Anda di halaman 1dari 12

ASHABUL FURUD DAN ASHABAH

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah “ Fiqih Muamalat dan Faraid ”

Dosen Pengampu:

Dr. Moh. Makmun, M.HI

Disusun Oleh:

Irma Nurfaizah (1121105)

Muzamilun Mutaqin (1121106)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN 2022/2023
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hak pewarisan, diberikan Allah kepada setiap muslim dan setiap hak harus selalu
ada aturannya. Dalam hal ini yang telah diatur adalah, antara ahli waris yang satu
dengan yang lain memiliki perbedaan tingkat dan urutan. Artinya, Ahli waris yang
mewarisi bagian tetap lebih didahulukan dari pada ahli yang menjadi ashabah. Sebab,
kedudukan ashabul furudh lebih utama dari pada kedudukan ashabah. Nabi SAW
bersabda: “Berikanlah bagian-bagian tetap itu kepada orang yang berhak, dan jika ada
sisa, baru untuk laki-laki dan keturunannya.
Ahli waris adalah orang yang berhak menerima harta warisan dari pewaris. Tetapi
bagaimanapun, bukan berarti bahwa setiap ahli waris apabila bersama-sama dengan
ahli waris yang lainnya, pasti semuanya mendapat harta warisan, akan tetapi sangat
dipengaruhi dan ditentukan oleh keutamaan atau kekerabatan terdekat. Hal ini
dimaksudkan, bahwa kerabat yang dekat menghalangi ahli waris yang jauh dari
pewaris.
Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang sangat
sempurna, Islam juga memperhatikan bagaimana kehidupan keluarga yang akan
menjadi penerus dan pewaris, supaya tidak ada kekeliruan dan perselisihan dalam
pembagian harta warisan.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ashabul furud dan bagian-bagiannya?
b. Apa pengertian ashabah dan bagian-bagiannya?
3. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian dari ashabul furud dan bagian-bagiannya.
b. Untuk mengetahui pengertian dari ashabah dan bagian-bagiannya.

2
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Ashabul Furud


Definisi Ashabul Furudh Kata furudh (‫ )فروض‬merupakan jamak dari al-fardh.
Dalam memberikan definisi fardh ini, para ulama Faraidh walaupun definisi yang
mereka kemukakan secara redaksional berbeda, tetapi pada hakikatnya mempunyai
persamaan persepsi dan maksud yang sama. Hasanain Muhammad Makhluf
mengemukakan bahwa pengertian fardh itu adalah :
‫السهم املقدر شرعا للوارث يف الرتكة‬
“Saham (bagian) yang telah ditentukan oleh syara’ untuk para ahli waris dalam
menerima harta warisan.” 1
Hasbi Ash-Shiddieqy mengemukakan bahwa fardh adalah : “Bagian yang sudah
ditentukan jumlahnya untuk waris pada harta peninggalan, baik dengan nash, ataupun
dengan ijma’. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan
ashabul furudh atau dzawil furudh adalah para ahli waris yang mempunyai bagian
tertentu yang telah ditetapkan oleh syara’ (dalam al-Qur’an), yang bagiannya itu tidak
akan bertambah atau berkurang kecuali dalam masalah-masalah yang terjadi radd atau
‘aul.2
Berikut ini adalah ahli waris Ashabul Furudh, yaitu: ada 12 orang. 8 orang
perempuan dan 4 orang laki-laki.
➢ Para ashabul furudh dari perempuan adalah : isteri, anak perempuan, cucu
perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, saudari sekandung,
saudari seayah, saudari seibu, Ibu, nenek sahihah.
➢ Para ashabul furudh dari laki-laki adalah : suami, ayah, kakek sahih, saudara
seibu.

Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 184, dijelaskan bahwa:

a) Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:


a. Menurut hubungan darah:

1
Hasanain Muhammad Makhluf, Al-Mawaris…, hlm. 37.
2
H. Akhmad Hanies, Hukum Kewarisan Islan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2019), hal 39-40

3
- Golongan laki-laki terdiri dari : ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki,
paman dan kakek.
- Golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak perempuan, saudara perempuan
dan nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari duda atau janda.
b) Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya:
anak, ayah, ibu, janda atau duda.
2. Bagian-bagian Ashabul Furudh
Bagian harta warisan adakalanya masuk kategori ashabul furudh atau 'ashabah.
Fardh atau furudh adalah bagian tertentu yang telah ditetapkan syariat Islam. Ta'shib
atau 'ashabah adalah bagian warisan yang besarnya tidak tetap.3
a. Penerima bagian waris (1/2)
Ahli waris yang memperoleh bagian separuh (1/2) adalah:
➢ Anak perempuan, apabila ia adalah tunggal dan tidak ada anak laki-laki.
➢ Cucu perempuan, apabila ia tunggaal, dan tidak ada ahli waris: anak laki-
laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, anak perempuan.
➢ Saudara perempuan kandung tunggal, apabila tidak ada ahli waris: anak
laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu
perempuan dari anak laki-laki, bapak, kakek dari pihak bapak.
➢ Saudara perempuan sebapak tunggal, apabila tidak ada ahli waris: anak laki-
laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan
dari anak laki-laki, saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki sebapak,
saudara perempuan kandung, bapak, kakek dari pihak bapak.
➢ Suami, apabila tidak ada furu’ al-waris, yaitu anak laki-laki, anak
perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak
laki-laki.
b. Penerima bagian waris (1/4)
Ahli waris yang memperoleh seperempat adalah:

3
M. Thaha Abdul Ela Khalifah, Hukum Waris Pembagian Warisan Berdasarkan Syariat Islam, ( Solo: Tiga Serangkai,
2007), hl 45.

4
➢ Suami, apabila ada salah satu furu, al-waris
➢ Istri, apabila tidak ada furu, al-waris
c. Penerima bagian waris (1/8)
Ahli waris yang memperoleh seperdelapan adalah hanya istri, apabila ada salah
satu furu’ al-waris, (yaitu anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari
anak laki-laki atau cucu perempuan dari anak aki-laki).
d. Penerima bagaian waris (1/3)
Ahli waris yang memperoleh sepertiga adalah:
➢ Ibu, apabila tidak ada ahli waris
➢ Anak, baik laki-laki maupun perempuan
➢ Cucu dari anak laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan
➢ Dua orang saudara atau lebih: baik laki-laki maupun perempuan, baik
saudara sekandung, sebapak maupun seibu.
➢ Dua orang saudara atau lebih, baik laki-laki maupun perempuan, apabila
tidak ada ahli waris: anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari
anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, bapak, kakek dari pihak
bapak.
e. Penerima bagian waris (2/3)
➢ Dua orang anak yang mendapat atau lebih, apabila tidak ada anak laki-laki
➢ Dua orang cucu perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada ahli waris:
anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu
perempuan dari anak laki-laki, bapak dan kakek dari pihak bapak.
f. Penerima bagian waris (1/6)
➢ Bapak, jika ada ahli waris: anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki
dari anak laki-laki dan cucu perempuan dari anak laki-laki.
➢ Ibu, apabila ada ahli waris; anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki
dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, dan dua orang
saudara atau lebih, baik laki-laki maupun peempuan, baik saudara
sekandung, sebapak maupun seibu.
➢ Nenek, baik dari pihak ibu atau bapak, apabila tidak ada ahli waris: ibu dan
Bapak (khusus nenek dari pihak bapak)

5
➢ Cucu perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada ahli waris: anak laki-
laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan anak perempuan lebih dari satu
orang. Artinya jika hanya ada satu orang anak perempuan kandung,maka
cucu perempuan memperoleh bagian seperenam
➢ Saudara perempuan sebapak, baik seorang atau lebih, dengan syarat
bersamanya ada seorang saudara perempuan sekandung. Itupun dengan
syarat apabila tidak ada ahli waris: anak laki-laki, anak perempuan, cucu
laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki), cucu perempuan dari anak laki-
laki (cucu perempuan), saudara laki-laki kandung, dan saudara laki-laki
sebapak.
➢ Saudara seibu tunggal, baik laki-laki maupun perempuan, apabila tidak ada
ahli waris: anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-
laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, bapak, kakek dari pihak bapak.
3. Ashabah
Menurut bahasa, ‘ashabah adalah kalangan kerabat laki-laki, yaitu anak laki-laki,
ayah, dan kalangan kerabat laki-laki dari pihak laki-laki. Sedangkan menurut
istilah, ‘ashabah adalah orang yang mendapatkan harta warisan yang belum ditetapkan
atau ahli waris yang tidak memiliki bagian tertentu.
Abdul Karim bin Muhammad al-Lahim mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan ‘ashabah adalah: ‫ألذين يرثون بال تقدير وقيل كل وارث إذ انفرد أخذ مجيع امالل وأيخذ ما أبقت‬
‫“ الفروض ويسقط إذا تستغرقت الفروض‬Orang-orang yang mewaris tanpa kadar (tertentu), dan
dikatakan (pula) setiap ahli waris yang mengambil seluruh harta apabila ia sendirian,
mengambil apa yang tersisa setelah ashab al-furud, atau tidak mendapat bagian sama
sekali apabila harta peninggalan telah dihabiskan oleh ashab al-furud.” 4

‘Ashabah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Ashabah Nasabiyyah
Adalah ahli waris ‘ashabah karena mempunyai hubungan nasab dengan orang
yang meninggal. ‘Ashabah nasabiyyah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

4
Al Karim bin Muhammad al-Lahim, Fiqh al-Mawaris Dirasah Muqaranah (Riyadh: Maktab li al-Dakwah wa al-
Irsyad, 1988), hlm. 3.

6
a. ‘Ashabah bin Nafsihi
Yaitu menerima sisa harta karena dirinya sendiri, bukan karena sebab
lain. Ashabah binafsi adalah semua ahli waris laki-laki kecuali saudara
laki-laki seibu. Dengan demikian yang termasuk ‘Ashabah binafsi adalah:
- Anak laki-laki
- Cucu laki-laki dari jalur laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki)
dan seterusnya kebawah dari garis laki-laki
- Bapak
- Kakek shahih (yaitu bapaknya bapak) dan seterusnya ke atas dari
garis laki-laki
- Saudara laki-laki kandung
- Saudara laki-laki sebapak
- Anak laki-laki sekandung
- Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
- Paman sekandung (saudara laki-laki bapak sekandung)
- Paman sebapak (saudara laki-laki sebapak)
- Anak laki-laki paman sekandung
- Anak laki-laki paman sebapak
- Orang laki-laki yang memerdekakan budak5
b. ‘Ashabah bil Ghair
Yaitu ahli waris yang menerima harta karena bersama dengan ahli waris
laki-laki yang setingkat dengannya. Termasuk ‘ashabah ini adalah ahli
waris perempuan yang bersamanya ahli waris laki-laki yaitu:
- Anak perempuan jika bersamanya anak laki-laki
- Cucu perempuan jika bersamanya cucu laki-laki
- Saudara perempuan sebapak, jika bersamanya saudara laki-laki
kandung
- Saudara perempuan sebapak, jika bersamanya saudara laki-laki
sebapak

5
Ibn Rusyd, Bidayah alM-ujtahid wa Nihayah al-Muqtasid (Semarang: Usaha Keluarga, t.t.), hlm. 254.

7
Ketentuan yang berlaku, apabila mereka bergabung menerima bagian
‘ashabah, maka bagian ahli waris laki-laki 2x bagian perempuan

c. ‘Ashabah ma’al Gahair


Yaitu menjadi ‘ashabah karena bersama sama dengan ahli waris
perempuan dalam garis lain, yakni mereka yang menerima harta
sebagai ashabul furudh. Jadi, bersama dengan ahli waris lain yang tidak
setingkat. Termasuk ‘ashabah ini adalah ahli waris perempuan yang
bersamanya ada ahli waris perempuan yang tidak setingkat, yaitu:
- Saudara perempuan kandung, jika bersamanya ada ahli waris: anak
perempuan (satu orang atau lebih), atau cucu perempuan (satu
orang atau lebih)
- Saudara perempuan sebapak, jika bersamanya ada ahli waris: anak
perempuan (satu orang atau lebih), atau cucu perempuan (satu
orang atau lebih)
2. Ashabah Sababiyyah
Ialah seseorang menjadi ahli waris karena ia membebaskan atau
memerdekakan buadak/hamba sahaya baik laki-laki maupun perempuan.
Apabila hamba sahaya yang telah dibebaskan tersebut meninggal dunia maka
ia mendapatkan warisan sebagai ashabah6

4. Contoh-Contoh Pembagian Ashabul Furud dan Ashabah

1. Contoh pembagian ashabul Furud

a) Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya adalah suami dan saudari kandung.
Harta warisannya Rp. 800.000.000,-. Berapa bagian masing-masing ahli waris?
Suami: ½ 1/2 x 2 = 1 1 x 800.000.000 = 400.000.000
2

Saudari kandung: ½ 1/2 x 2 =1 1. 800.000.000 = 400.000.000

6
Zainuddin Djedjen, Suparta, Fiqih, (Semarang: PT, Karya Toha Putra, 2003), hl.36.

8
b) Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya adalah suami, 2 saudari seibu, dan ibu.
Harta warisannya Rp. 240.000.000,-. Berapa bagian masing-masing ahli waris ?
Suami: 1/2 1/2 x 6 = 3 3x 240.000.000 = 120.000.000
6
2 Saudari seibu: 1/3 1/3 x 6 = 2 2x 240.000.000 = 80.000.000
6
Ibu: 1/6 1/6 x 6 = 1 1x 240.000.000 = 40.000.000
6
c) Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya adalah ayah, ibu, dan 2 anak
perempuan. Harta warisannya Rp. 120.000.000,-. Berapa bagian masing-masing
ahli waris.
Ayah: 1/6 1/6 x 6 = 1 1x 120.000.000 = 20.000.000
6
Ibu: 1/6 1/6 x 6 = 1 1x 120.000.000 = 20.000.000
6
2 Ank Perempuan: 2/3 2/3 x 6 = 4 4x120.000.000 = 80.000.00
6

2. Contoh pembagian ashabah:

1. Contoh pembagian ashabah binaafsi

Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya adalah isteri, ibu, dan saudara lk2
sekandung. Harta warisannya Rp. 480.000.000,-. Berapa bagian masing-masing ahli waris?

Isteri: 1/4 1/4 x 12 = 3 3x 480.000.000 =120.000.000


12
Ibu: 1/3 1/3 x 12 = 4 4x 480.000.000 =160.000.000

12

Sdr. Laki-laki

Skdg:

Abn 12 – 7 = 5 5x 480.000.000 =200.000.000

9
12

2. Contoh pembagian ashabah bilghairi

Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya adalah isteri, 4 anak laki-laki, dan 2
anak perempuan. Harta warisannya Rp. 200.000.000,-. Berapa bagian masing-masing ahli
waris ?

Isteri: 1/8 1/8 x 8 = 1 1x 200.000.000 =25.000.000

4 anak laki-laki:

‘Abg 8 – 1 = 7 7x 200.000.000 =175.000.000

2 anak prempuan:

’Abg Seorang anak laki-laki mendapat bagian: 2/10 x 175.000.000 = 35.000.000

Seorang anak perempuan mendapat bagian: 1/10 x 175.000.000 = 17.500.000

3, Contoh pembagian ashabah ma’al ghairi

Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya adalah suami, cucu perempuan dari anak laki-
laki, dan saudara perempuan seayah. Harta warisannya Rp. 240.000.000,-. Berapa bagian
masing-masing ahli waris ?

Suami: 1/4 1/4 x 4 = 1 1x 240.000.000 = 60.000.000

Cucu pr. Grs.

Laki-laki : 1/2 1/2 x 4 = 2 2x 240.000.000 = 120.000.000

Sdr. Pr. Seayah:

Amg 4 – 3 = 1 1x 240.000.000 = 60.000.000

10
C. PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas bahwa sudah jelas tentang siapa saja yang berhak menerima
ashabul furudh dan ashabah. Kekeliruan mengenai bagian yang diterima oleh ahli waris
bisa terselesaikan dengan baik. Dengan demikian Islam mencakup segala sesuatu yang
ada dipermukaan bumi ini termasuk tentang ashabul furudh dan ashabah.
Furudul Muqaddarah ada enam macam:
a) Dua pertiga (2/3)
b) Setengah (1/2)
c) Sepertiga (1/3)
d) Seperempat (1/4)
e) Seperenam (1/6)
f) Seperdelapan (1/8)
‘Ashabah dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Ashabah sababiyyah
b) Ashabah nasabiyyah yang terbagi menjadi 3 macam:
ashabah bin-nafsi, ashabah bil ghair dan ashabah ma’al ghair.

DAFTAR PUSTAKA

H. Akhmad Hanies, 2019.Hukum Kewarisan Islan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

11
M. Thaha Abdul Ela Khalifah, 2007. Hukum Waris Pembagian Warisan
Berdasarkan Syariat Islam. Solo: Tiga Serangkai.

Zainuddin Djedjen, Suparta. 2003. Fiqih. Semarang: PT, Karya Toha Putra

Al Karim bin Muhammad al-Lahim, 1988. Fiqh al-Mawaris Dirasah Muqaranah.


Riyadh: Maktab li al-Dakwah wa al-Irsyad.

12

Anda mungkin juga menyukai