Anda di halaman 1dari 114

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhologi (IPTEK) terutama dibidang

kedokteran, termasuk penemuan obat seperti antibiotika yang mampu “melenyapkan”

berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak,

memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur

harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah

banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat.

Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta

jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia

akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut

usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di Negara

maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka

tantangannya. Namun saat ini Negara berkembang pun mulai menghadapi masalah

yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain

timbulnya masalah fisik, mental, social, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan

keperawatan, terutama kelainann degenerative.

Seringkali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap

sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin

berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya

1
masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang

masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit sakitan. Persepsi ini muncul

karena memandang lanjut usia hanya dari kasus lanjut usia yang sangat ketergantungan

dan sakit sakitan. Persepsi negative seperti itu tentu saja tidak semuanya benar. Banyak

pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalm keluarganya, tetapi juga

dalam masyarakat sekitarnya. Oleh karena iu, lanjut usia harus dipandang sebagai

individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional, dan spiritual, selain

kebutuhan yang bersifat biologis.

Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lanjutusia ini menciptakan

ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia kedokteran atau medis. Di satu sisi,

perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut secara positif oleh dunia

keperawatan sehingga masalah kesehatan lanjut usia dapat teratasi. Kesehatan

merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan lanjut usia.

Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang daya tahan fisik mereka. Dalam

kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lanjut usia keperawatan gerontik dan geriatric)

perlu ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah

yaitu:

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

1. Definisi Gerontology

Perkembangan ilmu ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan

dan tekhnologi karena sampai setengah abad yang lalu, ilmu memang belum

3
dikenal.Padahal ilmu mengenai kesehatan anak (pediatric) berkembang begitu

pesatnya. Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu

gerontology, geriatric serta keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatric

(gerontological nursing atau geriatric nursing).berbagai istilah berkembang terkait

dengan lanjut usia sehingga perlu dibedakan pengertian antara gerontology dan

geriatric,walaupun berobjek sama, yaitu lanjut usia.

Gerontology berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan logos

berarti ilmu. Gerontology merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua

dan masalah yang terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).

Gerontology adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses

penuaan, yaitu biologis, psikologis, social, ekonomi, kesehatan, lingkungan dan

lain-lain (Depkes RI, 2014)

Keperawatan gerontology adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan

pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan san status fungsional,

perencanaan, implementasi, serta evaluasi (Lueckerotte, 2000)

Gerontology berasal dari kata geros (latin) yang artinya lanjut usia dan logos

yang artinya ilmu :

1. Jadi, gerontology adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai

masalah/factor yang menyangkut lanjut usia.

2. Gerontology is comprehensive study of ageing aand the problem of the aged.

(gerontology adala ilmu yang mempelajari proses menua dan masalahnya).

4
3. Gerontology adalah pengetahuan yang mencakup segala bidang persoalan

mengenai orang berusia lanjut, yang didasarkan pada hasil penyelidikan ilmu:

antropologi, antrometri, sosiologi, pekerjaan social, kedokteran geriatric,

psikiatrik geriatric, psikologi, dan ekonomi (menurut pergeri).

4. Gerontology (menurut kozier, 1987) adalah ilmu yang mempelajari seluruh

aspek menua.

5. Gerontology adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah

yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).

6. Gerontic nursing/gerontological nursing adalah spesialis keperawatan lanjut

usia yang dapat menjalankan perannya pada setiap tatanan pelayanan dengan

menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keteramplan merawat dan

meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Oleh karena itu,

perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan dirawat

dirumah sakit merupakan bagian gerontik nursing.

Tujuan gerontology :

a) Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya

berkaitan dengan proses penuaan

b) Membantu mempertahankan identitas kepribadian lanjut usia

c) Mempertahankan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut

usia, baik jasmani, rohani maupun social secara optimal

5
d) Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan lanjut usia

e) Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari

f) Mengembalikan kemampuan aktivitas sehari-hari

g) Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari

h) Mempercepat pemulihan/penyembuhan penyakit

i) Meningkatkan mutu kehidupan untuk mrncapai masa tua yang bahasia dan

berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan

keberadaannya dalam masyarakat

2. Definisi Geriatric

Geriatric berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea

berarti kesehatan atau medis. Geriatric merupakan cabang ilmu kedokteran berfoku

pada masalah kedokteran berfokus pada masalah kedokteran yaitu penyakit yang

timbul pada lansia (Black & Jacob, 1997)

Geriatric merupakan salah satu cabang dari gerontology dan medis yang

mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi

promotof, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan,

jiwa dan social serta penyakit cacat.

Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :

1. Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari

penyakit atau gangguan/kesehatan

6
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung

3. Melakukan diagnose dini secara tepat dan mendukung

4. Melakukan pengobatan yang tepat

5. Memelihara kemnadirian secara maksimal

6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar

kematiannya berlangsung dengan tenang

Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan yang menyelurruh (bio,psiko, social dan spiritual)

2. Orientasi terhadap kebutuhan klien

3. Diagnose secara terpadu

4. Team Work (koordinasi)

5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya

Keperawatan geriatric adalah praktik keperawatan yang berkaitan dengan proses

menua (Lueckerotte, 2000)

3. Definisi gerontik

Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat

menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan (di rumah sakit, rumah dan

panti) dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan merawat

unutk meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif

7
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang

professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup

biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang berusia > 60 tahun,

baik yang kondisinya sehat maupun sakit.

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,

mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian

dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.

2.2 Batasan Gerontik, Geriatrik dan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar

antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai

berikut.

1. Menurut organisasi dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia>90 tahun

2. Menurut prof. DrR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), guru besar universitas

Gajah Mada fakultas kedokteran, periodesari biologis perkembangan manusia

dibagi menjadi :

a. Masa bayi (usia 0-1 tahun)

b. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)

8
c. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)

d. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)

e. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)

f. Masa lanjut usia, senium (usia>65 tahun)

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, Psikolog dari universitas Indonesia, kedewasaan

dibagi menjadi empat bagian :

a. Fase iuventus (usia 25-40 tahun)

b. Fase verilitas ( usia 40-50 tahun)

c. Fase prasenium (usia 55-65 tahun)

d. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)

4. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp. Kj, batasan usia dewasa sampai

lanjut usia dikelompokkan menjadi :

a. Usia dewasa ,uda (elderly adulthood) usia 18/20 -25 tahun

b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25- 60/65 tahun

c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas :

1) Young old (usia 70-75 tahun)

2) Old (usia 75-80 tahun)

3) Very old (usia >80 tahun)

5. Menurut Bee (1996) bahwa tahapan dewasa adalah sebagai berikut :

a. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

b. Masa dewasa awal (25-40 tahun)

c. Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun_

9
d. Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)

e. Masa dewasa sangat lanjut (usia >75 tahun)

6. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap :

a. Early old age (usia 60-70 tahun)

b. Advanced old age (usia >70 tahun)

7. Menurut Burnise (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu :

a. Young old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 thun)

d. Very old-old (usia >90 tahun)

8. Menurut sumber lain mengemukakan :

a. Elderly (usia 60-65 tahun)

b. Junior old age (usia >65-75 tahun)

c. Formal old age (usia >75-90 tahun)

d. Longevity old age (usia >90-120 tahun)

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

Indonesia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3). (4)

UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2.3 Mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya

1. Mitos konservatif

10
Ada pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :

a. Konservatif f. Kembali ke masa anak-anak

b. Tidak kreatif g. Susah menerima ide baru

c. Menolak inovasi h. Susah berubah

d. Berorientasi ke masa silam i. Keras kepala

e. Merindukan masa lalu j. Cerewet

Fakta :

Tidak semua lanjut usia bersikap, berpikiran dan berprilaku demikian.

2. Mitos berpenyakit dan kemunduran

Lanjut usia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai

dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua

(lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran)

Fakta :

Memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan

metabolism sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat ini telah banyak

penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.

3. Mitos senilitas

Lanjut usia dipapndang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan

sel otak.

Fakta :

a. Banyak lanjut usia yang masih tetap sehat dan segar bugar

11
b. Daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang

c. Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat

4. Mitos ketidakproduktifan

Lanjut usia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban

keluarganya.

Fakta :

Tidak demikian, banyak individu yang mencapai ketenaran, kematangan,

kemantapan, serta produktivitas mental dan material di masa lanjut usia.

5. Masa Aseksualitas

Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, minta, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya

seks dalam hubungan seks menurun

Fakta :

a. Kehiduoan seks pada lanjut usia berlangsung normal

b. Frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih

tetap tinggal

6. Mitos tidak jatuh cinta

Lanjut usia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah pada lawan jenis.

Fakta :

a. Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa

b. Perasaan cinta tidak berhenti hanya katrena menjadi lanjut usia

7. Mitos kedamaian dan ketenangan

12
Menurut mitos ini, banyak orang berpendapat bahwa lanjut usia dapat santai

menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya. Badai dan

berbagai goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil dilewatinya

Fakta :

Sering ditemukan stress karena kemiskinan dan bebagai keluhan serta penderitaan

karena penyakit, kecemasan, kekhwatiran, depresi, paranoid dan psikotik.

2.4 Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri

terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada

tahap sebelumnya.

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan

sehari-hari dnegan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-

orang disekitarnya maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia

lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga mengembangkan hobi

bercocok tanam, dan lain-lain.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

2. Mempersiapkan diri untuk pension

3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya

4. Mempersiapkan kehidupan baru

5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social/ masyarakat secara santai

6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

13
2.5 Peran Anggota Keluaga Terhadap Lansia

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakn

peranya terhadap lansia yaitu :

1. Melakukan pembicaraan terarah

2. Mempertahankan kehangatan keluarga

3. Membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia

4. Membantu dalam hal transportasi

5. Mambantu memenuhi sumber-sumber keuangan

6. Memberikan kasih saying

7. Menghormati dan menghargai

8. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap prilaku lansia

9. Memberikan kasing saying, menyediakan waktu, serta perhatian

10. Jangan menganggapnya sebagai beban

11. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama

12. Mintalah nasehatnya dalam pristiwa-pristiwa penting

13. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga

14. Membantu mencukupi kebutuhannya

15. Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk

pengembangan hobi

16. Membantu mengatur keuangan

17. Mengupayakan saran transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekressi

18. Memeriksakan kesehatan secara teratur

14
19. Memberik dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat

20. Mencegah terjadinya kecelakaan, biak di dalam maupun diluar rumah

21. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama

22. Memberi perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah lanjut maka anak-anak

kita kelak bersikap yang sama.

2.6 Tugas Perkembangan keluarga Dengan Lansia

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai

oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya.Keluarga diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan biologis, imperative (saling menguatkan), budaya dan aspirasi,

serta nilai-nilai keluarga.

Menurut Carter dan McGoldrick (1998), tugas perkembangan keluarga dengan lansia

adalah sebagai berikut :

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam

mendukung kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan

suatu pengalaman trauamtis, karena pindah tempat tinggal berarti akan mengubah

kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan ileh lansia di lingkungan tempat

tinggalnya. Selain itu dengan pindah tempat tinggal berarti lansia akan kehilangan

teman dan tetangga yang selama ini berinteraksi serta telah memberikan rasa aman

pada lansia.

15
Kondisi ini tidak dialami oleh semua lansia, karena pindah tempat tinggal yang telah

dilakukan dengan persiapan yang memadai dan perencanaan yang matang terhadap

lingkungan baru bagi lansia, tentu akan berdampak positif bagi kehidupan lansia.

2. Penyesuaian terhadap pendapat yang menurun

Ketika lansia memasuki masa pension, maka terjadi penurunan pendapat secara tajam

dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara

tabungan/pendapat berkurang.

Dengn sering munculnya masalah kesehatan, pengeluaran untuk biaya kesehatan

merupakan masalah fungsional yang utama.Adanya harapan hidup yang

meningkatkan lansia untuk dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang

ada.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga, perkawinan

mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dna aktivitas yang berlangsung dari

pasangan lansia.

Salah satu mitos tentang lansia adalah dorongan seks dan aktivitas sosialnya yang

tidak ada lagi.Mitos ini tidak benar, karena menurut hasil penelitian memperlihatkan

keadaan yang sebaliknya.Studi-studi semacam ini menentukan bahwa meskipun

terjadi penurunan kapasitas seksual secara perlahan-lahan pada lansia, namun

keinginan dalam kegiatan seksual terus ada, bahkan mengingkat (Lobsenz,

1975).Salah satu penyebab yang dapat menurunkan aktivitas seksual adalah masalah

psikologis.

4. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan

16
Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas perkembangan yang paling

trauamtis. Lansia biasanya telah menyadari bahwa kematian adalah bagian dari

kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa pasangan yang

ditinggalkan akan menemukan penyesuaian kematian dengan mudah.

Hilangnya pasangan menuntut reorganisasi fungsi keluarga secara total, karena

kehilangan pasangan akan mengurangi sumber-sumber emosional dan ekonomi serta

diperlukan penyesuaian untuk menghadapi perubahan tersebut.

5. Pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi

Ada kecenderungan bagi lansia untuk menjatuhkan diri dari hubungan social, tetapi

keluarga tetap menjadi focus interaksi lansia dan sumber utama dukungan social.Oleh

karena lansia menarik diri dari aktiviutas dunia sekitarnya, maka hubungan dengan

pasangan, anak-anak, cucu, serta saudaranya menjadi lebih penting.

6. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Hal ini dipandang penting, bahwa penelahaan kehidupan memudahkan penyesuaian

terhadap situasi-situasi sulit yang memberikan pandangan terhadap kejadian-kejadian

di masa lalu. Lansia sangat peduli terhadap kualitas hidup mereka dan berharap agar

dapat hidup terhormat dengan kemegahan dan penuh arti (Duvall, 1997)

2.7 Pengertian Aging Proses

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia.proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

ilmiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa,

17
tua. Tiga tahap ini berbeda, baik sevara biologis maupun psikologis.nmemasuki usia tua

berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fsik yang ditandai dengan kulit

yang mengendur, rambut putih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,

penglihatan semakin memburuk, geraka lambat, dan figure tubuh yang tidak

proporsional.

Who dan undang undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

pada bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakn proses yang berangsur angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan

kematian.

Dalam buku ajar geriatric, prof. Dr. R. Boedhi darmojo dan dr. H. Hadi martono

(1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan kemampuan jaringan untuk emperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran

struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan

lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.

Proses menua merupakan proses yang terus menerus/ berkelanjutan secara

alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya, dengan terjadinya

kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati”

sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak

18
akan sama.adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah

menunjukkan kekurangan yang mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong

lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun

demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia.

Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan

akanmenempuh semakin banyak distorsi meteoritic dan structural yang disebut sebagai

penyakit degenerative (missal., hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus, dan kanker)

yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis,

misalnya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.

Proses menua merupakan kombinasi bermacam macam factor yang saling

berkaitan.sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses

menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan

yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsic, progresif, dan detrimental.keadaan

tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan

untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan dikemukakan bermacam macam teori proses

menua yang penting.

2.8 Teori Proses Menua

Beberapa teori proses penuaan menurut (Potter, 2005) yaitu :

1. Teori biologis

a. Teori radikal bebas

1) Radikal bebas adalah produk metabolism seluler yang meupakan bagian

molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat

19
yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan

sifatnya, mollekul ini juga dapat bereaksi dalam lipid yang berbeda dalam

membrane sel, mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berkaitan dengan

organ sel (Christiansen dan Grazybowskin, 1993)

2) Proses metabolism oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas

terbesar (Hayfick, 1987), sevara spesifik oksigen lemak, protein dan

karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan

lingkungan merupakan sumber ekternal radikal bebas (Ebersole dan Hess,

1994). Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya

akumulasi kerusakan irreversible akibat pengoksidasi ini.

b. Teori cross link

1) Teori croos link atau jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan

elastis, komponen jaringan ikat membentuk senyawa yang lama meningkatkan

regiditas sel, cross linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang

menimbulkan senyawa antara molekul-molekul yang normlanya terpisah.saat

serat kolagen yang awalnya di deposit dalam jaringan otot polos, molekul ini

menjadi renggang berikatan dan jaringan menjadi fleksibel. Seiring

berjalannya waktu, bagaimanapun sisi aktif pada molekul kolagen yang

berdekatan mengakibatkan molekul lebih berikatan erat, sehingga jaringan

menjadi lebih kaku. Kulit yang menua merupakan contoh cross linkage

elastin. Contoh cross linkage jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan

kekuatan daya rentan dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan

berserat.

