Anda di halaman 1dari 71

KONSEP LANSIA (GERONTIK)

RUSMINAH, SPd, SKep,. Ns. MM


TERMINOLOGY
Geriatrics:
– Dari bahasa Greek geras  “lanjut usia”
– Cabang dari ilmu kedokteran, yg b.d penyakit dan
masalah yg ada pada lansia
Gerontology:
– Dari bahasa Greek geron “orang yg berusia lanjut”
– Studi ilmiah tentang proses penuaan dan masalah
ygterjadi pd lansia: aspek biopsikososioekonomi
– Ilmu yg mempelajari seluruh aspek menua (kozier,87)
– Ilmu yg mempelajari secara khusus mengenai
faktor2menyangkut lansia (Nugroho,2000
GERONTIK
GERONTIK gerontologi + geriatrik
Gerontologi adalah cabang ilmu yang
membahas/menangani tentang proses
penuaan/masalah yang timbul pada orang
yang berusia lanjut.
Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau
kecacatan yang terjadi pada orang yang
berusia lanjut.
Keperawatan Gerontik
suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik
keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan
pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit
pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
• Gerontologic nursing:
Keahlian di bidang keperawatan yg b.d pengkajian
kesehatan dan status fungsional lansia; diagnosa;
intervensi; implementasi renpra u/penuhi
kebutuhan pasien
• Gerontic nursing
Gerontology + Geriatric
Istilah yg dikembangkan o/ Gunter & Estes (1979)
– > khusus dan tdk terbatas pd perspektif penyakit
saja
LINGKUP PERAN &TANGGUNGJAWAB
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan
gerontik adalah tidak terpenuhinya KDM lanjut usia
sebagai akibat proses penuaan : meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat
proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi
kebutuhan akibat proses penuaan
SIFAT PELAYANAN GERONTIK
1. Independent (layanan tidak tergantung pada
profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)
PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN GERONTIK:

1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan


langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor
Tanggung jawab Perawat Gerontik

Membantu klien lansia :


1. Memperoleh kesehatan secara optimal
2. Memelihara kesehatannya
3. Menerima kondisinya
4. Menghadapi ajal dengan diperlakukan
secara manusiawi sampai meninggal.
Sifat Pelayanan Gerontik

1. Independent (layanan tidak tergantung


pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan
akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya
mengatasi
kebutuhan akibat proses penuaan
Trend Issue Keperawatan Gerontik

• Pengetahuan tentang gerontologi dan praktek


keperawatan gerontologi meningkat pesat 
meningkatkan usia harapan hidup lansia
• Praktek kebutuhan masy akan yankes yg optimal
• Identifikasi masalah, intervensi keperawatan 
pengembangan kep. Gerontik
• Walau baru tumbuh paling pesat (ANA, 1981)
• Bagian dr profesi kep.;sistem yankes;masy;dunia
(Palmer, 1986)
• Antara thn 1980 s/d 2030  meningkat 46%
kebutuhan perawat lansia (Alford, 1987)
• Isu dlm praktek keperawatan lansia:
– Intervensi pasien
• Lansia datang tdk dgn 1 masalah kesehatan
 >>>  hrs dikaji aspek lainnya sbg
konsekuensi  aspek psikis, ekonomi, sosial
• Menjadi kompleks dan penting
• Keahlian yg dibutuhkan pd perawat lansia:
– Tehnik pemberian askep yang aman dan
efektif
– Pengetahuan yg komprehensif t.u
pengkajian menentukan intervensi dan
strategi
• > 80% lansia > 65thn tdp 1/> masalah
kesehatan
• Tiga kasus utama yg menyebabkan kematian
lansia  jantung, CA, serebrovaskuler
Gerontologi
adalah bidang studi yang mempelajari aspek
sosial, psikologi dan biologi dari proses penuaan.
Hal ini berbeda dengan geriatri, yang merupakan
cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari
penyakit pada lanjut usia (lansia). Istilah geriatri
ini berasal dari bahasa Yunani geron yang berarti
“orang tua” dan iatros yang berarti
“penyembuh” alias dokter atau dukun
Meski ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909,
namun perkembangannya tidak sepesat ilmu
kedokeran yang lain.
ilmu biologi molekuler

