Anda di halaman 1dari 17

NAMA : MUHAMMAD RIZKI MULYAWAN

NPM : 1652011242

MAKALAH CONTOH PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI HUKUM


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat danhidayah-Nya
jualah, makalah ini berhasil diselesaikan sesuai dengan target waktu yang telahdirencanakan.
Shalawat dan salam Penulis persembahkan kepada Nabi besar MuhammadSAW, beserta
segenap keluarga dan sahabatnya yang telah mewariskan berbagai macamhukum sebagai
pedoman umatnya.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyakmendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu
Penulismengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat-sahabat yang telah memberikan
suport danmotifasi kepada penulis.Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa
masih banyak terdapatkekurangan baik dari penjelasan materi dan penulisan. Namun penulis
telah berusaha kerasuntuk menyelesaikan tugas yang telah di bebankan kepada penulis dan
mencoba memberikanhasil yang semaksimal mungkin.
DAFTAR ISI

 HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

BAB II PEMBAHASA.............................................................................................

A. Pengertian Etika Tnggung Jawab Profesi......................................................

B. Tugas dan Wewenang Jaksa..........................................................................

C. Kode Etik Jaksa.............................................................................................

D. Sumpah Jaksa.................................................................................................

E. Sanksi Jaksa Yang Melanggar Kode Etik......................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

1. Kesimpulan....................................................................................................

2.Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Indonesia sebagai Negara yang meletakkan hokum sebagai kekuatan


tertinggi berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945 telah memberikan jaminan
bagi seluruhwarga negaranya untuk mendapatkan kepastian, ketertiban dan perlindungan
hukumyang berintikan pada kebenaran dan keadilan. Jaminan kepastian, ketertiban dan perlin
dunganhokum tersebut tentunya membutuhkan upaya konkrit agar terselenggarakan dengan
seksamasebagai bentuk pertanggung jawaban Negara bagi kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia Dalam rangka penegakan supermasi hukum di Indonesia perlu suatu badan
atau perangkat yang bertindak menyidik dan penyelidikan tentang pelanggaran
yang dilakukan olehorang, atau lebih dan badan hukum, maka dalam hal ini Polisi, Jaksa,
atau pejabat yang berwenang. Badan –  badan tersebut saling berkaitan dan bekerjasama. Dan
lebih khususnyayang dibahas dalam makalah ini adalah Tugas dan Wewenang Jaksa. Pada
dasarnya setiap orang mempunyai kebebasan untuk
berucap,bertindak, berperilaku atau untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi kesenangan s
esuai dengankeahliaanya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Namun setiap orang untuk
mencapaitujuan hidupnya itu, agar dia bias hidup tentram, tertib, teratur dan aman dan damai
serta tidakdiganggun orang lain, ia dituntut mentaati batasan-batasan atau etika dalam
pergaulanhidupnya dengan orang lain yang ada disekitarnya. Setiap orang dituntut untuk
tidak merugikanorang lain dan harus mempertanggung jawabkan terhadap apa yang ia
lakukan. Jaksa berdasarkan undang undang nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan
republicIndonesia yang dimaksud jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan
yangtelah memperoleh kekuatan hokum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-
undang. Lembaga Kejaksaan adalah lembaga negara yang bertugas untuk mewakili
negaradalam menegakkan hukum khususnya dalam bidang peradilan. Lembaga Kejaksaan
dalammelaksanakan tugas dan wewenangnya harus mampu mewujudkan kepastian
hukum,ketertiban hukum, keadilan, dan kebenaran berdasarkan hukum dan mewujudkan
norma-normakeagamaan, kesopanan, dan kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai
kemanusiaan, hukum,dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Menghindari istilah “Mafia Peradilan”, cukup sulit dilakukan. Karena, istilah tersebutsudah
populer di kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, Lembaga Kejaksaan yang
harusnyamenegakkan hukum justru menggunakan hukum sebagai ladang keuntungan secara
pribadi dengan melelang keadilan dan hukum semurah-murahnya di pasar bebas.
Dampaknya, nilai-nilai keluhuran hukum tidak lagi dijunjung tinggi. Ironisnya, sistem
peradilan menjadi jauhdari asas-asas peradilan. Biaya menjadi membengkak, waktu lama,
dan bertele-tele. Jika, uangyang dikeluarkan sedikit (kurang) maka hukuman yang didapatkan
menjadi berat dan masakurungan penjara menjadi lama. Ini semua, menggambarkan betap
hukum itu dijadikankomoditas lahan usaha untuk aparat penegak hukum.Secara yuridis
formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesiadiproklamasikan, yakni tanggal
17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni tanggal 19Agustus 1945, dalam rapat Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskankedudukan Kejaksaan dalam struktur
Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkunganDepartemen Kehakiman.Dalam Undang-
Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa
“Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam
bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”.

Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan


sentraldalam penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan
apakahsuatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah
menurutHukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan
jugamerupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar).
Karenaitulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat dalam
menetapkankedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah yang
melaksanakankekuasaan negara di bidang penuntutan.Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan menjelaskan sedikit tentang hal-halyang berhubungan dengan kejaksaan.

B. Rumusan Masalah

 1. Bagaimana pengertian etika dan profesi2. Bagaimana bentuk tugas dan wewenang
Kejaksaan dalam menyelesaikan suatu perkara?

C. Tujuan

 1. Mengetahui pengertian etika dan profesi

2. Mengetahui bentuk tugas dan wewenang kejaksaan dalam menyelesaikan suatu perkara?

3. Mengetahui bentuk kode etik, sumpah, serta sanksi dan semua hal yang mencakup kineja p
rofesi kejaksaan?
BAB II 

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dan Profesi

1.Pengertian Etika

 Etika bagi setiap profesi termasuk profesi hokum berkaitan dengan norma kehidupanantar
manusia, yang sangat erat hubungannya dengan masalah hak asasi manusia (human right)hak
asasi manusia adalah hak dasar anugerah tuhan yang melekat sejak lahir, esensi etikaadalah
norma hidup antara manusia supaya manusia yang satu memperlakukan manusialainnya
sebagai manusia, demikian pula sebaliknya., masing masing manusia
melaksanakankewajibannya dan mereka menghormat, menghargai hak keluhuran manusia
lainnya. Istilah etika berasal dari bahasa yunani, dari kaa ethikos dengan ethos yang berarti
adat,.kebiasaan, praktek,. Dalam kamus Webster new world dictionary, disebutkan kata ethic
atauethos, etika adalah sikap kebiasaan atau kepercayaan dan sebagainya dari seseorang atau
suatukelompok orang yang menjadikan ciri pembeda dengan orang dengan kelompok
lain. Istilah etika menghubungkan penggunaan akal budi perseorangan dengan tujuan
untukmenentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang
lain. Macam macam etika yang dilihat dari pendekatan dalam kajian ilmiah tentang moralitas 

a. Etika deskriftip adalah melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas yang ersat hubungan
dengan antropologi, sosiologi, dan psikologi dan bersandar pada ketiganya. Etika
inimempelajari dan menguraikan moral sesuatu masyarakat, kebudayaan dan bangsa
tertentudalam suatu periode, sejarah, melukiskan adat istiadat, anggapan anggapan tentang
baikdan buruk, tindakantindakan yang di perbolehkan dan dilarang. Ia juga membandingkan 
danmenghadapkan system moral, kode-kode, praktek, dan nilai nilai yang berbeda-beda. Dia
hanyamelukiskan dan tidak memberikan penilaiaan.  

b. Etika normative secara sistematis berusaha menyajikan serta membenarkan suatu systemm
oral. Bahwa para ahli tidak bertindak sebagai penonton saja, sebagai dalam etika
deskriptif,tetapi melibatkan diri dengan memberikan penilaiaan tentang perilaku manusia.
Etika normatitidak deskriftip melainkan preskriktif (memerintahka), tidak melukiskan
melainnkanmenentukan. Benar tidaknya tingkah laku dan anggapan moral. Etika normatif
berusahamengembangkan serta membenarkan prinsip dasar moral atau nilai nilai dasar
sesuatu systemmoral. System itu sendiri terdiri dari prinsip atau nilai dasar moral dan aturan
aturan moralyang khusunya menguasai perilaku manusia dalam arti menghapuskan tindakan-
tindakan yang buruk atau tidak bermoral tetapi juga menganjurkan perilaku yang
moral. Peraturan dan nilainilai inilah yang membentuk norma-norma moral sesuatu
masyarakat.

c. Metaetika erat hubungan dengan etika normative. Sampai taraf tertentu etika normati danet
ika deskriptif mencakup juga kegiatan metaetika. Metaetika adalah study tentang
etikannormati. Metaetika biasa disebut etika analitis, karena ia menganalisis. Etika ini
mengkajimakna istilah-istilah moral dan logika dari penalaran moral.
Ia menanyakan misalnya apakahyang dimaksud dengan istilah baik dan buruk. Dalam arti
moral dan apakah yang dimaksuddengan tanggung jawab moral, kewajiban moral dan
pengertian sejenis itu. Makna suatu istilahtentang moral erat hubungan dengan pemakaiaan
sehari-hari.

2. Pengertian tanggung jawab

 Kata tanggung jawab berkaitan kata jawab atau response


(inggris)beberapa pengertiantanggunga atau resposebility (inggris) dapat di lihat sebagai
berikut: 

1. Tanggung jawab keadaan wajib menanggung segala sesuatunya ( kalau terjadi apa-apa bol
ehdi tuntut,di persalahkan diperkarakan dan di persalahkan. 

2. Tanggunga jawab (responsibility adalah kewajiban dalam tugas tertentu tanggung jawab
timbul setelah di terima wewenang. 

3. “menurut Lorensbagus tanggung jawab adalah konsekuensi niscaya dari kehendak bebas

manusia dan inputability (ketergugatan) yang berlandaskan kehendak bebas.


Karenainputability ini pribadi moral selaku sebab penentu perbuatannya baik dan jahat,
harusmemberikan jawaban terhadap perbuatan itu dihadapan suara hatinya sendiri,
dihadapan penilaiaan (putusan) moral orang orang lain dan khususnya
dalam hadapan penilaiaan ilahi.Dia juga harus menerima konsekuensi dari tindakannya yang
tidak bisa dielakkan. Yangmemikul tanggung jawab adalah pribadi yang mampu bertindak
secara moral. Objek tanggung jawab adalah tindakan yang sungguh sungguh manusiawi yang
bertolak dari bagian manusiayang rohani melalui kehendak bebas. 

1. Pengertian profesi

 Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dannilai-
nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan juga karena
latar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup
bagi oranglain. Dengan demikian profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai
kekuasaan tersendiridan Karena itu mempunyai tanggung jawab khusus. Karena memiliki
monopoli atas suatukeahlian tertentu, selalu ada bahaya profesi menutup diri bagi orang dari
luar dan menjadi suatukalangan yang sungkar ditembus. Bagi klien yang mempergunakan
jasa profesi tertentukeadaan seperti itu dapat mengakibatkan kecurigaan jangan jangan
dipermainkan. Kode etikdapat mengimbangi negatif profesi ini.

Ciri-ciri profesi menurut budi santoso:

Suatu bidang yang teroganisir dari jenis intelektual yang terus menerus dan berkembanga dan
diperluas. · Suatu teknis intelektual · Penerapan praktis dari etnis intelektual pada urusan prak
tis. · Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi · Beberapa standar dan pernyataan 
etika yang dapat diselanggarakan · Kemampuan memberikan kepemimpinan pada profesi sen
diri ·Asosiasi dari anggotaanggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang akrab dengank
ualitas komunikasi yang tinggi
antara anggota · Pengakuan sebagai profesi · Perhatian professional terhadap penggunaan yan
g bertanggung jawab dari pekerjaan profesi · Hubungan erat dengan profesi lain. Berdasarkan
Kriteria diatas maka profesi menurut budi santoso bahwa profesi
adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara be
rtanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan. Orang atau pekerja yangmenjalank
an profesi disebut professional. Kajian etika profesi termasuk dalam kajian etika social. Yaitu
kajian tentang kewajibandan tanggung jawab moral manusia dalam kedudukan individunya
sebagai anggota (bagian)dari masyarakat (social). Pengertian profesi dapat dibedakan
menjadi : 1. Profesi pada umumnya, adalah pekerjaan
yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untukmenghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian yang khusus. Persyaratanadanya keahlian yang khusus inilah
yang membedakan antara pengertian profesi
dengan pekerjaan walaupun bukan menjadi garis pemisah yang tajam antara keduanya. Uraia
n pengertian profesi tersebut merupakan profesi pada
umumnya. 2. Profesi luhur atau profesi mulia adalah profesi yang pada hakikatnya merupaka
n suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat. Orang yang melaksanakan profesi
luhur sekalipunmendapatkan nafkah dan pekerjaannya, namun itu bukanlah motivasi
utamanya. Yangmenjadikan motivasi utamanya adalah kesediaan dan keinginan untuk
melayani, membantusesama umat manusia berdasakan keahliannya Tugas dan Wewenang
JaksaMemperhatikan kedudukan jaksa yang sangat strategis dalam penegakan Hukum
diIndonesia, Pasal 1 ayat (1) Undang-

Undang 16 tahun 2004 menegaskan bahwa :


“Jaksa adalahpejabat fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk bertindak 
sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukumtetap serta wewenang lain berdasarkan undang-

undang.”