20
c. Teori imunologis

1) Beberapa teori menyatakan bahwa penurunan atau perubahan dalam

keefektifan system imun berperan dalam penuaan. Mekanisme seluler tidak

teratur diperkirakan menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui

autoagresi atau imunodefisiensi (penurunan imun). Tubuh kehilangan

kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan proteib asing,

system imun menyerang dan menghancurkan jaringannya sendiri pada

kecepatan yang meningkat secara bertahap. Dengan bertambahnya usia,

kemampuan system imun untuk menghancurkan bakteri, virus, dan jamur

melemah. Bahkan system ini mungkin tidak memulai serangannya sehingga

sel mutasi terbentuk beberapa kali. Semakin bertambahnya usia, fungsi system

imun kehilangan keefektifa, imunodefisiensi berhubungan dengan penurunan

fungsi.

2. Teori psikososial

a. Teori disengagement

Teori ini menyatakan bahwa orang yang menua menarik diri dari peran yang

biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih introspektif dan berfokus pada diri

sendiri. Teori ini meliputi empat konsep daar :

1) Individu yang menua dan masyarakat secara bersama menarik diri

2) Disengagement adalah intrinsikdan tidak dapat dielakan baik secara biologis

dan psikologis

3) Disengagementdianggap perlu untuk keberhasilan penuaan

21
4) Disengagementbermanfaat baik bagi lansia dan masyarakat.

b. Teori aktivitas

Teori kativitas tidak menyetujui teori Disengagement dan menegaskan bahwa

kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting unutk keberhasilan penuaan. Kerja

kalsik oleh Lemon et.al (1972) mengusulkan bahwa orang tua yang aktif secara

social cenderung menyesuaikan diri terhadap penuaan yang baik.Penelitian

setelah itu telah menunjukkan bahwa lansia dengan keterlibatan social yang lebih

besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi, penyesuaian serta

kesehatan mental yang lebih positif daripada lansia yang kurang terlibat secara

social.

Akan tetapi beberapa pendapat mengemukakan bahwa penuaan terlalu kompleks

untuk dikarakteristikkan dalam cara sederhana tersebut. Mereka beralasan bahwa

teori ini mngeasumsikan lansia memiliki kebutuhan yang sama seperti dewasa

tengah, selain itu teori ini tidak menunjukkan dampak perubahan biopsikososial

atau adanya kehilangan kemapuan yang multiple pada lansia untuk melanjutkan

aktivitas.

c. Teori kontinuitas

Teori kontinuitas atau teori perkembangan (Neugarten,1964) menyatakan bahwa

kepribadiam tetap sama dan prilaku menjadi lebih mudah diprediksi seiring

penuaan. Kepribadian dan pola prilaku yang berkembang sepanjang kehidupan

menentukan derajat keterkaitan dan aktivitas pada masa lansia. Berdasarkan teori,

kepribadin merupakan faktor kritis dalam menentukan hubungan antara aktivitas

peran sebagai teori yang menjanjikan karena teori ini menunjukkan kompleksitas

22
proses penuaan dan kemampuan adaftif seseorang. Beberapa pendapat bahwa

teori ini terlalu sederhana dan tidak mempertimbangkan berbagai faktor yang

mempengaruhi respons seseorang terhadap proses penuaan. Teori ini juga

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia

dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki.

2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aging Proses

Ada dua factor utama yang mempengaruhi proses menua, yaitu:

1. Factor endogenik, yaitu dari dalam tubuh manusia sendiri, dengan menua nya organ-

organ tubuh; dan

2. Factor eksogenik, yaitu pengaruh dari luar berupa gaya hidup, lingkungan hidup,

social budaya dan laim-lain. Factor ini dapat diubah atau diperbaiki dengan berbagai

cara, agar manusia hidup lebih sehat, berkualitas, bahagia dan damai sejahtera.

(Memahami Krisis Lanjut Usia, 2009 hal: 5)

Faktor yang mempengaruhi penuaan : menurut Suyono, Aris, 2011.

1. Faktor genetik

Adanya pengaruh dari penyakit bawaan yang berasal dari genetik sehingga akan

mempengaruhi proses penuaan

2. Faktor endogenik

Hormon : menurunya hormo estrogen dan testosteron menyebabkan osteoblast

menurun, osteoklast meninggkat sehingga terjadi resorbsi dan remodeling tulang dan

tulang alveolar menjadi berkurang.

3. Faktor eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup)

23
a. Diet/asupan zat gizi

b. Vitamin dapat memperlambat proses degenartive pada lansia

c. Defisiensi ion Zn dapat menyebabkan gangguan fungsi imun dan pengecapan

d. Merokok, dapat menganggu vaskularisasi rongga mulut sehingga mempercepat

penuaan rongga mulut

e. Penyinaran ultra violet

f. Polusi

4. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dalam proses penuaan merupakan faktor prediposisi dari kedua

faktor sebelumnya, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Beberapa faktor

lingkungan akan mempengaruhi kejiwaan seseoran dan mempengaruhi fisik seseorang

yang berkaitan dengan faktor biologis.

5. Fak biologi- psikologi

Berbagai stres psikologi yang dialami seseorang akan berpengaruh dengan kondisi

fisik seseorang. Dalam menghadapi sres tubuh berusaha melakukan adaptasi dengan

mengeluarkan macam hormon. Subtansi kimia dan reaksi untuk menghadapi stresor.

Berbagai kompensasi dan adaptasi tubuh secara berkelanjutan akan mengakibatkan

tubuh kelelahan sehingga akan mempercepat penurunan fungsi tubuh individu.

6. Faktor biologi-lingkungan

Berbagai macam kondisi lingkungan yang menjadi tempat hidup seseorang akan

mempengaruhi proses penuaan seseorang. Kondisi lingkungan akan menyebabkan

tubuh berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dengan lingkungan. Semakin buruk

kondisi lingkungan akan semakin keras pula tubuh berusaha beradaptasi dengan

24
lingkungan sekitar. Semakin besar tubuh beradaptasi akan mengakibatkan tubuh cepat

mengalami kerusakan dan kemunduran fungsi.

7. Faktor psikologi –lingkungan

Kondisi lingkungan sebagai lingkungan tempat tinggal seseorang akan mempengaruhi

tingkat stres individu . misalnya seseorang yang hidup dikota besar yang sibuk, daya

saing tinggi dan konsumtif biasanya akan memiliki tingkat stres yang tinggi . tingkat

stres psikologis yang tinggi ini akan berpengaruhi terhadap kemampuan tubuh dalam

beradaptasi dengan stresor sehingga proses kemunduran. Fungsi tubuh seseorangakan

semakin cepat. Sangat terbaik dengan kondisi lingkungan yang tenang, kondusif,

aman, dan nyamanpada lingkungantempat tinggal seseorang. Lingkungan yang

kondusif akan menyebabkan tingkat stres rendah sehingga tubuh cenderung akan

menggunakan energinya untuk mempertahankan fungsi optimalnya

Menurut Siti Bandiah (2009)penuan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis.

Penuan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor yang memengaruhi yaitu:

1. Hereditas atau Genetik

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkatan dengan peran

DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetic,

perempuan di tentukan oleh sepasang kromosom X sedengkan laki-laki oleh satu

kromosom X. kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga

perempuan lebih berumur panjang dari laki-laki

2. Nutrisi atau Makanan

Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan

3. Status Kesehatan

25
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan sebenarnya bukan

disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih disebabkan olehfaktor luar yang

merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.

4. Pengalaman Hidup

a. Paparan sinar matahari: kulit yang tak terlindung sinar matahari akan mudah

ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam

b. Kurang olahraga: olahraga membantu pembentukan otot dan menyebabkan

lancarnya sirkulasi darah

c. Mengkonsumsi alcohol: alcohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil pada

kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit.

5. Lingkungan

Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan tidak dapat dihindari,

tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat.

6. Strees

Tekanan hidup sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan ataupun masyarakat

yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap proses penuaan.

2.10 Proses Penuaan pada Fisik dan Mental

Terjadinya perubahan selular dan organel sel pada penuaan sehinggah terjadi

penurunan fungsi organ-organ tubuh manusia. Perubahan proses fisiologi penuaan pada

rongga mulut, saluran cerna, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan,sistem

ginjal,sistem endokrin,hemopoiesis, susunan saraf pusat dan susunan saraf ferifer, mata,

26
pendengaran. Masalah mental pada usia lanjut dijelaskan pengaruh fisik usia lanjut pada

aspek kejiwaan, seks dan usia lanjut, post power syndrome.

Proses penuaan alami menurut “Hukum 1%” dikatakan bahwa seseorang yang

berusia di atas usia 30 tahun akan menyebabkan berkurangnya fungsi sel-sel organ tubuh

rata-rata satu persen per tahun. Jadi artinya pada seseorang dengan usia 55 tahun maka

fungsi organ seperti otak,hati, ginjal, dll sudang berkurang 25%, begitu untuk umur

selanjutnya.

Teori penuaan dikatakan ada beberapa seperti:

1. Kerusakan oleh radikal bebas 6. Hipotesis membran

2. Teori neuro-endokrin 7. Penurunan akurasi atau kuantitas

3. Teori genetik bawaan sintesis protein

4. Teori glikosilasi 8. Penurunan aktivitas perbaikan

5. Teori penurunan mitokondria DNA

Teori penuaan sel yang dikatakan dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik), yaitu

degenerasi sel, teori pembentukan zat sampah lipofusin, faktor endokri (hormon) dan

pengaruh makanan. Perubahan aktivitas gen akan mempengaruhi fungsi daya tahan tubuh

(fungsi imun), gangguan pertumbuhan dinding pembulu darah arteri, maupun terjadi

pertumbuhan sel tumor ganas sehingga menimbulkan penyakit yang bersamaaan dengan

pertambahan usia.

Ada beberapa teori penuaan antara lain teori sel karena ketidakstabilan genetik,

degenerasi sel dan teori pembentukan lipofusin. Teori autoimun juga dipengaruhi

keturuan (genetik), faktor endokrin bahwa perubahan neural dan endokrin sebagai

penyebab penuaan baik sel tersebut maupun fungsinya. Perubahan aktivitas gen akan

27
mempengaruhi fungsi daya tahan tubuh (fungsi imun), gangguan pertumbuhan dinding

pembuluh darah arteri, maupun terjadi pertumbuhan sel tumor ganas sehingga

menimbulkan penyakit yang bersamaan dengan usia lanjut.

Berdasarkan penumpukan lifofusin sebetulnya penuaan terjadi lebih dini dari

perkiraan semula, yaitu pada wanita sesudah menstruasi pertama (menarche) sedangkan

pada laki-laki sesudah mimpi basah pertama (bukan ngompol).Pada saat kematangan

seksual ini secara biologis manusia sudah siap untuk mengembangbiakkan keturunannya

dan fungsi secara biologis.

1. Petanda penuaan sel (pigmen penuaan lipofusin)

Diketahui bahwa pigmen lipofusin ada hubungannya dengan penuaan pada tingkat

sel organ. Penumpukan lipofusin ini menyebabkan terganggunya metabolisme sel-sel

organ yang pada akhirnya akan merusak sel (degenerasi) secara total. Pembentukan

lipofusin berasal dari radikal bebas yang memasuki sitoplasme sel dan kemudian

intraksi antara oksida lipid dengan protein sel yang menghasilkan polimer pembentuk

oksida lipid dengan protein sel yang menghasilkan polimer berbentuk lipofisin

(Gutteridge 1987). Pigmen penuaan ini mempunyai bermacam-macam nama, seperti

chromolipid, hemofuscin, ceroid, lipochrome,cytolipofuscin,atau wear and tear

pigment. Lisizom diduga sebagai sumber utama lipofusin didalam sel (Zs-Nagy

1987). Disamping itu organel sel yang lain seperti mitokondria berperan dalam

pembentukan lipofusin.Bila mengenai sel otak atau saraf rusak maupun sel jantung

yang termasuk sel postmitotik, sel tersebut tidak akan bertumbuh sekiranya terjadi

kerusakan sel total (unrenewable). Otak adalah organ dalam tubuh manusia berfungsi

untuk mengatur metabolisme. Akibatnya penuaan pada otak akan menimbulkan

28
berkurangnya neuron, dendrit dan dendritik spinalis pada berbagai area korteks otak

(Duckett 1991). Proses penuaan pada sel otak dan saraf akan membuat kita pelupa

maupun loyo dan lemah tidak bersemangat.

Teori penuaan akibat penumpukan pigmen lipofusin sebagai petanda penuaan sel

sudah dapat dibuktikan. Lipofusin ini akan menumpuk dalam sel otak terutama inti

hippocampus sesuai dengan pertambahan umur (Oenzil et al.1994). Sedangkan

Nakano et al.(1995) membandingkan bahwa lipofusin lebih cepat menumpuk dalam

sel otot jantung dari sel neuron otak. Penumpukan granul autofloresen lipofusin

merupakan fenomena penting dalam proses penuaan, pigmen ini menumpuk dalam

sel otot jantung dengan bertambahnya umur (nakano et al.1989) . Nakano et

al.menyatakan bahwa kecepatan penumpukan lipofusin tergantung dari life span

pemakaian energi dalam jaringan. Pada penelitian lanjutan (Nakano et al.1990).

Bahwa pemunculan pertama lifofusin mempunyai kolerasi dengan kematangan

seksual. Selanjutnya Nakano dan Gotoh (1992) menemukan bahwa pigmen lipofusin

ini menumpuk tergantung dari kecepatan metabolisme dari mamalia dan menyatakan

bahwa fenomena penting penuaan adalah kematangan seksual (pubertas) merupakan

titik pemulaan dari proses penuaan. Jadi berdasarkan penumpukan lipofusin

sebetulnya penuaan terjadi lebih dini dari perkiraan semula yaitu pada wanita sesudah

menstruasi pertama (menarche) sedangkan pada laki-laki sesudah mimpi basah

pertama (bukan ngompol).Pada saat kematangan seksual ini secara biologis manusia

sudah siap mengembangbiakkan keturunannya dan berfungsi secara biologis.

2. Kerusakan Mitokondria

29
Mitokondria dikatakan berperan sebagai jam biologi penuaan sehingga kecepatan

pemakaian oksigen juga akan menimbulkan penumpukan mitokondria rusak akibat

reaksi radikal bebas sehingga mempercepat penuaan sel ( Barja and Herrero 2000).

Walaupun Rustin et al. (2000) tidak dapat mempertimbangkan bahwa kerusakan

mitokondria sebagai penyebab utama radikal bebas mematikan sel atau mempercepat

proses penuaan. Saste et al. (2000a, 2000b) mendapatkan bahwa antioksidan seperti

senyawa antioksidan mengandung sulfur, vitamin C dan vitamin E, Ginkgo biloba

extract Egb 761 dapat mencegah kerusakan mitikondria DNA (mtDNA) dan oksidasi

pada glutathion mitokondria.Selanjutnya ditemukan bahwa ekstrak Egb 761 dapat

mencegah perubahan morfologi dan fungsi mitokondria berhubungan deangan

penuaan organ otak dan hati. Selanjutnya diamond et al. (2000) menemukan bahwa

Gingko biloba dapat mengobati sekuele neurologi berhubungan dengan penuaan

maupun stroke, trauma otak (traumatic brain injury). Tapi penelitian masih

diperlukan untuk mempelajari efek dosis, komponen aktif mekanisme kerja dan

pemakaian klinik.

Samson and Nelson (2000) mendapatkan bahwa penuaan otak disebabkan oleh

penumpukan modifikasi selular-molekular disebabkan oleh radikal bebas

oksigen.Peranan ion besi pada produksi radikal bebas oksigen dimulai oleh reaksi

rantai oksidasi dan didentifikasi bahwa mitokondria sebagai sumber utama radikal

bebas oksigen sedangkan mitokondria DNA sebagai target.Ikatan besi-sulfur sebagai

sumber reaksi besi dan tempat terjadi modifikasi.

Peneliti Okada Y and Okada M (2000) mendapatkan bahwa peningkatan aktivitas

enzim katalase dan kadar GSH (glutathion) pada pemberian senyawa protein larut

30
dalam air suatu peredam radikal bebas yang bersal dari sejenis kacang polong (broad

bean) pada suatu percobaan kultur sel in vitro.

Peneliti lain Gutteridge and Halliwell (2000) menyimpulkan bahwa adanya

hubungan yang sangat kompleks antara diet, konstitusi, dan pembentukan antioksidan

dalam tubuh dibawah kontrol genetik. Dikatakan bahwa SOD (superroxide

dismutase) suatu enzim yang sangat berperan menghambat reaksi radikal untuk

menghancurkan in vitro melalui pencegahan reduksi ion besi.

Suatu intervensi makanan oleh Bickford et al.(2000) pada penelitian binatang

percobaan menemukan bahwa bayam dapat memperbaiki suatu adaptasi terhadap

lingkungan yang merupakan gerakan disamping juga dapat memperbaiki memori

pada penuaan.