saat ini sebagian universitas terkenal di negeri


ini “demam” dengan ilmu tersebut.
Konotasi “jompo” atau orang yang tidak
berdaya, amat lekat pada lansia.
Barangkali, bila semakin banyak kelompok lansia
yang cukup kaya untuk membiayai kesehatannya,
Ilmu geriatri ini akan lebih berkembang
Di Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau
dokter penyakit dalam yang memperoleh pelatihan
sesuai kualifikasi ilmu geriatri. Pada pokoknya,
dokter untuk lansia ini bekerja di level komunitas.
Sedangkan di Inggris, sebagian besar ahli geriatri
adalah ahli geriatri yang bekerja di rumah sakit,
meskipun memiliki perhatian pula terhadap geriatri
komunitas.
Pelayanannya meliputi pelayanan orthogeriatrics
(fokus pada osteoporosis dan penanganan
komplikasinya), psychogeriatrics (fokus pada
demensia dan depresi pada geriatri) dan
rehabilitasi.
Di Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama
Adalah Prof Supartondo, ahli penyakit dalam yang
merintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut
ahli penyakit dalam dari berbagai divisi seperti
reumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr
Asril Bahar), kardiologi (Prof) dan ginjal hipertensi
(Dr Suhardjono) untuk membangun divisi Geriatri.
Saat ini sudah ada 2 orang ahli geriatri di FKUI yang
secara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna
Heriawan dan Dr. Siti Setiati
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif
terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka
harapan hidup (AHH) yaitu : Indonesia
tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun

Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:


•Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10
juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk.
•Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X
menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi
penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993).
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
•62,3% lansia di Indonesia masih
berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
•59,4% dari lansia masih berperan sebagai
kepala keluarga
•53 % lansia masih menanggung beban
kehidupan keluarga
•hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari
anak/menantu
LANJUT USIA
• Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah
seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari
orang lain (Wahyudi, 2000).
• Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima
sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis.
Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian
(Hutapea, 2005). Usia lanjut adalah suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006)
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th)
sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa
PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa
SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori,
yaitu:
1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2. Usia Tua : 75 – 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
TIPE - TIPE LANSIA
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal
di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.
Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap
pekerjaan, mempunyai kegiatan.
4. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin,
menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya
tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan,
teman.
5, Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan
menunggu nasib baik.
6. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan
kepribadian, mengasingkan diri, minder,
pasif, dan kaget.
FENOMENA PERMASALAHAN LANSIA
Permasalahan Umum
1. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah
garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga
anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai, dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga
profesional pelayanan lanjut usia.
5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan
pembinaan kesejahteraan lansia.
Permasalahan Khusus
1.Berlangsungnya proses menua timbulnya
masalah baik fisik, mental, maupun sosial.
2.Berkurangnya integrasi sosial usila.
3.Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, cacat.
5.Berubahnya nilai sosial masyarakat yg mengarah
pada tatanan masyarakat individualistic.
6. Adanya dampak negatif dr proses
pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
PROSES PENUAAN : BIOLOGI

a. Teori “Genetic Clock”;


Menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat
adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini
akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika
jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980)
dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan
membelah sel dalam kultur dengan umur spesies
Mutasisomatik (teori error catastrophe)
hal penting lainnya yang perlu diperhatikan
dalam menganalisis faktor-aktor penyebab
terjadinya proses menua adalah faktor
lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik.
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur.
Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan
mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error
Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999).
Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan
sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan
tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme
yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
fungsi sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan
protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(Self recognition). Jika mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada
permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan
tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip
dari Azis (1994).
Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya
prevalensi auto antibodi pada lansia
(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan
Martono, 1999).
Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap antigen
menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
meningkat sesuai dengan menigkatnya umur
(Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari
komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2),
Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen
(H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena
sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut
Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono
(1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses
pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel
tubuh rusak.

