Anda di halaman 1dari 3

Teori 10

UNSUR-UNSUR KEWARISAN
A. UNSUR KEWARISAN
Dalam kewarisan Islam terdapat tiga unsur (rukun), yaitu :
1. Maurus.
Maurus atau miras adalah harta peninggalan si mati setelah dikurangi biaya perawatan jenazah,
pelunasan hutang dan pelaksanaan wasiat. Dalam hal ini yang diamaksdukan hal tersebut adalah :
a. Kebendaan yan sifat-sifat yang mempunyai nilai kebendaan. Misalnya benda-benda tetap, benda-
benda bergerak, piutang-piutang si mati, diyat wajibah (denda wajib) yang dibayarkan kepadanya.
b. Hak-hak kebendaan, seperti monopoli untuk mendayagunakan dan menarik hasil dari suatu jalan
lalu lintas, sumber air minum, irigasi dan lain sebagainya.
c. Benda-benda yang bukan kebendaan, seperti hak khiyar dan hak syuf’ah, hak memanfaatkan
barang yang diwasiatkan dan sebagainya.
d. Benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain, seperti benda yang sedang digadaikan,
benda yang telah dibeli oleh si mati sewaktu masih hdup yang sudah dibayar tetapi barang belum
diterima.
2. Muwaris.
Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang mewariskan hartanya.
3. Waris.
Waris, adalah orang yang berhak mewarisi harta peninggalan muwaris karena mempunyai hubungan
kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan atau akibat memerdekakan
hamba sahaya.

Teori 11

A.Dzawil furudh adalah ahli waris yang saham atau bagiannya sudah ditentukan secara pasti, dan
bagiannya tersebut telah ditegaskan di dalam AL-Qur’an dan hadis rasul SAW. Seperti ketentuan
dalam qur'an surah an-Nisa (4) ayat 11 dan ayat 12.

Dari surah an-Nisa (4) ayat 11 dan ayat 12, maka dapat diketahui bahwa pembagian harta waris bagi
dzawil furudh ialah:

1. Anak laki-laki: 2 bagian jika mewarisi bersama anak perempuan

2. Anak perempuan: Jika jumlahnya hanya ada satu (1) orang anak perempuan,
maka 1/2 bagian dari harta peninggalan. Jika jumlahnya lebih dari dua anak perempuan
maka 2/3 bagian dari harta peninggalan.

3. Ayah : 1/6 bagian jika yang meninggal mempunyai anak

4. Ibu : 1/6 bagian jika yang meniggal mempunyai Anak atau mempunyai beberapa saudara
dan 1/3 bagian jika tidak mempunyai anak

5. Suami : 1/2 bagian jika pewaris tidak mempunyai anak dan 1/4 bagian jika pewaris
mempunyai anak

6. Istri : 1/4 bagian jika pewaris tidak mempunyai anak dan 1/8 bagian jika pewaris mempunyai
anak
7. Saudara (seibu) : Laki-laki /perempuan jika satu orang  maka 1/6 bagian dari harta
peninggalan, dengan syarat tidak ada bapak dan anak dan laki-laki/perempuan jika lebih dari
seorang maka 1/3 bagian dari harta peninggalan, dengan syarat tidak ada bapak dan anak.

B. ashabah

Di dalam ilmu faraidl (warisan) definisi ashabah sebagaimana disampaikan oleh Dr. Wahbah Az-
Zuhaili di dalam kitab al-Mu’tamad adalah:

“Setiap ahli waris yang tidak memiliki bagian yang telah ditentukan, ia mengambil semua harta
waris bila ia seorang diri dan mengambil sisa harta waris setelah sebelumnya diambil oleh
orang-orang yang memiliki bagian pasti.” (Wahbah Az-Zuhaili, al-Mu’tamad fil Fiqhis Syâfi’i,
Damaskus, Darul Qalam, 2011, juz IV, halaman 383)

Macam-macam Ashabah

Ada 2 (dua) macam ashabah di dalam ilmu faraidl, yakni ashabah sababiyah dan ashabah
nasabiyah.

Ashabah sababiyah adalah ashabah karena adanya sebab, yaitu sebab memerdekakan budak.
Ketika seorang budak yang telah dimerdekakan meninggal dunia dan tak memiliki kerabat
secara nasab maka sang tuan yang memerdekakannya bisa mewarisi harta peninggalannya
secara ashabah, sebagai balasan atas kebaikannya yang telah memerdekakan sang budak
(Wahbah Az-Zuhaili, 2011: 385). Sedangkan ashabah nasabiyah adalah ashabah karena
adanya hubungan nasab dengan si mayit. Mereka yang masuk dalam kategori ini adalah semua
orang laki-laki yang telah disebutkan dalam pembahasan para penerima waris dari pihak laki-laki
selain suami dan saudara laki-laki seibu, keduanya hanya menerima dari bagian pasti saja
(Musthafa Al-Khin, al-Fiqhul Manhaji, Damaskus, Darul Qalam, 2013, jilid II, halaman 298).
Dengan demikian maka yang termasuk dalam ashabah nasabiyah adalah bapak, kakek, anak
laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak,
anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung, anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak,
paman sekandung, paman sebapak, anak laki-lakinya paman sekandung, dan anak laki-lakinya
paman sebapak. Mereka semua adalah para ahli waris yang bisa mendapatkan warisan secara
ashabah. Meskipun bapak dan kakek terkadang bisa mengambil warisan melalui bagian pasti.
Macam-macam Ashabah Nasabiyah Para ulama membagi Ashabah Nasabiyah menjadi 3 (tiga)
macam, yakni:

1. Ashabah bin nafsi

Ashabah bin Nafsi  Ashabah bin nafsi adalah mereka yang memiliki nasab dengan si mayit tanpa
ada unsur perempuan (Musthafa Al-Khin, 2013:299).

2. Ashabah bil ghair

Ashabah bil ghair adalah setiap ahli waris perempuan yang memiliki bagian pasti bila
berbarengan dengan saudara laki-lakinya maka ahli waris perempuan tersebut menjadi ahli
waris ashabah karena adanya saudara laki-laki tersebut.
3. Ashabah ma’al ghair

Ashabah ma’al Ghair Ashabah ma’al ghair adalah bagian ashabahnya saudara perempuan
sekandung dan saudara perempuan sebapak bila bersamaan dengan anak perempuan atau
cucu perempuan dari anak laki-laki.

c. dzawil arham

Dzawil Arham terdiri dari duat kata yaitu dzawil dan arham, Dzawil secara bahasa ialah orang yang
mempunyai hubungan kerabat secara mutlak.  Arham adalah jamak dari rahim, rahim bermakna tempat
anak di dalam perut ibu. Menurut istilah dzawil arham memiliki pengertian golongan kerabat yang tidak
termasuk golongan ashabul furud dan ashobah. 

Menurut Hanafi dan Syafi’i dzawil arham adalah para kerabat yang mempunyai hubungan darah dengan
si mati tetapi bukan kerabat dzawil furudh dan bukan kerabat ‘Asabah yaitu semua anggota keluarga di
garis ibu, lelaki maupun perempuan dan semua anggota keluarga yang perempuan di garis bapak
kecuali empat perempuan yang ditentukan bagiannya di dalam al-Qur`an anak perempuan, anak
perempuan dari anak lelaki, saudara perempuan kandung, dan saudara perempuan sebapak. 

Menurut Ulama Sunni kelompok dzawil arham adalah semua orang yang mempunyai hubungan
kekerabatan dengan pewaris tetapi tidak menerima warisan karena terhijab oleh ahli waris dzawil furudh
dan ashabah. Antara lain:

1. Cucu dari keturunan anak perempuan dan seterusnya ke bawah (laki-laki maupun perempuan).
2. Anak dari cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dan seterusnya ke bawah (laiki-laki maupun
perempuan).
3. Anak-anak dari saudara perempuan kandung, seayah, seibu, baik laki-laki maupun perempuan.
4. Anak perempuan dari saudara laki-laki sekandung, seayah, seibu, dan seterusnya ke bawah.
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu, dan seterusnya ke bawah.

Anda mungkin juga menyukai