2.11 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Seseorang yang sudah mengalami lanjut usia akan mengalami beberapa

perubahan pada tubuh/fisik, psikis/intelektual, sosial kemasyarakatan maupun secara

spiritual /keyakinan/agama. Secara terperinci mengenai beberapa perubahan secara

alamiah pada setiap lansia adalah sebagai berikut:

1. Perubahan fisik

a. Sel

Jumlah lebih sedikit ,ukuran lebih besar ,mekanisme perbaikan sel terganggu

,menurunnya proporsi protein di otak , ginjal,darah,dan hati.

b. Sistem persyarafan

31
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,mengecilnya saraf panca

indra , kurang sensitif terhadap sentuhan , hubungan persarafan menurun.

c. Sistem pendengaran

Presbiaskusis/gangguan pendengaran , hilang kemampuan pendengaran pada

telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi dan tidak

jelas , sulit mengerti kata-kata, terjadi pengumpulan seruman dapat mengeras.

d. Sistem penglihatan

spingter pupil timbul sclerosis, hilang respons terhadap.Sinar, kornea lebih

berbentuk sferis (bola), kekeruhanlensa, hilangnya daya akomodasi,

menurunnya daya membedakan wama biru dan hijau pada skala, menururnnya

lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% pertahun,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat.

e. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek menggigit

dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan

aktivitas otot.

f. Sistem Respirasi

Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas darisilia-silia paru-paru

kehilangan elastisitas, alveoli ukurannvamelebar, menurunnya O, pada arteri

menjadi 75 mmHg menurunnya batuk.

g. Sistem Gastrointestinal

32
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori, mudah

terjadi konstipasi dan gangguan pencemaan lainnya, terjadi penurunan

produksi saliva,karies gigi, gerak peristaltik usus dan pertambahan waktu

pengongan lambung

h. Sistem Genitourinaria

Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsimenurnun, fungsi

tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesika urinaria

susah dikosongkan, perbesaranprostat, atrofi vulva.

i. Sistem Endokrin

Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresitidak berubah,

menurunnya aktivitas tiroid, menurunnyaproduksi aldesteron, menurunnya

sekresi hormon kelamin.

j. Sistem Integumen

Kulit mengerut/keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respons terhadap

trauma menurun, kulit kepala danrambut menipis dan berwarna kelabu,

elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi

kerasdan seperti bertanduk, kelenjar keringat berkurang.

k. Sistem Muskulokeletal

Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuhmenjadi lebih

pendek, persendian membesar dan menjadi kaku,tendon mengerut dan

menjadi sklerosis, atrofi serabut otot(Wahjudi Nugroho, 2000).

2. Perubahan Psikososial

33
Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas

dikaitkan dengan peranan dalampekerjaan. Bila seseorang pensiun (puma tugas), ia

akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:

a) Kehilangan finansial (income berkurang)

b) Kehilangan status

c) Kehilangan teman/kenalan/relasi

d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan

e) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awarenessof mortality).

f) Perubahan dalam hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih

sempit.

g) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Meningkatnya biaya hidup pada

penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.

h) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

i) Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

j) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

k) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungandengan teman-teman

dan keluarga besar.

l) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan konsep diri (WahiudNugroho, 2000; h 27).

3. Perubahan Spiritual

a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalamkehidupannya (Maslow,

1970 dalam Nugroho, 2000)

34
b) Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam

berpikir dan bertindak dalamsehari-hari (Murray and Zentner, 1970 dalam

Nugroh2000)

c) perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalalah univesalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkatan ini adalah berpikir dan bertindak

dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan (ro9/8 dalam

Nugoho, 2000) (Wahjudi Nugrono,2000)

4. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah

a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan

d) Keturunan (Hereditas)

e) Lingkungan

Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadu.lebih sering berupa

ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang.kekakuan mungkin karena faktor lain

seperti penyakit-penyakit (wahjudi nugroho.2000.hal 26)

5. Perubahan Intelegensia Quantion (IQ)

Intelegensia Dasar (Fluid intelligence) yang berarti penurunan tungsi otak

bagian kanan yang antara lain berupakesulitan dalam komunikasi nonverbal,

pemecahan masalah,mengenal wajah orang, kesulitan dalam penmusatan

perhatiandan konsentrasi (Hochanadel and Kaplan, 1984 dalam Struband Black,

35
1992). Untuk mengendalikan hal ini, maka sebaiknva setiap orang walaupun dalam

kondisi lansia, juga tetapmempertahankan cara belajar. Hal itu bukan harus

mengulang-ulang belajar seperti anak sekolah, namun perlu melakukanlatihan-

latihan untuk mengasah otak, seperti memecahkanmasalah yang sederhana, tetap

menggerakkan anggota tubuhsecara wajar, mengenal tulisan-tulisan, angka-angka,

symbol simbol, dan sebagainya

6. Perubahan Ingatan (Memory)

Dalam komunikasi, memori memegang peranan yangpenting dalam

mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.Menurut Schlessinger dan Groves,

1976, bahwa memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan

organisme Sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan

pengetahuannya untuk membimbing perilakunya setiap Stimuli mengenai indra

kita, setiap saat pula stimuli tu direkam secara sadar atau tidak sadar. Menurut

john griffith , ahli matematika ,menyebutkan bahwa kemampuan rata-rata memori

manusia untuk menyimpan informasi sebesar seratus triliun bit .menurut john von

neumann,ahli teori informasi , menghitungnya sampai 2,8 x10 bit. Asimov

menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai

satu kuidrilliun bit informasi (wahjudi nugroho ,2000).secara fisiologis ,ingatan

tertentu hanya berlangsung beberapa detik , dan yang lainnya berlangsung

beberapa jam , berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun, untuk itu ingatan

(memory)dapat diklasifikasi menjadi 3:

a) Ingatan jangka pendek

36
Dicirikan oleh ingatan seseorang menngenai 7 sampai 10 angka dalam

nomor telepon selama beebrapa detik sampai beberapa menit pada saat

tersebut, tetapi hanya akan berlangsung lama jika seseorang terus menerus

memikirkan tentang nomor-nomor atau kenyataan-kenyataan tersebut. Bahkan

ahli fisiologis telah memperkirakan bahwa ingatan jangka pendek ini

disebabkan oleh aktivitas saraf yang berkesinambungan, yang merupakan

hasil dari sinyal-sinyal saraf yang terus berjalan berkeliling di jejak ingatan

sementara melalui ingatan neuron bergaung.tetapi teori ini masih belum dapat

di buktikan .kemungkinan penjelasan lain mengenai ingatan jangka pendek ini

adalah fasilitas atau inhibisi presinaptik.

Hal ini terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak padaujung-ujung

presinaptik, bukan pada neuron-neuronberikutnya. Neurotransmiter yang

disekresikan pada ujung-ujung seperti ini seringkali menyebapkan inhibisi

yang lama tergantung pada jenis transmiter yangkresikan, yang berlangsung

selama beberapa detik ataubahkan beberapa menit. Lintasan jenis seperti ini

dapat menimbulkan tgatan jangka pendek.hal ini dapat dikajipada lansia saat

pengulangan angka-angka. Lansia dengan kesehatan vang baik dapat

mengingat kembali lima sampai dengan tujuh angka dengan benar.

b) Ingatan Jangka Menegah

Dapat berlangsung bermenit-menit atau bahkan berminggu-minggu.

Ing8atan ini kadang kadang akan hilang,kecuali jika jejak ingatan menjadi

lebih permanen, yangkemudian diklasifikasikan sebagai ingatarn Jangka

panjang.Pada ingatan intermediet ini mekanisme ingatan terjadiberdasarkan

37
perubahan kimiawi di terminal presinaptikatau membran post sinaptik di mana

dapat menimbulkanperpanjangan ingatan dari beberapa menit sampai dengan3

minggu. Salah satu terminal presinaps berasal dari neuron sensorik masukan

primer dan berakhir pada permukaan neuron yang dirangsang; keadaan ini

disebut terminal sensorik.Terminal lainnya terletak pada permukaanterminal

sensorik yang disebut sebagai terminal fasilitator.Bila terminal sensorik

terangsang secara berulang-ulang tanpa adanya rangsangan pada terminal

fasilitator,maka sinyal yang dijalarkan pertama kali cukup besarsekali, tetapi

kemudian melemah sesuai dengan peng-ulangan rangsang sampai akhirnya

hilang.Fenomena inidisebut habituasi dimana merupakan tipe ingatan

negativeyang mengakibatkan lingkaran neuronal kehilangan responsnya

terhadap peristiwa berulang yang tak berarti.

Sebaliknya, bila stimulus noksius merangsang terminalfasilitator pada

saat yang sama dengan perangsanganterminal sensorik, ternyata sinyal yang

dijalarkan ke neuron presinaptik semakin meleman secara progresif,

berKurangnya penjalaran sinyal senakin kuat, dan akan tetapKuat selama

bermenit-menit, Derjam-jam, berhari-hari,atau dengan pelatihan yang lebih

kuat, dapat sampai sekitar 3 minggu tanpa adanya perangsangan lebih

lanjutpada terminal fasilitator. Jadi, stimulus noksius menye.babkan jaras

ingatan menjadi terfasilitasi selama bebe.rapa hari atau beberapa minggu

sesudahnya. Hal inimenjadi menarik karena walaupun setelah terjadi

habituasi, jaras dapat dialihkan ke jaras tertasilitasi denganhanya sedikit

rangsang noksius.

38
Hal ini biasanya diuji dengan meminta pasien untukmengingat tiga atau

empat objek atau istilah-istilah,abstrak dan memintanya untuk mengingat

kembali 5-10menit kemudian, mengikuti penerapan percakapan

danpengetesan lainnya. Contoh-contoh kata yang diper-gunakan adalah "apel,

meja, receh" dan "cokelat, kejujuran,tulip, tetes mata".Memori dari seorang

pasien dengankasus afasia mungkin diuji dengan meminta pasien tersebut

mengingat kembali, dimanakah barang-barang telah disembunyikan di dalam

ruangan tersebut, tentusaja saat barang tersebut disembunyikan pasien

dalamruangan.Telah diperkirakan bahwa lansia tidak mempergunakan

mnemoniks saat diberi suatu tugas pengingatan dan pemakaian hal tersebut

untuk menggantikanmengingat kembali barang yang diinstruksikan.Juga

terdapat beberapa bukti untuk peningkatan waktu perosesan pada individu

lansia, dan ini dapat mempenruhi pembelajaran.

c) Ingatan Jangka Panjang

Pada umumnya diyakini sebagai hasil dari perubahan stuktural pada saat

ini, bukan perubahan kimapada sinaps-sinaps yang memperkuat atau menekan

pengantar sinyal-sinyal. Selain itu, pembentukan jangka panjang yang

sebenarnya bergantung pada strukturisasi sinaps-sinaps itu dalam cara tertentu

untuk meningkatkan sensitivitas dalam menjalarkan sinyal-sinyal saraf.

Adapun proses penuan fisiologis pada jaringan dan organ menurut Roe D.

A (1992) yaitu:

1. Proses Penuaan Fisiologis pada Jaringan dan Organ (Roe D.A. 1992)

39
Perubahan proses penuaan pada kulit meliputi pengeringan kulit, keriput,

pigmentasi setempat, berkurangnya elastisitas, dilatasi kapiler,purpura senilis

(perdarahan kulit karena trauma ringan), kutil seborrhoic (warts seborrhoic).

Fungsi imun selular yang menurun akan mengakibatkan meningkatnya infeksi

jamur dan keganasan. Rambut berubah menjadi uban dan lepas pada laki-laki

sehingga terjadi gundul terutama kulit kepala daerah frontal (dahi) dengan

menipis dan lepasnya rambut dan terjadi rambut kasar pada hidung dan

telinga.Pada rambut wanita menjadi jarang dan tipis pada keseluruhan kulit

kepala. Rambut pada daerah seks sekunder juga berkurang baik pada laki-laki

maupun wanita,khusus pada wanita rambut ini menurun segerah sesudah

menopause.

Perubahan pada kuku terjadi kecepatan pertumbuhan yang melambat,

penebalan dan depornitas.Paparan sinar matahari yang kronis mempercepat

penuaan pada lapisan epidermis dan dermis kulit.

2. Perubahan Proses Fisiologi Penuaan pada Rongga Mulut

Cairan saliva menurun akibat penuaan, terjadi dehidrasi dan penipisan

cairan gusi dan berkurangnya jaringan ikat dalam mulut, sensasi rasa juga

terganggu.

Efisiensi mengunyah terganggu karena hilangnya mobilitas sendi

mandibula akibat osteoarthrosis, penyakit periodontal, inflamsi dibawah gigi

palsu. Penyakit periodontal menjadi sering berhubungan dengan inflamsi

gusi,hilangnya gigi dan abses pada gigi. Tulang sekitar gigi geligi juga

menjadi longgar kemugkinan karena defisiensi kalsium.

40
Perubahan pada gigi yang berkaitan dengan bertambahnya usia adalah

abrasi atau berkurangnya korona gigi, pembentukan dentin sekunder, dan

resopsi ujung akar gigi.

Angular Cheiltis dan stomatis sering terjadi, pecahnya sudut bibir atau

mulut. Pada mukosa mulut sering juga terjadi kandidiasis, leukoplakia suatu

premaligna mukosa, kanker mulut atau rongga mulut,lidah, xerostomia.

3. Perubahan proses fisiologis pada saluran cerna

Aktvitas sekresi saluran cerna menurun pada penuaan, perubahan yang nyata

didapatkan pada penuruan sekresi getah lambung, disamping itu juga

berkurang enzim pepsin dan sekresi mucus lambung. Pada penuaan penyakit

autoimun saluran cerna akan meningkat. Fisiologi kapasitas penyerapan usus

halus agak berkurang, toleransi terhadap asupan lemak sedikit menurun

sehingga bila asupan lemak tinggi maka lemak tinja juga

meningkat.Penyerapan kalsium sering menurun, juga menurun kesanggupan

adaptasi asupan kalsium yang rendah, yang mungkinjuga disebabkan

perubahan status vitamin D.

Konstpasi anatomi jantung sering terjadi pada usia lanjut. Hal ini di sebabkan

perpanjangan transit tinja melalui kolon dan lamanya tertahan tinja dalam

rectum.Dehidrasi tinja terjadi bila tertahan lama pada kolon dan lebih banyak

air diekstrak oleh kolon akibat paparan yang lama pada permukaan kolon

yang menyerap air.

4. Perubahan proses fisiologis penuaan pada system kadiovaskuler

41
Perubahan antomi jantung akibat proses penuaan secara keseluruhan adalah

penurunan ukuran jantung,erkurangnya ruang ventrikel kiri, bertambahnya

ukuran atrium kiri. Katup jantung jadi lebih kaku dan tebal, jarigan kolagen

meningkat pada katup jantung.Kalsifikasi terjadi pada katup aorta.Otot

jantung mikokardum menjadi lebih coklat karena meningkatnya penumpukan

lipofusin pigmen.Pembesaran atau hipertrofi masing-masing serat otot

miokardium terjadi sebagai kompensasi serat otot yang hilang.Penumpukan

lemak dibawah membrane selaput jantung (prikardium), dan penebalan plak

keputihan pada membran dalam jantung (endokardium) dilatasi aorta terjadi

akibat hilangnya elastisitas. Peruahan fisiologi jantung akibat proses penuaan

adalah terjadinya penurunan kontraktilitas miokardial, dan menurunnya

kardiak output. Juga terjadi penurunan kesanggupan jantung pada pemakaian

oksigen. Penuaan jantung tidak mempunyai toleransi terhadap stress fisik,

seperti peningkatan tekanan darah, demam, dan latihan fisik berat yang dapat

menimbulkkan gagal jantung (cardiat failure). Walaupun arteria besar akan

dilatasi pada penuaan, tapi hilangnya kemampuan menggelembung

(distensibilitas) arteri dengan bertambahnya usia.

5. Perubahan proses fisiologis penuaan pada system pernapasan

Prubahan antomi paru-paru akibat proses penuaan adalah pelebaran alveoli

(kantong udara), meemahnya septm membran dan berkurangnya area

permuaan alveoli. Perubahan membran alveoli bersama menurunnya sifat-sifat

elastik jaringan. Penurunan area permukaan alveoli secara garis lurus bila

42
dibandingkan dengan usia 20 tahun , maka pada usia 80 tahun permukaan

alveoli hanya 30% dari maksimum katup dewasa muda.

Perubahn terjadi pada jaringan elastik paru baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.Paru-paru menjadi lebih kaku, dan jaringan alveoli kurang

mengembang.

Kapasitas vital menurun dengan bertambahnya usia,dan kemampuan

beradaptasi dengan latihan fisik juga berkurang. Kapasitas pernapasn

maksimum dan ventilasi volunteer maksimum paru-paru juga menurun degan

bertambahnya usia.