 Mengacu pada UU, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang diemban olehKejaksaan,


harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 16
Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan
negara di bidang penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakanfungsi,
tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam
melaksanakantugas profesionalnya.UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. Telah
mengatur tugas dan wewenangKejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :

1. Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a) Melakukan penuntutan; 

b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh


kekuatanhukum tetap;
c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pe
ngawasan, dan keputusan bersyarat;

d) Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;

e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan penyidik.

2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerinta

3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakankegia
tan:a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; 

b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

c) Pengamanan peredaran barang cetakan;

d) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;

e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

f) Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

2. Kode Etik Jaksa

 Kode etik jaksa serupa dengan kode etik profesi yang lain. Mengandung nilai-nilailuhur dan
ideal sebagai pedoman berperilaku dalam satu profesi. Yang apabila nantinya dapatdijalankan
sesuai dengan tujuan akan melahirkan jaksa-jaksa yang memang mempunyaikualitas moral
yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan peradilan di Negara kita akan
mengarah pada keberhasilan.Dalam dunia kejaksaan di Indonesia terdapat norma kode
etik profesi jaksa, yangdisebut TATA KRAMA ADHYAKSA, yaitu:

1. Jaksa adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tercer
mindari kepribadian yang utuh dalam pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila

2. Jaksa yang cinta tanah air dan bangsa senantiasa mengamalkan dan melestarikan Pancasila
serta secara aktif dan kreatif menjadi pelaku pembangunan hukum dalam
mewujudkanmasyarakat adil dan makmur yang berkeadilan

3. Jaksa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa
dan negara daripada kepentingan pribadi atau golongan.

4. Jaksa mengakui adanya persamaan derajat,
hak dan kewajiban antara sesama pencarikeadilan serta menjunjung tinggi asas praduda tak
bersalah, disamping asas-asas hukum yang berlaku.

5. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban melindungi kepentingan umum sesuaideng
an praturan perUndang-Undangan dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,ksopanan
dan kesusilaan serta menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yanghidup dalam
masyarakat.

6. Jaksa senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pengabdiannya dengan mengindahkandis
iplin ilmu hukum, memantapkan pengetahuan dan keahlian hukum serta
memperluaswawasan dengan mengikuti perkembangan dan kemajuan masyarakat.

7. Jaksa brlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada pencari keadilan.

8. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban senantiasa memupuk serta mngembangkan
kemampuan profesional integritas pribadi dan disiplin yang tinggi.

9. Jaksa menghormati adat kebiasaan setempat
yang tercermin dari sikap dan prilaku baik didalam maupun diluar kedinasan.

10. Jaksa terbuka untuk mnerima kebenaran, bersikap mawas diri, berani bertanggungjawab
dandapat menjadi teladan dilingkungannya.11. Jaksa berbudi luhur serta berwatak mulia,
setia dan jujur, arif dan bijaksana dalam tata fikir,tutur dan laku.

12. Jaksa wajib menghormati dan mematuhi kode etik jaksa serta mengamalkan secara
nyatadalam lingkungan kedinasan maupun dalam pergaulan masyarakat.Dalam usaha
memahami maksud yang terkandung dalam kode etik jaksa tidaklahterlalu sulit. Kata-
kata yang dirangkaikan tidak rumit sehingga cukup mudah untuk dimengerti.Karena kode
etik ini disusun dengan tujuan agar dapat dijalankan. Kemampuan analisis
yangdikembangkan bukan lagi semata-mata didasari pendekatan-pendekatan yang serba
legalitas, positivis dan mekanistis. Sebab setiap perkara sekalipun tampak
serupa, bagaimanapun tetapmemiliki keunikan tersendiri. Sebagai penuntut, seorang jaksa
dituntut untuk mampumerekosntruksi dalam pikiran peristiwa pidana yang ditanganinya.
Tanpa hal itu, penanganan perkara tidaklah total, sehingga sisi-
sisi yang justru penting bisa jadi malah terlewatkan.Memang bukan persoalan mudah untuk
memahami sesuatu, peristiwa yang kita sendiri tidakhadir pada kejadian yang bersangkutan,
apalagi jika berkas yang sampai sudah melalui tangankedua (dengan hanya membaca berita
acara pemeriksaan atau BAP dari kepolisian). Jika padatingkat analisis telah menderita
keterbatasan-keterbatasan, maka sebagai konsekuensi logisnyakebenaran yang hendak kita
tegakkan tidaklah dapat diraih secara bulat. Tidak adanya faktortunggal, menyebabkan setiap
perkara memiliki keunikan sendiri.Di dalam mengemban profesi, usaha-usaha yang
dilakukan oleh jaksa bukan hanyauntuk memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam
ketentuan hukum semata, melainkan apayang sesungguhnya benar-benar terjadi dan
dirasakan langsung oleh masyarakat juga didengardan diperjuangkan. Inilah yang dinamakan
pendekatan sosioligis. Memang tidak mudah bagi jaksa untuk menangkap suara yang sejati
yang muncul dari sanubari anggota masyarakat secaramayoritas. Di samping
masyarakat Indonesia yang heterogen, kondisi yang melingkupinya punsedang dalam
keadaan yang tidak sepenuhnya normal.Menurut kami (penulis), Kode Etik Jaksa adalah
serangkaian norma sebagai pedomanuntuk mengatur perilaku Jaksa dalam menjalankan
jabatan profesi, menjaga kehormatan danmartabat profesinya serta menjaga hubungan
kerjasama dengan penegak hukum lainnya.
3. Sumpah Jaksa

