan
penambahan Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia di Bangkalan
Berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan-
Bangkalan berubah menjadi : Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
dengan jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Pasuruan dan Kab./Kota sekitarnya ditambah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Lamongan dengan jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten
Lamongan dan Kabupaten sekitarnya

b.      Data Demografi


o   Jumlah anggota : 107 lansia
Distribusi Frekuensi
Jenis Kelamin
Perempuan 8
Laki-laki 0
Umur
60-70 2
70-80 2
80-90 4
>90 0
Status Perkawinan
Menikah 0
Janda 8
Agama
Islam 7
Kristen 1
Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah 1
SD 6
SMP 0
SMA 1
c.       Vital Statistik
Data status kesehatan Kelompok Usia Lanjut :
o   Masalah kesehatan saat ini :
Semua lansia di wisma teratai UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan Pasuruan ini
menderita hipertensi. 1 lansia juga menderita diabetes mellitus. Dan sebagian besar menderita
demensia.
o   Kegiatan hidup sehari- hati :
  Pola Makan
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia ini makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur,
lauk. Makan buah dan makanan selingan 1x sehari. Kadang ada lansia yang makan 1-2 x sehari
karena factor spiritual ( kepercayaan ) seperti : puasa.
  Pola Minum
Minum susu 1x seminggu. minum teh 2x sehari dan air putih ± 1,5 Liter sehari.
  Pola Eliminasi
Buang Air Kecil 3-4 x sehari dan BAB 1x sehari.
  Kebersihan Diri
Mandi 2x sehari. Pagi sebelum subuh dan sore sebelum ashar. Mandi menggunakan sabun, gosok
gigi. Keramas 3 hari sekali. Ganti pakaian 2 hari sekali. Dan mencuci pakaian seminggu 2x.
  Kemandian
Di Wisma teratai semua lansia mandiri dalam melakukan Aktivitas Sehari- harinya.
o   Perilaku terhadap kesehatan :
Di Wisma Teratai tidak ada yang merokok,minum kopi maupun minum alcohol. Gula, garam,
dan lemak dikonsumsi wajar pada makanan dan minuman.
d.      Nilai dan kepercayaan terhadap kesehatan :
Sebagian besar lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia ini mengerti pentingnya keberadaan
posyandu lansia yang dilaksanakan sesuai dengan jadwalnya. Pencegahan penyakit dimengerti
dan dilaksanakan oleh seluruh lansia maupun petugas PSLU. Para lansia disini mengerti akan
pentingnya gizi bagi tubuh mereka dan gizi tersebut cukup terpenuhi dengan makanan yang
diperoleh dari dapur PSLU sebanyak 3x sehari. Walaupun ada beberapa lansia yang memiliki
penyakit tertentu yang membutuhkan diit khusus tetapi makanan yang didapat sama, sehingga
lansia yang menderita penyakit khusus harus memilah makanannya sendiri.

C.     DATA SUB SISTEM


1.      Lingkungan Fisik
a.       Luas Lahan / Tanah : 13.968 m2
Jumlah bangunan :
1)      Gedung Kantor : 2 unit
2)      Gedung Serba Guna : 1 unit
3)      Gedung Lokal Kerja : 1 unit
4)      Rumah Tinggal Kepala Panti : 1 unit
5)      Rumah Dinas jabatan : 1 unit
6)      Masjid : 1 unit
7)      Wisma Klien dua lantai : 1 unit
8)      Wisma Klien satu lantai : 11 unit
9)      Pos Keamanan Pol PP : 1 unit
10)  Gedung dapur umum : 1 unit
11)  Ruang Jenset : 1 unit
12)  Sumur bor : 3 unit
13)  Water tourn : 6 unit
14)  Tandon air : 2 unit
15)  Papan nama : 1 unit
16)  Kandang ternak : 1 unit
Daya listrik terpasang : 16.000 kwh
Tanah makam : 3.222 m2
b.      Sarana Sumber air bersih
Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma dan bantuan air dari
perusahaan air minum vivi
c.       Sarana Pembuangan sampah
Pada setiap wisma terdapat tempat sampah yang nantinya akan dikumpulkan pada pembuangan
sampah akhir dibagian belakang wisma.
d.      Sarana Pembuangan kotoran manusia
Setiap wisma mempunyai septic tank sendiri, dimana septic tank ini tidak terhubung antar yang
satu dengan yang lainnya.
e.       Sarana mandi
f.       Setiap wisma memiliki minimal 1 kamar mandi.
g.      Sarana SPAL
Pelayanan social Lanjut Usia Pandaan ini memiliki 1 masjid yang terletak dibagian barat PSLU.
2.      Pelayanan kesehatan dan social
a.       Jumlah Pegawai
o   Pegawai tetap : 20 orang
o   Pegawai Tidak Tetap : 8 orang

b.      Pengalaman petugas mengikuti pelatihan kesehatan :


o   Pernah :
o   Belum :
o   Jenis pelatihan :

c.       Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan :


o   Posyandu lansia : Jum‘at
o   Kegiatan kelompok : kerja bakti dan senam setiap hari selasa, rabu, dan kamis. Pengajian hari
rabu dan kamis, ketrampilan hari rabu, karawitan hari selasa dan kamis.

3.      Pendidikan
Dalam Panti Sosial Tresna Werdha, para lansia banyak sekali difasilitasi dengan berbagai
kegiatan yang meliputi kegiatan keagamaan, ketrampilan dan kesenian, bimbingan sosial serta
senam tera yang bertujuan untuk menjaga kebugaran para lansia.
4.      Transportasi, Keamanan dan Keselamatan
a.       Lantai didalam wisma terbuat dari keramik, disamping tangga terdapat pegangan. Transportasi
bagi lansia dengan kebutuhan khusus menggunakan kursi roda. Transportasi darurat dengan
menggunakan ambulans.
b.      Di PSLU terdapat 3 security yang berdinas bergantian shift pagi, siang dan malam. Pencegahan
kebakaran dengan membersihkan area PSLU dari sampah-sampah yang mudah terbakar.
Pemenuhan kebutuhan air bersumber dari air tanah yang dibor sedalam 150 meter, kulaitas air
bersih dan layak minum. Kualitas udara bersih sebab kawasan PSLU masih banyak pohon dan
taman.
c.       Alat bantu jalan yang ada di PSLU yaitu walker, kruk, dan kursi roda. Lingkungan yang
memiliki resiko terjadinya kecelakaan adalah didalam wisma saat lantai licin karena baru dipel
dan tidak ada pegangan pada dinding. Jalanan naik turun dengan pavin yang licin jika terkena
air.
5.      Politik dan pemerintahan
o   Struktur Organisasi Panti Werda : terlampir
o   Program-program panti werda :
1.      Pememenuhan kebutuhan pisik
Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakaian, tempat tinggal
2.      Bimbingan sosial.
Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan kepada lanjut usia agar mampu
mengembangkan relasi sosial yang positip dan menjalankan peranan sosialnya dalam panti dan
dalam lingkungan sosial masyarakat
3.      Bimbingan fisik dan kesehatan.
Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan kondisi fisik dan
kesehatan lanjut usia, sehingga dapat melaksanakan peran sosialnya
4.      Bimbingan Psikososial.
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial psikologis seperti adanya
perasaan rasa aman, nyaman, tenteram dan damai
5.      Bimbingan Mental Spiritual dan kerohanian.
Merupakan upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi mental-
spiritual dan kerohanian klien.
6.      Bimbingan Ketrampilan.
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan bakat, minat dan potensi
klien untuk menisi waktu luangnya sehingga merasa betah dan nyaman tinggal dalam panti.
7.      Bimbingan Rekreasi dan Hiburan.
Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kreatifitas untuk meningkatkan
semangat hidup klien agar bahagia dalam menjalankan kehidupannya.
o   Sistem pendanaan panti :
Pendanaan panti didapat dari dana APBD/ dinas sosial provinsi jawa timur.

6.      Komunikasi
o   Sarana komunikasi yang digunakan di pelayanan sosial lanjut usia ini adalah komunikasi langsung
seperti dalam pertemuan, tidak langsung dengan menggunakan media radio maupun televisi dan
telepon genggam.
o   Pola komunikasi antar anggota kelompok adalah komunikasi 2 arah
o   Penyebaran informasi kegiatan kelompok dilakukan secara langsung perorangan maupun melalui
siaran dari speaker
o   Komunikasi kelompok dengan puskesmas terjalin baik karena setiap hari jum’at diadakan
posyandu lansia.
7.      Ekonomi
a.       Pekerjaan para lansia di pelayanan sosial lanjut usia ini adalah dengan mengikuti ketrampilan
dan membuat suatu kerajinan maka akan mendapatkan penghasilan
b.      Pendapatan dari lansia hanya berkisar >20.000 rupiah setiap bulannya
c.       Sarana ekonomi ada didalam maupun diluar area PSLU. Didalam area PSLU terdapat koperasi
yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, keperluan mandi, dsb. Diluar area
panti terdapat toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, Pasar yang jaraknya ±1km.
8.      Rekreasi
a.       Sarana rekreasi yang tersedia didalam PSLU antara lain pertunjukan musik karawitan yang
dimainkan oleh para lansia yang sudah tergabung dalam grup karawitan dan merupakan hiburan
bagi lansia lainnya, koran atau majalah, kebun dan kolam ikan.
b.      Waktu luang lansia kebanyakan digunakan untuk menonton televisi atau menonton pertunjukan
karawitan yang dimainkan oleh para lansia yang sudah tergabung dalam grup karawitan setiap
hari selasa dan kamis. Membaca koran atau majalah. Menonton televisi. Dan dapat juga berjalan-
jalan untuk melihat berbagai jenis tanaman yang ditanam dikebun maupaun memancing dikolam
ikan.

PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN KELOMPOK


Wisma : Teratai
Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Faktor- Faktor yang
Korelasi dengan masalah Data Fokus
berhubungan
         Riwayat hipertensi Hipertensi DS : Klien mengeluh nyeri
         Klien sering mengkonsumsi   pada kepala (pusing)
Peningkatan
makanan di luar jatah dari DO :
tekanan darah ke
dapur yang tidak sesuai diit          Rata-rata Skala nyeri 5
otak
(asin)          Wajah grimace
 
         Faktor degeneratif Nyeri belakang         Hasil Tensi lansia di wisma
kepala teratai berkisar antara 140-
180 mmHg
         Perawat poliklinik
mengatakan sebagian besar
klien di wisma teratai
menderita hipertensi
         Riwayat hipertensi Hipertensi DS : Klien mengeluh pusing
         Lingkungan   dan pandangannya kabur

         degeratif
Manifestasi
DO :
klinis : pusing
   Klien berjalan
sempoyongan
Jalan
 Lingkungan kurang
sempoyongan
memadai : area PSLU
 
kurang dilengkapi
pegangan dan jalan
Resiko jatuh
naik turun.

 Klien mencari
pegangan saat
berjalan/ naik turun
tangga
         SDM rendah DS : Sebagian besar klien
         Pendidikan yang rendah menanyakan tentang proses

         Kerusakan kognitif dan dari penyakit hipertensi

intelektual Faktor Usia

         Demensia DO :
         Klien tampak bingung
Demensia          Klien sering bertanya-tanya
tentang penyakitnya

kerusakan kognitif dan

intelektual

Kurang pengetahuan

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Perhatian
Kemungkinan
Masyarakat Poin Tingkat Nilai
Masalah untuk
dalam Prevalensi Bahaya Total
dikelola
PSLU
Resiko jatuh 4 3 3 3 108

Gangguan Rasa 2 2 2 3 24
Nyaman ( Nyeri )
Kurang pengetahuan 1 1 2 3 6

Keterangan :
1.      Rentang skor 1-4
2.      Skor yang diperoleh dikalikan kekanan : skor perhatian masyarakat x skor poin prevalensi x skor
tingkat bahaya x skore kemungkinan untuk dikelola = nilai total
3.      Prioriotas masalah berdasarkan urutan perolehan skore
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA
Wisma : Teratai
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
Resiko jatuh
   Klien menunjukkan 1.      Bina Hubungan Saling Percaya
berhubungan Setelah diberikan asuhan
kestabilan dalam berjalan 2.      Kaji tingkat kemampuan klien dalam mobilisasi
dengan faktor keperawatan selama 1x24 jam
1    Klien menunjukkan 3.      Berikan KIE tentang cara mobilisasi yang aman
usia dan diharapkan resiko jatuh dapat
kemandirian dalam 4.      Atur lingkungan yang aman
lingkungan yang diminimalisir atau berkurang
beraktifitas 5.      Dampingi klien dalam beraktivitas diluar wisma
kurang memadai

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA


Wisma : Teratai
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan

1.      Bina Hubungan Saling Percaya


2.      Kaji skala Nyeri yang dirasakan klien
Gangguan Rasa Setelah diberikan asuhan 3.      Ajarkan terapi relaksasi autogenik
   Skala nyeri dapat berkurang /
Nyaman ( Nyeri) keperawatan selama 1x24 jam 4.      Beri reinforcement (+) atas tindakan yang benar
klien tidak merasakan adanya
2 berhubungan diharapkan nyeri yang dialami 5.      Ajarkan terapi relaksasi progresif
nyeri
dengan penyakit lansia dapat berkurang atau 6.      Beri reinforcement (+) atas tindakan yang benar
   Klien merasa tenang
yang diderita hilang 7.      Ajarkan latihan fisik peregangan otot
8.      Beri reinforcement (+) atas tindakan yang benar
9.      Atur lingkungan yang nyaman, bersih, dan aman

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA


Wisma : Teratai
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
3 Kurang Setelah diberikan asuhan          Klien dapat menyebutkan 1.      Kaji pengetahuan klien tentang hipertensi.
pengetahuan keperawatan selama 1x 4 jam pengertian, penyebab, tanda 2.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
tentang penyakit klien mampu mengenal dan gejala dari hipertensi 3.      Diskusikan bersama klien tentang hipertensi
berhubungan masalah hipertensi,          Klien dapat menyebutkan 4.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
dengan SDM mengambil keputusan yang akibat lanjut dari hipertensi 5.      Kaji pengetahuan klien tentang penyebab hipertensi
rendah dan tepat untuk merawat, serta dan memutuskan merawat 6.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
kerusakan mampu merawat dirinya dirinya dengan hipertensi 7.      Diskusikan bersama klien tentang penyebab hipertensi
kognitif dan sendiri dengan penyakit          Klien dapat menyebutkan 8.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
intelektual hipertensi cara merawat penyakit 9.      Kaji pengetahuan klien tentang tanda dan gejala hipertensi.
hipertensi 10.  Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
11.  Diskusikan bersama klien tentang tanda dan gejala hipertensi
12.  Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar

1.      Kaji pengetahuan tentang akibat lanjut dari hipertensi


2.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.      Motivasi klien untuk mengulangi
4.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
5.      Motivasi klien untuk merawat dirinya dengan penyakit
hipertensi.
6.      Beri reinforcement (+) atas keputusan yang dibuat yang benar

1.      Kaji pengetahuan klien tentang perawatan diri.


2.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.      Diskusikan bersama dengan klien tentang perawatan dirinya
4.      Beri kesempatan klien untuk bertanya
5.      Jawab pertanyaan klien
6.      Motivasi klien untuk mengulangi kembali
7.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar

IMPLEMENTASI
Wisma : Teratai
Hari / tanggal / jam Tindakan Keperawatan Tanda
No. Dx Tangan
Senin , 6 oktober 2014
1. Membina hubungan saling percaya
Pukul 11.00
Dx. 1
2.      Mengkaji tingkat kemampuan klien dalam mobilisasi
3.      Memberikan KIE tentang cara mobilisasi yang aman
4.      Mengatur lingkungan yang aman

5. Mendampingi klien dalam beraktivitas di luar wisma


Senin, 6 Oktober 2014
Pukul 11.30
Dx.2

1. Membina hubungan saling percaya


2. Mengkaji skala nyeri yang dirasakan klien

            0 : tidak nyeri - 7-9 : nyeri berat

            1-3 : nyeri ringan - 10 : nyeri hebat

            4-6 : nyeri sedang

3. Mengajarkan klien terapi relaksasi autogenik


4. Mengajarkan terapi relaksasi progresif
Senin , 6 Oktober 2014 5. Mengajarkan latihan fisik peregangan otot
Pukul 10.00
6. Mengatur lingkungan yang bersih , nyaman dan aman dengan cara :
No.Dx 3

         Mengikuti acara kerja bakti

         Mengikuti kegiatan penghijauan di PSLU

1. Mengkaji pengetahuan klien tentang tekanan darah tinggi/hipertensi


2. Memberitahu klien apa itu hipertensi/tekanan darah tinggi

3. Memberitahu klien apa penyebab dari hipertensi/tekanan darah tinggi

4. Memberitahu klien tentang tanda dan gejala hipertensi/tekanan darah tinggi

5. Memberitahu klien tentang penatalaksanaan hipertensi/tekanan darah tinggi

6. Memberitahu klien tentang efek / akibat dari penyakit hipertensi dalam jangka
waktu yang panjang

7. Memotivasi klien dalam proses penyembuhan , dengan cara : memberikan


dukungan pada klien berupa perhatian
CATATAN PERKEMBANGAN
No
Tanggal Perkembangan ( SOAPIE) TTD
Dx.
1 07 Oktober 2014 S : Klien mengeluh pusing dan pandangannya kabur
Pukul 10.00 WIB O:

 7 Klien berjalan sempoyongan / tidak stabil


 6 Klien mencari pegangan saat berjalan/ naik turun tangga

A : Masalah belum teratasi


P:
1.      Berikan KIE tentang cara mobilisasi yang aman
2.      Atur lingkungan yang aman
3.      Dampingi klien dalam beraktivitas diluar wisma
I:
1.      Menjelaskan pada klien tentang cara naik turun tangga yang aman
2.      Mengatur lingkungan sekitar wisma agar tidak licin dan menata ruangan yang dapat mengganggu
mobilisasi klien dan mengakibatkan klien cedera
3.      Mendampingi klien dalam menjalankan aktivitas diluar wisma
E:
         Klien mengerti tentang pentingnya lingkungan yang aman
         Klien mencari pegangan saat mobilisasi naik/turun tangga
2 07 oktober 2014 S : Klien mengatakan nyeri di kepala dan susah tidur.
Pukul 10.30 WIB O:
         Wajah grimace
         Skala nyeri
      0 : 1 orang

      1 – 3 : 5 orang

      4 – 6 : 2 orang

         Hasil Tensi lansia di Wisma Teratai


      > 130/90 mmhg : 1 orang

      131 – 140/90 mmHg : 4 orang

      141-160/90 mmHg : 2 orang

      >160/100 mmHg : 1 orang

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
I:
1.      Mengkaji Nyeri yang dirasakan klien
2.      Mengajarkan terapi relaksasi autogenik
3.      Mengajarkan terapi relaksasi progresif
4.      Mengajarkan latihan fisik peregangan otot
5.      Memberi reinforcement (+) atas setiap tindakan yang benar
6.      Mengatur lingkungan yang nyaman, bersih, dan aman
E:
 klien mengatakan masih merasakan nyeri di kepala dan sulit untuk tidur
3 07 oktober 2014  Tekanan darah klien berkisar antara 130-150 mmHg
Pukul 11.00

S : Klien mengatakan kurang memahami tentang penyebab, tanda dan gejala, dan akibat lanjut dari
hipertensi, dan cara menangani penyakit hipertensi.
O:
         Klien tampak binggung saat ditanya
         Pandangan mata klien kurang fokus
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
1.      Mengkaji pengetahuan klien tentang penyebab hipertensi
2.      Mendiskusikan bersama klien tentang penyebab hipertensi
3.      Mengkaji pengetahuan klien tentang tanda dan gejala hipertensi.
4.      Mendiskusikan bersama klien tentang tanda dan gejala hipertensi
5.      Mengkaji pengetahuan tentang akibat lanjut dari hipertensi
6.      Memotivasi klien untuk merawat dirinya dengan penyakit hipertensi.
7.      Mengkaji pengetahuan klien tentang perawatan diri.
8.      Mendiskusikan bersama dengan klien tentang perawatan dirinya
9.      Memberi kesempatan klien untuk bertanya
10.  Menjawab pertanyaan klien
11.  Memberi reinforcement (+) atas jawaban yang benar

E:

 klien tampak bingung


 Klien masih bertanya-tanya tentang penyakitnya

 Tekanan darah klien rata-rata 130-150 mmhg


CATATAN PERKEMBANGAN
No
Tanggal Perkembangan ( SOAPIE) TTD
Dx.
1 08 Oktober 2014 S : Klien mengeluh pusing dan pandangannya kabur sudah berkurang
Pukul 10.00 WIB O:

 3 Klien berjalan sempoyongan / tidak stabil


 7 Klien mencari pegangan saat berjalan/ naik turun tangga

A : Masalah teratasi sebagian


P:
1.      Atur lingkungan yang aman\
2.      Dampingi klien dalam beraktivitas diluar wisma
I:
1.      Mengatur lingkungan sekitar wisma agar tidak licin dan menata ruangan yang dapat mengganggu
mobilisasi klien dan mengakibatkan klien cedera
2.      Mendampingi klien dalam menjalankan aktivitas diluar wisma
E:
         Klien mengerti tentang pentingnya lingkungan yang aman
         Klien mencari pegangan saat mobilisasi naik/turun tangga
2 08 oktober 2014 S : Klien mengatakan nyeri di kepala dan susah tidur sudah berkurang
Pukul 10.30 WIB O : Skala nyeri
      0 : 2 orang

      1 – 3 : 6 orang

         Hasil Tensi lansia di Wisma Teratai


      > 130/90 mmhg : 2 orang

      131 – 140/90 mmHg : 5 orang

      141-160/90 mmHg : 1 orang

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
I:
1.      Mengkaji Nyeri yang dirasakan klien
2.      Mengajarkan terapi relaksasi autogenik
3.      Mengajarkan terapi relaksasi progresif
4.      Mengajarkan latihan fisik peregangan otot
5.      Memberi reinforcement (+) atas setiap tindakan yang benar
6.      Mengatur lingkungan yang nyaman, bersih, dan aman
E:
3 08 oktober 2014
 klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah banyak berkurang dan tidur mulai nyenyak
Pukul 11.00
 Tekanan darah klien berkisar antara 120-140 mmHg

S : Klien mengatakan kurang memahami tentang penyebab dan cara menangani penyakit hipertensi.
O:
         Klien tampak bingung saat ditanya
         Pandangan mata klien kurang fokus
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
1.      Mengkaji pengetahuan klien tentang penyebab hipertensi
2.      Mendiskusikan bersama klien tentang penyebab hipertensi
3.      Memotivasi klien untuk merawat dirinya dengan penyakit hipertensi.
4.      Mengkaji pengetahuan klien tentang perawatan diri.
5.      Mendiskusikan bersama dengan klien tentang perawatan dirinya
6.      Memberi kesempatan klien untuk bertanya
7.      Menjawab pertanyaan klien
8.      Memberi reinforcement (+) atas jawaban yang benar

E:
 klien dapat menjelaskan tentang penyebab hipertensi dan cara penanganan hipertensi

 Tekanan darah klien rata-rata 120-140 mmhg

Anda mungkin juga menyukai