f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan
menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan
jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut
yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang
meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan
dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat,
hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan
dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa
mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak
semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang
mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan
dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan
mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
•Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang
mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak
mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil
oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang
mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan
imunologi dan mudah terjadi infeksi.
•Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan,
fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses
menjadi tua.
Contoh :
diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir
expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua
dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian
tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara umum perubahan proses fisiologis
proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro
•Berkurangnya cairan dalam sel
•Berkurangnya besarnya sel
•Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro
•Mengecilnya mandibula
•Menipisnya discus intervertebralis
•Erosi permukaan sendi-sendi
•Osteoporosis
•Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar
berarti ditutupi oleh lemak tetapi
kemampuannya menurun)
•Emphysema Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause pada wanita
•Demintia senilis
•Kulit tidak elastis
•Rambut memutih
Proses menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (
Nugroho, 1992).

Meskipun tua, oleh karenanya lanjut usia harus sehat.


Sehat dalam hal ini diartikan :
1. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2. Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
3. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan
masyarakat
(Rahardjo, 1996)
masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan
ketergantungan pada orang lain
2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan
perubahan total dalam pola hidupnya
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan
ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi
waktu luang yang bertambah banyak
5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah
tumbuh dewasa.
Dlm menghadapi perubahan diperlukan penyesuaian
Ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock,
1979) di kutip oleh Munandar (1994) adl :
1. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
2. penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3. Selalu mengingat kembali masa lalu
4. Selalu kwuatir karena pengangguran
5. Kurang ada motivasi
6. Rasa kesendirian karena hubungan dengan
keluarga kurang baik
7. Tempat tinggal yang tidak diinginkan
Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan

1. Hereditas atau ketuaan genetik


2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
1. Saling berhubungan satu sama lain
2. Penyakit sering multiple
3. Penyakit bersifat degeneratif
4. Berkembang secara perlahan
5. Gejala sering tidak jelas
6. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
7. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
8. Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang
disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai
dengan dosis)
Masalah kesehatan yang sering muncul

Sakit tulang (69,39 %),


Sakit kepala (51,15 %),
Daya ingat menurun (38,51 %),
Selera makan menurun (30,08 %),
Mual/perut perih (26,66 %),
Sulit tidur (24,88 %) dan
sesak nafas (21,28 %).
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia

Fungsi tubuh yang dirasakan menurun :


– penglihatan (76,24%)
– daya ingat (69,39%)
– seksual (58,04%)
– kelenturan(53,23%)
– gigi dan mulut (51,12%).
• Masalah kesehatan yang sering muncul :
– sakit tulang atau sendi (69,39%)
– sakit kepala (51,15%)
– daya ingat menurun (38,51%)
– selera makan menurun (30,08%)
– mual/perut perih (26,66%)
– sulit tidur (24,88%)
– sesak nafas (21,28%).
Penyakit kronis :
- rematik (33,14%),
- darah tinggi (20,66%),
- Gastritis (11,34%),dan
- jantung (6,45%).
“...fenomena lain yang menjadi bidang garap
keperawatan
gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia
(KDM) lanjut usia sebagai akibat proses
penuaan...”
Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada
Lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai
kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito
urinaria, endokrin dan integumen
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga
volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan
cepat dan dangkal.
2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi
batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3. Penurunan aktivitas paru ( mengembang &
mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang
masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas
permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan
terganggunya prose difusi.
5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75
mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua kejaringan.
6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga
komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.
7. kemampuan batuk berkurang, sehingga
pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2. Lambat dalam merespon dan waktu untuk
berfikir.
3. Mengecilnya syaraf panca indera.
4. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf pencium &
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera pada lansia.
1. Penglihatan
a. Kornea lebih berbentuk skeris.
b. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar.
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d. Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam
cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas
pandang.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna
2. Pendengaran
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara,
antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis.
c. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat
mengeras karena meningkatnya kreatin.
3. Pengecap dan penghidu.
a Menurunnya kemampuan pengecap.
b Menurunnya kemampuan penghidu sehingga
mengakibatkan selera makan berkurang.

4 Peraba.
a Kemunduran dalam merasakan sakit.
b Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas
dan dingin.
b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1 Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 %
pertahun sesudah berumur 20 tahun. menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
keduduk bisa menyebabkan T/D menurun menjadi 65
mmHg  pusing
4 T/darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
c. Sistem genito urinaria.
1. Ginjal, Mengecil nephron atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo
menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, BD urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ;
BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat.
2. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi
lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml 
frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
3 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria
usia diatas 65 tahun.
4 Atropi vulva.
5 Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas
menurun juga permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali terhadap perubahan warna.
6 Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse
cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
d. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1. Produksi hampir semua hormon menurun.
2. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah
dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4. Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan
menurunnya daya pertukaran zat.
5. Menurunnya produksi aldosteron.
6. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron,
estrogen, testosteron.
7. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism,
depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam
mengatasi tekanan jiwa (stess).
e. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1. Kehilangan gigi  adanya periodontal disease, setelah
30 th, kesehatan gigi/ gizi yang buruk
2. Indera pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas
syaraf pengecap dilidah manis, asin, asam & pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Lambung, sensitivitas lapar/asam/mengosongkan
menurun
5. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah/terganggu
7. Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
f. Sistem muskuloskeletal.
1. Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2. resiko terjadi fraktur.
3. kyphosis.
4. persendian besar & menjadi kaku.
5. pada wanita lansia > resiko fraktur.
6. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan
terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi
pendek ( tinggi badan berkurang ).
a. Gerakan volunter / gerakan berlawanan.
b. Gerakan reflektonik/diluar kemauan sebagai
reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
c. Gerakan involunter/diluar kemauan, tidak sebagai
reaksi terhadap suatu perangsangan lobus
d. Gerakan sekutu/otot lurik yang ikut bangkit untuk
menjamin efektifitas dan ketangkasan otot
volunter.
g. Perubahan sistem kulit & jaringan ikat.
1. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya
cairan dan hilangnya jaringan adiposa
3. Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan
baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas
dengan temperatur yang tinggi.
4. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat
menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel
yang meproduksi pigmen.
5. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga
menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
6 Kuku jari tangan dan kaki tebal dan rapuh.
7 Pertumbuhan rambut berhenti, menipis
bo tak serta warna rambut kelabu.
8 Pada wanita > 60 tahun rambut wajah
meningkat kadang kadang menurun.
9 Temperatur tubuh menurun akibat
kecepatan metabolisme yang menurun.
10 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.
11. Perubahan sistem reproduksi&kegiatan sex
a. selaput lendir vagina menurun/kering.
b. menciutnya ovarium dan uterus.
c. atropi payudara.
d. testis mengalami penurunan produksi secara
berangsur-angsur.
e. dorongan sex menetap sampai usia diatas 70
tahun, asal kondisi kesehatan baik
f. Sampai 70 th kegiatan sex sebagai kebutuhan
dasar namun mengalami penurunan frekuensi
PENDEKATAN MASALAH LANSIA
• Pendekatan Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan
obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang
dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat
dicegah atau ditekan progresivitasnya.
• Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting
untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
pasien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan
dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan. Perawat harus selalu
memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service.
• Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan
bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Perawat
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada para lajut usia untuk mengadakan
komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya
jalan pagi, menonton film, atau hiburan-
hiburan lain.
• Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan
dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang di anutnya,
terutama bila pasien lanjut usia dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian.
• Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi
pasien lanjut usia yang menghadapi kematian,
DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa
maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa
takut semacam ini didasari oleh berbagai
macam faktor, seperti tidakpastian akan
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit
atau penderitaan yang sering menyertainya,
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan
keluarga atau lingkungan sekitarnya.
TEMPAT PELAYANAN LANSIA
• Keluarga - BINA KELUARGA LANSIA (BKB) 
DIKOORDINIR  SOSIAL DALAM KELUARGA -
DP4KB
• PANTI SOSIAL LANJUT USIA: Proses pelayanan
sosial terhadap lanjut usia menggambarkan
serangkaian kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh petugas secara sistematis dan terstruktur
guna memenuhi kebutuhan dan pemecahan
masalah dan kebutuhan lanjut usia.
1. HOMECARE
2. MASUK PANTI
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai