Disusun oleh :
JOMBANG 2023-2024
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang KONSEP DASAR GERONTIK. mudah-mudahan makalah ini bisa
membantu bagi mahasiswa untuk bekal nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu
menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding
populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang
tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan
yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan
profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan
keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini
ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang
mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan
atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan.
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas III
b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Konsep
Keperawatan Komunitas Gerontik.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar
keperawatan gerontik
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori-teori penuaan
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perubahan biologis,
psikologi, social, cultural
d. Mahasiswa dapat mengetahui program-program nasional untuk
lansia.
5
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,
2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
6
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
7
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia
mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia
mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan
gangguan mental.
8
5. Lingkungan
6. Stress
9
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada
pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus
Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
h. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan selsel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen,
ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan
hilangnya fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
10
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu oleh Cummning dan
Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepasuikan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
11
2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional
yang dapat di observasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada
keseluruhan sistem.
( Mickey and Patricia, 2006) Walaupun hal itu terjadi pada tingkat
kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses
tersebut tidak tertandingi.
Teori–teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
terjadi oleh Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok
besar, yaitu teori biologis dan psikososial (Tabel 2-1). Penelitian yang terlibat
dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat
dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan
ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut
dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
12
Kepribadian Introvert lawan ekstrovert
Tugas Perkembangan Maturasi sepanjang rentang kehidupan
Disengagment Antisipasi menarik diri
Aktivitas Membantu mengembangkan usaha
Kontinuitas Pengembangan individualitas
1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik
penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
pajang usia, dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ
utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu
pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan
ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui,
sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan
suatu definisi penuaan, tetapi lima kerakteristik penuaan telah
dapat di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori biologis
juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami
penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor
apa yang mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler.
13
Teori sebab – akibat menjelaskan bahwa penuaan
terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak
lingkungan pada pembentukan kode genetik.
Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses
yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu
ke waktu untuk merubah sel atau struktur jaringan.
Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang
usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari
teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan
kesalahan, mutasi somatik, dan teori glokogen. Teori – teori ini
menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler
menjadi tidak teratur karena adanya informasi tidak sesuai
yang diberikan dari inti sel.
Molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink)
dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik.
Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat
seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ tubuh
gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori – teori ini
termasuk perkembangna radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.
Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambhnya umur
menyatakn bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekuler dan seluler.
Tabel 2-2 Karakteristik Biologis Penuaan
14
e. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker, dan
penyakit lain yang berhubungan dengan pertambahan usia.
c. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika
orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme
asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih
15
rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan
infeksi.
Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika
orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami
penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap
makanan dan faktor lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh
untuk diferensiasi sel T.
Karena hilangnya proses diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai
benda asing dan menyerangnya.
Selain itu, tubuh kehilangan kemampuannya unutk
meningkatkan respons terhadap sel asing, terutama bila
menghadapi infeksi.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan terhadap pelayanan
kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat
diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan
pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan
seawal mungkin, tetapi pada usia lanjut, kegagalan
melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan
memalui pemeriksaan
16
d. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal
seperti yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada
tingkat molekul dan sel, nampak sangaat mengagumkan dalam
beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang
kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara saraf dan
endokrin.
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan
bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan
dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak
pada reaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam
kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi.
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan
secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang
diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan,
ketulian, atau kurangnya pengetahuan.
2. Teori Psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap
dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari
implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan
dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua,
adalah unik dan memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian
dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa.
17
Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya
untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal
tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang
tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang
sukses”.
Contoh dari teori-teori ini termasuk teori kepribadia. a. Teori
Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan
yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah
merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang
kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.
18
Lansia sering menemukan bahwa hidup telah
memberikan satu rangkaian pilihan yang sekali dipilih, akan
membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa
diubah. Walupun peneysalan terhadap beberapa aspek kehidupan
sering terjadi, tetapi banyak lansia menyatakan suatu perasaan
kepuasan dengan apa yang telah mereka penuhi.
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan),
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an,
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya.(Comming dan Henry,
1961)
19
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk
fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang
dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih
muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan
pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak
terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam
rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi
muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagai
karena penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia
yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan/hubungan. Sebagai contoh, di bawah kerangka kerja
teori ini, pensiun wajib menjadi suatu kebijakan sosial yang
harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan
alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang
lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 tahun
lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif, prospek
dari suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab
yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan.
Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota
masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80-90
tahun.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori
aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif
secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat
20
untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian
telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan
fisik dan mental orang tersebut.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus
seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh
orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi
dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi
lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran
pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori
perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau
memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya
kebutuhan di usia tua. (Verdery, 1997)
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan.
Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah
walupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut
bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan
21
orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah
aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasaan
dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka
sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya
karena usia mereka yang telah lanjut.
Selain itu, individu yang telah melakukan
manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka
selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan
suatu pendekatan yang berbeda di dalam masa akhir
kehidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia
oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan,
permasalahan mungkin akan timbul.
Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama
pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat
menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika
situasi mengharuskan adanya suatu perubahan di dalam
pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan
keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat
tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan.
Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia
sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan ini.
22
2.3.1 Perubahan Biologis
1. Sel
Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel
lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi
protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
Otak menjadi atrofi (beratnya berkurang 510%), lekukan
otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2. Perubahan Sistem Persyarafan
Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan
bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat
berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan
sintesis dan neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih
lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama
untukmerespons dan bereaksi.
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca
indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif
terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang
sensitif terhadap sentuhan.
23
3. Perubahan Penglihatan
Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata,
maka sel tengah yang tus akan menumpuk dan menjadi kuning,
kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih elastic
untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan
dekat.
Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan terang dan
memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang
sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan
bagian penuaan normal, namun terjadi peninekatan penyakit mata
pada lansia.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa
lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4. Perubahan Pendengaran
Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi
tinggi terjadi pada usia pertengahan. Ini disebabkan karena
perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia sering tidak
mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi
24
percakapan, dan menghindari interaksi social. Perilaku ini
sering disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau “senile”.
25
c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh
penyebab yang mendasarinya.
26
8. Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat
sepanjang hidup. Namun demikian beberapa orang lansia mengalami
ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat.
Peristaltic di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain
itu, sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi dan keluhan utama
biasanya berpusat bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan
gangguan pencernaan.
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap
menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada
lansia dapat dipandu untuk meningkatkan fungsi
gastrointestinalnya untuk mengikuti praktik peningkatan kesehatan
seperti; menggosok gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur,
menghindari aktivitas berat setelah makan, makan makanan tinggi
serat, diet rendah lemak, minum banyak air, menjaga kebiasaan
defekasi secara teratur, dan menghindari laksatif dan antasida.
9. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita
27
b. Berkemih secara teratur
c. Melatih otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi
gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai control
muskulus yang baik diperlukan latihan beberapa minggu, maka individu
lansia harus didorong untuk melakukan latihan secara teratur.
28
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan
osteoporosis. Osteoporosis merupakan masalah yang sering terjadi pada
wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis dipercepat
dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah kalsium tinggi
fosfat.
Perawat dapat menganjurkan: a.
Masukan tinggi kalsium
b. Diet rendah fosfor
c. Olahraga
Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan
melaksanakan Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup
atau dimulai pada lansia. Aksioma ”gunakan atau kamu kehilangan”
sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.
Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku
masyarakat secara keseluruhan dan perilaku negative lansia itu sendiri.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dengan
mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam
program olahraga dengan teratur.
29
Perubahan Temuan Subyektif dan Peningkatan
Obyektif Kesehatan/Rekomendasi
Keperawatan
Sistem Keluhan keletihan Olahraga secara teratur, aktivitas
Kardiovaskular dengan peningkatan yang berirama, hindari merokok,
Penurunan curah aktivitas waktu makan-makanan rendah lemak,
jantung: pemulihan frekuensi diet rendah garam ; berpartisipasi
penurunan jantung meningkat. dalam aktivitas penurunan stress,
kemampuan Telakanan darah ukur tekanan darah secara teratur,
merespons stress: normal < 140/90 kepatuhan pengobatan, control
frekuensi jantung mmHg. berat badan.
dan volume
sekuncup tidak
meningkat dengan
kebutuhan maksimal:
kecepatan
pemulihan jantung
lebih
lambat;
peningkatan
tekanan darah.
Sistem Pernapasan Keletihan dan sesak Olahraga secara teratur, hindaari
Peningkatan volume nafass setelah meroko, minum banyak cairan
30
minyak alami
dan berkeringat.
31
Penurunan salivasi, ulu hati, dan gangguan hari. Makan sedikit tapi sering,
kesulitan menelan pencernaan. mintalah perawatan gigi berkala.
makanan, perlambatan
pengosongan
esophagus dan
lambung, penurunan
motilitas GI.
32
4. Sadar akan datangnya kematian.
5. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7. Penyakit kronis.
8. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
9. Gangguan syaraf panca indra.
10. Gizi
11. Kehilangan teman dan keluarga.
12. Berkurangnya kekuatan fisik
2. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang
latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan
33
3. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara
dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah
salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn
1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat
tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan
penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan
bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien
bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan
kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
34
kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara
budaya yang berbeda – beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-
kegiatan sosial dan biologis individu yang disertai penghormatan
kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau
perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan
kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem
kesehatan. (Elling, 1977)
35
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut
berumur 60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan Sasaran tidak
langsung:
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c. Organisasi sosial yg peduli
d. Petugas kesehatan
e. Masyarakat luas
36
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit
dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan
fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi
posyandu tanpa harus menimbulkan
kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu
lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau
mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
37
jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,
lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat
dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons.
38
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa
tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau
cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
2. Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan
sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan
usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok
39
sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat
dilingkungan usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan
berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan
penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang
dapat terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan
pelayanan rehabilitative kepada usia lanjut yang
membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan
kuratif atau rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada
usia lanjut maupun keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk
pengobatan, perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang
membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-
kemudahannya.
40
e. Terapi dengan Binatang : Untuk meningkatkan kasih
sayang dan mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurun
g. Life Review Terapi : Meningkatkan gairah hidup dan
harga diri
h. Terapi Keagamaan : Meningkatkan rasa nyaman
menjelang kematian
41
Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a) Head to tea
b) Sistem tubuh
b. Psikologis
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
c. Sosial ekonomi
Darimana sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Dengan siapa dia tinggal.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
42
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
d. Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkin serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume.
Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan) Kecepatan, irama, dan kedalaman.
Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri.
Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
43
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak Tidak semua orang
mnjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di tes depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
Apakajh menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
44
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
45
3. Gerakan sendi
4. paralisis 5. kifosis
Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat
diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan
pendapat secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
46
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tepat.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
47
Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
Melemah otot-otot lambung dan usus.
Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
1. Kalori pada lansia : laki-laki = 2.100 Kal sedangkan perempuan : 1.700 kalori.
Dapat dimodivikasi tergantung keadaan lansia. Misalnya gemuk / kurus atau
disertai penyakit demam.
2. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3. Lemak, tidak dianjukan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi
penyakit. 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
4. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total kalori yang
dibutuhkan.
5. Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
6. Air, 6-8 gelas perhari.
Rencana makanan untuk lansia :
1. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3. Berikan makanan yang mengandung serat.
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5. Batasi minum kopi dan teh.
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia :
Penyebab kecelakaan pada lansia :
1. Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3. Pencahayaan yang berkurang.
4. Lantai licin dan tidak rata.
5. Tangga tidak ada pengaman.
6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.
48
Tindakan mencegah kecelakaan :
1. Klien (lansia)
49
2. Lingkungan
• Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
• Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
• Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
• Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat yang
biasa digunakannya.
• Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
• Pasang pegangan dikamar mandi / WC
• Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100
watt.
• Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata
sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
• Penurunan daya ingat
• Kurangnya motivasi
• Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
• Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
50
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
51
52
- Gelisah
- Keringat berlebihan
- Gangguan pengelihatan
- Kejang otot
- Tekanan darah renda (hipotensi)
- Kerja otot menurun
Berikan perawatan pada alat pencernaan
Ransangan nafsu makan
- Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
- Berikan makanan yang menarik
- Bisa minum anggur bila dibolehkan
- Sediakan makanan yang hangat-hangat
- Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
Cegah terjadinya gangguan pencernaan
- Berikan sikap fowler waktu makan
- Pertahankan keasamn lmbung
- Berikan makanan yang tidak membentuk gas
- Cukup cairan
Cegah konstipasi / sembelit
- Jamin kecukupan cairan dalam diet
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
- Fasilitas gerakan usus dalam mencerna
- Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal
- Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
Berikan perawatan genitorinaria
• Cukup cairan masuk 2000-3000 ml per hari
• Cegah ankontinensia
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam -
Pertahankan penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh
53
54
• Fasilitas pembicaraan
• Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam
menetapkan atau memelihara kepercayaan.
• Berikan penghargaan dan rasa empathi
Pelihara Keselamatan
• Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
• Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
• Tempat tidur dalam posisi rendah
• Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi
• Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin
55
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi
5 yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74
tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90
tahun, usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
terjadi oleh Betty Newman di kelompokkan kedalam dua kelompok besar,
yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial. Sedangkan teori penuaan menurut
Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
teori biologis dan psikososial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan
perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses
penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam
kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental,
sosial dan lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh
utama, status social dan mental, dan kemampuan individu untuk berfungsi
secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.
3.2 Saran
1. Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep
keperawatan gerontik.
2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat
kesehatan komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali
kesehatan lansia.
56
3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah
wawasan mengenai konsep keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan usia lanjut dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik . Yogyakarta: Nuha
Medika.