KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Makalah Askep Lansia Dengan Perubahan Fisiologis Sistem
Kardiovaskuler”. Semoga ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam dunia psikososial dan budaya dan dunia kesehatan
untuk mengedukasikannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya. Makalah ini, kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang masih kurang.Oleh karena itu,
kami berharap para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini dan harap maklum.
Penyusu
BAB I
3
PENDAHULUAN
Tujuan asuhan keperawatan lansia adalah agar lansia dapat melakukan kegiatan
sehari – hari secara mandiri, menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit
atau mengalami gangguan tertentu, mencari upaya semaksimal mungkin agar klien lansia
yang menderita suatu penyakit masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal
tanpa perlu suatu pertolongan.
Penyebab kematian karena penyakit jantung , pembuluh darah pada saat ini
menduduki urutan pertama pada lanjut usia, selanjutnya kanker dan ketiga stroke.
Kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pembinaan lansia belum mantap. Oleh
karma itu perlu peran serta masyarakat dalam pembinaan lanjut usia perlu dikembangkan
secara optimal.
E. Bagaimana patofisiologinya ?
F. Apa saja tanda dan gejala pada system kaardiovaskuler ?
G. Bagaimana asuahan keperawatan lanjut usia ?
H. Bagaimana pemerikaan fisiknya ?
I.
1.3 TUJUAN
1) Untuk mengetahui pengertianSistem kardiovaskular?
2) Untuk mengetahui bagaimanaAnatomi dan Fisiologi?
3) Untuk mengetahui apa saja perubahan fisiologisjantung dan pembuluh darah pada
lansia?
4) Untuk mengetahuiapa etiologinya?
5) Untuk mengetahuibagaimanapatofisiologinya?
6) Untuk mengetahui apatanda dan gejala pada system kaardiovaskuler?
7) Untuk mengetahui bagaimana asuahan keperawatan lanjut usia ?
8) Untuk mengetahuibagaimanapemerikaan fisiknya ?
9)
BAB II
5
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem kardiovaskular sangat erat kaitannya dengan jantung dan pembuluh
darah dimana jantung dan pembuluh darah merupakan satu kesatuan integrasi yang
mampu memberikan oksigen dan nutrient bagi setiap sel hidup untuk bertahan
hidup. Sistem ini bertanggung jawab atas pengangkutan darah kaya oksigen dan
nutrisi ke organ serta pengangkutan produk limbah metabolik yang selanjutnya akan
dibuang dari tubuh (Touhy & Jett, 2014).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan memepertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. ( COSTANTINIDES, 2014 ).
Batasan – Batasan lansia menurut WHO adalah
- Vena pulmonalis
Darah yang masuk ke atrium kiri yang berasal dari paru-paru mengandung
co2.
c. Pembuluh darah yang msuk keluar
- Aorta
Darah keluar dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh mengandung co2.
- Arteri pulmonalis
Darah keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru mengandung co2.
3. Darah
Darah terdiri atas plasma (55% dari volume darah) dan sel (45%). Serum
darah atau plasma terdiri dari :
- Air : 91%
- Protein : 8% (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen.
- Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium,
fosfor, magnesium, dan besi.
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic yaitu: glucose, lemak,
urea, asam urat, kreatini, kolesterol, dan asam amino. Plasma juga terdiri
dari: gas oksigen dan karbondioksida, hormone-hormone, enzim dan
antigen. Sel darah terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Terlihat sama seperti pada kulit dan otot yang mempengaruhi lapisan
(intima) dari pembuluh darah, terutama arteri. Perubahan yang paling signifikan
pada kulit adalah penurunan elastisitas, sama dengan pembuluh darah juga
mengalami penurunan elastisitas yang memungkinkan darah bersirkulasi (Touhy
& Jett, 2014). Kehilangan elastisitas mengganggu aliran koroner dan dapat
menyebabkan penyakit kardiovaskular.
Dinding arteri terdiri dari tiga lapisan yaitu tunika adventitia, tunika
media, dan tunika intima (Bolton & Rajkumar, 2011). Adapun perubahan yang
berkaitan dengan usia mempengaruhi dua dari tiga lapisan pembuluh darah dan
akibat yang ditimbulkan bervariasi, tergantung pada lapisan yang terkena.
Misalnya, perubahan dalam tunika intima (lapisan terdalam) memiliki dampak
yang paling serius dalam perkembangan aterosklerosis, sedangkan perubahan
dalam tunika media (lapisan tengah), berhubungan dengan hipertensi. Tunika
eksterna (lapisan terluar) tidak akan terpengaruh dari penuaan. Lapisan ini,
terdiri dari jaringan adiposa dan jaringan ikat yang mendukung serabut saraf dan
vasorum vasa, serta suplai darah untuk tunika media (Miller, 2012).
Tunika intima terdiri dari satu lapis sel endotel pada lapisan tipis
jaringan ikat. Fungsi tunika intima yaitu mengontrol masuknya lipid dan zat lain
dari darah ke dalam dinding arteri. Sel endotel yang utuh membuat darah
mengalir bebas tanpa adanya pembekuan. Namun, ketika sel-sel endotel
mengalami kerusakan, akan terjadi pembekuan.Tunika intima dapat menebal
karena fibrosis, proliferasi sel dan akumulasi lipid juga kalsium. Selain itu,
ukuran dan bentuk sel-sel endotel menjadi tidak teratur, sehingga perubahan
tersebut menyebabkan perbesaran dan pemanjangan arteri. Akibatnya, dinding
arteri lebih rentan mengalami aterosklerosis (Bolton & Rajkumar, 2011; Miller,
2012).
Tunika media terdiri dari lapisan tunggal atau beberapa sel otot polos
yang dikelilingi oleh elastin dan kolagen. Sel-sel otot polos yang terdapat pada
jaringan berfungsi untuk memproduksi kolagen, proteoglikan, dan serat elastis.
Lapisan ini mengendalikan pengembangan dan kontraksi arteri karena struktur
10
dari lapisan ini. Perubahan tunika media yang terjadi akibat penuaan yaitu
peningkatan kolagen dan penipisan serta kalsifikasi serat elastin yang
menyebabkan kekakuan pembuluh darah.Selain itu, perubahan yang terjadi pada
tunika media menyebabkan peningkatan resistensi perifer, gangguan fungsi
baroreseptor, dan berkurangnya kemampuan untuk meningkatkan aliran darah
ke organ vital. Perubahan tersebut dapat meningkatkan resistensi terhadap aliran
darah dari jantung, sehingga ventrikel kiri dipaksa untuk bekerja lebih keras.
Baroreseptor di arteri besar menjadi kurang efektif dalam mengontrol tekanan
darah, terutama selama perubahan postural. Secara keseluruhan, peningkatan
kekakuan pembuluh darah menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah
sistolik (Miller, 2012).
Pembuluh darah vena juga mengalami perubahan yang serupa dengan
arteri, tetapi pada tingkatan yang lebih rendah. Vena menjadi lebih tebal, lebih
dilatasi, dan kurang elastis seiring dengan bertambahnya usia. Katup vena besar
pada kaki menjadi kurang efisien dalam mengembalikan darah ke jantung,
sehingga edema ekstremitas bawah berkembang lebih cepat dan lansia lebih
berisiko mengalami thrombosis vena karena melemahnya sirkulasi vena.
Sirkulasi perifer selanjutnya dipengaruhi oleh penurunan massa otor dan
bersamaan dengan pengurangan pada permintaan oksigen (Miller, 2012; Touhy
& Jett, 2014).
4. Adanya Mekanisme Baroreflex
Terjadi dimana sudah menjadi proses fisiologis, ketika mengatur tekanan
darah tubuh akan meningkatkan atau menurunkan denyut jantung dan resistensi
pembuluh darah perifer. Resistensi pembuluh darah perifer berfungsi untuk
mengkompensasi penurunan sementara atau peningkatan tekanan arteri.
Baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotis sebenarnya reseptor regang.
Penurunan distensi pada reseptor ini, menyebabkan penambahan aktivitas pada
sistem parasimpatik dan ihibisi sistem aliran saraf.
Proses menua mengakibatkan perubahan mekanisme baroreflex
termasuk pengerasan arteri dan pengurangan respon kardiovaskuar terhadap
11
lama
Penurunan jumlah darah yang Oksigen jaringan menurun,
dipompa di sepanjang sistem penurunan kapasitas untuk
kardiovaskuler latihan
D. Etiologi
a. Disfungsi miocard
misalnya : MCI, miocarditis
E. Patofisiologi
curah janutng kiri menurun akibatnya tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan
volume akhir diastolic dalam ventrikel kiri meningkat mengakibatkan pengisian darh ke
ventrikel ( atrium sulit sehingga tekanan atrium meningkat menimbulkan
hambatan aliran masuknya dari vena pulmonal kemudian terjadi bendungan paru yang
mengakibatkan beban ventrikel kanan meningkat karma adanya edema paru sehingga
ventrikel kanan kompensasi hipertropi dan dilatasi melampaui batas
kemampuannya.
Karena adanya gangguan dan hambatan pada daya pompa ventrikel menimbulkan
tekanan akhir diastolic meningkat yang mengakibatkan beban atrium kanan dalam
mengisi ventrikel pada waktu diastolik. Masuknya darah dari vena cava superion dan
vena cava inferior mengalami hambatan menimbulkan bendungan vena sistemik
( vena jugularis dan hepar ) bila keadaan lebih berat oedema tumit dan acites.
Terjadi bila gagal janutng kiri dan kanan terjadi pada waktu yang sama.
4. WOC
Miocard ventrikel
gagal jantung
kulit dingin
stenosis
Asidosisi jaringan
Curah jantung
Dilatasi jantung
Hipertropi jantung
Isi sekuncup
bendungan sistemik
acites
hepatomegali
BB meningkat
Badan lemah
Cepat lemah
Keringat dingin
gangguan sensoris
1. Pengkajian
Tujuan :
Meliputi aspek :
1. fisik
pandangan lansia tentang kesehatannya
2. psikologis
3. social ekonomi
4. spiritual
keteraturan beribadah
Pengkajian dasar
1. temperatur
2. denyut nadi : kecepatan irama dan volume
6. tingkat orientasi
7. memory
8. pola tidur
9. penyesuaian psikososial
Sistem persyarafan
7. ketajaman pendengaran
- tinutis
Sistem kardiovaskuler
4. pusing
5. sakit
6. edema
System gastrointestinal
22
1. status gizi
2. pemasukan diet
3. anoreksia, tidak dicerna, mual, dan muntah
System genitourinarius
5. disuria
6. seksualitas
System kulit
1. kulit
- temperature, tingkat kelembaban
- keutuhan luka, luka terbuka, robekan
- turgor (kekenyal;an kulit)
- perubahan pigmen
23
3. keadaan rambut
System musculoskeletal
1. kontraktur
- atrofi otot
- mengecilkan tendo
- ketidakadekuatnya gerakan sendi
2. tingkat mobilisasi
- keterbatasan gerak
- kekuatan otot
3. gerkan sendi
4. paralysis
5. kifosis
Psikososial
H. Pemeriksaan fisik
No Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum dan ttv
24
2. Kepala :
rambut
mata
telinga
hidung
mulut
3.
Kulit : turgor
4.
Leher
5.
Thorax :
payudara
jantung
paru
6.
abdomen
bising usus
nyeri tekan
perkemihan
7.
BAB & BAK
Eksteremitas
8.
Nyeri
Oedema
Refleks patela
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses penuaan yang terjadi pada lansia akan diikuti dengan berbagai perubahan
yang terjadi pada sistem tubuhnya. Salah satunya yaitu perubahan pada sistem
kardiovaskular. Penurunan fungsi sistem kardiovaskular dapat terjadi secara struktural
dan fungsional yang dapat terjadi pada jantung dan pembuluh darah arteri maupun
vena. Selain karena bertambahnya usia, faktor lain yang memengaruhi kerja dari sistem
kardiovaskular pada lansia seperti aterosklerosis, ketidakefektifan fisik (physical
inactivity), merokok, kebiasaan makan (dietary habits), obesitas, hipertensi, gangguan
lipid (lipid disorders), sindrom metabolik, faktor psikososial, serta faktor keturunan dan
sosial-ekonominya. Faktor-faktor tersebut pun dapat menyebabkan gangguan patologis
pada sistem kardiovaskular. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi, maka dapat
26
B. Saran
1. Mahasiswa keperawatan sebaiknya mengetahui perubahan fisiologis sistem
kardiovaskular yang terjadi pada lansia.
2. Mahasiswa keperawatan harus mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi
penurunan kerja sistem kardiovaskular pada lansia.
3. Mahasiswa keperawatan mampu melakukan pengkajian yang tepat pada sistem
kardiovaskular lansia.
4. Mahasiswa keperawatan mengetahui gangguan patologis yang sering terjadi
padasystemkardiovaskular lansia.
27
DAFTAR PUSTAKA
American Hearth Associations (2017). 2017 ACC/AHA/HFSA focused update of the 2013
ACCF/AHA guidelines for the management of heart failure. (C. W. Yancy, Performer)
American Heart Association. (2017). Guideline for the prevention, detection, evaluation, and
management of high blood pressure in adults. Diakses dari http://hyper.ahajournals.org
Bolton, E., & Rajkumar, C. (2011). The ageing cardiovascular system. Reviews in Clinical
Gerontology, 21(2), 99–109. http://doi.org/10.1017/S0959259810000389
Cardiol, J. G. (2016, Februari). Hearth failure in the elderly. Journal of Geriatric Cardiology,
13(2), 115-117. doi:10.11909/j.issn.1671-5411.2016.02.009
Deborah, F., & Patricia, K. (2015). Cardiac Assessment. Journal of Home Healthcare Now. Vol.
33 (9) p 466-472
James P.A., Oparil S., Carter B.L., Cushman W.C., Dennison-Himmelfarb C., Handler J., et al.
(2014). Evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults:
Report from the panel members appointed to the eighth Joint National Committee (JNC
8). JAMA. 2014; 311 (5): 507-20. doi:10.1001/jama.2013.284427.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). InfoDATIN: Pusat data dan informasi kementerian
kesehatan RI, Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Lewis, M. C. (2015). Physiologic Changes in the Elderly. Retrieved from
https://www.pogoe.org/sites/default/.../2_Physiologic_Changes_In_The_Elderly.pdf
Lionakis, N., Mendrinos, D., Sanidas E., Favatas, G., & Georgopouluo, M.(2012). Hypertension
in The Elderly. World Journal of Cardiology. Vol 4 (5) p 135-147
Mauk, K. (2006). Gerontological Nursing. Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett Publishers.
Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in order adults, 6 th edition. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P, A., Perry, A, G., Stockert, P, A., & Hall, A, M. (2013). Fundamental ofnursing 8th
edition. Canada: Elsevier
Stanley, M. & Beare, P.G diterjemahkan oleh Nety Juniarti. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Ed. 2. Jakarta: EGC