Oleh
NIM: 01707010063
Kelas: Keperawatan B
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA” ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Penulis berterima kasih kepada Pak Bhakti Permana
S.Kep., Ners., M.Kep., M.Si selaku tutor yang telah memberikan tugas ini kepada tim
penulis.
Tiada gading yang tak retak. Andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran,
begitupun dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata
pengantar ini tim penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun
sehingga penulis dapat memperbaikinya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya mengenai asuhan keperawatan pada
lansia. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Makalah ini membahas mengenai proses pengkajian kasus pada lansia, diagnose,
hingga intervensi keperawatan yang diberikan kepada lansia berdasarkan kasus.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekali lagi penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan serta memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I..................................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................
1.4 Manfaat.....................................................................................................................................
BAB II................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................................
2.1 ASKEP Teori............................................................................................................................
2.2 ASKEP Pengkajian...................................................................................................................
2.3 Diagnosa...................................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun
2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat
memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar diseluruh
dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia
60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi
2 milyar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14
tahun)
Proyeksi penduduk oeleh Biro Pusat Statistik menggabarakn bahwa antara tahun 2005-
2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari
seluruh jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka harapan hidup
penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada
tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansai mulai mendapat perhatian pemerintah dan
masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu
bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup
sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang
memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam
pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan/atau
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah dann masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan,
serta bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan,
dan lain-lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia,
kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda
(STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
(tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
4
Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1996 di
Semarang Oleh Presiden Soeharto merupakan bukti dan penghargaan pemerintah terhadap
lansia.
Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang sebagian besar
berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit sekali prevalensi
kepikunaannya. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak
mengonsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik yang tinggi, sosialisasidengna warga lainnya,
serta hidup ditempat yang sangant bersih dan jauh dari polusi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan
dan kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun
masyarakat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Unruk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliyah Keperawatan Gerontik serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian lansia dan tipe-tipe lansia
b. Agar mahasiswa mengetahui berbagai teori lansia
c. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia
d. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa: di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pembanding tugas serupa.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.
1. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial
Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
orang lain (Depkes RI, 2003)
2. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi
3. Tipe Lansia
6
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
7
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di
sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan
teganggunya fungsi sel itu sendiri.
Pada teori biologi dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear)
yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh
menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya
peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan
terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
teori stress
teori stress mengungkapkan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.
Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau
usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yagn efektif.
8
Keperibadian individu yagn terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat
menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai
yang ditunjang dengan status sosialnya.
Adanya penurunan dari inteletualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit dipahami
dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan kemampuan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi
pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses dan merespon stimulus
sehingga terkadang akan muncul aksi atau reaksi yang berbeda dari stimulus yang
ada.
Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak.
Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi
yang lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi
alasan secara abstrak dan melakukan penghitungan.
Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian atau
peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori terdiri dari atas tiga
komponen sebagai berikut:
Ingatan paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.
Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga
beberapa hari yang lalu.
Ingatan jangka panjang.
Kemampuan belajar yangf menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain
keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan.
Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri
merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.
3. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori
interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement
theory), teori aktivitas (activity theory), teori perkembangan (development theory)
dan teori stratifikasi usia ( age stratification theory).
Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954),
9
Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi
berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain
Simmons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.
Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan
upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga
sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok
mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau
kelompok lainnya.
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut:
Masyarakat terdiri atas faktor-faktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus
mengeluarkan biaya.
Aktor senantiasa mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
10
Kehilangan peran (loss of roles)
Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship)
Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moralres ad
values)
Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang
berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan
diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematiannya.
Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut:
Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun.
Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga
berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan
rumah untuk belajar dan menikah.
Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena
lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan
kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses yang menarik diri yang
terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini
harus diterima oleh lansia dan masyarakat.
Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang
menyatakan bahwa penuaan yang suskses bergantung dari bagaimana seorang
lansia merasakan kepuasaan dalam melakukan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas
lansia dapat menurun, akan tetapi disisis lain dapat dikembangkan, misalnya
peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda
atau janda serta ditinggal wafat oleh pasangan hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk
mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.
Pokok-pokok teori aktiivitas adalah:
11
Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan
keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyususnan kebijakan
terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk berinteraksi
sepenuhnya di masyarakat.
Teori kesinambungan
Teori ini dianut oleh pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehiduupan lansia. Pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Hal
ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan
suatu pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan
merupakan pergerakan dan proses banyak arah, bergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.
Kesulitan untuk menerapkan teori adalah bahwa sulit untuk memperoleh
gambaran umum tentang seseorang karena kasus tiap orang sangat berbeda.
Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut :
Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilalngkan.
Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi
Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori
Freud, Buhler, Jung dan Erickson. Sigmund Freud meniliti tentang psikonalisis
saerta perubahan psikososial anak dan balita. Erickson (1930), membagi
kehidupan menjadi delapan fase, yaitu:
Lansia yang menerima apa adanya
12
Lansia yang takut mati
Lansia yang merasakan hidup penuh arti
Lansia yang menyesali diri
Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan
Lansia yang kehidupannya berhasil
Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri
Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan
keputusasaan(ego integrity vs despair)
Joan Birchenall, R. N., Med. Dan Mary E. Streight R. N . (1973),
menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami
perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan
suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan
tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak
menggariskan bagaimana cara menajdi tua yang diinginkan atau yang
seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut:
Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru, yaitu pensiun atau menduda/menjanda.
Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang
berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas, dan hubungan
sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup
dan teman-temanya.
Teori stratifikasi usia
Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usa kronologisyang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kakpasitas, peran,
kewajiban dan hak mereka berdasarkan usia.
Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah strruktur dan
prosesnya
Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut:bagaimanakah peran dan
harapan menurut penggolongan usia; bagaimanakah penilaian strata
13
oelh strata itu sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah penyebaran
peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata,
yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia.
Proses mencakup hal-hal berikut: bagaimanakah menyesuaikan
kedudukan seseorang dengan peran yang ada; bagaimanakah cara
mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus.
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut:
Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.
4. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada jpengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepecayaan (Wong,
et .al, 1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia spiritual
adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.
Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan
cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu
fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang
lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.
Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan
lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan.
Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada
tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.
14
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal
Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal
50m²), menyebabkan terganggunya proses difusi.
Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium
dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan
Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
Mengecilnya syaraf panca indera.
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia
1) Penglihatan
Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
Hilangnya daya akomodasi
Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala
15
2) Pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
kreatin
3) Pengecap dan penghidu
Menurunnya kemampuan pengecap.
Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan
berkurang
4) Peraba
Kemunduran dalam merasakan sakit.
Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
16
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya
retensi urin
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
Atropi vulva.
Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus
7) Sistem endokrin / metabolik pada lansia
Produksi hampir semua hormon menurun.
Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
Menurunnya aktivitas tiriod
Menurunnya produksi aldosteron.
Menurunnya sekresi hormon: progesteron, estrogen, testosteron.
Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum
tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress)
8) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap
dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
Esofagus melebar.
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
17
Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
9) Sistem muskuloskeletal
Tulang rapuh.
Resiko terjadi fraktur.
Kyphosis.
Persendian besar & menjadi kaku.
Pada wanita lansia > resiko fraktur.
Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang)
10) sistem kulit & jaringan ikat
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka
luka kurang baik.
Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu
Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
11) sistem reproduksi dan kegiatan sexual
Perubahan sistem reprduksi
Selaput lendir vagina menurun/kering.
Menciutnya ovarium dan uterus.
18
Atropi payudara.
Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur
Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik
Kegiatan sexual
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Sexualitas pada lansia sebenarnya
tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya,
membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga
sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak
cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak
mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman seks.
2. PENYAKIT YANG DIDERITA LANSIA
a. Kencing manis (Diabetes Melitus)
Tipe I: IDDM (Insulin dependent Diabetes melitus) cirinya :
Banyak menyerang orang muda
Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas
Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin
Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus) cirinya:
Paling banyak menyerang orang tua
Sel beta pankredidas tidak dirusak tidak cukup memproduksi insulin
Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar
19
c. Dementia type Alzheimer
Dipengaruhi oleh hormon juga, pada wanita estrogen dapat meningkatkan
produksi zat dan aktifitas neorotransmeter, penurunan testoteron pada laki-laki
akan berpengaruh penurunan fungsi memori dan fungsi kognitif. Kondisi yang
sangat berat akan menyebabkan terjadinya penimbunan protein amiloid di darah
otak sehingga terjadi sindroma alzeimer.
Gejala-gejala Demensia Alzheimer sendiri meliputi gejala yang ringan sampai
berat. Sepuluh tanda-tanda adanya Demensia Alzheimer adalah:
Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa
meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau
kardus obat yang biasa dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman,
garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air.
Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu
melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.
Kesulitan bicara dan berbahasa
Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan
sekitar rumah, tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak mengenali rekan-
rekan atau anggota keluarga terdekat.
Kesulitan mengambil keputusan yang tepat
Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga mendengar suara
atau bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.
Salah meletakkan barang
Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat marah dan
kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.
Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan mengikut
perawat ke mana saja walaupun ke WC.
Hilangnya minat dan inisiatif
d. Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada beberapa
macam, yaitu :
Penyakit Jantung Koroner
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen
dan makanan kembali ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri
20
koroner berkurang. Penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria
daripada wanita, orang kulit putih dan separoh baya sampai dengan lanjut usia.
Penyebab dari penyakit jantung koroner ini adalah aterosklerosis, pada
aterosklerosis terjadi plak lemak dan jaringan serat sehingga menyempitkan
bagian dalam arteri jantung. Penyebab lainnya adalah faktor keturunan,
hipertensi, kegemukan, merokok, diabetes, stress, kurang olahraga dan
kolesterol tinggi.
Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah angina, yaitu
ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan sakit angina terjadi
seperti: terbakar, tertekan, dan tekanan berat di dada kiri yang dapat meluas ke
lengan kiri, leher, dagu dan bahu. Tanda yang khas saat penyerangan adalah
timbulnya rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan
menjadi dingin.
Serangan Jantung
Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup lagi
mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinya. Apabila terjadi
keterlambatan dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian. Hampir
separoh dari kematian mendadak karena serangan jantung terjadi sebelum
pasein tiba di rumah sakit. Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena
pembentukan arterisklerosis (pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada
penurunan aliran darah. Faktor resikonya meliputi: faktor keturunan, tekanan
darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi, diabetes, kegemukan, kurang
olahraga, pemakaian obat-obatan (terutama kokain), umur dan stres.
Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-nusuk
dan bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang, leher, dan
bahu sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan
seperti bingung (bodoh), lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan
dan tungkai, keringat dingin, cemas dan gelisah.
21
disimpulkan bahwa di Indonesia rata-rata hipertensi (kanaikan tekanan darah)
berkisar 5 - 10% dan menjadi lebih dari 20% jika sudah memasuki usia 50
tahun keatas. Hipertensi sistolik pada mulanya dianggap suatu gangguan kecil,
akan tetapi sekarang ini telah diakui sebagai pemegang peranan yang besar
sebagai faktor resiko serangan jantung. Pada usia lanjut tekanan darah
cenderung mengalami labilitas dan mudah mengalami hipotensi (tekanan
darah rendah). Untuk itu dianjurkan selalu mengukur tekanan darah pada
waktu periksa maupun saat kontrol pengobatan. Apabila tidak dilakukan
kontrol rutin terhadap tekanan darah, akan memperbesar terjadinya penyakit
jantung hipertensi.
3. Masalah Sosial Pada Lansia
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis
bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang
memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali
menjadi terlantar.
22
a. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif
konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca
traumatik. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa
muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien
lanjut usia. Teori eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang
dapat diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang
mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan,
bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”).
