Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR LANJUT USIA

Disusun oleh :

M. Fahriza Rizqi Akbar ( 7121009)

Khamidatul Istikanah ( 7121010 )

Kurotul Akyun ( 7121012 )

PROGRAM STUDI ILMU DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG 2023-2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang KONSEP DASAR GERONTIK. mudah-mudahan makalah ini bisa
membantu bagi mahasiswa untuk bekal nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Jombang 25 aggustus 2023

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan
angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran.
Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa
Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti
jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah
Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census
USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025
mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia
harapan hidup penduduk Indonesia.
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup
penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67
tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia
rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu
adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat.
GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan
mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan..
Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional,
sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda

3
dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu
menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding
populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang
tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan
yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan
profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan
keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini
ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang
mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan
atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan.

Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang


bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia
diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun)
tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas.

Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu


mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam
penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik
maupun sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar lanjut usia ?
2. Apa saja teori-teori penuaan ?
3. Bagaimana perubahan bio, psikososial, dan kultural pada lansia ?
4. Apa saja program-program nasional untuk lansia ?

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas III
b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Konsep
Keperawatan Komunitas Gerontik.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gerontik
b. Mengetahui dan memahami teori-teori penuaan
c. Mengetahui dan memahami perubahan biologis, psikologi, social,
cultural
d. Program-program nasional untuk lansia.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar
keperawatan gerontik
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori-teori penuaan
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perubahan biologis,
psikologi, social, cultural
d. Mahasiswa dapat mengetahui program-program nasional untuk
lansia.

BAB II KAJIAN TEORITIS

5
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,
2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)

2.1.2 Batasan Lanjut Usia


Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur. 1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74
tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90
tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90
tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai


berikut:
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI, 2003).
d. Lansia potensial

6
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.1.3 Tipe Lanjut Usia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000
dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

7
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia
mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia
mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan
gangguan mental.

2.1.4 Proses Penuaan


Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses
penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit
degeneratif.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan


R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi
penuaan adalah sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup

8
5. Lingkungan
6. Stress

2.2 Teori – Teori Penuaan


2.2.1 Menurut Betty Newman
Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang
dengan usia berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda, tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1. Teori-Teori Biologi
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic
untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul- molekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan
selsel tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang
disebut teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya
pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat
pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu
sendiri.

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.


e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang

9
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada
pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus
Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
h. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan selsel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen,
ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan
hilangnya fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2. Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

10
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu oleh Cummning dan
Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepasuikan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:

1) Kehilangan peran (Loss of Role)


2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and
Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social
Mores and Values).

11
2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional
yang dapat di observasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada
keseluruhan sistem.
( Mickey and Patricia, 2006) Walaupun hal itu terjadi pada tingkat
kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses
tersebut tidak tertandingi.
Teori–teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
terjadi oleh Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok
besar, yaitu teori biologis dan psikososial (Tabel 2-1). Penelitian yang terlibat
dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat
dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan
ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut
dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.

Tabel 2-1 Teori-Teori Penuaan

Teori Biologis Tingkat Perubahan


Genetika Gen yang diwariskan & dampak
lingkungan
Dipakai dan rusak Kerusakan oleh radikal bebas
(Wear and Tear)

Lingkungan Meningkatnya pajanan hal-hal


terhadap yang berbahaya

Imunitas Integritas sistem tubuh untuk melawan


kembali
Neuroendokrin Kelebihan atau kurangnya
produksi hormon

Teori Psikologis Tingkat Proses

12
Kepribadian Introvert lawan ekstrovert
Tugas Perkembangan Maturasi sepanjang rentang kehidupan
Disengagment Antisipasi menarik diri
Aktivitas Membantu mengembangkan usaha
Kontinuitas Pengembangan individualitas

1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik
penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
pajang usia, dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ
utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu
pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan
ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui,
sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan
suatu definisi penuaan, tetapi lima kerakteristik penuaan telah
dapat di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori biologis
juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami
penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor
apa yang mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler.

Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat


memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor resiko
spesifik dihubungkan dengan penuaan dan

bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau


menghindari risiko dan memaksimalkan kesehatan.
a. Teori Genetika

13
Teori sebab – akibat menjelaskan bahwa penuaan
terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak
lingkungan pada pembentukan kode genetik.
Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses
yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu
ke waktu untuk merubah sel atau struktur jaringan.
Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang
usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari
teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan
kesalahan, mutasi somatik, dan teori glokogen. Teori – teori ini
menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler
menjadi tidak teratur karena adanya informasi tidak sesuai
yang diberikan dari inti sel.
Molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink)
dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik.
Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat
seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ tubuh
gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori – teori ini
termasuk perkembangna radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.
Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambhnya umur
menyatakn bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekuler dan seluler.
Tabel 2-2 Karakteristik Biologis Penuaan

a. Peningkatan usia harapan hidup, tetapi mortalitas tidak dapat


dihindari.
b. Penuaan dapat ditemukan di dalam sel, molekul, jaringan,
dan massa tulang.

c. Perusakan bersifat progresif dan tidak tertandingi serta


memengaruhi semua sistem hidup.

d. Diperlukan waktu yang panjang untuk kembali dari periode


serangan, kelelahan, dan stress.

14
e. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker, dan
penyakit lain yang berhubungan dengan pertambahan usia.

b. Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak)


Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan
bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung
teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari
produk sampah metabolime yang menyebabkan kerusakan
ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul atau
atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini
merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi
selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan
oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa
radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan
berakumulasi di dalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada
pembentukan radikal bebas, sehingga ilmuan memiliki hipotesis
bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan

dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan


efeknya pada perpanjangan hidup mungkin berdasarkan pada
teori ini. Namun, orang lain percaya bahwa pembatasan kalori
mungkin menggunakan efeknya melalui sistem neuroendokrin.

c. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika
orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme
asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih

15
rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan
infeksi.
Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika
orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami
penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap
makanan dan faktor lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh
untuk diferensiasi sel T.
Karena hilangnya proses diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai
benda asing dan menyerangnya.
Selain itu, tubuh kehilangan kemampuannya unutk
meningkatkan respons terhadap sel asing, terutama bila
menghadapi infeksi.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan terhadap pelayanan
kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat
diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan
pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan
seawal mungkin, tetapi pada usia lanjut, kegagalan
melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan
memalui pemeriksaan

kesehatan dapat mendorong kearah kematian awal yang tidak


terduga.
Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk
mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyakit, seperti
pneumonia dan influenza diantara orang usia lanjut juga
mendukung dasar teoretis praktek keperawatan.

16
d. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal
seperti yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada
tingkat molekul dan sel, nampak sangaat mengagumkan dalam
beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang
kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara saraf dan
endokrin.
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan
bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan
dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak
pada reaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam
kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi.
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan
secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang
diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan,
ketulian, atau kurangnya pengetahuan.

Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun


dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk
merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh.
Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan
cara memperlambat instruksi dan menunggu respons mereka.

2. Teori Psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap
dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari
implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan
dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua,
adalah unik dan memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian
dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa.

17
Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya
untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal
tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang
tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang
sukses”.
Contoh dari teori-teori ini termasuk teori kepribadia. a. Teori
Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan
yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah
merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang
kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.

Ia berteori bahwa keseimbangan antara kedua hal


tersebut adalah penting bagi kesehatan. Dengan menurunnya
tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial,
yang sering terjadi di kalangan lansia, jung percaya bahwa
orang akan menjadi lebih introvert.

Di dalam konsep interioritas dari Jung, separuh


kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki
tujuannya sendiri,yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri
sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan dirinya
sendiri.

Jung melihat tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika


orang mengambil suatu inventaris dari hidup mereka, suatu
waktu untuk lebih melihat ke belakang daripada melihat ke
depan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi
kenyataan hidupnya secara retrospektif.

18
Lansia sering menemukan bahwa hidup telah
memberikan satu rangkaian pilihan yang sekali dipilih, akan
membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa
diubah. Walupun peneysalan terhadap beberapa aspek kehidupan
sering terjadi, tetapi banyak lansia menyatakan suatu perasaan
kepuasan dengan apa yang telah mereka penuhi.

b. Teori Tugas perkembangan


Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses
maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus
dikuasai pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia.
Hasil penelitian Erickson (Vital Involvment in Old Age, 1986)
mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas.
Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut
berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus
asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada
saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa
kembali tugas perkembangan lansia.

c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan),
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an,
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya.(Comming dan Henry,
1961)

19
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk
fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang
dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih
muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan
pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak
terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam
rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi
muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagai
karena penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia
yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan/hubungan. Sebagai contoh, di bawah kerangka kerja
teori ini, pensiun wajib menjadi suatu kebijakan sosial yang
harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan
alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang
lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 tahun
lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif, prospek
dari suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab
yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan.
Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota
masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80-90
tahun.

d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori
aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif
secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat

20
untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian
telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan
fisik dan mental orang tersebut.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus
seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh
orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi
dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi
lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran
pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan manusia.

e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori
perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau
memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya
kebutuhan di usia tua. (Verdery, 1997)
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan.
Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah
walupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut
bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan

21
orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah
aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasaan
dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka
sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya
karena usia mereka yang telah lanjut.
Selain itu, individu yang telah melakukan
manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka
selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan
suatu pendekatan yang berbeda di dalam masa akhir
kehidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia
oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan,
permasalahan mungkin akan timbul.
Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama
pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat
menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika
situasi mengharuskan adanya suatu perubahan di dalam
pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan
keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat
tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan.
Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia
sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan ini.

2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya
umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut:

22
2.3.1 Perubahan Biologis
1. Sel
Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel
lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi
protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
Otak menjadi atrofi (beratnya berkurang 510%), lekukan
otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2. Perubahan Sistem Persyarafan
Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan
bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat
berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan
sintesis dan neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih
lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama
untukmerespons dan bereaksi.
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca
indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif
terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang
sensitif terhadap sentuhan.

Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko


mengalami kecelakaan dan cedera. Kehilangan kesadaran atau
pingsan dapat terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu cepat dari
posisi berbaring atau duduk. Perawat harus menasehati orang
tersebut untuk menunggu waktu merespons terhadap rangsang dan
bergerak lebih pelaVn. Kebingungan yang terjadi tiba-tiba mungkin
merupakan gejala awal infeksi atau perubahan kondisi fisik
(pneumonia, infeksi saluran kencing, interaksi obat, dehidrasi dan
lainnya).

23
3. Perubahan Penglihatan
Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata,
maka sel tengah yang tus akan menumpuk dan menjadi kuning,
kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih elastic
untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan
dekat.
Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan terang dan
memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang
sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan
bagian penuaan normal, namun terjadi peninekatan penyakit mata
pada lansia.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa
lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.

4. Perubahan Pendengaran
Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi
tinggi terjadi pada usia pertengahan. Ini disebabkan karena
perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia sering tidak
mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi

tinggi (huruf f, s, th, ch, sh, b, t, p) semuanya terdengar sama.


Ketidakmampuan berkomunikasi, membuat mereka terasa
terisolasi dari menarik diri dari pergaulan social. Bila dicurigai ada
gangguan pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga dan
pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespons
tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak memahamin

24
percakapan, dan menghindari interaksi social. Perilaku ini
sering disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau “senile”.

5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada
semua kelompok umur termasuk lansia. Angka kematian akibat
penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan meningkatnya usia.
Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada
jantung dan system vascular mengakibatkan kemampuannya untuk
berfungsi secara efisien menurun.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole
normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
Hipertensi sistolik pernah dipercaya sebagai bagian dari
proses penuaan normal. Hipertensi, merupakan masalah yang banyak
ditemui pada populasi lansia. Hipertensi merupakan faktor resiko

yang menonjol bagi semua kelompok usia terhadap penyakit


kardiovaskuler dan stroke.
Pada individu lansia, diagnosis hipertensi diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi
160 mmhg, dengan tekanan distolik normal atau mendekati
normal (di bawah 90 mmhg).
b. Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau
sama dengan 90 mmhg berapapun tekanan sistoliknya.

25
c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh
penyebab yang mendasarinya.

6. Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh


Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang
secara fisiologis keadaan ini akibat metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada
kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah.

7. Perubahan Sistem Respirasi


Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia
yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi yang berikut
: peningkatan diameter anterioposterior dada, kolaps osteoporotic
vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura
konveks tulang belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan
mobilitas alveoli.