Paru-paru sebagai organ tempat penggantian gas oksigen masuk dengan CO2

keluar tubuh, dengan pertambahan usia kapasitas penggantian gas tersebut

menurun karena akibat pengurangan area permukaan alveoli, bertambah

tebalnya membran alveoli, penurunan pereabilitas alveoli terhadap gas

pernapasan dan berkurangnya volume darah kapiler (Hook 1972).

6. perubahan proses fisiologi penuaan pada sistem ginjal

Perubahan morpologi pada gijal yang berhubbungan dengan oeuaan adalah

berkuranggnya nefron atau unit ekskresi ginjal. Perubahan pungsi akibat

penuaan adalah penurunan aliran darah ginjal total, glomerular filtration rate

(GFR), ekskresi kreatinin 24 jam, konservasi natrium, dan kesanggupan

pemekatan oleh ginjal kapasitas ginjal untuk reabsorbsi glukosa menurun,

fungsi sekresi menurun tubuli ginjal menjadi terbatas. Adaptasi fisiologi

terhadap adanya retrium dan terbatasnya asupan natrium secara nyata kurang

43
efisien dengan peuaan. Akibat menurunnya efisiensi penanganan natrium

maka pada usia lanjut terjadi risiko hiponatremia dan hipernatremia.

Homeostatis natrium yang abnormal akan membahayakan kehidupan bila

orang usia lanjut mengalami stres seperti trauma atau infeksi (efstein 1979).

7. perubahan proses fisiologis penuaan pada sistem endokrin

Penuaan akan menimbulkan perubahan fisiologi yang nyata pada system

endokrin, tetapi kegagalan fungsi edokrin tidaklah merupakan fenomena

umum. Disfungsi endokrin pada usia lanjut seagaimana kelompok usia

lainnya, yakni akan menimbullkan penyakit.

a. Penuaan pada sistem pituitary-hipothalamik

Penuaan pada hypothalamus akan mempengaruhi system endokrin sampai

pada system endokrin ferifer seperti mulai dari pituitari, kelenjar tiroid,

paratiroid, dan kelenjar reproduksi. Perubahan yang berhubungan dengan

penuaan meliputi terbatasnya reproduksi hypothalamic releasing hormone dan

kurang kepeaan kelenjar pituitari terhadap hypothalamic releasing

hormone.Penurunan hormon pertumbuhan pada penuaan akan menimbulkan

stimulus hipoglikemia, karena juga hilangnya growth hormone-releasing

hormone. Di lain pihak, pada penuaan akan terjadi gagalnya respons posterior,

sehingga terjadi kurangnya efek AHD (antiduaretic hormone) asal pituitari

posterior, sehingga terjadi kurangnya efek AHD terhadap konservasi air atau

kesanggupan pemekatan urin. Pada usia lanjut juga terjadi menurunnya

respons pituitari terhadap thyrotropin-releasing hormone.

b. Penuan pada kelenjar tiroid

44
Penuaan pada kelenjar tiroid berhubungan dengan perubahan anatoi di dalam

kelenjar, meliputi fibrosis, perubahan polikular dan nodular tidak ada

perubahana pada level hormone tiroksin manusia usia lanjut yang sehat,tetapi

level hormon triidothyronin (T3) akan menurun. Penuaan tidak akan

menyebabkan hipofungsi kelenjar tiroid.

c. Penuaan pada kelenjar paratiroid

Penuaan hubungan dengan sedikit menuruya hormon paratiroid darah

(PTH).Penurunan hormon PTH dengan penuaan tidak terdapat pada individu

dengan osteoporosis. Baik hipotiroid maupun hipertiroid dapat terjadi, tidak

akibat proses fisiologis penuaan,walaupun hipertiroid tidak meningkat pada

manusia usia lajut.

d. Penuaan pada kelenjar reproduksi

Penuaan ovarium berhubungan dengan hilangnya oosit (sel yang

memproduksi telur), tetapi proses pengurangan oosit dimulai sejak infan dan

berlanjut sepanjang hidup. Penyebab kegagalan reproduksi manusia pada

penuaan bukan karena hilangnya oosit. Telur yang dihasilkan oleh ovarium

yang tua bersifat kurang hidup (viable) dan tidak matang seperti telur pada

usia yang lebih muda. Produksi estrogen menurun pada wanita usia lebih 40

tahun, dan penuaan estrogen lebih lanjut terjadi sesudah

menopause.Pengurangan total hormon testosteron plasma tidak sama dengan

bertambahnya usia, didapatkan variasi produksi testosteron diantara usia

lanjut. Secara fisikologis testoteron aktif berkurang pada laki-laki usia lanjut.

Hilangnya libido pada penuaan dan kegagalan keinginan seks pnyebabnya

45
adalah multifaktor. Strelitas pada laki-laki usia lanjut merupakan akibat

peyakit termasuk kecanduan alkohol.

e. Penuaan pada kelenjar endokrin pangkreas

Toleransi glukosa menurun dengan brtambahnya usia, produksi insulin

berkurang sebagai respons fisilogis. Peurunan organ sensitif insulin terhadap

pada obesitas yang sering ditemukan pada manusia usia lanjut, tetapi organ

sensitif insulin keadaan normal pada usia lanjut yang tidak obes (andres

1972).

f. Penuaan pada kelenjar adrenal

Penurunan sekresi hormone konservasi natrimu aldosteron terjadi dengan

bertambahnya usia. Asupan natrum terbatas pada usia lanjut seperti pada

orang lebih muda dapat menigkatkan produksi aldosteron, tetapi peningkatan

aldosteron lebih sedikit pada usia di atas 60 tahun. Sekresi renin dengan

bertambahnya usia akan menurun berhubungan dengan penurunan sekresi

aldosterone. Penurunan sekresi glukokortikoid sebagai respon terhadap ACTH

(adrenokortikotropik hormone) dapat terjadi pada usia lanjut tetapi ditemukan

tidak menetap. pada hubungan pada individu dengan osteoporosis. Baik

hipotiroid maupun hipotiroid dapat terjadi, tidak akibat proses fisiologis

penuaan, walapun hipertiroid tidak meningkat pada manusia usia lanjut.

8. Perubahan fisiologis proses penuan pada hemopoiesis

Penurunan efisiensi hemopoiesis terjadi dengan bertambahnya usia.

Kadar hemoglobin pada usia lanjut sehat sama dengan kadar hemoglobin

orang dengan usia lebih muda. Penyerapan besi sama antara usia lanjut

46
dengan kelompok usia yang lebih muda, tetapi jumlah besi yang diserap

dan digunakan unttuk hemopoiesis lebih kecil pada usia lanjut

dibandingkan dengan yang muda. Pada usia lanjut yang sehat cadangan

besi meningkat sehingga diperkirakan erythropoiesis yang tidak efektif

juga bertambah. Pengikatan besi oleh eritrosit menurun dengan

bertambahnya usia, kemungkinan pada usia lanjut besi yangdiserap

ditimbun didalam hati atau jaringan tempat cadangan lain. Baik pada

usia lanjut maupun usia lebih muda,defisiensi besi akan meningkatkan

penyerapan besi.

Penurunan penggunaan asupan bentuk poliglutamatfolasin berasal dari

makanan atau sumber sintetik akan diserap baik pada usia lanjut dan

yang lebih muda. Apakah folasin yang tidak diserap dipakai secara baik

untuk hemopoiesis pada usia lanjut pada usia lanjut dan usia muda tidak

diketahui ( Rodriquez 1978 ).

Tidak ada bukti bahwa penyerapan vitamin B lain untuk hemopoiesis

seperti vitamin B6, vitamin B12 dan riboflavin menurun pada usia lanjut.

9. Perubahan fisiologis proses penuaan pada susunan saraf dan susunan saraf

perifer .

Perubahan pada susuna saraf pusat pada peuaan terjadi secara struktural

dan fungsioal.Bikla bebas dari penyakit maka pada penuaan terjadi

kehilangan yang progresif sel otak terutama pada daerah korteks.

Daya ingat menurun, tetapi hilangnya daya ingat bervariasi diantara

individu. Walaupun hilangnya daya ingat selalu mengenai kesanggupan

47
belajar dan menyimpan informasi, orang – orang intelektual yang selalu

aktif secara intelektual dan stimulasi secara sosial mungkin akan

memperlihatkan sedikit saja gangguan. Keterampilan yang lalu masih

akan tertinggal atau mungkin dapat dipelajari lagi tetapi tentu

dibutuhkan suatu motivasi. Bila dibutuhkan suatu keterampilan baru

akan bertambah sulit dengan bertambahnya usia.

Persepsi sensorik akan menurun pada usia lanjut. Tumpulnya sensorik

berhubungan dengan spesial sensorik seperti pendengaran, penciuman,

pengecapan dan rasa nyeri juga berkurang.

10. Perubahan fisiologis proses penuaan pada mata

Penuaan mempengaruhi banyak komponen pada mata yang berkaitan dengan

penglihatan,meliputi ketajaman penglihatan, dan penurunan akomodasi, atau

hilangnya kesanggupan untuk fokus pada objek dekat yang biasanya dimulai

pada usia pertengahan. Hal ini di sebabkan oleh ketidaksanggupan lensa usia

lanjut berubah lengkung respons di butuhkan untuk penglihatan dekat.

Hilangnya tenaga akomodasi di tandai dengan presbiopia. Katarak senilis

disebabkan oleh kekeruhan lensa karena kondensasi atau meningkat densitas

serat dalam lensa. Katarak pada mata usia lanjut di bagi atas kortikal dan

nucler berdasarkan distribusi kekeruhan.

Kekeruhan lensa membatasi lensa sebagai filter cahaya perkembangan katarak

waaupun pada stadium dini akan mengurangi penglihatan malam. Objek

cahaya yang mendekat seperti lampu mobil,kekaburan lampu sorot

menggangu hasil penglihatan .katarak lanjut menyebabkan hilangnya

48
progresif penglihatan,yang dapat di sembuhkan dengan ekstraksi

lensa.Kecepatan perkembangan katarak biasanya berbeda di antara dua mata.

Penuaan akan mengakibatkan lensa menjadi kaku, berkurang kejernihan,juga

bertambahnya ukuran lens yang akan menyebabkan kegagalan aliran cairan

(aqueous humor) dalam kamera okuli anterior (didepan lensa

mata).penyempitan sudut antara iris dan kornea menghambat aliaran cairan ke

dalam kanalis schlemm. Tekanan intraokular meningkat mengakibatkan

glukoma,yang juga akan mengancam penglihatan karena tekanan berlebihan

pada retina atauembran visual.Area sentral pada retina di sebut macula,yaitu

bagian paling sensitif persepsi penglihatan cenderung degenarasi pada usia

lanjut.

Perubahan penuaan pada mata mempunyai variasi perbedaan yang besar antar

individu.Faktor-faktor penting mempengaruhi perubahan dini mata ini adalah

predisposisi keluarga (factor genetik), paparan ion radiasi (penyebab

katarak),dan diabetes (Passmore and Robson, 1974).

11. Perubahan Psilogis Penuaan Pada Pendengaran

Gangguan pendengaran pada usia lanjut terutama merupakan gangguan

hilangnya sensorineural. Gangguan hilangnya sensorineural akibat gagalnya

fungsi telinga dalam (cochlea) dan hubungan saraf pendengaran dekat atau

didalam rok.

Gangguan pendengaran padausia lanjut disebabkan oleh beberapa factor

selama kehidupan.Factor-faktor penyebab meliputi pekak genetic, paparan,

bising, ditempat kerja, penyakit telinga bagian tengah kronik. Masalah

49
kesehatan umum berhubungan dengan hilangnya pendengaran seperti

penyakit Meniere yang insidennya meningkat pada usia lanjut. Hilangnya

pendengaran pada usia lanjut berhubungan dengan meluasnya atau beratnya

atherosclerosis.

2.12 Penyakit Umum Pada Lansia

Ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua

(Stieglitz, 1954) yakni :

1. Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah,

gangguan pembuluh darah di otak (koroner), ginjal dan lain-lain.

2. Gangguan metabolism hormonal misalnya diabetes mellitus, klimakterium, dan

ketidakseimbangan tiroid.

3. Gangguan pada persendian misalnya osteoarthritis, gout artrithis ataupun penyakit

kolagen lainnya.

4. Berbagai macam neoplasma.

Menurut The National Old People’s Welfare Council di Inggris penyakt atau

gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, yakni :

a) Depresi mental. e) Gangguan pada koksa atau

b) Gangguan pendengaran. sendi panggul.

c) Bronchitis kronis. f) Anemia.

d) Gangguan pada tungkai atau g) Demensia.

sikap berjalan. h) Gangguan penglihatan.

i) Ansietas atau kecemasan.

50
j) Dekompensasi kordis. l) Gangguan defekasi.

k) Diabetes mellitus,

osteomalasia dan

hipotiroidisme.

Penyakit lanjut usia di Indonesia meliputi :

1. Penyakit system pernapasan.

2. Penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah.

3. Penyakit pencernaan makanan.

4. Penyakit system urogenital.

5. Penyakit gangguan metabolic atau endokrin.

6. Penyakit pada persendian dan tulang.

7. Penyakit yang disebabkan oleh proses keganasan.

Timbulnya penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat oleh

faktor luar, misalnya makanan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi dan

trauma.Sifat penyakit dapat dimulai secara perlahan sering kali tanpa

tanda-tanda atau keluhannya ringan, dan baru diketahui sesudah

keadaannya parah.Hal ini perlu sekali untuk dikenali agar tidak salah atau

terlambat menegakkan diagnosis sehingga terapi dan tindakan

keperawatan segera dapat dilaksanakan.

Lanjut usia juga dapat mengalami beberap penyakit secara

bersamaan (multipatologis), mengenai multi-organ atau multi system.

Sifat penyakit lanjut usia biasanya progresif dan menimbulkan kecacatan

51
sampai penderitanya mengalami kematian. Lanjut usia pun biasanya

rentan penyakit lain karena daya tahan tubuh menurun.

Di negara maju, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan

penyebab kematian utama, sedangkan di Negara yang sedang

berkembang, angka kematian terutama karena penyakit infeksi.Menurut

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, ditemukan urutan

sebagai berikut TBC, penyakit yang tidak jelas, trauma, penyakit infeksi

lainnya serta bronchitis, emfisema, dan asma (Sumantri et al

1992).Penyakit infeksi juga menonjol pada pola penyakit lansia di

Indonesia, tetapi terdapat perbedaan dengan Negara Belanda.Misalnya,

TBC yang ternyata pada urutan teratas di Indonesia, tidak terdapat di

Negara Belanda.Hal tersebut dapat diansumsikan berkaitan dengan status

sosial-ekonomi, lingkungan fisik, biologis, dan personal hygiene.

Pola penyakit juga bergantung pada tempat pengambilan

data.Jumlah populasi yang datang dengan keluhan atau karena rujukan.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit dan di

masyarakat, ternyata pola penyakit lanjut usia di rumah sakit sedikit

berbeda dengan apa yang ditemukan di masyarakat (seperti yang

dilakukan Boedi Darmojo et al, 1991 ; Kartini, 1993 ; dan Kamso et al,

1993).

Perjalanan dan penampilan serta sifat penyakit pada lanjut usia

berbeda dengan yang terdapat pada populasi lain. Secara singkat dapat

disimpulkan bahwa penyakit pada lanjut usia sebagai berikut :

52
1. Penyakit bersifat multipatologis atau penyakit lebih dari satu.

2. Bersifat degeratif, saling terkait dan silent.

3. Mengenai multi-organ atau multisystem.

4. Gejala penyakit yang muncul tidak jelas atau tidak khas.

5. Penyakit bersifat kronis dan cenderung menimbulkan kecacatan lama

sebelum meninggal.

6. Sering terdapat poli farmasi dan iatrogenic.

7. Biasanya juga mengandung komponen psikologis dan sosial.

8. Lanjut usia lebih sensitive terhadap penyakit akut.

2.13 Penyakit pada system pernafasan dan kardiovaskuler

1. Paru

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia

atau usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding

dada semakin berkurang. Dalam usia yang lanjut, kekuatan kontruksi

otot pernafasan dapat berkurang. Sehingga sulit bernafas fungsi paru

menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang

diikat oleh darah dalam paru untuk digunakan tubuh.Jadi, konsumsi

oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru. Dengan

demikian, mudah dimengerti bahwa konsumsi oksigen akan menurun

pada orang lanjut usia. Berkurangnya fungsi paru, juga disebabkan

oleh berkurangnnya fungsi system respirasi, seperti fungsi ventilasi

53
paru. Selain penurunan fungsi paru akibat proses menua, beberapa

faktor yang dapat memperburuk fungsi paru, antara lain debu, polusi

udara, asap industry, kebiasaan merokok, obesitas, dank arena daya

tahan tubuh menurun, individu mudah terkena infeksi.

Infeksi yang sering diderita lanjut usia adalah pneumonia yang

merupakan penyerta penyakit lain, misalnya diabetes mellitus, payah

jantung kronis, dan penyakit vascular (Mangunegoro, 1992).

Tuberkulosis pada lanjut usia ternyata masih cukup tinggi

(Rahmatullah, 1994). Di rumah sakit DR. Karyadi Semarang,

ditemukan kasus TBC sebesar 25,2%. Secara patofisiologis, lanjut usia

tanpa penyakit saja sudah mengalami penurunan fungsi parunya,

ditambah menderita TBC paru sehingga menambah dan memperburuk

keadaan. Banyak ditemukan lanjut usia dengan penyakit TBC paru

yang sudah dalam keadaan parah, banyak ditemukan pula bronchitis

kronis dan tidak sedikit kematian terjadi akibat radang paru. Kanker

paru sering ditemukan terutama pada lanjut usia yang perokok berat.

Mangunegoro (1992) menyatakan terdapat kecenderungan

peningkatan frekuensi kanker paru.

2. Jantung dan Pembuluh Darah

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar dan

disabilitas lanjut usia,terutama usia 65 tahun ke atas dan 50% terdapat

di negara industri maju (kannel,1992). Lanjut usia mengalami

pembesaran jantung (hipertrofi). Rongga bilik kiri juga mengalami

54
penurunan, akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga

mengalami penurunan adalah besarnya sel otot jantung hingga

menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung setelah berusia 20

tahun, kekuatan otot jantung seseorang berkurang sesuai dengan

bertambahnya usia. Dengan bertambahnya usia, denyut jantung

maksimum dan fungsi lain jantung juga berangsur menururn. Pada

lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap, elastisitas jantung

pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% dibandingkan

dengan orang muda berusia 20 tahun. Oleh karena itu, tekanan darah

pada wanita lanjut usia mencapai 170/90 mmhg dan pria lanjut usia

mencapai 160/100 mmHg, masih dianggap normal.

Derajat kerja jantung dapat dinilai dari besarnya curah jantung atau

curah jantung, yaitu jumlah darah yang dikeluarkan oleh bilik jantung

atau pentrikel / menit.Pada usia 90 tahun, curah jantung menurun dan

sudah tentu menimbulkan efek pada fungsi alat lain, seperti otot, paru,

dan ginjal karena berkurangnya arus darahke organ tubuh. Sebaliknya ,

tekanan darah saat istirahat akan meningkat sesuai dengan

bertambahnya usia walaupun tidak begitu besar. Dengan adanya

aktivitas fisik, tekanan darah seseorang akan meningkat, terutama

sistoliknya. Pada lanjut usia, peningkatkan tekanan darah saat

melakukan aktifitas fisik ini meningkat lebih cepat disbanding dengan

orang muda.

55
Denyut jantung nadi juga meningkat pada waktu seseorang melakukan

aktifitas fisik. Pada saat bekerja maksimal, denyut nadi akan mencapai

angka maksimalnya. Namun, denyut nadi maksmal pada lanjut usia

ternyata, menurun karena jantung tidak dapat mencapai frekuensi

seperti saat masih muda. Rumus untuk memperkirakan denyut nadi

maksimal seseorang adalah 200 – usia.

Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan lanjut usia

terjadi pada pembuluh darah. Proses yang disebut sebagai

arteriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh darah dapat terjadi

di banyak lokasi. Proses pengapuran ini akan berlanjut menjadi proses

yang menghambat aliran darah dan pada suatu saat, dapat menutup

pembuluh darah.

Pada tahap awal, gangguan dai dinding pembuluh darah yang

menyebabkan elastisitasnya berkurang akan memacu jantung bekerja

lebih keras karena terjadi hipertens. Selanjutnya, bila terjadi sumbatan

jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh darah ini akan rusak atau

mati, hal inilah yang disebut infrak.

Bila kejadian ini terjadi di otak, akan terjadi stroke, sedangkan bila

terjadi di jantung dapat saja menyebabkan infrak jantung atau infrak

miokard atau masih lebih ringan dapat terjadi angina pectoris (sakit

pada daerah dada, khususnya bila melakukan kegiatan fisik) atau

gangguan koroner lainnya. Pada lanjut usia, banyak ditemukan

penyakit jantung koroner yang disebut jantung iskemik. Di Indonesia

56
saat ini penyakit jantung iskemik sudah menjadi pembunuh ketiga

diantara penyakit lainnya. Penderitanya berusia diatas 45 tahun sampai

lanjut usia.

Perubahan yang dapat ditemukan pada penderita jantung iskemik

adalah perubahan pembuluh darah jantung akibat aterosklerosis yang

belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor yang mempercepat

timbulnya antara lain banyak merokok, kadar kolestrol tinggi,

penderita diabetes mellitus, berat badan berlebihan dan kurang olah

raga. Faktor-faktor tersebut sebenarnya dapat dicegah atau dihindari,

kecuali faktor umum, seperti jenis kelamin, keturunan dan kepribadian

penderita yang sulit untuk dihindari.

Jenis penyakit jantung lain yang juga banyak ditemukan pada lanjut

usia adalah penyakit jantung akibat paru menahan (korpulmonal),

penyakit jantung akibat tekanan darah darah tinggi, dan penyakit

jantung akibat gangguan irama jantung. Penyakit jantung koroner

merupakan penyakit jantung yang paling sering ditemukan pada orang

lanjut usia, 20% pria dan 12% wanita yang berusia 65 tahun ke atas,

dan juga merupakan penyebab gagal jantung. Wanita biasanya

menderita penyakit jantung koroner (infark miokard) banyak

ditemukan di Indonesia, terdiri atas :

a) Angina pectoris : suasana sindrom klinis, terjadi sakit dada yang

khas yaitu seperti dada ditekan atau terasa berat yang sering kali

57
menjalar ke lengan kiri. Sakit dada biasanya timbul waktu

melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien beristirahat.

b) Angina pectoris yang tidak stabil, yaitu keadaan angina oksigen

tidak jelas bertambah.

c) Angina prinztmetal : serangan angina pectoris yang timbul pada

waktu istirahat.

d) Infark miokard akut (IMA) : nekrosis miokard akibat aliran darah

ke otot jantung terganggu lebih dari 20 menit, akut, episode

sinkope, hemiplegia, gagal ginjal, muntah dan kelemahan hebat.

Bila ditemukan penderita seperti ini, sebaiknya mereka dijuruk ke

rumah sakit.Penyakit jantung pulmonik dan penyakit jantung lainnya

disebabkan oleh penyakit paru primer (bronchitis kronis, emfisema

pulmonum, bronkiektasis, dll). Pada umumnya, penderita jarang

mencapai usia lanjut dan lebih banyak terjadi pada pria perokok.

3. Hipertensi

Dari banyak penelitian epidemologi, didapat bahwa dengan

meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi, hipertensi menjadi

masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan ditemukan dan

menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner.

Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh

penyakit jantung dan serebrovaskular.

Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas penyakit

kardiovaskular menurun dengan pengobatan hipertensi.Saat ini,

58
penelitian longitudinal telah membuktikan hal ini pada pengobatan

hipertensi diastolic. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :

a) Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

b) Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

Pada hipertensi sistolik, masih kontrovesial mengenai target tekanan

darah yang dianjurkan penurunannya bertahap sampai sekitar sistolik

140-160 mmHg (R. P. Sidabutar, 1974).

4. Penyakit sistem pencernaan

Produksi saliva menurun sehingga memengaruhi proses perubahan

kompleks karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai

pelicin makanan berkurang sehingga proses menelan lebih sukar.

Keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak diperut, dan

sebagainya, sering kali disebabkan makanan yang kurang bisa dicerna

akibat menurunnya toleransi tehadap makanan, terutama yang

mengandng lemak. Keluhan lain yang sering ditemukan ialah sembelit,

yang disebabkan oleh banyaknya gigi sudah lepas (ompong). Dengan

proses menua, mungkin terjadi gangguan motilitasotot polos esofagus,

mungkin juga terjadi reflux disease (terjadi akibat refluks isi lambung

ke esofagus). Insiden ini mencapai puncak pada usia 60-70 tahun.

Lanjut usia sedah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses

59
menelan sering mengalami kesulitan. Kelemahan otot esofagus sering

menyebabkan proses patologis yang disebut hernia heatus.

Penyakit dan gangguan pada lambung meliputi :

a) Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar, yang menyebabkan

sekresi asam lambung, dan pepsin dari faktor intrinsik kuran.

b) Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan

submukosa lambung. Insiden gastritis meningkat dengan lanjutnya

proses menua. Namun, sering kali asimtomatik atau hanya

dianggap sebagai akibat normal proses menua.

c) Ulkus peptikum yang bisa terjadi di esofagus, lambung, dan

duodenum walaupun kadar asam lambung pada lanjut usia sudah

menurun, insiden ulkus di lambung masih lebih banyak

dibandingkan ulkus duodenum.

Gejalanya :

1) Biasanya tidak spesifik

2) Penurunan BB

3) Mual

4) Perut rasa tidak enak

5. Penyakit Sistem Urogenital

Peradangan dalam sistem urogenital, terutama ditemukan padawanita

lanjut usia berupa peradangan kandung kemih sampai peradangan

ginjal, akibat sisa urine dalam vesika urinaria (kandungkemih.

Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandungkemih dan

60
adanya tumor yang menyumbat saluran kemih.Pada pria berusia lebih

dari 50 tahun, sisa urine dalam kandung kemih dapat disebabkan oleh

pembesaran kelenjar prostat (hipertrofiprostat).Hipertrofi prostat

menyebabkan gangguan berkemih.Bahkan, kadang-kadang urine

secara mendadak tidak dapat dikeluarkansehingga untuk

mengeluarkannya harus dipasang kateter. Padalanjut usia, banyak

ditemukan kanker pada kelenjar prostat.

6. Penyakit Gangguan Endokrin (Metabolisme)

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia

yangmemproduksi hormon, seperti kelenjar pankreas yang

memproduksiinsulin dan sangat penting dalam pengaturan gula darah,

kelenjartiroid/gondok yang ikut serta dalam metabolisme tubuh,

kelenjaradrenal/anak ginjal yang memproduksikan adrenalin,

kelenjaryang berkenaan dengan hormon pria atau wanita. Hampir

semuaproses produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh

enzimdan enzim ini dipengaruhi oleh proses menua. Sama dengan

selain, kelenjar endokrin dapat mengalami kerusakan yang bersifatage

related cell loss, fibrosis, infiltrasi limfosit, dan sebagainya. Perubahan

karena proses menua pada reseptor hormon, kerusakanpermeabilitas

sel, dan sebagainya dapat menyebabkan perubahanrespons inti sel

terhadap kompleks hormon reseptor.Semua jenis penyakit hormonal

dapat terjadi pada lanjut usia,tetapi bentuk fungsi ini tidak khas seperti

61
pada orang muda. Salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh mengatur

agar arus darah keorgan tertentu berjalan dengan baik melalui

vasokonstriksi pembuluh darah bersangkutan disebut adrenal/kelenjar

anak ginjal.Adapula yang merupakan stres hormon, yaitu hormon yang

diproduksidalam jumlah besar dalam keadaan stres dan berperan

pentingdalam reaksi mengatasi stres. Oleh karena itu, dengan

mundurnyaproduksi hormon, lanjut usia kurang mampu menghadapi

stres.

Tidak jarang, pada lanjut usia juga ditemukan kemunduranfungsi

kelenjar tiroid sehingga lansia tersebut tampak lesu dankurang

bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya,seperti

adanya klimakterium/menopouse pada wanita yangmendahului proses

tua yang mengakibatkan sindrom dalam bentukyang beragam. Pada

pria, terjadi penurunan sekresi kelenjar testispada usia tertentu.

Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan

mnenurunnya produksi hormon, antara lain terlihat pada wanita

yangmendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi

yangtidak sampai berhenti sama, sekali (menopause), prosesnya

merupakan proses alamiah. Penyakit metabolik yang banyak

ditemukanialah diabetes melitus dan osteoporosis (berkurangnya zat

kapur danbahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh dan

menipis).

62
Diabetes melitus sering ditemukan pada lanjut usia yangberumur 70

tahun ke atas. Akibatnya, terjadi degenerasi pembuluhdarah dengan

komplikasi pembuluh darah koroner, perubahandarah otak yang

berakibat terjadinya penyakit serebrovaskulaFerubahan pada

pembuluh darah otak ini dapat menyebabkanstroke yang bisa

menyebabkan kelumpuhan separuh badan.

7. Penyakit pada Persendian dan Tulang

Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakanpada

permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjutusia,

terutama yang gemuk. Hampir 8% orang yang berusia 50tahun ke atas

mempunyai keluhan pada sendinya, misalnya linu,pegal, dan kadang-

kadang terasa seperti nyeri.Bagian yang terkenabiasanya ialah

persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi penahan berat tubuh

(lutut dan panggul).

Biasanya nyeri akut pada persendian itu disebabkan oleh gout.Hal ini

disebabkan gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh.Teriadinya

osteoporosis ini menyebabkan tulang lanjut usia mudahpatah dan sulit

sembuh. Biasanya, patah tulang terjadi karena lanjutusia tersebut

jatuh. Jatuhnya dapat terjadi karena kekuatan otot dankoordinasi

kekuatan anggota badan secara keseluruhan berkurang,mendadak

pusing, penglihatan yang kurang baik, adanya penyakitjantung yang

diringi gangguan pada irama jantung, cahayaruangan kurang terang,

63
dan lantai yang licin. Karena adanya patahtulang tersebut, dapat terjadi

komplikasi sehingga harus istirahattotal dalam waktu yang lama,

misalnya karena harus operasi untukmenyambung patah tulang

tersebut. Tirah baring yang lama dapatmempercepat terjadinya

osteoporosis dan radang paru.

8. Proses Keganasan

Penyebab terjadinya kanker sampai saat ini belum diketahuidengan

pasti.Hanya tampak semakin tua seseorang, semakinmudah dihinggapi

penyakit kanker.rada wanita, kanker banyak ditemukan pada rahim,

payudara, dan saluran pencernaan.Biasanya, kanker pada wanita

dimulai pada usia 50 tahun. Kankerpada pria paling banyak ditemukan

pada paru, saluran pencernaan, dan kelenjar prostat. Pada lanjut usia,

harus dilakukan pemeriksaansecara saksama. Riwayat penyakit perlu

ditanyakan, baik yangpernah dideritanya maupun yang ada dalam

keluarga.

Bahan karsinogen, misalnya tembakau (rokok), sinar

ultraviolet,sinar radioaktif, sinar-X yang berlebihan dapat juga

menimbulkankeganasan. Karena proses keganasan ini dapat menjalar

ke organlain (metastasis), harus diusahakan dicari sumber primer

keganasantersebut.

2.14 Kehidupan Seksual

64
Setiap manusia di dunia akan mengalami proses menua dan menjadi

lanjut usia. Menurut WHO (World Health Organization) lanjut usia

adalah mereka yang berusia 60-74 tahun dan menurut UU RI No.13 tahun

1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.(Mujahidullah, 2012) Saat ini,

di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta

dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

mencapai 1,2 milyar. Berdasarkan hasil laporan Infodatin, proyeksi usia

pada kelompok lansia di dunia cenderung meningkat dari tahun ke tahun,

sejak tahun 2013 jumlah lansia di dunia 13,4%, tahun 2050 menjadi

25,3% dan tahun 2100 menjadi 35,1% (Statistik, 2015). Pertambahan

penduduk lansia juga terjadi di Indonesia. Badan Pusat Statistik

menyatakan jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2015 adalah 9,77%

dari jumlah penduduk dan tahun 2020 mencapai 11,3%, dan diperkirakan

pula bahwa total lansia di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 29,12

juta jiwa. Di Indonesia pula terjadi peningkatan populasi lansia dari 14,4

juta jiwa di tahun 2000 dan diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa di tahun

Seksualitas berdasarkan WHO adalah suatu aspek inti manusia

sepanjang hidupnya dan meliputi seks, identitas dan peran gender,

orientasi seksual, erotisisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.

Seksualitas dialami dan diungkapkan dalam pikiran, khayalan, gairah,

kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, perbuatan, peran dan hubungan.

Sementara seksualitas dapat meliputi semua dimensi ini. Tidak semuanya

65
selalu dialami atau diungkapkan. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi

faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik, budaya, etika, hukum,

sejarah, religi dan spiritual (World Health Organization, 2006).

Hasil pengkajian aplikasi komunitas pada tanggal 27 Oktober-4

Nopember 2016 terhadap 41 Lansia yang berpasangan yang berumur 60-

74 tahun di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Semarang,

dengan intrumen pengkajian kuesioner berdasarkan Teori Self Care.

Pertanyaan berdasarkan nilai dan budaya yang ada di masyarakat, lanjut

usia masih membutuhkan hubungan suami istri 58.54% lansia, kadang-

kadang dalam melakukan hubungan suami istri,19.51% lansia jarang

melakukan hubungan suami istri, 14.63% lansia tidak pernah melakukan

hubungan suami istri dan 7.32% lansia selalu melakukan hubungan suami

istri. Hasil pengkajian dengan pertanyaan lanjut usia tidak perlu

berhubungan suami istri didapatkan hasil, 17 lansia (41,46%) menjawab

kadang- kadang, 13 lansia (31,71%) menjawab jarang, 9 lansia (21,95%)

menjawab tidak pernah dan 2 lansia (4,88%) menjawab selalu. Hasil

pengkajian lansia berdasarkan percaya hubungan suami istri pada usia

lanjut dapat membuat awet muda, 16 lansia (39.02%) menjawab selalu,

13 lansia (31,71%) menjawab kadang-kadang, 7 lansia (17.07%)

menjawab tidak pernah dan 5 lansia (12.20%) jarang.

Sampai saat ini, seksualitas orang tua belum dibahas secara terbuka

dan bebas di banyak negara, termasuk Korea. Kebanyakan orang

menganggap bahkan pemikiran seksualitas orang tua tidak masuk akal.

66
Pikiran dari orang Korea lebih acuh tak acuh atau negatif tentang

seksualitas pada wanita lanjut usia dibandingkan pria. Karena mereka

percaya kebajikan monogami, wanita lanjut usia cenderung tidak menikah

lagi saat mereka kehilangan pasangan mereka (Lee, Kwon, Kim, &

Moon, 2007).

Ulasan pada jurnal Sexuality in Older Age: Essential Considerations

for Health Care Professionals menggambarkan fakta bahwa banyak

orang tua menikmati kehidupan seks yang aktif dan memeriksa bukti

terhadap persepsi umum dari 'aseksual' usia tua. Ini menawarkan

gambaran bukti bagi para profesional kesehatan yang sebelumnya tidak

terlalu menganggap penting seksualitas pasien mereka yaitu lansia. Hal

ini juga menjelaskan beberapa masalah seksual yang dihadapi oleh orang-

orang yang lebih tua, terutama kesulitan- kesulitan yang dialami dalam

mengungkapkan masalah tersebut kepada profesional kesehatan (Taylor

& Gosney, 2011)

Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan banyak golongan lansia tetap

menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas

tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.

Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat

berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut

sebelumnya (Martono & Pranarka, 2009).

Kesehatan seksual merupakan suatu hal yang sukar untuk diartikan,

karena kebanyakan masyarakat menganggap kesehatan seksual adalah

67
suatu peristiwa yang sulit untuk dijelaskan sehingga menimbulkan suatu

anggapan yang salah. World Health Organization, mendefinisikan

kesehatan seksual sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional,

intelektual, dan aspek sosial dari kehidupan seksual dengan cara yang

positif untuk memperkaya pengetahuan seksualnya dalam bentuk

kepribadian, dan perasaan cinta (Berman et al, 2015).

Kehilangan seksualitas bukan merupakan aspek penuaan yang tidak

dapat dihindari dan sebagian besar orang yang sehat tetap aktif secara

seksual secara teratur sampai usia lanjut. Namun proses penuaan memang

membawa perubahan tertentu dalam respon seksual fisiologis pria dan

wanita, dan disertai sejumlah medis yang menjadi lebih prevalen pada

usia lanjut yang berperan penting terjadinya gangguan seksual patogen

terhadap lansia (Stanley & Beare, 2016).

Dianggap bahwa aktivitas seksual behenti diusia 60 tahun. Perubahan

pada pria dimulai pada usia pertengahan dengan penurunan tingkat

testosteron. Sekitar 18 sampai 40 persen pengalaman impotensi antara

usia 60 dan 65. Dengan penurunan hormonal, produksi sperma berkurang,

beberpapa mengalami penyusutan testis, berkurangnya volume cairan ma

ni, perlunya waktu lebih untuk mencapai ejakulasi, dan menunggu lebih

lama antara ejakulasi (Bee, 1987; Hooyman dan Lust Bandert,1986).

Perubahan perempuan dimulai saat monopose. Perubahan ini mencakup

beberapa hilangnya jaringan di alat kelamin dan payudara dan hilangnya

elastisitas dalam vagina (Bee, 1987; Hooyman dan Lust Bandert,1986).

68
Meskipun perubahan biologis tidak bias dihindari, dampaknya sangat

dipengaruhi oleh kebiasaan kesehatan pribadi yang berada dibawah

kendali dirinya.

2.15 Pembatasan fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang memebutuhkan energi

untuk mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu dan lain

sebagainya (Farizati, 2002).

Aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kessehatan lansia sebaiknya

memenuhi kriteria FITT (Frequency, intensity, time, type).Frekuensi

adalah seberapa sering aktivitas dilakukan, beberapa hari dalam satu

minggu.Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas

dilakukan.Biasanya diklasifikasikan menjadi intensitas rendah, sedang dan

tinggi.Waktu mengacu pada durasi, seberapa lama suatu aktivitas

dilakuakan dalam suatu pertemuan, sedangkan jenis aktivitas adalah jenis-

jenis aktivitas fisik yang dialkukan.

Jenis-jenis aktivitas fisik pada lansia Kathy (2002), melipiti latihan

aerobik, penguatan otot (muscle strangthning), fleksibelitas dan latihan

keseimbangan. Seberapa banyak waktu latihan dilakukan tergantung dari

tujuan setiap individu apakah untuk kemandirian, kesehatan, kebugaran,

atau untuk perbaikan kerja (performance).

69
Lansia direkomendasikan melakukan aktivitas fisik setidaknya selama

30 menit pada intensitas sedang hampir setiap hari dalam

seminggu.Berpartisipasi dalam aktivitas seperti berjalan, berkebun

melakukan pekerjaan rumah, dan naik turun tangga dapat mencapai tujuan

yang diinginkan.

Lansia dengan usia lebih dari 65 tahun disarankan melakukan olahraga

yang tidak terlalu membebani tulang seperti berjalan, latihan dalam air,

bersepeda statis, dan dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Bagi

lansia yang tidak terlatih harus mulai dengan intensitas rendah dan

peningkatan dilakukan secara individual berdasarkan toleransi terhadap

latihan fisik.

Latihan fisik untuk penguatan otot adalah aktivitas yang memperkuat

dan menyokong otot dan jaringan ikat.Latihan dirancang supaya otot

mampu membentuk kekuatan untuk menggerakkan atau menahan beban,

misalnya aktivitas yang melawan gravitasi seperti gerakan berdiri dari

kursi, ditahan beberapa detik, berulang-ulang atau aktivitas dengan

tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali elastis.Latihan penguatan

otot dilakukan setidaknya 2 hari dalam seminggu dengan istirahat diantara

sesi untuk masing-masing kelompok otot.Intensitas untuk membentuk

kekuatan otot menggunakan tahanan atau beban dengan 10-12 repitisi

untuk masing-masing latihan.Intensitas latihan meningkat seiring dengan

meningkatnya kemampuan individu.Jumlah repitisi harus ditingkatkan

70
sebelum beban ditambah. Waktu yang dibutuhkan adalah satu set latihan

dnegan 10-15 repitisi.

Kesiaran sendi (ROM) yang memadai pada semua bagian tubuh sangat

penting untuk mempertahankan fungsi muskuloskletal, keseimbangan dan

kelincahan pada lansia.Latihan fleksibel dirancang dengan melibatkan

setiap sendi-sendi utama (panggul, punggung, bahu, lutut dan

leher).Latihan keseimbangan dilakukan untuk membantu mencegah lansia

jatuh.Latihan keseimbangan setidaknya 3 hari dalam seminggu sebagian

besar aktivitas dilakukan pada intensitas rendah.Kegiatan berjalan, tai chi,

dan latihan penguatan otot memperlihatkan perbaikan keseimbangan pada

lansia.

Program latihan lansia meliputi latihan daya tahan paru (aerobic)

kekuatan, fleksibelitas, dan keseimbangan dengan cara progresif dan

menyenangkan. Latihan melibatkan kelompok otot utama dengan gerakan

seoptimal mungkin pada ROM yang bebas dari nyeri. Pembebanan pada

tulang, perbaikan postur, melatih gerakan-gerakan fungsional akan

meningkatkan kekuatan, fleksibelitas dan keseimbangan.

Bagi lansia lemah secara fisik, aktifitas yang dilakukan dikaitkan

dengan kegiatan sehari hari dan mempertahankan kemandirian, misalnya

tekhnik mengangkat beban yang benar, berjalan, cara menjaga fostur yang

benar dan sebagainya.

Olahraga pada lansia dilakukan dengan mempertimbangkan

keamanan, masalah kesehatan, perlunya modifikasi latihan, dan

71
mempertimbangkan kelemahan yang mungkin ada.Screening diperlukan

sebelum program latihan dimulai.Sangat penting menanyakan apakah

pasien aman untuk berlatih, dipikirkan pula apakah pasien lebih baik

apabila tidak aktif berlatih. Screening meliputi semua system utama tubuh,

termasuk status kognitif, auskultasi arteri karotis, insfeksi hernia,

penilaian keseimbangan kemampuan dan komunitas.

Selama latihan tidak boleh dilupakan minum untuk mengganti cairan

yang hilang selama olahraga. Jenis olahraga yang disarankan mempuanyai

aspek social sehingga sekaligus bisa berdampak pada emosi lansia (erin,

2002).

Olahraga direkomendasikan bagi lansia dengan osteosrtritis untuk

memperkuat otot dan mobilitas sendi, memperbaiki kapasitas fungsional,

menghilangkan nyeri dan kekakuan, dan mencegah deformitas lebih

lanjut.Program latihan disusun berdasarkan status individual.Olahraga

sebiknya tidak membebani tubuh, misalnya bersepeda dan latihan di

dalam air.

2.15 Penggunaan obat pada lansia

Pada usia lanjut, seseorang dapat memberikan respon yang berbeda

dari orang dewasa muda, dengan sering terjadi efek samping atau efek

toksik obat. Oleh karena itu, pemakaian obat pada lansia memerlukan

72
perhatian dan pertimbangan khusus. Pemakaian obat pada lansia dapat

menjadi masalah, antara lain karena :

1. Kelompok lansia mengonsumsi 25-30% total obat yang digunakan di

pusat pelayanan masyarakat.

2. Praktik polifarmasi sering dijumpai pada lansia karena mereka sering

menderita lebih dari satu macam penyakit.

3. Penelitian epidemiologis menunjukka bahwa lansia sangat rentan

terhadapresiko efek samping obat (ESO). Resiko terjadinya ESO

meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah obat yang dikonsumsi.

Jika dosis yang biasanya diberikan pada orang dewasa muda juga

diberikan pada lansia, sering timbul respon yang berlebihan atau efek

toksik serta berbagai efek samping. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Perubahan faktor farmakonetik obat. Hal ini terutama disebabkan hal-

hal sebagai berikut :

a. Fungsi ginjal berkurang (filtrasi glomeruli dan sekresi tubuli), pada

lansia 65 tahun filtrasi glomeruli berkurang sebesar 30%.

b. Kapasitas metabolism beberapa obat, karena berkurangnya kadar

albimun plasma (sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas dalam

darah).

73
c. Penurunan berat badan dan cairan tubuh, serta penambahan lemak

tubuh (sehingga dapat mengubah distribusi obat) dan berkurangnya

absorpsi aktif.

Resultant dari semua perubahan ini menghasilkan kadar obat yang

lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah dan jaringan. Waktu

paruh obat dapat meningkat sampai 50%.

2. Perubahan faktor-faktor farmakodinamik dapat berupa peningkatan

sensisivitas reseptor, terutama reseptor di otak (terhadap obat yang

bekerja sentral) dan penurunan mekanisme hemeostatik, misalnya

homeostatic kardiovaskular (terhadap obat-obat antihipertensi).

3. Adanya berbagai penyakit (terutama penyakit saluran cerna, penyakit

kardiovaskular, penyakit hati dan penyakit ginjal.

4. Penggunaan banyak obat secara bersamaan sehingga meningkatkan

kemungkinan terjadinya interaksi obat.

Akibatnya, pasien yang sangat tua mempunyai sifat farmakokinetik

sangat mirip dengan pasien yang sangat muda.Meskipun demikian,

komplikasi selanjutnya tidak seperti pasien anak dan lansia yang mungkin

memiliki beberapa penyakit, termasuk penyakit kardiovaskular dan

mungkin juga menggunakan beberapa obat, khususnya obat dengan batas

keamanan yang sempit (misalnya digitalis dan antidepresan trisklik).Oleh

karena itu, penting sekali untuk mencegah terjadinya keracunan obat pada

lansia.

Prinsip-prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut :

74
1. Berikan obat hanya bila betul-betul diperlukan, artinya obat hanya

diberikan bila ada indikasi yang tepat. Bila diperlukan obat plasebo,

berikan bahan berupa obat yang tidak mengandung bahan aktif.

2. Pilih obat yang memberikan rasio manfaat-risiko paling menguntukan

bagi pasien lansia (misalnya bila diperlukan hipnotik, jangan gunakan

barbiturate) dan tidak berinteraksi dengan obat lain atau penyakit lain

pada pasien bersangkutan.

3. Mulailah pengobatan dengan dosis rendah (setengah dari dosis yang

biasanya diberikan pada dewasa muda).

4. Selanjutnya, sesuaikan dosis obat berdasarkan respons klinik pasien,

dan bila perlu dengan memantau kadar obat dalam plasma. Dosis

penunjang yang tepat pada umumnya lebih rendah daripada dosis

untuk orang dewasa muda.

5. Berikan regimen dosis yang sederhana (idealnya 1x sehari) dan

sediaan obat yang mudah ditelan (sebaiknya sirup atau tablet yang

dilarutkan dalam air) untuk menjamin kepatuhan penderita.

6. Periksa secara berkala semua obat yang digunakan oleh pasien, dan

hentikan pemakaian obat yang tidak diperlukan lagi

2.16 Tipe Lanjut usia

Ada beberapa tipe lanjut usia di Indonesia menurut Mangkunegoro

IV dalam surat werdatama, yang di kutip oleh H. I Widyapranata

75
menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia)dalam literature lama (jawa)

dibagi dua golongan, yaitu :

1. Wong sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi

tunggal” yakni yang mampu membedakan anatara baik dan buruk,

sejati dan palsu, Gusti (Tuhan)

2. Wong sepah: Lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya

muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat buat- dan berlebihan

serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika

dan romantika hidup)

Pujangga ronggo warsito (dalam surat kalatida) menyebutkan

bahwa lanjut usia terbagi dalam dua kelompok, yakni:

1. Lanjut usia berbudi sentosa: orang tua ini meskipun diridai Tuhan

Yang Maha Esa dengan rezeki, tetapi berusaha terus, disertai selalu

ingat dan waspada.

2. Lanjut usia yang lemah: orang tua yang putus asa sebaiknya hanya

menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih saying

tuhan.

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan

bermacam-macam tipe lanjut usia. Yang menonjol antara lain:

1. Tipe arif bijaksana: lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

76
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi

undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri: lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang

dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, dan teman

pergaulan, serta memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir dan

batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan

kecantikan. Kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,

status, teman yang di sayangi, pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.

4. Tipe pasrah: lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib

baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap dating terang”),

mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja

dilakukan.

5. Tipe bingung: lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh

Lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang

bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,

mental, social, dan ekonominya. Tipe ini antara kain:

1. Tipe optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,

mereka memandang masa lanjut usia Dalam bentuk bebas dari

tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menururti kebutuhan

77
pasifnya. Tipe ini sering disebut juga lanjut usia kursi gotang (the

rocking chairman).

2. Tipe konstruktif: lannjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat

menikmati hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristic,

fleksibel, dan tahu diri. Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka

dengan tenang menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.

3. Tipe ketergantunga: lanjut usia ini masih bias diterima di tengah

masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak

mempunyai inisiatif, dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang

pension, tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan dan

banyak minum.

4. Tipe defensive: lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat

pekerjaan//jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan,

emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat

kompulsif aktif, anehnya mereka takut menghadapi “menjadi tua” dan

menyenangi masa pension.

5. Tipe militant dan serius: lanjut usia yang tidak mudah menyerah,

serius, senang berjuang, bias menjadi panutan.

6. Tipe pemarah frustrasi: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, dan selalu meyalahkan orang lain, menunjukan

penyesuaian yang buruk. Lanjut usia sering mengekspresikan

kepahitan hidupnya.

78
7. Tipe bermusuhan: lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang

menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.

Biasanya, pekerjaan saat ia muada tidak stabil. Menganggap menjadi

tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda,

senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang

buruk.

8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri: lanjut usia ini

bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,

mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.

Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,

memandang lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak

menarik. Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban

keadaan, membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.

Perawat mengenal tipe lanjut usia sehingga dapat menghindari

kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan pendekatan perawatan.

Tentu saja tipe tersebut hanya suatu pedoman umum.Dalam praktiknya,

berbagai variasi dapat ditemukan.

Menurut kemampuan dalam diri sendiri, lanjut usia dapat

digolongkan dalam kelompok sebagai berikut:

1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya

2. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya

79
3. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung

4. Lanjut usia di bantu oleh badan social

5. Lanjut usia Panti social tresna werdha

6. Lanjut usia yang di rawat di rumah sakit

7. Lanjut usia yang menderita gangguan mental.

Di Negara maju, kemampuan lanjut usia untuk melakukan

aktivitas nnormal sehari-hari dijeajahi. Mungkin mereka tidak

memerlukan bantuan, dapat bangun, mandi, ke WC, kerja ringan,

olahraga, pergi ke pasar, berpakaian rapi, membersihkan kamar dan

tempat tidur, lemari, mengunci pintu dan jendela, dan lain-lain yang dapat

dilakukan secara normal. Salah satu factor yang sangat menentukan adalah

keadaan mental. Lanjut usia mungkin mengalami demensia, atau

mengalami kemunduran fungsi berpikir.

2.17 Pemenuhan Kebutuhan Dan Karakteristik Spiritual Pada Lansia

Spiritual adalah konsep dua dimensi dengan dimensi vertikal dan

horizontal.Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan Tuhan, dan

dimensidan inspirasi, dan yang memberi jawaban tentang sesuatu yang

tidak terbatas.Spiritualitas digambarkan sebagai sumber kekuatan dan

harapan (Stanley, 2006).

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan

tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa

keterikatan, kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.

80
Dimensi spiritual ini berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau

mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional,

penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Tanpa memandang ras,

warna, asal Negara, jenis kelamin, usia, atau disabilitas, spiritualitas

merupakan kualitas dasar manusia, yang dialami oleh lansia dari semua

keyakinan dan bahkan oleh orang- orang yang tidak berkeyakinan.

Spiritualitas mengatasi kehilangan yang terjadi sepanjang hidup dengan

harapan.Spiritualitas bagi para lansia menjadi sangat penting karena

sebagai usaha mempersiapkan para lansia dalam menghadapi saat-saat

akhir.Pada masa ini, manusia sudah tidak produktif lagi, kondisi fisik

sudah menurun, sehingga berbagai penyakit siap menggerogoti mereka.

Dengan demikian, pada usia ini muncul semacam pemikiran bahwa

mereka berada pada sisa-sisa umur menunggu datangnya kematian.

Sehingga cenderung mendekatkan diri pada Sang pencipta, dan berusaha

memperbanyak amal ibadah, agar lebih siap menghadapi kematian

(Stanley, 2006).

Menjadi tua umumnya dipandang sebagai proses perubahan yang

berlangsung sepanjang hidup. Sehingga usia tua merupakan periode

penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu periode dimana

manusia telah beranjak jauh dari kehidupannya yang dahulu (Monks,

2002). Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

81
mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa

lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun

(Nugroho, 1999) dan mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok

masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson,

2003).

Laju perkembangan kesehatan di Indonesia salah satunya

dicerminkan dari peningkatan lanjut usia. Darmojo (2002) mengatakan

bahwa pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling

pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang

kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau

sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Kenaikan pesat itu berkaitan

dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Usia 60 tahun di

Indonesia merupakan indikasi seseorang memasuki masa lanjut usia

(lansia) (Kompas, 2012).

Berdasarkan kegiatan spiritual, kondisi lanjut usia meliputi dua hal

yaitu mengenai ibadah agama dan kegiatan didalam organisasi sosial

keagamaan. Dalam hal ini kehidupan spiritual mempunyai peranan

penting, seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya tentu akan

memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat

(Depsos, 2007).

2.18 Penggunaan Obat Yang Rasional Dalam Geriatric Dan Therapy

Medic Dan Non Medic Yang Lazim Diberikan Pada Lansia

82
terkait obat Antihivertensi pada pasien usia lanjut di poli geriatric

RSUD Dr.,soetomo, Surabaya

Penatalaksanaan penyakit hivertensi pada lansia Beberapa

kelompok obat lini pertama yang lazim di gunakan untuk pengobatan

hipertensi yaitu diuretik, B blocker, penghambat, penghambat Angiotensin

Converting Enzyme (ACEI), penghambat reseftor angiotensin (ARB), dan

antagonis kalsium (CCB) , selain itu terdapat suatu alternating agent yang

digunakan untuk menambah efek penurunan tekanan darah pada pasien

yang telah menerima First line therafy untuk mengurangi resiko

komplikasi kardiovaskuler (Saseen and Maclaughhlin, 2019).

Penatalaksanaan Penyakit katarak pada lansia obatnya

Penyakit katarak tidak ada terapi obat untuk katarak selain dengan

cara pembedahan operasi yang sering di lakukan pada orang berusia lebih

dari 65 tahun

Penatalaksanaan penyakit inkontinensia urin menurut Muller

1. Terapi non farmakolgi

melakukan latihan otot dasar panggul dengan

mengkontraksikan otot dasar panggul secara ber ulang-ulang

membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah di tentukan

sesuai dengan kebiasaan lansia

2. Terapi Farmakologi

83
obat yang dapat di beikan adalah antikolinergik seperti

Oxbutinin, Propanteine, Dicylomine, Flavoxate, imipramine

Penatalaksanaan osteoporosis Dengan diet kaya kalsium

dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,

dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur

pertengahan dapat melindungi terhadap deminerealisasi skeletal.

2.19 Paliative Care Pada Lansia

Pasien paliatif adalah pasien/orang yang sedang menderita sakit

dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga

pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi.Oleh

karena itu, perawatan paliatif bersifat meredakan gejala penyakit, namun

tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi perawatan paliatif

adalah mengendalikan nyeri yang dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya

dan meminimalisir masalah emosi, sosial, dan spiritual yang dihadapi

pasien (Tejawinata: 2000). Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa

pasien poli perawatan paliatif adalah orang yang didiagnosis mengidap

penyakit berat yang tidak dapat disembuhkan lagi dimana prognosisnya

adalah kematian. Data di Poli Perawatan Paliatif RSUD dr. Soetomo

Surabaya menyebutkan bahwa pasien di Poli Perawatan Paliatif RSUD dr.

Soetomo Surabaya ini semakin hari jumlahnya semakin bertambah dari

3.962 pasien di tahun 1993 menjadi sekitar 4.298 di tahun 2001,

meningkat 11,34 %.

84
Ketika seseorang didiagnosa sakit dengan sebuah sakit yang

tergolong berat dan berstadium lanjut, dimana pengobatan medis sudah

tidak mungkin diterimakan kepada si pasien, maka individu tersebut akan

mengalami goncangan psikologis yang hebat. Kematian adalah salah satu

kepastian bagi para pasien poli perawatan paliatif.Berjalannya waktu baik

itu pendek atau panjang, bagi para pasien paliatif adalah hari-hari yang

sangat menyiksa karena mereka harus menantikan kematian sebagai

jawaban pasti dengan penderitaan rasa nyeri yang sangat hebat. (Megawe;

1998) Berbagai macam peran hidup yang dijalani selama ini pasti akan

menghadapi kendala baik itu disebabkan karena kendala fisik, psikologis,

sosial, budaya maupun spiritual. Demikian pula, prognosis akan kematian

pada para pasien poli perawatan paliatif akan lebih memberikan dampak

konflik psikologis, sosial, budaya maupun spiritual yang sangat khas.

Kematian memang salah satu perjalanan dalam rentang kehidupan

manusia yang pasti akan terjadi. Akan tetapi, proses menuju kepada

kematian masing-masing individu tidak akan ada yang sama. Pasien

paliatif seakan-akan diharuskan menghadapi proses kematian dengan

sebuah penderitaan yang sangat berat karena mereka harus menderita sakit

nyeri yang sangat hebat. Semakin lama rentang masa sakit mereka

sebelum mati membuat semakin berat beban psikologis mereka

menghadapi proses kematian. Demikian pula orang-orang di sekitar para

pasien paliatif tentunya juga mengalami penderitaan yang hampir sama

85
dengan para pasiennya karena keluarga dan orang-orang yang dekat

dengan pasien akan turut merasakan penderitaannya.

Manusia secara umum ketika menghadapi sakit pasti akan

berusaha untuk mengobati sakit yang diderita dengan berbagai macam

cara. Perilaku health seeking pasti akan dilakukan baik itu dengan tujuan

untuk meredakan sakit maupun bertujuan untuk mengobati sakit. Pola

perilaku health seeking dalam masyarakat umum yang berkembang dapat

dibedakan menjadi (1) beberapa orang mempercayakan pemeliharaan

kesehatannya kepada seorang ahli kesehatan profesional seperti dokter (2)

beberapa orang lain mempercayakan pengobatan sakitnya kepada ahli

kesehatan non-profesional seperti tabib (3) sebagian orang

mempercayakan kesehatannya kepada pengobatan dengan pendekatan

spiritual (4) sebagian orang lagi mempercayakan penyembuhan sakitnya

kepada pengobatan tradisional seperti jamu-jamu maupun pijat urat, atau

(5) sebagian lagi mempercayakan pengobatannya kepada pengobatan

alternatif yang lain. (Notoatmojo, 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat

“health seeking behavior” merupakan sebuah hasil daripada interaksi yang

kompleks dan holistik oleh individu dengan lingkungan yang

mempengaruhinya beserta pelayanan kesehatan yang ada.Jadi health

seeking behavior itu sangat dinamis dan mengikuti aspek-aspek yang

mempengaruhinya. Perubahan salah satu aspek mungkin dapat

menyebabkan perubahan perilaku, akan tetapi kadangkala juga tidak

86
menyebabkan perubahan apapun, tergantung pada individu yang

berperilaku (individual differencess). Fenomena pengobatan dalam

masyarakat sebagai perilaku kesehatan masyarakat adalah suatu respon

rasional masyarakat yang sedang berperanan sakit dalam rangka mencari

kesembuhan akan penyakitnya.

Perbedaan kondisi fisik, psikologis, sosial, kultural maupun

spiritual para pasien paliatif dengan para pasien pada umumnya membuat

peneliti tertarik untuk melihat secara lebih dalam keunikan perbedaan

tersebut khususnya health seeking behavior para pasien poli perawatan

paliatif.Seseorang pasien yang menjalani perawatan paliatif diasumsikan

bahwa mereka mengalami goncangan psikologis yang salah satu

manifestasinya terlihat nyata pada health seeking behavior. Oleh karena

itu, health seeking behavior para pasien poli perawatan paliatif tentunya

berbeda dengan health seeking behavior para pasien lainnya, karena health

seeking behaviornya memiliki arah yang unik dan tujuan yang tidak sama

dengan pasien lain.

87
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-

kultural dan spiritual yang berdasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia.

Dalam hal ini, asuhan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien bersifat

komprehensif, yang ditujukan kepada individu, kelompok, keluarga dan Masyarakat,

baik dalam keadaan sehat maupun sakit, yang mencakup seluruh proses kehidupan

manusia.

Asuhan keperawatan gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut usia

karena adanya:

1. Kelemahan fisik, mental, dan social,

2. Keterbatasan pengetahuan,

3. Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas hidup

sehari-hari secara mandiri.

Tujuan asuhan keperawatan lanjut usia :

1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan,

sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayat nya.

2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya telah

lanjut dengan perawatan dan pencegahan.

88
3. Membantu mempertahankan serta meningkatkan daya hidup atau semangat

hidup klien lanjut usia.

4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau

mengalami gangguan tertentu (baik kronis maupun akut).

5. Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan

diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu.

6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar klien lanjut usia yang menderita

suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang

maksimal tanpa perlu pertolongan (memelihara kemandirian secara

maksimal).

Fokus asuhan keperawatan lanjut usia:

1. Peningkatan kesehatan.

2. Pencegahan penyakit (preventif).

3. Mengoptimalkan fungsi mental.

4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

a. Pengkajian

Dalam memeberikan asuhan keperawatan, perawat professional harus

menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini adalah proses

pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan. Pengkajian adalah langkah pertama pada proses keperawatan,

meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menghasilkan diagnosis

keperawatan.

89
Tujuan pengkajian:

1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.

2. Melengkapi dasar rencana perawatan individu.

3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.

4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Pengkajian meliputi aspek:

1. Fisik

a. Wawancara:

1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya

2) Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia

3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri

4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan

pendengaran

5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil

6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia

7) Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan

8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan

minum obat

9) Masalah seksual yang dirasakan

b. Pemeriksaan fisik:

1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi system tubuh.

90
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head

to toe (dari ujung kepala sampai ujung kaki) dan system tubuh.

2. Psikologis

a. Apakah mengenal masalah utamanya.

b. Bagaimana sikap nya terhadap proses penuaan.

c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.

d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis.

e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami.

f. Apakah mudan dallam imenyesuaikan diri,

g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan

h. Apakah haraparn pada saat ini dan akan dating

i. Perlu dikaji juga mengenat fhungsi kognitit, daya ingat, proses pikir,

alam perasaan, orentast, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

3. Sosial-ekonomi

a. Sumber keuangan lanjut usia

b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang

c. Dengan siapa ia tinggal

d. Kegatan organisast apa yang dilkuti lanjut usia.

e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya

f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar

rumah.

91
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi

h. Seberapa besar ketergantungannya.

i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas

yang ada

4. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan

agamanya.

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan

keagamaan

c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan

berdoa.

d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

Pengkajian Dasar

Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat

menndasar pada proses menua yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam

melakukan pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan khsus. Pengkajian

harus dilakukan terhadap fungsi semua sistem, status gizi, dan aspek

psikososialnya

1. Temperatur/suhu tubuh

a. Mungkin (hipotermia) +35 C

92
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual

2. Denyut nadi

a. Kecepatan, irama, volume

b. Apikal, radial, pedal

3. Respirasi (pernapasan)

a. Kecepatan, irama, dan kedalaman

b. Pernapasan tidak teratur

4. Tekanan darahn

a. Saat baring, duduk, berdiri

b. Hipotensi akibat posisi tubuh

5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir

6. Tingkat orientasi

7. Memori (ingatan)Pola tidur

8. Penyesuaian psikososial

A. Sistem Persarafan

1. Kesimetrisan raut wajah

2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak

a. Tidak semua orang menjadi senile

b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah

3. Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak

4. Pupi: kesamaan, dilatasi

5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua:

93
a. Jangan diuji di depan jendela

b. Gunakan tangan atau gambar

c. Cek kondisi kacamata

6. Gangguan sensori

7. Ketajaman pendengaran

a. Apakah menggunakan alat bantu dengar

b. Tinitus

c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan

d. Adanya rasa sakit atau nyeri

B. Sistem Kardiovaskular

1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan

2. Auskultasi denyut nadi apikal

3. Periksa adanya pembekalan vena jugularis

4. Pusing

5. Sakit/nyeri

6. Edema

C. Sistem gastrointestinal

1. Status gizi

2. Asupan diet

3. Anoreksia,tidak dapat mencerna,mual,muntah

4. Mengunyah menelan

5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut

94
6. Auskultasi bising usus

7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon

8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, inkontinensia alvi

D. Sistem genitourinaria

1. Urine (warna dan bau)

2. Distensi kandung kemih, inkontinesia (tidak dapat menahan untuk buang

air kecil)

3. Frekuensi, tekanan, atau desakan

4. Pemasukan dan pengeluaran cairan

5. Disuria

6. Seksualitas

a. Kurang minta melakukan hubungan seks

b. Adanya disfungsi seksual

c. Gangguan ereksi

d. Dorongan atau daya seks menurun

e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas

f. Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

E. Sistem kulit

1. Kulit

a. Temperatur. Tingkat kelembapan

b. Keutuhan kulit luka, luka terbuka, robekan

c. Turgor (kekeyalan kulit)

d. Perubahan pigmen

95
2. Adanya jaringan parut

3. Keadaan kuku

4. Keadaan rambut

5. Adanya gangguan umum

F. Sistem muskuloskeletal

1. Kontraktur

a. Atrofi otot

b. Tendon mengecil

c. Ketidakadekuatan gerakan sendi

2. Tingkat mobilisasi

a. Ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan

b. Keterbatasan gerak

c. Kekuatan otot

d. Kemampuan melangkah atau berjalan

6. Gerakan sendi

7. Paralis

8. Kifosis

G. Psikososial

1. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan

2. Fokus pada diri bertambah

3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian

96
4. Membutuhkan bukti rasa kasih sayang yang berlebihan

b. Diagnosis keperawatan

1. Fisik atau biologis

a. Gangguan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan asupan tidak adekuat

b. Gangguan persepsi sensori : pendengaran, penglihatan yang

berhubungan dengan adanya hambatan penerimaan dan pengiriman

rangsangan

c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan minat

dalam merawat diri

d. Potensial cidera fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh

e. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan kecemasaan atau nyeri

2. Psikososial

a. Isolasi social yang berhubungandenganperasaancuriga

b. Menarikdiridarilingkungan yang

berhubungandenganperasaantidakmampu

c. Depresi yang berhubungandenganisolasisosial

d. Hargadirirendah yang berhubungandenganperasaanditolak

e. Cemas yang berhubungandengansumberkeuangan yang terbatas

97
3. Spiritual

a. Reaksiberkabung/berduka yang berhubungan dengan ditinggal

pasangan

b. MarahterhadapTuhan Yang berhubungan dengan kegagalan yang

dialami

c. Perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan ketikdak mampuan

melakukan ibadah seacara tepat

c. RencanaKeperawatan

Rencanakeperawatandapat :

1. Melibatkankliendankeluarganyadalamperencanaan

2. Bekerjasamadenganprofesikesehatanlainnya

3. Menentukanprioritas

a. Klienmungkinpuasdengansituasidemikian

b. Bangkitkanperubahan, tetapijanganmemaksakan

c. Keamananatau rasa amanadalahkebutuhan yang utama

d. Cegahtimbulnyamasalah

4. Sediakan cukup waktu bagi klien untuk mendapat masukan

5. Tulis semua rencana dan jadwal

Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan

dasar, antara lain memenuhi kebutuhan nutrisi meningkatkan keamanan dan

98
keselamatan, memelihara kebersihan diri, memelihara keseimbangan istirahat/tidur

,dan meningkat kanhubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

1. Pemenuhan kebutuhan nustrisi. Penyebab gangguan nutrisi pada lanjutusia :

a. Penurunan alat penciuman dan pengecap

b. Pengunyahan kurang sempurna

c. Gigi yang tidak lengkap

d. Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar

e. Melemahnya otot lambung dan usus

Masalah gizi pada lanjut usia

1. Gizi berlebih

2. Gizi kurang

3. Kekurangan vitamin

4. Kelebihan vitamin

Kebutuhan nutrisi pada lanju tusia :

a. Kalori pada lanjut usia pria adalah 2100 kalori dan perempuan 1700 kalori.

Dapat di modifikasi bergantung pada keadaan lanjut usia (mis, gemuk/ kurus

atau disertai demam).

b. Karbohidrat, 60% dari jumlahkalori yang dibutuhkan

c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi

penyakit 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.

99
d. Protein, untukmenggantisel yang rusak 20-25% dari total kalori yang

dibutuhkan.

e. Kebutuhan vitamin dan mineral samadenganusiamuda.

f. Air, 6-8 gelas per hari.

Pemberian makan pada lanjutusia:

a. Beri makanan porsi kecil, tetapisering

b. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin

c. beri makanan yang mengandung serat

d. batasi pemberian makanan yang tinggi kalori

e. membatasi minum kopi dan teh

2. meningkatkan keamanan dan keselamatan lanjut usia. Penyebab kecelakaan pada

lanjut usia :

a. Fleksibilitas kaki yang berkurang

b. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun

c. Pencahayaan yang berkurang

d. Lantai licin dan tidak rata

Tindakan mencegah keecelakaan

Untuk klien lanjut usia

1. Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk mengningkatkan

keselamatan

2. Letih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi

100
3. Biasakan menggunkan pengaman tempat tidur jika tidur

4. Bila menggalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien untuk

menggunakan alat bantu berjalan.

5. Bantu klien ke kamar mandi, terutama untuk lanjut usia yang

menggunakan obat penenang/diuretic

6. Gunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu

7. Usahakan ada yang menemani jika bepergian`

Untuk lingkungan

1. Tempat klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi

bila lanjut usia tersebut dirawat

2. Di tempat tidur, kaki pasien menyentuh lantai, posisi lutut 90%, salah satu

pagar tempat tidur terbuka, posisi tempat tidur rendah apabila sedang

didampingi

3. Letakkan bel dibawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya

4. Gunakan tempat tidur yang idak terlalu tinngi

5. Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia dapat

menempatkan alat yang selalu digunakan

6. Penataan ruangan harus bebas untuk lalu-lalang

7. Upayakan lantai bersih , rata, tidak licin dan tidak basah

8. Kunci semua peralatan yang beroda, yang digunakan lanjut usia

9. Pasang pegangan di kamar mandi

10. Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu

70-100 watt

101
11. Usahakan tidak ada perbedaan yang mencolok

12. Jika pindah dari ruang terang ke gelap, ajarkan klien untuk memejakan

mata sesaat

13. Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet (hak sepatu tidak terlalu tinggi

dan sempit)

14. Perhatikan ikatan tali sepatu

15. Bebaskan tangga dari benda, gantungan, karpet

16. Gunakan perabot yang penting saja diruang lanjut usia

e. Tangga tida ada pengaman

f. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak

g. Kehilanagan kesadaran tiba-tiba (sinkope)

3. memelihara kebersihan diri. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia

adalah :

a. Penurunan daya ingat

b. Kurangnya motivasi

c. Kelemahan dan ketidakmampuan fisik

Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain :

a. Mengingatkan/menbantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan

diri

b. Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang

mengandung minyak atau berikan lotion kulit

c. Mengingatkan lanjut usia untuk kebersihan lubang telinga, mata, dan

menggunting kuku.

102
4. Memelihara keseimbangan istrahat/tidur. Upaya yang dilakukan antara lain

a. Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman

b. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.

c. Melatih laniut usia melakukan latihan fisik ringan untuk memperlancat

sirkulasi dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi)

d. Memberi minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu

5. Meningkatkan hubungan interpersonal meIalui komunikasi

a. Masalah umun yang dikemukakan lanjut usia adalah day: ingat

menurun, depresi, cepat marah, mudah tersinggung, curiga. Hal ini

disebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak adekuat.

b. Upaya yang dilakukan antara Iain:

1. Berkomunikasi dengan Ianjut usia dengan kontak mata

2. Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia herhadap kegiatan

yang akan dilakukan

3. Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia

4. Memberikan kesempatan kepada Ianjut usia untuk

mangekspresikan perasaan dan tanggap berhadap respons

nonverbal

5. Melibatkan Ianjut usia untuk Reperluan tertentu sesuai dengan

kemampuan lanjut usia

103
6. Menghargai pendapat lanjut usia

6. Menjaga mobilitas aman

a. Cegah gerak mendadak, berdiri, dan hiperekstensi leher lama

b. Berdiri perlahan

c. Alat bantu mudah dijangkau

d. Tindakan Keperawatan

1.Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya

2. Sediakan cukup penerangan

a. Penerangan alam lebih baik

b. Hindarkan cahaya yang menyilaukan

c. Penerangan malam sepanjang waktu di kamar mandi dan mangan

3. Tingkatkan rangsangan panca-indra melalui:

a. Buku yang dicetak besar

b. Pembahan lingkungan

c. Beri warna yang dapat dilihat klien

4. Pertahankan dan latih daya otientasi nyata dengan m gunakan:

104
a. Kalender atau penanggalan

b. Jam

c. Saling mengunjungi

5. Beri perawatan sirkulasi

a. Hindari menggunakan pakaian yang menekan/ketat, ,meng ikat, atau

sempit

b. Ubah posisi

c. Beri kehangamn dengan selimut dan pakaian

d. Dorong melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi

e. Beri bantuan, dukungan, dan gunakan tindakan yang selama

perpindahan

f. Lakukan penggosokan perlahan pada waktu mandi

6. Beri perawatan pemapasan

a. Bersihkan hidung

b. Lindungi dari angina

c. Tingkatkan aktivitas pemapasan dengan latihan

1. Bemapas dalam

105
2. Latihan batuk

3. Latihan menghembus napas

d. Hati-hati dengan terapi O2, pantau terjadinya narkosis CO2 yang

biasanya ditandai dengan:

1. Gelisah

2. Keringat berlebihan

3. Gangguan penglihatan

4. Kejang otot

5. Tekanan darah rgndah (hipotensi)

6. Kerja otak menurun

7. Beri perawatan pada alat pencemaan

a. Rangsang nafsu makan

1. Beri makanan dengan porsi sedikit, tetapi sering dan kualitasnya

bergizi

2. Beri makanan yang menarik

3. Minum anggur bila diperbolehkan

4. Sediakan makanan yang hangat

106
5. Sediakan makanan jika mungkin, yang sesuai pilihan

b. Cegah terjadinya gangguan pencernaan

1. Beri sikap Fowler waktu makan

2. Pertahankan keasaman lambung

3. Beri makanan yang tidak membentuk gas

4. Cukup cairan

c. Cegah konstipasi atau sembelit

1. Jamin kecupukan cairan dalam diet

2. Dorong untuk melakukan aktivitas

3. Fasilitasi gerakan usus dalam mencerna

4. Beri kebebasan dan posisi tubuh normal

5. Beri laksatif atau supositorial jika hal di atas tidak efektif

8. Beri perawatan genitourinaria

a. Cukup cairan (2000-3000 ml/hari)

b. Cegah inkontinensia

1. Jelaskan dan dorong klien untuk buang air kecil setiap 2 jam

2. Pertahankan penerangan di kamar mandi untuk mencegah jatuh

3. Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari

4. Batasi cairan, terutama mendekati waktu tidur

c. Bagi yang telah mengalami inkontinensia urine

1. Catat dalam catatan kartu berkemih. Kartu catatan berkemih

merupakan kartu yang dapat digunakan oleh lanjut usia yang

107
mengalami masalah inkontinensia urine. Pada kartu ini, catat waktu

dan jumlah urine yang keluar, baik yang keluar secara normal

maupun yang keluar karena tidak tertahankan. Selain itu juga, waktu,

jumlah, dan jenis minuman yang dikonsumsi harus dicatat.

Pencatatan pemasukan dan pengeluaran cairan ini dilakukan setiap

hari selama tiga hari berturut-turut. Tujuan pencatatan untuk

mengetahui pola berkemih dan kemungkinan tipe inkontinensia urine

yang diderita, asuhan dapat diberikan dengan baik dan benar.

2. Terapi nonfarmakologis. Dilakukan dengan mengoreksi penyebab

timbulnya inkontinensia urine, seperti hipertrofi prostat, skibala,

infeksi saluran kemih, diuretic, gula darah tinggi dan lain-lain.

Asuhan yang dapat dilakukan antara lain :

3. Lakukan latihan menahan kencing (memperpanjang interval waktu

berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi

berkemih 6-7 kali per hari. Pasien lanjut usia di harapkan dapat

menahan keinginan atau sensasi untuk berkemih bila belum

waktunya. Lanjut usia diinstruksikan untuk berkemih pada interval

waktu tertentu, mulai setiap jam. Selanjutnya, interval berkemih

setiap 2-3 jam. Teknik latihan ini memerlukan motivasi yang kuat

dari lanjut usia sendiri.

4. Biasakan lanjut usia berkemih pada waktu yang telah ditentukan

sesuai dengan kebiasaan pasien lanjut usia. Teknik ini membutuhkan

keterlibatan petugas atau perawat atau pengasuh pasien.

108
5. Prompted voiding dilakukan dengan cara mengajari klien lanjut usia

mengenali kondisi berkemih mereka serta dapat memberi tahu

petugas atau perawat atau pengasuh bila ingin berkemih. Teknik ini

digunakan pada pasien lanjut usia yang mengalami gangguan fungsi

berpikir.

6. Lakukan latihan otot dasar panggul, dengan kontraksi berulang-ulang

otot dasar panggul. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi

lebih kuat dan uretra dapat tertutup dengan baik. Sebelum pasien

lanjut usia menjalani latihan, harus dilakukan lebih dulu pemeriksaan

orifisium vagina atau rectum untuk menetapkan apakah mereka dapat

mengontraksikan otot dasar panggulnya.

7. Pasien lanjut usia yang mengalami trauma medulla spinalis, stroke

atau demensia memerlukan pemasangan kateter jangka panjang atau

selamanya. Asuhan atau terapi nonfarmakologi ini harus disertai

dengan evaluasi fisik dan lingkungan sosial pasien seperti

kemudahan mencapai toilet, pemakaian dalam atau celana yang

mudah dibuka, system bel untuk memanggil petugas atau perawat

atau pengasuh pasien yang mudah dijangkau lanjut usia.

a. Terapi nonfarmakologis. Dapat dilakukan bila terapi

nonfarmakologis tidak dapat menyelesaikan masalah

inkontinensiaUrine. Obat yang dapat diberikan adalah

antikolinergik (relaksasi kandung kemih), yang dapat

109
diberikan pada inkontinensia urgensi dan agonis alfa yang

dapat diberikan pada inkontinensia stres.

b. Terapi pembedahan. Tindakan pembedahan dapat

dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stres atau tipe

campuran stres dan urgensi. Bila terapi non farmakologis

tidak berhasil, inkontinensia urine tipe overflow umumnya

memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan

retensi urine.

c. Modalitas lain. Ketika melakukan dan mengobati masalah

medis yang menyebabkan inkontinensia urine ini, perawat

dapat memberikan beberapa alat bantu yang dapat digunakan

oleh lanjut usia tersebut, antara lain pamper, kateter, dan alat

bantu toilet (misal, urinal, pispot,dan commode).

d. seksualitas

1) Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi

2) Beri kesempatan pada lanjut usia untuk mengekspresikan

perasaannya tentang keinginan seksual

3) Dorong untuk menumbuhkan rasa persahabatan

9. Berikan perawatan kulit

a. Mandi

1) Jelaskan dan dorong klien mandi bersih hanya 2 kali seminggu

untuk mencegah kekeringan kulit

110
2) Gunakan sabun atau losion yang mengandung lemak untuk

menambah kesehatan kulit

b. Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, misalnya ada

jamur di kuku atau adanya gangguan medik atau bedah.

c. Adakah perawatan gigi palsu ( bila ada prostese ).

10. Berikan perawatan muskuloskeletal

a. Bergerak dengan kerterbatasan

b. Ganti posisi setiap 2 jam, luruskan dengan hati hati

c. Cegah osteoporosis tulang panjang dengan memberi latihan

d. Lakukan latihan aktif dan pasif, misalnya waktu istirahat atau

pada waktu tertentu

e. Beri latihan gerak pada semua sendi 3 kali

f. Anjurkan dan dorong keluarga untuk memandirikan klien,

contohnya membiarkan klien duduk tanpa dibantu

11. Berikan perawatan psikososial

a. Jelaskan dan dorong untuk melakukan aktivitas psikososial agar

tercipta suasana normal

b. Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas

c. Fasilitas pembicaraan

d. Pertahankan sentuhan yang merupakan alat yang sangat berguna

dalam menetapkan atau memelihara kepercayaan

e. Beri penghargaan dan rasa simpati

12. Pelihara keselamatan

111
a. Usahakan agar pagar tempat tidur ( pengaman ) tetap terpasang

karena klien:

1) Sering terbangun (orientasi mengalami kemunduran ) yang

disebabkan oleh beberapa sebab

2) Mudah jatuh karena kelemahan otot

3) Hiperteensi bila dalam posisi tegak

b. Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak

mendapatkan perawatan langsung

c. Pasang pegangan dikamar mandi dan ruangan

d. Kamar dan lantai tidak berantakan

e. Cukup mendapatkan penerangan

f. Beri penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan

g. Beri dorongan untun berjalan, lebih baik latihan sendiri untuk

klien lanjut usia

PERAWATAN SEHARI – HARI

Berikut perawatan yang harus diberikan kepada kliien lanjut usia terutama

yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan .

Kebersihan Mulut dan Gigi

Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan

berkumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi yang masih aktif dan

masih mempunyai gigi cukup lengkap, ia dapat menyikat giginya sendiri

112
sekurang – kurangnya dua kali dalam sehari, pagi saat bangun tidur dan

malam sebelum tidur.

113
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang

professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik,

mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang

berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan

keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan

fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan

damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik. Usia yang dijadikan

patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65

tahun.

B. SARAN
1. Bagi penyusun, agar lebih giat lagi dalam mencari referensi-referensi dari

sumber rujukan, karena dengan semakin banyak sumber yang di dapat semakin

baik makalah yang dapat disusun.

2. Bagi Institusi, agar dapat menyediakan sumber-sumber bacaan baru, sehingga

dapat mendukung proses belajar mengajar.

3. Bagi pembaca, agar dapat memberikan masukan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penyusunan makalah ini.

114

Anda mungkin juga menyukai