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik
karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat
disesuaikan secara individu tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti
anxietas seperti : hydroxyzine, Buspirone.
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia
bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit
medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka
depresi. Gejala depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana
pada lansia terdapat keluhan somatik.
Gejala depresi pada lansia, yaitu :
Gejala utama:
Afek depresi
Kehilangan minat
Berkurangnya energi (mudah lelah)
Gejala lain:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Kurang percaya diri
Sering merasa bersala
Pesimis
Ide bunuh diri
Gangguan pada tidur
Gangguan nafsu makan
23
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa
bentuk berdasarkan berat ringannya :
Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor
psikologik, sosial dan biologik.
Biologik: sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM, strokeketerbatasan gerak, gangguan pendengaran atau
penglihatan.
Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
Psikologis: kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.
c. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia
dari pada usia dewasa muda adalah :
Gangguan tidu
Ngantuk siang hari
Tidur sejenak di siang hari
Pemakaian obat hipnotik
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan
tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding
dewasa muda. Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab
gangguan tidur primer pada lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental
lain, kondisi medis umum, faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering pada
lansia pria adalah gangguan rapid eye movement (REM). Hal yang menyebabkan
gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri
perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada
dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi
adalah perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada
kualitas tidur pada lansia. Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan
24
dosis yang sesuai dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk
memantau adanya gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya
ingat, dan insomnia.
d. Paranoid
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya.
Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan
kondisi yang disebut paranoid.
Gejala-gejalanya antara lain:
Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau
orang-orang disekelilingnya;
Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-
orang disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya;
Paranoid dapat merupakan manisfestasi dari masalah lain, seperti depresi
dan rasa marah yang ditahan.
Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah
memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan
yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala
bertambah berat.
25
Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi ,memiliki perasaan yang
kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang
tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal
itu dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.
2. Budaya
Walaupun sudah lebih dari separuh abad penelitian telah menunjukkan bahwa pola
penuaan bervariasi secara dramatis diantara budaya berbeda, tetapi hanya baru-baru ini
perhatian yang serius diberikan kepada bagaimana faktor budaya memengaruhi
pengalaman penuaan pada lansia di Amerika serikat. Sebagian dari penelitian tidak
memperhatikan faktor budaya tersebut, akibat mitos orang Amerika tentang
“ketidakjelasannya”. Mitos ini muncul dari suatu teori budaya tentang adanya persamaan
dengan perpekstif etnosentris orang Eropa. Mitos ini mempromosikan gagasan bahwa
semua orang Amerika adalah sama (misalnya: seperti orang kelas menengah dari
keturunan Eropa). Selama beberapa tahun, gagasan bahwa kesukuan tidak perlu
diperhitungkan merupakan hal yang menonjol dalam pemberian pelayanan kesehatan,
termasuk keperawatan. Namun, gagasan yang slah ini menghalangi suatu pemahaman
yang sensitif tentang pasien, keluarga dan masyarakat dann mengaburkan isu penting di
dalam keperawatan gerontologi. Perawat perlu disiapkan untuk bekerja bersama klien
dari berbagai kelompok budaya dan untuk memahami bagaimana faktor budaya
memengaruhi perilaku kesehatan. Perawat yang memahami dan menerima perbedaan
yang timbul dari variasi budaya berada pada posisi yang lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan lansia dari suku manapun. Afiliasi budaya memberikan latar
belakang kontekstual yang perlu diantisipasi oleh perawat tentang perbedaan di dalam
nilai-nilai. Agama, garis otoritas, pola kehidupan, proses komunikasi dan bahasa, dan
pola kepercayaan dan praktik-praktik berhubungan dengan penyakit dan kesehatan.
Pengetahuan tentang keanekaragaman budaya memberikan petunjuk terhadap maksud
perilaku yang sebaliknya mungkin dinilai dengan cara negatif atau sedikitnya salah
dipahami. Budaya meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan dari suatu kelompok
orang. Pemahaman tentang variabel budaya sangat penting untuk praktik keperawatan
dengan dua alasan utama. Pertama, hal itu membawa kearah pemahaman yang lebih baik
tentang perilaku pasien dan keluarga mereka. Karena pola budaya digunakan sebagai
cara untuk menggambarkan penyakit, hal itu memengaruhi persepsi tentang orang sakit
26
oleh kelompok dan mengidentifikasi penyakit yang sesuai dan perilaku mencari
pelayanan keseehatan. Kedua, pemahaman terhadap faktor budaya membuat suatu
pemahaman yang lebih lengkap .
Di negara-negara Eropa dan Jepang, pelayanan lanjut usia dapat dikatakan sangat
baik. Tidak hanya dari segi kesehatan, namun juga dari pelayanan publik, jaminan sosial,
ketenagaan, dan sarana/prasarana umum. Semuanya ramah terhadap golongan lanjut
usia. Hal ini dikuatkan juga dengan struktur piramida penduduk yang dominan lanjut
usia dan pra-lanjut usia sehingga pelayanan lanjut usia yang optimal menjadi sebuah
keniscayaan.
3. Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum
yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan
lansia yang tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau
saudaranya. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan risiko untuk
menjadi sakit dan disabilitas. Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai
cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi
mereka untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan
kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau
tidak ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat membayar keamanan atau
merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah.
Sehingga pelayanan yang didapatkan lansia dengan ekonomi dibawah rata-rata
sangat minim. Mereka bahkan tidak lagi berpikir bagaimana cara pemenuhan kesehatan
yang layak untuknya melainkan bagaimana mereka bisa makan hari ini, esok dan
seterusnya. Kondisi lansia seperti ini yang sangat memprihatinkan, seharusnya petugas
kesehatan harus cepat tanggap terhadap kondisi seperti ini.
Sering kali di media menampilkan bagaimana orang dengan ekonomi dibawah rata-
rata tidak diperlakukan dengan sama terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada mereka. Hal ini sperti membuat mereka hilang harapan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak dengan melihat hal-hal seperti itu terjadi. Hal itu akan
membuat mereka berpikir berkali-kali sebelum mendatangi tempat pelayanan kesehatan.
4. Spiritual
27
Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana
perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para
lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak
bernilai oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap
mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda,
“penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”.
Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia
memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa lansia adalah harta dari ilmu
dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, lansia harus dihormati,
dicintai dan diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi
Muhammad Saw bersabda, “hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai
serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”. Oleh karena itu, pemerintah
dan masyarakat berkewajiban memperhatikan kondisi para lansia.
Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti Yasinan
yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini dihadiri tidak hanya
oleh orang lanjut usia saja. Tetapi juga dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra
lanjut usia. Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini
didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara
pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain
(Gulardi, 1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Kondisi penting yang menunjang
kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan
dengan kerabat keluarga dan teman-teman (Hurlock, 1994). Kemajuan sosio-ekonomi,
yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidup.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan
sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig,
Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan
hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan
yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan
dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi
lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang
28
menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan
well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang
negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan
obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat
mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin.
Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek
kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others,
2000 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan
orang-orang tua (Mcfadden, 1996).
5. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental
manusia. Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah
lingkungan. Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid
dan tempat ibadah". (http://indonesian.irib.ir). Aspek lingkungan yang dipengaruhi
kualitas dan keterjangkauan sarana kesehatan, keadaan tempat tinggal, sumber finansial,
serta kesempatan rekreasi pada lansia juga akan mempengaruhi kesehatan lansia. Sebagai
contoh, bila di daerah lansia itu tinggal sulit diakses pelayanan kesehatan karena jauhnya
jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini akan menghambat lansia mendapat
pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatanya.
Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota
masyarakat yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan
mendukung peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang. Pada
akhirnya membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan
fisik yang dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan
aktif dalam kehidupan.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.
Tipe-tipe lansia:
Tipe arif bijaksana
Tipe mandiri
Tipe tidak puas
Tipe pasrah
Tipe bingung
Teori-teori proses penuaan:
1. Teori biologi
Teori genetik dan mutasi
Immunology slow theory
Teori stress
Teori radikal bebas
Teori rantai silang
30
2. Teori psikologi
3. Teori sosial
Teori interaksi sosial
Teori penarikan diri
Teori aktivitas
Teori kesinambungan
Teori perkembangan
Teori stratifikasi usia
4. Teori spiritual
31
B. Saran
Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang lebih tua dari kita harus
dihormati, dikasihi serta disayangi dan diperhatikan. Betapa beruntungnya menjadi tua, ada
banyak sekali orang yang tidak bisa menginjak usia tua, ada banyak sekali mereka yang tidak
bisa melihat anak serta cucunya tumbuh menjadi dewasa. Jadi, ketika kita bisa melihat
orang tua kita menjadi tua atau menginjak usia lanjut itulah saatnya kesempatan untuk kita
menyenangkan masa-masa tua mereka dengan kesuksesan anak-anaknya.
Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu gerontologi sudah
sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya untuk para lansia tidak
hanya memberikan pelayanan terhadap kebutuhan biologisnya saja tetapi mencakup
kebutuhan psikologis dan spiritualnya.
Untuk para pembaca makalah ini silahkan memberikan masukan maupun kritikan atas
kekurangan dari makalah ini supaya untuk makalah-makalah selanjutnya bisa jauh lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG
http://miracleofnursing.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?m=1
http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-usia.html?m=1
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
32
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
Tn.D Dengan Hipertensi Di Puskesmas Cilacap Selatan I
I. PENGKAJIAN
A. IdentitasKlien
1. Nama : Tn.D
2. Umur : 88 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki - laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan terakhir : SD
6. Pekerjaan sebelumnya : Buruh
7. Alamat : Jln.Swadaya 009/003 Tambakreja,
Cilacap Selatan.
8. Tanggal pengkajian : 5 Agustus 2014
B. Riwayat Pekerjaan
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Buruh
3. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :Dari anak-
anaknya.
C. Riwayat Lingkungan Hidup
1. Jumlah kamar : 2
2. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 1
D. Riwayat Rekreasi
1. Hobby/minat : Jalan - jalan
2. Keanggotaan organisasi : -
3. Liburan : Kerumah anak
E. Sumber/Sistem Pendukung
1. Dokter : -
2. Rumah sakit : -
3. Pelayanan kesehatan di rumah : -
33
F.Status Kesehatan Saat Ini
1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Hipertensi
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Post op. Katarak
3. Keluhan-keluhan kesehatan utama : Gatal dan nyeri pada daerah kaki kiri.
4. Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan : Kurang
5. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa medis :
a. Obat-obatan
Nama Dosis
Gentamicin 1 Tetes
Amoksilin 3x1
Prenison 3x1
2. PEMERIKSAAN FISIK
35
2 MATA
Tn. D Mengalami Katarak
a. Perubahan penglihatan √
dan sudah di Operasi
√
b. Kacamata / lensa kontak beberapa tahun yang
√ lalu.Sekarang
c. Nyeri
penglihatannya Kadang –
√
d. Air mata berlebihan Kadang Kabur
√
e. Pruiritus
√
f. Bengkak sekitar mata
√
g. Diplopia
h. Pandangan kabur √
√
i. Fotophobia
√
j. Riwayat infeksi
3 TELINGA
a. Perubahan pendengaran √
√
b. Keluaran
√
c. Tinitus
√
d. Vertigo
√
e. Sensitifitas pendengaran
√
f. Riwayat infeksi
√
g. Alat protesa
4 LEHER
a. Kekakuan √
b. Nyeri √
c. Benjolan /massa √
d. Keterbatan gerak √
36
h. Ompong √
i. Protesa gigi √
j. Perawatan gigi √
7 SISTEM ENDOKRIN
a. Intoleransi panas √
b. Intoleransi dingin √
c. Goiter √
d. Pigmentasi kulit √
e. Perubahan rambut √
f. Poliphagia √
g. Polidipsi √
h. Poliuri √
8 SISTEM CARDIOVASKULER
a. Nyeri dada √
b. Palpitasi √
c. Sesak nafas √
d. Dispnoe d’effort √
e. Dispnoe noktural √
f. Orthopnoe √
g. Murmur √
37
h. Edema √
i. Varises √
j. Perestesia √
k. Perubahan warna kulit √
9 SISTEM PENCERNAAN
a. Disphagia √
b. Nyeri ulu hati √
c. Mual /muntah √
d. Hematomesis
e. Perubahan nafsu makan √
f. Intoleran makanan √
g. Ikterus √
h. Diare √
i. Konstipasi √
j. Perdarahan rektum √
k. Haemoroid √
10 SISTEM KULIT
a. Warna √ Warna Sawo Matang
√ Kurang lembab/kering
b. Kelembaban
c. Gangguan pada kulit (panu, √ Gatal - gatal
kadas, kurap, scabies, gatal)
√
d. Lesi /luka
√
e. Pruitus
f. Perubahan pigmentasi
√
g. Perubahan tekstur
√
h. Perubahan nevi
√
i. Sering memar
√
j. Perubahan rambut
√
k. Perubahan kuku
√
l. Penonjolan tulang kalus
11 SISTEM HEMOPOETIK
a. Perdarahan /memar abnormal √
38
b. Pembengkakan kelenjar limfe √
c. Anemia √
d. Riwayat transfusi daraH √
12 SISTEM PERKEMIHAN
a. Disuria √
b. Frekwensi √
c. Menetes √
d. Ragu – ragu √
e. Dorongan √
f. Hematuria √
g. Poliuria √
h. Oliguria √
i. Nokturia √
j. Inkotinensia √
k. Batu √
l. Infeksi √
13 SISTEM MUSKULOSKELETAL
a. Massa tonus otot (1-5) √
b. Posturtubuh √
(scoliosis/lordosis/kifosis)
c. Rentanggerak : Maksimal/ √
terbatas
d. Nyeri persendian √
e. Tremor √
f. Phlebitis √
g. Kekakuan √
h. Pembengkakan sendi √
i. Deformitas √
j. Spasme √
k. Kelemahan otot √
l. Masalah cara berjalan √
m. Nyeri pinggang √
39
n. Proteksi √
I. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. Masalah Emosional
Pertanyaan tahap I
a. Apakah klien mengalami Sukar tidur ? Ya
b. Apakah klien merasa gelisah ? Tidak
c. Apakah klien murung atau menangis sendiri ? Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? Tidak
Pertanyaan tahap 2 :
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam 1 bulan
Kadang pusing dan penglihatan berkurang
b. Ada masalah atau banyak pikiran : Jika dirumah sendirian Tn.D sedih memikirkan
istri dan anaknya yang sudah meninggal
c. Ada masalah atau masalah dengan orang lain : Klien tidak mempunyai masalah
dengan orang lain
d. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter : Tidak menggunakan
obat tidur
e. Cenderung mengurung diri : Klien tidak mengurung diri.pasien lebih suka
berkumpul dengan teman-temannya.
Hasil : ada gangguan emosional
POLA KOMUNIKASI
40
1 Pendengaran a. Pendengaran adekuat (tanpa menggunakan Hearing
Aid / Alat Bantu Dengar [ABD])
b. Pendengaran adekuat (dengan menggunakan ABD)
c. Sedikit mengalami kesulitan bila lingkungan ribut
d. Hanya dapat mendengar dalam situasi khusus (harus
dengan suara keras dan jelas)
Pendengaran terganggu walaupun menggunakan ABD
2 Kemampuan a. Dapat memahami
memahami b. Pada umumnya dapat memahami, hanya kehilangan
informasi bagian atau pesan tertentu
c. Kadang-kadang dapat memahami
d. Jarang/tidak dapat memahami
3 Kejelasan bicara a. Bicara jelas
b. Bicara tidak jelas (kata-kata tidak jelas, komat-kamit)
c. Tidak dapat bicara
4 Perubahan pola Bandingkan dengan pola komunikasi pada 3 bulan terakhir
komunikasi atau dengan pengkajian sebelum ini :
a. Tidak ada perubahan
b. Bertambah baik
c. Bertambah buruk
41
b. Mengekspresikan marah secara verbal
c. Mengekspresikan marah secara fisik
d. Memperlihatkan perilaku yang mengganggu
lingkungan/orang lain
e. Menolak obat per oral
f. Menolak obat injeksi
g. Menolak makan
h. Menolak minum
i. Menolak bantuan ADL
PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL
42
2. PENGUKURAN TINGKAT DEPRESI
SKOR : 19
0 – 10 : not depressed
43
11 – 20 : mild depressed
21 – 30 : severe depressed
Keterangan hasil :
44
130 : Mandiri
PENGKAJIAN POSISI DAN KESEIMBANGAN (SULLIVAN)
Keterangan :
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai :
42 – 54 :mampu melakukan aktifitas
28 – 41 :mampumelakukan sedikit bantuan
14 – 27 :mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan
45
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar dan catat semua jawaban :
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Interpretasi hasil :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat
46
O
1 ORIENTASI :
a. Menanyakan tahun…..., 1
b. Menanyakan musim…..., 1
c. Menanyakan bulan…..., 1
d. Menanyakan hari…….., 1
e. Menanyakan tanggal…….., 1
f. Menanyakan dimana sekarang kita berada :
1) dinegara………., 1
2) dipropinsi……….., 1
3) dikabupaten……….., 1
4) dikecamatan………., 1
5) didesa………………… 1
2 REGISTRASI :
a. Menyebutkan nama 3 objek (misal : baju, piring, sapu) dan
berikan kesempatan mengingatnya selama 1 detik untuk 1objek
b. Meminta klien untuk menyebutkan kembali ketiga objek tadi 3
3 PERHATIAN DAN KALKULASI :
a. Meminta klien untuk menyebutkan angka 100
b. meminta klien untuk menguranginya 7 sampai 5 tingkat (lansia
mampu menyebutkan angka 93, 86, 79, 72, 65) 1
4 MENGINGAT :
Meminta klien untuk mengulangi menyebutkan kembali ketiga
Objek tadi (baju, piring, sapu) 0
5 BAHASA :
a. Menunjukan satu benda pada lansia dan menanyakan nama
Benda tersebut 1
b. Menunjukan satu benda lain lagi dan menanyakan pada lansia
nama benda tersebut 1
b. Meminta klien untuk mengulang kata berikut : tak ada, jika,
Tetapi 1
c. Meminta klien untuk mengikuti perintah berikut :a mbilkertas
ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai 3
e. Perintahkan kepada klien : "tutup mata anda" 1
f. Meminta kepada klien untuk menulis satu kalimat 1
g. Meminta kepada klien untuk menyalin gambar 1
JUMLAH 25
K. ANALISA DATA
47
O
1 DS : Gangguan rasa nyaman :
- Klien mengatakan sering nyeri berhubungan dengan
pusing peningkatan tekanan
- Klien mengatakan kaki kirinya vaskuler cerebral.
gatal-gatal
DO :
- TD : 160/80 mmhg
- Kaki kiri terlihat luka gatal-
gatal
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan Pain Management
nyaman : nyeri tindakan keperawatan - Lakukan pengkajian
berhubungan selama 3 x 45 menit nyeri
dengan gangguan rasa nyaman : - Ajarkan tentang teknik
peningkatan nyeri klien dapat teratasi non farmakologi :
48
tekanan vaskuler dengan kriteria hasil: relaksasi, distraksi
cerebral comfort level - Tingkatkan istirahat
Indikator IR ER - Monitor vital sign
Mampu 3 4 sebelum dan sesudah
mengontrol tindakan
nyeri - Kontrol lingkungan yang
Kenyamanan 3 4 dapat mempengaruhi
Tekanan nyeri
3 4
darah
49
1 2018
2 6 Agustus
2018
50