Peningkatan rigiditas atau hilangnya recoil elastisitas


paru mengakibatkan peningkatan volume residual paru dan
penurunan kapasitas vital.

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,


menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk
menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi
75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

26
8. Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat
sepanjang hidup. Namun demikian beberapa orang lansia mengalami
ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat.
Peristaltic di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain
itu, sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi dan keluhan utama
biasanya berpusat bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan
gangguan pencernaan.
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap
menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada
lansia dapat dipandu untuk meningkatkan fungsi
gastrointestinalnya untuk mengikuti praktik peningkatan kesehatan
seperti; menggosok gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur,
menghindari aktivitas berat setelah makan, makan makanan tinggi
serat, diet rendah lemak, minum banyak air, menjaga kebiasaan
defekasi secara teratur, dan menghindari laksatif dan antasida.

9. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita

sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas


jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan dengan
mengonsumsi cairan yang mencukupi sangat penting untuk mencegah
infeksi kandung kemih dan memelihara keseimbangan caira.
Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat dikurangi
bila individu lansia mengikuti petunjuk berikut: a. Selalu dekat dengan
fasilitas kamar mandi

27
b. Berkemih secara teratur
c. Melatih otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi
gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai control
muskulus yang baik diperlukan latihan beberapa minggu, maka individu
lansia harus didorong untuk melakukan latihan secara teratur.

10. Sistem Endokrin


Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH,
LH), penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.

11. Sistem Kulit


Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada
bentuk sel epidermis.

12. Sistem Muskuloskeletal


Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi
sebelum usia 40 tahun. Kehilangan densitas tulang yang massif akan
mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada
wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas,
masukan kalsium yang tidak adekuat, dan kehilangan estrogen.
Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan mobilitas,
keseimbangan dan fungsi organ internal berkurangnya ukuran otot
dan kehilangan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai
akibat penurunan aktivitas pada lnsia yang ditandai dengan nyeri
punggung.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon

28
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan
osteoporosis. Osteoporosis merupakan masalah yang sering terjadi pada
wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis dipercepat
dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah kalsium tinggi
fosfat.
Perawat dapat menganjurkan: a.
Masukan tinggi kalsium
b. Diet rendah fosfor
c. Olahraga
Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan
melaksanakan Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup
atau dimulai pada lansia. Aksioma ”gunakan atau kamu kehilangan”
sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.
Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku
masyarakat secara keseluruhan dan perilaku negative lansia itu sendiri.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dengan
mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam
program olahraga dengan teratur.

13. Perubahan Sistem Reproduksi


Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara lain
vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut, uterus
mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput lendir vagina
menurun.
Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria
antara lain ada penurunan secara berangsur-angsur meskipun testis
masih dapat memproduksi spermatzoa, dan sebanyak ±75% pria usia di
atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat.

Tabel 2-3 Perubahan Pada Usia Lanjut

29
Perubahan Temuan Subyektif dan Peningkatan
Obyektif Kesehatan/Rekomendasi
Keperawatan
Sistem Keluhan keletihan Olahraga secara teratur, aktivitas
Kardiovaskular dengan peningkatan yang berirama, hindari merokok,
Penurunan curah aktivitas waktu makan-makanan rendah lemak,
jantung: pemulihan frekuensi diet rendah garam ; berpartisipasi
penurunan jantung meningkat. dalam aktivitas penurunan stress,
kemampuan Telakanan darah ukur tekanan darah secara teratur,
merespons stress: normal < 140/90 kepatuhan pengobatan, control
frekuensi jantung mmHg. berat badan.
dan volume
sekuncup tidak
meningkat dengan
kebutuhan maksimal:
kecepatan
pemulihan jantung
lebih
lambat;
peningkatan
tekanan darah.
Sistem Pernapasan Keletihan dan sesak Olahraga secara teratur, hindaari
Peningkatan volume nafass setelah meroko, minum banyak cairan

residual paru; beraktivitas; untuk mengencerkan untuk


penurunan kapasitas gangguan mencairkan secret, imunisasi
vital; penurunan penyembuhan influenza setiap tahun; hindari
pertukaran gas dan jaringan akibat pajanan terhadap infeksi traktus
kapasitas difusi, penurunan respiraatorius bagian atas.
penurunan efisiensi oksigensi;
batuk kesulitan membatukan
secret.
Sistem Integumen Kulit Nampak tipis dan Hindari pajanan matahari (pakaian,
Penurunan keriput; keluhan tabir surya, tetap dalam ruangan);
perlindungan terhadap cedera, memar dan berpakaian yang sesuai
trauma dan terbakar matahari; dengan iklim; menjaga suhu
pajanan matahari; keluhan tidak tahan dalam ruangan yang aman;
penurunan panas; struktur tulang berendam
perlindungan menonjol; kulit kering 1-2 kali seminggu; lumasi kulit
terhadap suhu yang
ekstrim;
berkurangnya sekresi

30
minyak alami
dan berkeringat.

Sistem Reproduksi Wanita : nyeri saat Mungkin memerlukan peresapan


Wanita : berhubungan kelamin, pemberian krim
penyempitan dan perdarahan vagina esterogen/antibiotik, gunakan
penurunan elastisitas setelah berhubungan pelumas saat berhubungan
vagina; seksual, gatal dan kelamin; carilah bimbingan
penurunan iritasi vagina; kesehatan/seksual bila perlu.
sekresi vagina orgasme melambat.
Pria : Pria : ereksi dan
penurunan pencapaian orgasme
ukuran penis dan
testis
Pria dan wanita: melambat.
respons seksual yang
melambat
Sistem Penurunan tinggi Berolahraga secara teratur,
Muskuloskeletal badan, rentan makan-makanan tinggi kalsium,
Kehilangan kepadatan terhadap fraktur, batasi masukan fosfor. Mungkin
tulang; kifosis, keluhan nyeri perlu mendapat resep tambahan
kehilangan ukuran dan punggung. hormon dan kalsium.
kekuatan otot; Kehilangan kekuatan,
degenerasi tulang fleksibiltas dan
rawan sendi ketahanan. Keluhan
nyeri sendi

Sistem Retensi urin Kunjungi dokter untuk pemeriksaan


Genitourinarius Kesulitan berkemih berkala, jangan jauh dari toilet, pakai
Pria dan wanita; Urgensi, frekuensi dan pakaian yang mudah di buka,
kapasitas kandung ketahanan. minum banyak air, pertahankan
kemih menurun, Keluhan nyeri sendi. keasaman urin, pelihara hygiene
keterlambatan perineal.
rasa ingin
berkemih.

Sistem Keluhan mulut kering Gunakan es batu, obat kumur,


Gastrointestinal Keluhan sesak, nyeri sikat gigi, dan pijatan gusi setiap

31
Penurunan salivasi, ulu hati, dan gangguan hari. Makan sedikit tapi sering,
kesulitan menelan pencernaan. mintalah perawatan gigi berkala.
makanan, perlambatan
pengosongan
esophagus dan
lambung, penurunan
motilitas GI.

2.3.2 Perubahan Mental


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1. Perubahan fisik.
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Hereditas.
5. Lingkungan.
6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8. Kenangan lama tidak berubah.
9. dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan
pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.

2.3.3 Perubahan Psikososial


1. Perubahan lain Tidak berubah adalah adanya perubahan psikososial
yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif.
2. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
3. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi.

32
4. Sadar akan datangnya kematian.
5. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7. Penyakit kronis.
8. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
9. Gangguan syaraf panca indra.
10. Gizi
11. Kehilangan teman dan keluarga.
12. Berkurangnya kekuatan fisik

2.3.4 Perubahan kultural


1. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas
dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan
dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma
yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981)

2. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang
latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan

yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi


disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi
secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang
berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.
( Leininger, 1976)
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari
tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting
untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang
berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik
perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang
bertentangan dengan perawat.

33
3. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara
dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah
salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn
1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat
tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan
penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan
bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien
bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan
kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .

4. Jarak Pribadi dan Kontak


Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel.
Pengertian tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat
memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat
klien.
Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin
keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan
perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk
mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan
jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi.
5. Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai
gejala cra memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi
bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan
masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam
pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya,
maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, status

34
kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara
budaya yang berbeda – beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-
kegiatan sosial dan biologis individu yang disertai penghormatan
kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau
perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan
kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem
kesehatan. (Elling, 1977)

2.4 Program-program Nasional untuk Lansia


1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan Posyandu Lansia


Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

Sasaran posyandu lansia Sasaran


langsung:
a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b. Usia lanjut 60-69 thn

35
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut
berumur 60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan Sasaran tidak
langsung:
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c. Organisasi sosial yg peduli
d. Petugas kesehatan
e. Masyarakat luas

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia
tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di
suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu
balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut
:
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat
badan dan atau tinggi badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan,
indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti
pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di
meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling,
disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

36
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit
dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan
fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi
posyandu tanpa harus menimbulkan
kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu
lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau
mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa

37
jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,
lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat
dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi
pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau
dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi.

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia


lanjut di Posyandu Lansia seperti:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan
dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
metode 2 (dua ) menit.

38
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa
tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau
cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia,


dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan
(gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis,
buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran
tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium
sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

2. Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan
sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan
usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok

39
sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat
dilingkungan usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan
berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan
penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang
dapat terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan
pelayanan rehabilitative kepada usia lanjut yang
membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan
kuratif atau rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada
usia lanjut maupun keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk
pengobatan, perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang
membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-
kemudahannya.

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :


a. Pemeriksaan tekanan darah,
b. pengobatan secara umum,
c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to
face),
d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan
rujukan medic ke Rumah sakit.

3. Terapi pada lansia


a. Terapi Modalitas : Untuk mengisi waktu luang bagi lansia
b. Terapi Aktifitas Kelompok : Untuk meningkatkan
kebersaman dan bertukar pengalaman
c. Terapi Musik : Untuk meningkatkan gairah hidup
d. Terapi Berkebun : Untuk melatih kesabaran

40
e. Terapi dengan Binatang : Untuk meningkatkan kasih
sayang dan mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurun
g. Life Review Terapi : Meningkatkan gairah hidup dan
harga diri
h. Terapi Keagamaan : Meningkatkan rasa nyaman
menjelang kematian

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN


Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
 Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.

41
 Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
 Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
 Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
 Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

Pemeriksaan fisik
 Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
 Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a) Head to tea
b) Sistem tubuh

b. Psikologis
 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
 Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
 Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
 Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
 Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
 Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
 Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
 Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.

c. Sosial ekonomi
 Darimana sumber keuangan lanjut usia
 Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
 Dengan siapa dia tinggal.
 Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
 Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.

42
 Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
 Siapa saja yang bisa mengunjungi.
 Seberapa besar ketergantungannya.
 Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

d. Spiritual
 Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
 Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
 Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
 Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
 Mungkin serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
 Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
 Kecepata, irama, volume.
 Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)  Kecepatan, irama, dan kedalaman.
 Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
 Saat baring, duduk, berdiri.
 Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.

Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah

43
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak  Tidak semua orang
mnjadi snile
 Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
 Jangan di tes depan jendela
 Pergunakan tangan atau gambar
 Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
 Apakajh menggunakan alat bantu dengar
 Tinutis
 Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.

Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema

Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon

44
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi

Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
 Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
 Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit / Integumen


1. Kulit
 Temperatur, tingkat kelembaban
 Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
 Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
 Atrofi otot
 Mengecilkan tendo
 Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
 Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
 Keterbatasan gerak
 Kekuatan otot
 Kemampuan melangkah atau berjalan

45
3. Gerakan sendi
4. paralisis 5. kifosis
Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat
diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan
pendapat secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.

46
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tepat.

3. RENCANA KEPERAWATAN

Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.

Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia :
Penurunan alat penciuman dan pengecapan.
Pengunyahan kurang sempurna.
Gigi yang tidak lengkap.

47
Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
Melemah otot-otot lambung dan usus.
Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
1. Kalori pada lansia : laki-laki = 2.100 Kal sedangkan perempuan : 1.700 kalori.
Dapat dimodivikasi tergantung keadaan lansia. Misalnya gemuk / kurus atau
disertai penyakit demam.
2. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3. Lemak, tidak dianjukan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi
penyakit. 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
4. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total kalori yang
dibutuhkan.
5. Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
6. Air, 6-8 gelas perhari.
Rencana makanan untuk lansia :
1. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3. Berikan makanan yang mengandung serat.
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5. Batasi minum kopi dan teh.
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia :
Penyebab kecelakaan pada lansia :
1. Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3. Pencahayaan yang berkurang.
4. Lantai licin dan tidak rata.
5. Tangga tidak ada pengaman.
6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.

48
Tindakan mencegah kecelakaan :
1. Klien (lansia)

49

Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.


• Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
• Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
• Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik latih klien untuk menggunakan
alat bantu berjalan.
• Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang mrnggunakan obat
penenang / deuretik.
• Meggunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
• Usahakan ada yang menemani jika berpergian.

2. Lingkungan
• Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
• Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
• Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
• Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat yang
biasa digunakannya.
• Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
• Pasang pegangan dikamar mandi / WC
• Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100
watt.
• Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata
sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
• Penurunan daya ingat
• Kurangnya motivasi
• Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
• Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri

50

• Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung


minyak atau berikan skin lotion

Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting kuku


4. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain :
Menyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan
melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi)
Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat menurun,
depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan
interpersonal yang tidak adekuat
Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2. Member stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3. Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada lansia
4. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau tanggap
terhadap respond an verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
6. Menghargai pendapat lansia

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan

51

• Penerangan alam lebih baik


• Hindarkan cahaya yang menyilaukan
• Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan Tingkatkan
rangsangan panca indra melalui :
• Buku-buku yang dicetak besar
Perubahan lingkungan
• Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
• Kalender atau penanggalan
• Jam
• Saling mengunjungi
Berikan perawatan sirkulasi
• Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
• Ubah posisi
• Berikan kehangatan dengan selimut pakaian
• Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
• Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama
perpindahan
• Lakukan penggosokan pada waktu mandi
Berikan perawatan pernapasan
• Bersihkan nostril atau kotoran hidung
• Lindungi dari angin
• Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti
- Bernapas dalam (deep breathing)
- Latihan batuk
- Latihan menghembuskan napas
 Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai
dengan :

52

- Gelisah
- Keringat berlebihan
- Gangguan pengelihatan
- Kejang otot
- Tekanan darah renda (hipotensi)
- Kerja otot menurun
Berikan perawatan pada alat pencernaan
Ransangan nafsu makan
- Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
- Berikan makanan yang menarik
- Bisa minum anggur bila dibolehkan
- Sediakan makanan yang hangat-hangat
- Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
 Cegah terjadinya gangguan pencernaan
- Berikan sikap fowler waktu makan
- Pertahankan keasamn lmbung
- Berikan makanan yang tidak membentuk gas
- Cukup cairan
 Cegah konstipasi / sembelit
- Jamin kecukupan cairan dalam diet
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
- Fasilitas gerakan usus dalam mencerna
- Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal
- Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
Berikan perawatan genitorinaria
• Cukup cairan masuk 2000-3000 ml per hari
• Cegah ankontinensia
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam -
Pertahankan penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh

53

- Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari


- Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur
 Seksualitas
- Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
- Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap keinginan
seksual
- Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan
Berikan perawatan kulit
Mandi
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2x
seminggu untuk mencegah kekeringan kulit
- Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk menambah
kesehatan kulit
• Potong kuku kaki jika tidak ada kontra indikasi, missal : ada jamur dikuku atau
adanya gangguan medic atau bedah
Berikan perawatan muskuluskeletal
• Bergerak dengan keterbatasan
• Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati
• Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan menberikan latihan
• Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau pada waktu waktu
tertentu
• Berikan arah dan latihan gerak pada sendi 3x.
• Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien
contohnya membiarkan klien duduk tanpa dibantu
Berikan perawatan psikososial
• Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar
tercipta suasana normal
• Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas

54

• Fasilitas pembicaraan
• Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam
menetapkan atau memelihara kepercayaan.
• Berikan penghargaan dan rasa empathi
Pelihara Keselamatan
• Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
• Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
• Tempat tidur dalam posisi rendah
• Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi
• Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin

55
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi
5 yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74
tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90
tahun, usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
terjadi oleh Betty Newman di kelompokkan kedalam dua kelompok besar,
yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial. Sedangkan teori penuaan menurut
Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
teori biologis dan psikososial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan
perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses
penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam
kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental,
sosial dan lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh
utama, status social dan mental, dan kemampuan individu untuk berfungsi
secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.

3.2 Saran
1. Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep
keperawatan gerontik.
2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat
kesehatan komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali
kesehatan lansia.

56
3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah
wawasan mengenai konsep keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan usia lanjut dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC.

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.

Anderson, Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan


Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC.

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik . Yogyakarta: Nuha
Medika.

Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan:


Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik,
Keperawatan Komunitas. /Jakarta: EGC.

Smeltzer, Susan. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1 Brunner and


Suddarth. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai