Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Oleh

Nama: Windyawanti H Andup

NIM: 01707010063

Kelas: Keperawatan B

STIKES GRAHA MEDIKA


TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA” ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Penulis berterima kasih kepada Pak Bhakti Permana
S.Kep., Ners., M.Kep., M.Si selaku tutor yang telah memberikan tugas ini kepada tim
penulis.

Tiada gading yang tak retak. Andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran,
begitupun dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata
pengantar ini tim penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun
sehingga penulis dapat memperbaikinya.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya mengenai asuhan keperawatan pada
lansia. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.

Makalah ini membahas mengenai proses pengkajian kasus pada lansia, diagnose,
hingga intervensi keperawatan yang diberikan kepada lansia berdasarkan kasus.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekali lagi penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan serta memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Kotamobagu, 02 juni 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I..................................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................
1.4 Manfaat.....................................................................................................................................
BAB II................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................................
2.1 ASKEP Teori............................................................................................................................
2.2 ASKEP Pengkajian...................................................................................................................
2.3 Diagnosa...................................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun
2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat
memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar diseluruh
dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia
60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi
2 milyar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14
tahun)
Proyeksi penduduk oeleh Biro Pusat Statistik menggabarakn bahwa antara tahun 2005-
2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari
seluruh jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka harapan hidup
penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada
tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansai mulai mendapat perhatian pemerintah dan
masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu
bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup
sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang
memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam
pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan/atau
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah dann masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan,
serta bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan,
dan lain-lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia,
kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda
(STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
(tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
4
Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1996 di
Semarang Oleh Presiden Soeharto merupakan bukti dan penghargaan pemerintah terhadap
lansia.
Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang sebagian besar
berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit sekali prevalensi
kepikunaannya. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak
mengonsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik yang tinggi, sosialisasidengna warga lainnya,
serta hidup ditempat yang sangant bersih dan jauh dari polusi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan
dan kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun
masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Unruk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliyah Keperawatan Gerontik serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian lansia dan tipe-tipe lansia
b. Agar mahasiswa mengetahui berbagai teori lansia
c. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia
d. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia

C.    Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1.   Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2.   Untuk Mahasiswa: di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pembanding tugas serupa.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.
1. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial
Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
orang lain (Depkes RI, 2003)
2. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi
3. Tipe Lansia

6
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.
B. Teori-teori Proses Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
keerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
1. Teori Biologi
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory,
teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang.
 Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi menua terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan

7
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di
sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan
teganggunya fungsi sel itu sendiri.
Pada teori biologi dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear)
yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh
menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya
peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan
terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
 Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
 teori stress
teori stress mengungkapkan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
 Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.
 Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau
usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yagn efektif.

8
Keperibadian individu yagn terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat
menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai
yang ditunjang dengan status sosialnya.
Adanya penurunan dari inteletualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit dipahami
dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan kemampuan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi
pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses dan merespon stimulus
sehingga terkadang akan muncul aksi atau reaksi yang berbeda dari stimulus yang
ada.
Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak.
Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi
yang lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi
alasan secara abstrak dan melakukan penghitungan.
Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian atau
peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori terdiri dari atas tiga
komponen sebagai berikut:
 Ingatan paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.
 Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga
beberapa hari yang lalu.
 Ingatan jangka panjang.
Kemampuan belajar yangf menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain
keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan.
Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri
merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.
3. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori
interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement
theory), teori aktivitas (activity theory), teori perkembangan (development theory)
dan teori stratifikasi usia ( age stratification theory).
 Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954),
9
Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi
berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain
Simmons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.
Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan
upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga
sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok
mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau
kelompok lainnya.
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut:
 Masyarakat terdiri atas faktor-faktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
 Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
 Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus
mengeluarkan biaya.
 Aktor senantiasa mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
 Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

 Teori penarikan diri


Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan
pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia
secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya.
Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan kondisi agar para
lansia tidak menarik diri. Proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial lansia
mulai menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu:

10
 Kehilangan peran (loss of roles)
 Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship)
 Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moralres ad
values)

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang
berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan
diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematiannya.
Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut:
 Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun.
Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga
berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan
rumah untuk belajar dan menikah.
 Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena
lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan
kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
 Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses yang menarik diri yang
terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini
harus diterima oleh lansia dan masyarakat.
 Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang
menyatakan bahwa penuaan yang suskses bergantung dari bagaimana seorang
lansia merasakan kepuasaan dalam melakukan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas
lansia dapat menurun, akan tetapi disisis lain dapat dikembangkan, misalnya
peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda
atau janda serta ditinggal wafat oleh pasangan hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk
mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.
Pokok-pokok teori aktiivitas adalah:

11
 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan
keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
 Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyususnan kebijakan
terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk berinteraksi
sepenuhnya di masyarakat.
 Teori kesinambungan
Teori ini dianut oleh pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehiduupan lansia. Pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Hal
ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan
suatu pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan
merupakan pergerakan dan proses banyak arah, bergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.
Kesulitan untuk menerapkan teori adalah bahwa sulit untuk memperoleh
gambaran umum tentang seseorang karena kasus tiap orang sangat berbeda.
Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut :
 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilalngkan.
 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
 Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi
 Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori
Freud, Buhler, Jung dan Erickson. Sigmund Freud meniliti tentang psikonalisis
saerta perubahan psikososial anak dan balita. Erickson (1930), membagi
kehidupan menjadi delapan fase, yaitu:
 Lansia yang menerima apa adanya

12
 Lansia yang takut mati
 Lansia yang merasakan hidup penuh arti
 Lansia yang menyesali diri
 Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan
 Lansia yang kehidupannya berhasil
 Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri
 Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan
keputusasaan(ego integrity vs despair)
Joan Birchenall, R. N., Med. Dan Mary E. Streight R. N . (1973),
menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami
perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan
suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan
tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak
menggariskan bagaimana cara menajdi tua yang diinginkan atau yang
seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut:
 Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
 Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru, yaitu pensiun atau menduda/menjanda.
 Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang
berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas, dan hubungan
sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup
dan teman-temanya.
 Teori stratifikasi usia
Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usa kronologisyang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kakpasitas, peran,
kewajiban dan hak mereka berdasarkan usia.
Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah strruktur dan
prosesnya
 Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut:bagaimanakah peran dan
harapan menurut penggolongan usia; bagaimanakah penilaian strata

13
oelh strata itu sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah penyebaran
peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata,
yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia.
 Proses mencakup hal-hal berikut: bagaimanakah menyesuaikan
kedudukan seseorang dengan peran yang ada; bagaimanakah cara
mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus.
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut:
 Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
 Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
 Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.

4. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada jpengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepecayaan (Wong,
et .al, 1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia spiritual
adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.
Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan
cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu
fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang
lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.
Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan
lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan.
Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada
tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

C. Masalah-masalah Pada Lansia


1. Penurunan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.

14
 Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal
 Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
 Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
 Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal
50m²), menyebabkan terganggunya proses difusi.
 Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
 CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
 kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium
dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan
 Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan
 Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
 Mengecilnya syaraf panca indera.
 Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia
1) Penglihatan
 Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
 Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
 Hilangnya daya akomodasi
 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala

15
2) Pendengaran
 Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
 Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun
 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
kreatin
3) Pengecap dan penghidu
 Menurunnya kemampuan pengecap.
 Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan
berkurang
4) Peraba
 Kemunduran dalam merasakan sakit.
 Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

5) cardiovaskuler pada usia lanjut


 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
 Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
 Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg).
6) Sistem genito urinaria
 Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria (biasanya + 1)

16
 Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya
retensi urin
 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
 Atropi vulva.
 Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
 Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus
7) Sistem endokrin / metabolik pada lansia
 Produksi hampir semua hormon menurun.
 Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan        berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
 Menurunnya aktivitas tiriod
 Menurunnya produksi aldosteron.
 Menurunnya sekresi hormon: progesteron, estrogen, testosteron.
 Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum
tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress)
8) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
 Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
 Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap
dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
 Esofagus melebar.
 Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
 Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
 Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).

17
 Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
9) Sistem muskuloskeletal
 Tulang rapuh.
 Resiko terjadi fraktur.
 Kyphosis.
 Persendian besar & menjadi kaku.
 Pada wanita lansia > resiko fraktur.
 Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
 Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang)
10) sistem kulit & jaringan ikat
 Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
 Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
 Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
 Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
 Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka
luka kurang baik.
 Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
 Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu
 Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
 Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
11) sistem reproduksi dan kegiatan sexual
 Perubahan sistem reprduksi
 Selaput lendir vagina menurun/kering.
 Menciutnya ovarium dan uterus.

18
 Atropi payudara.
 Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur
 Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik
 Kegiatan sexual
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Sexualitas pada lansia sebenarnya
tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya,
membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga
sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak
cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak
mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman seks.
2. PENYAKIT YANG DIDERITA LANSIA
a. Kencing manis (Diabetes Melitus)
 Tipe I: IDDM (Insulin dependent Diabetes melitus) cirinya :
 Banyak menyerang orang muda
 Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas
 Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin
 Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus) cirinya:
 Paling banyak menyerang orang tua
 Sel beta pankredidas tidak dirusak tidak cukup memproduksi insulin
 Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar

Gejalanya adalah: polipagia, poliuria, polidipsia diikuti tubuh yang cepat


lelah, kurang tenaga, badan kurus, gatal-gatal, kesemutan dan luka yang
sukar sembuh.
b. Osteoporosis
Pada wanita, kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan khilangan
masa tulang dampak terhadap metabolisme kalsium akhirnya membuat tulang
patah. Pada pria, karena defisiensi testosteron, alkohol, penggunaan
kortikosteroid, dan faktor penuaan.

19
c. Dementia type Alzheimer
Dipengaruhi oleh hormon juga, pada wanita estrogen dapat meningkatkan
produksi zat dan aktifitas neorotransmeter, penurunan testoteron pada laki-laki
akan berpengaruh penurunan fungsi memori dan fungsi kognitif. Kondisi yang
sangat berat akan menyebabkan terjadinya penimbunan protein amiloid di darah
otak sehingga terjadi sindroma alzeimer.
Gejala-gejala Demensia Alzheimer sendiri meliputi gejala yang ringan sampai
berat. Sepuluh tanda-tanda adanya Demensia Alzheimer adalah:
 Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa
meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau
kardus obat yang biasa dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman,
garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air.
 Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu
melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.
 Kesulitan bicara dan berbahasa
 Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan
sekitar rumah, tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak mengenali rekan-
rekan atau anggota keluarga terdekat.
 Kesulitan mengambil keputusan yang tepat
 Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga mendengar suara
atau bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.
 Salah meletakkan barang
 Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat marah dan
kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.
 Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan mengikut
perawat ke mana saja walaupun ke WC.
 Hilangnya minat dan inisiatif
d. Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada beberapa
macam, yaitu :
 Penyakit Jantung Koroner
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen
dan makanan kembali ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri

20
koroner berkurang. Penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria
daripada wanita, orang kulit putih dan separoh baya sampai dengan lanjut usia.
Penyebab dari penyakit jantung koroner ini adalah aterosklerosis, pada
aterosklerosis terjadi plak lemak dan jaringan serat sehingga menyempitkan
bagian dalam arteri jantung. Penyebab lainnya adalah faktor keturunan,
hipertensi, kegemukan, merokok, diabetes, stress, kurang olahraga dan
kolesterol tinggi.
Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah angina, yaitu
ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan sakit angina terjadi
seperti: terbakar, tertekan, dan tekanan berat di dada kiri yang dapat meluas ke
lengan kiri, leher, dagu dan bahu. Tanda yang khas saat penyerangan adalah
timbulnya rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan
menjadi dingin.
 Serangan Jantung
Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup lagi
mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinya. Apabila terjadi
keterlambatan dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian. Hampir
separoh dari kematian mendadak karena serangan jantung terjadi sebelum
pasein tiba di rumah sakit. Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena
pembentukan arterisklerosis (pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada
penurunan aliran darah. Faktor resikonya meliputi: faktor keturunan, tekanan
darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi, diabetes, kegemukan, kurang
olahraga, pemakaian obat-obatan (terutama kokain), umur dan stres.
Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-nusuk
dan bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang, leher, dan
bahu sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan
seperti bingung (bodoh), lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan
dan tungkai, keringat dingin, cemas dan gelisah.

 Penyakit jantung hipertensi


Kebanyakan dengan bertambahnya usia seseorang, maka tensi atau tekanan
darahnya akan mengalami kenaikan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan

21
disimpulkan bahwa di Indonesia rata-rata hipertensi (kanaikan tekanan darah)
berkisar 5 - 10% dan menjadi lebih dari 20% jika sudah memasuki usia 50
tahun keatas. Hipertensi sistolik pada mulanya dianggap suatu gangguan kecil,
akan tetapi sekarang ini telah diakui sebagai pemegang peranan yang besar
sebagai faktor resiko serangan jantung. Pada usia lanjut tekanan darah
cenderung mengalami labilitas dan mudah mengalami hipotensi (tekanan
darah rendah). Untuk itu dianjurkan selalu mengukur tekanan darah pada
waktu periksa maupun saat kontrol pengobatan. Apabila tidak dilakukan
kontrol rutin terhadap tekanan darah, akan memperbesar terjadinya penyakit
jantung hipertensi.
3. Masalah Sosial Pada Lansia
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis
bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang
memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali
menjadi terlantar.

4. Masalah Psikologi Pada Lansia

22
a. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif
konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca
traumatik. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa
muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien
lanjut usia. Teori eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang
dapat diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang
mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan,
bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”).
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik
karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat
disesuaikan secara individu tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti
anxietas seperti : hydroxyzine, Buspirone.
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia
bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit
medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka
depresi. Gejala depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana
pada lansia terdapat keluhan somatik.
Gejala depresi pada lansia, yaitu :
 Gejala utama:
 Afek depresi
 Kehilangan minat
 Berkurangnya energi (mudah lelah)
 Gejala lain:
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Kurang percaya diri
 Sering merasa bersala
 Pesimis
 Ide bunuh diri
 Gangguan pada tidur
 Gangguan nafsu makan

23
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa
bentuk berdasarkan berat ringannya :
 Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
 Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
 Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor
psikologik, sosial dan biologik.
 Biologik: sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM, strokeketerbatasan gerak, gangguan pendengaran atau
penglihatan.
 Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
 Psikologis: kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.
c. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia
dari pada usia dewasa muda adalah :
 Gangguan tidu
 Ngantuk siang hari
 Tidur sejenak di siang hari
 Pemakaian obat hipnotik
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan
tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding
dewasa muda. Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab
gangguan tidur primer pada lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental
lain, kondisi medis umum, faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering pada
lansia pria adalah gangguan rapid eye movement (REM). Hal yang menyebabkan
gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri
perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada
dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi
adalah perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada
kualitas tidur pada lansia. Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan

24
dosis yang sesuai dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk
memantau adanya gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya
ingat, dan insomnia.

d. Paranoid
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya.
Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan
kondisi yang disebut paranoid.
Gejala-gejalanya antara lain:
 Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau
orang-orang disekelilingnya;
 Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-
orang disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya;
 Paranoid dapat merupakan manisfestasi dari masalah lain, seperti depresi
dan rasa marah yang ditahan.
Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah
memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan
yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala
bertambah berat.

D. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Kesehatan Lansia


1. Sosial
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan atau sadar akan
kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya.
Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, dari segi ekonomi akibat dari
pemberhentian jabatan atau pension juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal
tersebut dapat meningkatkan risiko lansia untuk mengalami disablitas dan kematian lebih
awal. Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat hubungannya dengan peningkatan
kematian, kesakitan dan depresi juga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali lebih besar
kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan dari pada mereka
yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup.

25
Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi ,memiliki perasaan yang
kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang
tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal
itu dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

2. Budaya
Walaupun sudah lebih dari separuh abad penelitian telah menunjukkan bahwa pola
penuaan bervariasi secara dramatis diantara budaya berbeda, tetapi hanya baru-baru ini
perhatian yang serius diberikan kepada bagaimana faktor budaya memengaruhi
pengalaman penuaan pada lansia di Amerika serikat. Sebagian dari penelitian tidak
memperhatikan faktor budaya tersebut, akibat mitos orang Amerika tentang
“ketidakjelasannya”. Mitos ini muncul dari suatu teori budaya tentang adanya persamaan
dengan perpekstif etnosentris orang Eropa. Mitos ini mempromosikan gagasan bahwa
semua orang Amerika adalah sama (misalnya: seperti orang kelas menengah dari
keturunan Eropa). Selama beberapa tahun, gagasan bahwa kesukuan tidak perlu
diperhitungkan merupakan hal yang menonjol dalam pemberian pelayanan kesehatan,
termasuk keperawatan. Namun, gagasan yang slah ini menghalangi suatu pemahaman
yang sensitif tentang pasien, keluarga dan masyarakat dann mengaburkan isu penting di
dalam keperawatan gerontologi. Perawat perlu disiapkan untuk bekerja bersama klien
dari berbagai kelompok budaya dan untuk memahami bagaimana faktor budaya
memengaruhi perilaku kesehatan. Perawat yang memahami dan menerima perbedaan
yang timbul dari variasi budaya berada pada posisi yang lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan lansia dari suku manapun. Afiliasi budaya memberikan latar
belakang kontekstual yang perlu diantisipasi oleh perawat tentang perbedaan di dalam
nilai-nilai. Agama, garis otoritas, pola kehidupan, proses komunikasi dan bahasa, dan
pola kepercayaan dan praktik-praktik berhubungan dengan penyakit dan kesehatan.
Pengetahuan tentang keanekaragaman budaya memberikan petunjuk terhadap maksud
perilaku yang sebaliknya mungkin dinilai dengan cara negatif atau sedikitnya salah
dipahami. Budaya meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan dari suatu kelompok
orang. Pemahaman tentang variabel budaya sangat penting untuk praktik keperawatan
dengan dua alasan utama. Pertama, hal itu membawa kearah pemahaman yang lebih baik
tentang perilaku pasien dan keluarga mereka. Karena pola budaya digunakan sebagai
cara untuk menggambarkan penyakit, hal itu memengaruhi persepsi tentang orang sakit
26
oleh kelompok dan mengidentifikasi penyakit yang sesuai dan perilaku mencari
pelayanan keseehatan. Kedua, pemahaman terhadap faktor budaya membuat suatu
pemahaman yang lebih lengkap .
Di negara-negara Eropa dan Jepang, pelayanan lanjut usia dapat dikatakan sangat
baik. Tidak hanya dari segi kesehatan, namun juga dari pelayanan publik, jaminan sosial,
ketenagaan, dan sarana/prasarana umum. Semuanya ramah terhadap golongan lanjut
usia. Hal ini dikuatkan juga dengan struktur piramida penduduk yang dominan lanjut
usia dan pra-lanjut usia sehingga pelayanan lanjut usia yang optimal menjadi sebuah
keniscayaan.
3. Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum
yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan
lansia yang tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau
saudaranya. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan risiko untuk
menjadi sakit dan disabilitas. Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai
cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi
mereka untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan
kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau
tidak ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat membayar keamanan atau
merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah.
Sehingga pelayanan yang didapatkan lansia dengan ekonomi dibawah rata-rata
sangat minim. Mereka bahkan tidak lagi berpikir bagaimana cara pemenuhan kesehatan
yang layak untuknya melainkan bagaimana mereka bisa makan hari ini, esok dan
seterusnya. Kondisi lansia seperti ini yang sangat memprihatinkan, seharusnya petugas
kesehatan harus cepat tanggap terhadap kondisi seperti ini.
Sering kali di media menampilkan bagaimana orang dengan ekonomi dibawah rata-
rata tidak diperlakukan dengan sama terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada mereka. Hal ini sperti membuat mereka hilang harapan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak dengan melihat hal-hal seperti itu terjadi. Hal itu akan
membuat mereka berpikir berkali-kali sebelum mendatangi tempat pelayanan kesehatan.

4. Spiritual

27
Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana
perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para
lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak
bernilai oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap
mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda,
“penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”.
Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia
memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa lansia adalah harta dari ilmu
dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, lansia harus dihormati,
dicintai dan diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi
Muhammad Saw bersabda, “hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai
serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”. Oleh karena itu, pemerintah
dan masyarakat berkewajiban memperhatikan kondisi para lansia.
Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti Yasinan
yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini dihadiri tidak hanya
oleh orang lanjut usia saja. Tetapi juga dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra
lanjut usia. Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini
didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara
pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain
(Gulardi, 1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Kondisi penting yang menunjang
kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan
dengan kerabat keluarga dan teman-teman (Hurlock, 1994). Kemajuan sosio-ekonomi,
yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidup.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan
sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig,
Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan
hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan
yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan
dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi
lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang
28
menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan
well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang
negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan
obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat
mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin.
Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek
kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others,
2000 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan
orang-orang tua (Mcfadden, 1996).
5. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental
manusia. Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah
lingkungan. Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid
dan tempat ibadah". (http://indonesian.irib.ir). Aspek lingkungan yang dipengaruhi
kualitas dan keterjangkauan sarana kesehatan, keadaan tempat tinggal, sumber finansial,
serta kesempatan rekreasi pada lansia juga akan mempengaruhi kesehatan lansia. Sebagai
contoh, bila di daerah lansia itu tinggal sulit diakses pelayanan kesehatan karena jauhnya
jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini akan menghambat lansia mendapat
pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatanya.
Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota
masyarakat yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan
mendukung peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang.  Pada
akhirnya membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan
fisik yang dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan
aktif dalam kehidupan.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.
Tipe-tipe lansia:
 Tipe arif bijaksana
 Tipe mandiri
 Tipe tidak puas
 Tipe pasrah
 Tipe bingung
Teori-teori proses penuaan:
1. Teori biologi
 Teori genetik dan mutasi
 Immunology slow theory
 Teori stress
 Teori radikal bebas
 Teori rantai silang

30
2. Teori psikologi
3. Teori sosial
 Teori interaksi sosial
 Teori penarikan diri
 Teori aktivitas
 Teori kesinambungan
 Teori perkembangan
 Teori stratifikasi usia
4. Teori spiritual

Masalah-masalah pada kesehatan lansia:


a. Penurunan Masalah Fisik Dan Fungsi Tubuh
 Sistem pernapasan
 Sistem kardiovaskular
 Sistem reproduksi
 Sistem gastrointestinal
 Sistem persyarafan
 Sistem muskuloskeletal
 Sistem urinarius
 Penurunan fungsi panca indera
 Penurunan fungsi endokrin
Penyakit yang sering diderita lansia:
 Diabetes militus
 Osteoporosis
 Dementia type Alzheimer
 Penyakit Jantung

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia:


 Sosial
 Budaya
 Ekonomi
 Spiritual
 Lingkungan

31
B. Saran
Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang lebih tua dari kita harus
dihormati, dikasihi serta disayangi dan diperhatikan. Betapa beruntungnya menjadi tua, ada
banyak sekali orang yang tidak bisa menginjak usia tua, ada banyak sekali mereka yang tidak
bisa melihat anak serta cucunya tumbuh menjadi dewasa. Jadi, ketika kita bisa melihat
orang tua kita menjadi tua atau menginjak usia lanjut itulah saatnya kesempatan untuk kita
menyenangkan masa-masa tua mereka dengan kesuksesan anak-anaknya.
Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu gerontologi sudah
sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya untuk para lansia tidak
hanya memberikan pelayanan terhadap kebutuhan biologisnya saja tetapi mencakup
kebutuhan psikologis dan spiritualnya.
Untuk para pembaca makalah ini silahkan memberikan masukan maupun kritikan atas
kekurangan dari makalah ini supaya untuk makalah-makalah selanjutnya bisa jauh lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG
http://miracleofnursing.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?m=1
http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-usia.html?m=1
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

32
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
Tn.D Dengan Hipertensi Di Puskesmas Cilacap Selatan I

I. PENGKAJIAN
A. IdentitasKlien
1. Nama : Tn.D
2. Umur : 88 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki - laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan terakhir : SD
6. Pekerjaan sebelumnya : Buruh
7. Alamat : Jln.Swadaya 009/003 Tambakreja,
Cilacap Selatan.
8. Tanggal pengkajian : 5 Agustus 2014
B. Riwayat Pekerjaan
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Buruh
3. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :Dari anak-
anaknya.
C. Riwayat Lingkungan Hidup
1. Jumlah kamar : 2
2. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 1
D. Riwayat Rekreasi
1. Hobby/minat : Jalan - jalan
2. Keanggotaan organisasi : -
3. Liburan : Kerumah anak

E. Sumber/Sistem Pendukung
1. Dokter : -
2. Rumah sakit : -
3. Pelayanan kesehatan di rumah : -

33
F.Status Kesehatan Saat Ini
1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Hipertensi
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Post op. Katarak
3. Keluhan-keluhan kesehatan utama : Gatal dan nyeri pada daerah kaki kiri.
4. Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan : Kurang
5. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa medis :
a. Obat-obatan
Nama Dosis
Gentamicin 1 Tetes
Amoksilin 3x1
Prenison 3x1

Bagaimana/kapan menggunakanya : Gentamycin digunakan pada saat


pandangan mulai kabur.Amoksilin digunakan pada saat nyeri.
Dokter yang menginstruksikan : -
Tanggal resep : 4 Agustus 2014
b. Status Imunisasi
Tetanus.....Difteri.....Influensa......Pneumoni.....Meningitis.........
c. Alergi
1) Obat-obatan : Tidak ada
2) Makanan : Tidak ada
3) Faktor-faktor lingkungan : Tidak ada
d. Nutrisi
1) Diet : Diet rendah natrium
2) Pembatasan makanan atau minuman : Pembatasan Konsumsi telor karena
gatal-gatal di kaki.
3) Riwayat Peningkatan/Penurunan Berat badan : -
4) Pola konsumsi makanan (misal : frekuensi, sendiri atau dibantu) : Sendiri
5) Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (misalnya :
pendapatan tidak adekuat, kurang transportasi, masalah menelan atau
mengenyah, stres emosional): Pendapatan tidak adekuat,Tn.D tidak bekerja
dan menunggu uang dari anaknya untuk kebutuhan sehari-harinya.
6) Kebiasaan : Minum Kopi, dan suka jalan –jalan berinteraksi dengan
masyarakat.
34
G. Status Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit masa anak-anak :-
2. Penyakit serius/kronik : Katarak
3. Trauma : -
4. Perawatan di Rumah Sakit (alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter) : -
5. Operasi (perhatikan jenis, tanggal, alasan, dokter) : Operasi Katarak.
H. Tinjauan Sistem / Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : baik
Kesadaran : CM
Kelelahan : Tidak
Tanda-Tanda Vital (TTV) : Tekanan Darah (TD) : 160/80 mmHg
Nadi : 60 x / menit
Respirasi : 16 x / menit
Suhu : 37,5 0C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 170 cm

2. PEMERIKSAAN FISIK

N SISTEM/ORGAN YA TIDAK KETERANGAN


O
1 KEPALA :

a. Sakit kepala
b. Riwayat trauma √ Pusing Kadang – Kadang,
c. Pusing √ Jika Kurang Istirahat.

d. Gatal kulit kepala

35
2 MATA
Tn. D Mengalami Katarak
a. Perubahan penglihatan √
dan sudah di Operasi

b. Kacamata / lensa kontak beberapa tahun yang
√ lalu.Sekarang
c. Nyeri
penglihatannya Kadang –

d. Air mata berlebihan Kadang Kabur

e. Pruiritus

f. Bengkak sekitar mata

g. Diplopia
h. Pandangan kabur √

i. Fotophobia

j. Riwayat infeksi

3 TELINGA
a. Perubahan pendengaran √

b. Keluaran

c. Tinitus

d. Vertigo

e. Sensitifitas pendengaran

f. Riwayat infeksi

g. Alat protesa

4 LEHER
a. Kekakuan √
b. Nyeri √
c. Benjolan /massa √
d. Keterbatan gerak √

5 MULUT & TENGGOROKAN


a. Sakit tenggorokan √
b. Stomatitis / peradangan √
c. Lesi /ulkus √
d. Serak /perubahan suara √
e. Kesulitan menelan √
f. Pendengaran gusi √
g. Caries gigi √

36
h. Ompong √
i. Protesa gigi √
j. Perawatan gigi √

6 SISTEM SYARAF PUSAT


a. Kejang √
b. Sakit kepala √
c. Sinkope /serangan jatuh √
d. Paralisis √
e. Paresis √
f. Masalah koordinasi √
g. Tremor /spasme √
h. Parestesia √
i. Cedera kepala √
j. Masalah memori √

7 SISTEM ENDOKRIN
a. Intoleransi panas √
b. Intoleransi dingin √
c. Goiter √
d. Pigmentasi kulit √
e. Perubahan rambut √
f. Poliphagia √
g. Polidipsi √
h. Poliuri √

8 SISTEM CARDIOVASKULER
a. Nyeri dada √
b. Palpitasi √
c. Sesak nafas √
d. Dispnoe d’effort √
e. Dispnoe noktural √
f. Orthopnoe √
g. Murmur √

37
h. Edema √
i. Varises √
j. Perestesia √
k. Perubahan warna kulit √

9 SISTEM PENCERNAAN
a. Disphagia √
b. Nyeri ulu hati √
c. Mual /muntah √
d. Hematomesis 
e. Perubahan nafsu makan √
f. Intoleran makanan √
g. Ikterus √
h. Diare √
i. Konstipasi √
j. Perdarahan rektum √
k. Haemoroid √

10 SISTEM KULIT
a. Warna √ Warna Sawo Matang
√ Kurang lembab/kering
b. Kelembaban
c. Gangguan pada kulit (panu, √ Gatal - gatal
kadas, kurap, scabies, gatal)

d. Lesi /luka

e. Pruitus
f. Perubahan pigmentasi

g. Perubahan tekstur

h. Perubahan nevi

i. Sering memar

j. Perubahan rambut

k. Perubahan kuku

l. Penonjolan tulang kalus
11 SISTEM HEMOPOETIK
a. Perdarahan /memar abnormal √

38
b. Pembengkakan kelenjar limfe √
c. Anemia √
d. Riwayat transfusi daraH √

12 SISTEM PERKEMIHAN
a. Disuria √
b. Frekwensi √
c. Menetes √
d. Ragu – ragu √
e. Dorongan √
f. Hematuria √
g. Poliuria √
h. Oliguria √
i. Nokturia √
j. Inkotinensia √
k. Batu √
l. Infeksi √

13 SISTEM MUSKULOSKELETAL
a. Massa tonus otot (1-5) √
b. Posturtubuh √
(scoliosis/lordosis/kifosis)
c. Rentanggerak : Maksimal/ √
terbatas
d. Nyeri persendian √
e. Tremor √
f. Phlebitis √
g. Kekakuan √
h. Pembengkakan sendi √
i. Deformitas √
j. Spasme √
k. Kelemahan otot √
l. Masalah cara berjalan √
m. Nyeri pinggang √

39
n. Proteksi √

14 GENITO REPRODUKSI PRIA


a. Lesi √
b. Nyeri dan massa testikuler √
c. Masalah prostat √
d. Penyakit kelamin √
e. Perubahan hasrat seksual √
f. Impotensi √
g. Masalah aktivitas seksual √

I. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. Masalah Emosional
Pertanyaan tahap I
a. Apakah klien mengalami Sukar tidur ? Ya
b. Apakah klien merasa gelisah ? Tidak
c. Apakah klien murung atau menangis sendiri ? Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? Tidak
Pertanyaan tahap 2 :
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam 1 bulan
Kadang pusing dan penglihatan berkurang
b. Ada masalah atau banyak pikiran : Jika dirumah sendirian Tn.D sedih memikirkan
istri dan anaknya yang sudah meninggal
c. Ada masalah atau masalah dengan orang lain : Klien tidak mempunyai masalah
dengan orang lain
d. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter : Tidak menggunakan
obat tidur
e. Cenderung mengurung diri : Klien tidak mengurung diri.pasien lebih suka
berkumpul dengan teman-temannya.
Hasil : ada gangguan emosional

POLA KOMUNIKASI

40
1 Pendengaran a. Pendengaran adekuat (tanpa menggunakan Hearing
Aid / Alat Bantu Dengar [ABD])
b. Pendengaran adekuat (dengan menggunakan ABD)
c. Sedikit mengalami kesulitan bila lingkungan ribut
d. Hanya dapat mendengar dalam situasi khusus (harus
dengan suara keras dan jelas)
Pendengaran terganggu walaupun menggunakan ABD
2 Kemampuan a. Dapat memahami
memahami b. Pada umumnya dapat memahami, hanya kehilangan
informasi bagian atau pesan tertentu
c. Kadang-kadang dapat memahami
d. Jarang/tidak dapat memahami
3 Kejelasan bicara a. Bicara jelas
b. Bicara tidak jelas (kata-kata tidak jelas, komat-kamit)
c. Tidak dapat bicara
4 Perubahan pola Bandingkan dengan pola komunikasi pada 3 bulan terakhir
komunikasi atau dengan pengkajian sebelum ini :
a. Tidak ada perubahan
b. Bertambah baik
c. Bertambah buruk

POLA PERILAKU DAN ALAM PERASAAN

1 Indikator a. Mengekspresikan pernyataan-pernyataan negativ


depresi/ b. Mengekspresikan pertanyaan yang sama berulang-
kecemasan/alam ulang
c. Mengekspresikan ketakutan yang tidak realistis
perasaan sedih
d. Mengeluh tentang kondisi kesehatannya
e. Merasa tidak tenang diwaktu pagi
f. Insomnia/perubahan pola tidur
g. Ekspresi wajah cemas/sedih/takut
h. Mengulang-ulang gerakan yang sama
i. Menarik diri
j. Tidak berminat dalam aktivitas kelompok/dengan
keluarga/teman-teman

2 Tipe alam a. Sedih


perasaan b. Datar
c. Berubah-ubah
d. Lain-lain

3 Perubahan pola Bandingkan dengan kondisi alam perasaan pada 3 bulan


alam perasaan terakhir/dengan pengkajian sebelum ini :
a. Tidak ada perubahan
b. Bertambah baik
c. Bertambah buruk

4 Perilaku a. Bergerak/berjalan tanpa tujuan yang jelas

41
b. Mengekspresikan marah secara verbal
c. Mengekspresikan marah secara fisik
d. Memperlihatkan perilaku yang mengganggu
lingkungan/orang lain
e. Menolak obat per oral
f. Menolak obat injeksi
g. Menolak makan
h. Menolak minum
i. Menolak bantuan ADL

5 Perubahan Bandingkan dengan kondisi alam perasaan pada 3 bulan


perilaku terakhir atau dengan pengkajian sebelum ini
a. Tidak ada perubahan
b. Bertambah baik
c. Bertambah buruk

PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL

1 Inisiatif / a. Mudah berinteraksi dengan orang lain/lingkungan


keterlibatan b. Mudah merencanakan dan menyusun aktivitas
c. Mudah melakukan aktivitas untuk dirinya
sendiri/orang lain
d. Melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas social
e. Beribadah secara teratur
f. Melibatkan diri dalam kegiatan rohani
g. Lain-lain
2 Perubahan relasi a. Mengalami konflik dengan staf perawatan
b. Tidak berbahagia dengan teman sekamar
c. Secara terbuka mengekspresikan kemarahan terhadap
keluarga / teman-teman
d. Tidak menjalin kontak dengan keluarga/teman-teman
e. Mengalami kehilangan anggota keluarga
terdekat/teman (………………………………. Bln /
th…………………………………)
f. Tidak dapat dengan mudah menyesuaikan diri pada
perubahan Dario sesuatu yang rutin
g. Lain-lain

3 Peran di masa a. Sangat kuat mengidentifikasikan dengan peran-peran


lalu & status kehidupan dimasa lalu
b. Mengekspresikan sedih/marah/perasaan kehilangan
peran/status
c. Mempunyai persepsi bahwa : kebiasaan-kebiasaan
rutin saat ini sangat berbeda dengan dahulu
d. Lain-lain

42
2. PENGUKURAN TINGKAT DEPRESI

SKALA DEPRESI GERIATRIK (GDS), Yesevagedkk, 1983


NO PERNYATAAN
1 Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas dengan kehidupannya ? Ya Tidak
2 Apakah bapak /ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau Ya Tidak
kesenangan akhir-akhir ini ?
3 Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong di dalam hidup ini? Ya Tidak
4 Apakahbapak/ibu sering merasa bosan ? Ya Tidak
5 Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang baik di masa Ya Tidak
depan ?
6 Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang mengganggu Ya Tidak
terus menerus ?
7 Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ? Ya Tidak
8 Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi Ya Tidak
pada anda ?
9 Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian besar waktu ? Ya Tidak
10 Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu berbuata apa-apa ? Ya Tidak
11 Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah ? Ya Tidak
12 Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah dari pada keluar Ya Tidak
dan mengerjakan sesuatu ?
13 Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa depan ? Ya Tidak
14 Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa ? Ya Tidak
15 Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang ini Ya Tidak
menyenangkan ?
16 Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus asa ? Ya Tidak
17 Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhiri ni ? Ya Tidak
18 Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa lalu ? Ya Tidak
19 Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan ? Ya Tidak
20 Apakah sulit bagi bapak/ibu untuk memulai kegiatan yang baru ? Ya Tidak
21 Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat ? Ya Tidak
22 Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan ? Ya Tidak
23 Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya Ya Tidak
dari pada bapak/ibu ?
24 Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal yang sepele ? Ya Tidak
25 Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis ? Ya Tidak
26 Apakah bapak/ibu sulit berkonsentrasi ? Ya Tidak
27 Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagihari ? Ya Tidak
28 Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial ? Ya Tidak
29 Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu keputusan ? Ya Tidak
30 Apakah pikiran bapak/ibu masih tetep mudah dalam memikirkan Ya Tidak
sesuatu seperti dulu ?

SKOR : 19
0 – 10 : not depressed

43
11 – 20 : mild depressed
21 – 30 : severe depressed

3. Menurut KATZ INDEKS


Tn. D Termasuk kategori Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK / BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
4. Modifikasi dari BARTHEL INDEKS
Termasuk yang manakah klien?
NO KRITERIA BANTUAN MANDIRI KETERANGAN
1 Makan 5 10 Frekuensi : 2-3x sehari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : nasi,sayur dan
lauk
2 Minum 5 10 Frekuensi : 6-7 gelas
sehari
Jumlah : 6-7 gelas
Jenis
3 Berpindah dari kursi 5-10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel 5 10 Frekuensi
(BAB) Konsisten
11 Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi
(BAK) Warna
12 Olah raga atau 5 10 Frekuensi
latihan Jenis
13 Rekreasi atau 5 10 Frekuensi
pemantapan waktu Jenis
luang

Keterangan hasil :

44
130 : Mandiri
     
PENGKAJIAN POSISI DAN KESEIMBANGAN (SULLIVAN)

NO TEST KOORDINASI KETERANGAN NILAI


1 Berdiri dengan postur normal Mandiri 4
2 Berdiridenganpostur normal,menutupmata Mandiri 4
3 Berdiridengan kaki rapat Mandiri 4
4 Berdiridengansatu kaki Mandiri 4
5 Berdiri, fleksidanberdirikeposisinetral Mandiri 4
6 Berdiri, lateral danfleksi Mandiri 4
7 Berjalan, tempatkantumitsalahsatu kaki di Mandiri 4
depanjari kaki yang lain
8 Berjalansepanjanggarislurus Mandiri 4
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada Mandiri 4
lantai
10 Berjalan menyamping Mandiri 4
11 Berjalan mundur Mandiri 4
12 Berjalan mengikuti lingkaran Mandiri 4
13 Berjalan pada tumit Mandiri 4
14 Berjalan dengan ujung kaki Mandiri 4
Jumlah 28

Keterangan :
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas

Nilai :
42 – 54 :mampu melakukan aktifitas
28 – 41 :mampumelakukan sedikit bantuan
14 – 27 :mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan

J. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Mental Status Quesioner (SPMSQ)
instruksi :

45
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar dan catat semua jawaban :
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini?

√ 02 Hari apa sekarang?

√ 03 Apa nama tempat ini?

√ 04 Dimana alamat anda?

√ 05 Berapa umur anda?

√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)

√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?

√ 08 Siapa presiden indonesia sebelumnya?

√ 09 Siapa nama ibu anda?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


dari setiap angka baru, semua secara
menurun (20 - 3 = 17 - 3 = 14 - 3 = 11 – 3
= 8 – 3 = 5 – 3 = 2)
Jumlah 8 Fungsi intelektual utuh
Benar :

Interpretasi hasil :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat

b. PENGKAJIAN ASPEK KOGNITIF DAN FUNGSI MENTAL


DENGAN METODE MMSE (Mini Mental Status Exam)
N ASPEK YANG DINILAI NILAI

46
O
 1 ORIENTASI :  
  a. Menanyakan tahun…..., 1
  b. Menanyakan musim…..., 1
  c. Menanyakan bulan…..., 1
  d. Menanyakan hari…….., 1
  e. Menanyakan tanggal…….., 1
  f. Menanyakan dimana sekarang kita berada :  
  1) dinegara………., 1
  2) dipropinsi……….., 1
  3) dikabupaten……….., 1
  4) dikecamatan………., 1
  5) didesa………………… 1
2  REGISTRASI :  
  a. Menyebutkan nama 3 objek (misal : baju, piring, sapu) dan  
  berikan kesempatan mengingatnya selama 1 detik untuk 1objek  
  b. Meminta klien untuk menyebutkan kembali ketiga objek tadi 3
 3 PERHATIAN DAN KALKULASI :  
  a. Meminta klien untuk menyebutkan angka 100  
b. meminta klien untuk menguranginya 7 sampai 5 tingkat (lansia
  mampu menyebutkan angka 93, 86, 79, 72, 65) 1
 4 MENGINGAT :  
Meminta klien untuk mengulangi menyebutkan kembali ketiga
  Objek tadi (baju, piring, sapu) 0
 5 BAHASA :  
a. Menunjukan satu benda pada lansia dan menanyakan nama
  Benda tersebut 1
b. Menunjukan satu benda lain lagi dan menanyakan pada lansia
  nama benda tersebut 1
b. Meminta klien untuk mengulang kata berikut : tak ada, jika,
  Tetapi 1
c. Meminta klien untuk mengikuti perintah berikut :a mbilkertas
  ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai 3
  e. Perintahkan kepada klien : "tutup mata anda" 1
  f. Meminta kepada klien untuk menulis satu kalimat 1
  g. Meminta kepada klien untuk menyalin gambar 1
  JUMLAH 25

24 - 30 : Tidak ada gangguan kognitif


18 - 23 : Gangguan kognitif sedang
0- 17 : Gangguan kognitif berat

K. ANALISA DATA

N DATA MASALAH KEPERAWATAN

47
O
1 DS : Gangguan rasa nyaman :
- Klien mengatakan sering nyeri berhubungan dengan
pusing peningkatan tekanan
- Klien mengatakan kaki kirinya vaskuler cerebral.
gatal-gatal

DO :
- TD : 160/80 mmhg
- Kaki kiri terlihat luka gatal-
gatal

2 DS : Gangguan pola tidur


- Klien mengatakan sering tidur berhubungan dengan
larut malam Psikologis : usia tua
- Klien tidur jam 03.00 pagi
- Klien mengatakan sehari
hanya tidur 3 jam
- Klien mengatakan jika kurang
tidur pasien kurang fresh dan
pusing.
DO :
- Klien tampak lemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Psikologis : usia tua.

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan Pain Management
nyaman : nyeri tindakan keperawatan - Lakukan pengkajian
berhubungan selama 3 x 45 menit nyeri
dengan gangguan rasa nyaman : - Ajarkan tentang teknik
peningkatan nyeri klien dapat teratasi non farmakologi :

48
tekanan vaskuler dengan kriteria hasil: relaksasi, distraksi
cerebral comfort level - Tingkatkan istirahat
Indikator IR ER - Monitor vital sign
Mampu 3 4 sebelum dan sesudah
mengontrol tindakan
nyeri - Kontrol lingkungan yang
Kenyamanan 3 4 dapat mempengaruhi
Tekanan nyeri
3 4
darah

2. Gangguan pola Setelah dilakukan Sleep Enhancement


tidur berhubungan tindakan keperawatan - Jelaskan pentingnya tidur
dengan Psikologis : selama 3 x 45 menit yang adekuat
usia tua gangguan pola tidur - Fasilitasi untuk
pasien teratasi dengan mempertahankan aktivitas
kriteria hasil: sebelum tidur (membaca)
Sleep : Extent ang - Ciptakan lingkungan yang
Pattern nyaman
Indikato IR ER
r
Jumlah 2 4
jam tidur
normal
Perasaan 3 4
fresh
sesudah
tidur
Pola 3 4
tidur

II. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


6 Agustus

49
1 2018

2 6 Agustus
2018

Nama dan tanda tangan mahasiswa

50

Anda mungkin juga menyukai