Seorang jaksa sebelum memangku jabatannya, harus


mengikrarkandirinya bersumpah/berjanji sebagai pertanggungjawaban dirinya kepada negara,
bangsa danlembaganya. Dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 16 tahun 2004 dinyatakan
bahwa :

“saya bersumpah/berjanji : Bahwa saya akan setia


kepada dan mempertahankan NKRI, serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara,
Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sertamelaksanakan
peraturan per Undang-Undangan yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia.

  Bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi dan akan menegakkan hukum, kebenaran


dankeadilan, serta senantiasa menjalankan tugas dan wewenang dalam jabatan saya ini
dengan sungguh-sungguh, saksama, objektif, jujur, berani, profesional, adil, tidak
membeda-bedakan,agama, ras, gender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan
kewajiban saya dengan sebaik-
baiknya,  serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa,masyarakat,
bangsa, dan negara.

  Bahwa saya akan senantiasa menolak atau tidak menerima atau tidak mau


dipengaruhioleh campur tangan siapa pun juga dan saya akan tetap teguhmelaksanakan
tugas danwewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.

  Bahwa  saya dengan sungguh-sungguh, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau


tidaklangsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan
ataumenjanjikan sesuatu apa pun kepada siapa pun juga. Bahwa saya untuk melakukan atau
tidakmelakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau
tidak langsung dari siapa pun  juga suatu janji atau pemberian.”

ETIKA PROFESI JAKSA

  Kode etik jaksa serupa dengan kode etik profesi yang lain. Mengandung nilai-nilailuhur
dan ideal sebagai pedoman berperilaku dalam satu profesi. Yang apabila nantinya
dapatdijalankan sesuai dengan tujuan akan melahirkan jaksa-jaksa yang memang
mempunyaikualitas moral yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan
peradilan di Negara kita akan mengarah pada keberhasilan.

Sebagai komponen kekuasaan eksekutif di bidang penegak hukum, adalah tepat jika
setelah kurun waktu tersebut, kejaksaan kembali merenungkan keberadaan
institusinya,sehingga dari perenungan ini, diharapkan dapat muncul kejaksaan yang
berparadigma baruyang tercermin dalam sikap, pikiran dan perasaan, sehingga kejaksaan
tetap mengenal jatidirinya dalam memenuhi panggilan tugasnya sebagai wakil negara
sekaligus wali masyarakatdalam bidang penegakan hukum.

Kejaksaan merupakan salah satu pilar birokrasi hukum tidak terlepas dari
tuntutanmasyarakat yang berperkara agar lebih menjalankan tugasnya lebih profesional dan
memihakkepada kebenaran. Sepanjang yang diingat, belum pernah rasanya kejaksaan di
dalamsejarahnya sedemikian merosot citranya seperti saat ini . Sorotan serta kritik-kritik
tajam dari masyarakat, yang diarahkan kepadanya khususnya kepada kejaksaan, dalam waktu
dekattampaknya belum akan surut, meskipun mungkin beberapa pembenahan
telah dilakukan.

Sepintas lalu, masalah yang menerpa kejaksaan mungkin disebabkan


merosotnya profesionalisme di kalangan para jaksa, baik level pimpinan maupun bawahan.
Keahlian, rasatanggung jawab, dan kinerja terpadu yang merupakan ciri-ciri pokok
profesionalismetampaknya mengendur. Sebenarnya, jika pengemban profesi kurang memiliki
keahlian, atautidak mampu menjalin kerja sama dengan pihak-pihak demi kelancaran profesi
atau pekerjaanharus dijalin, maka sesungguhnya profesionalisme itu sudah mati, kendatipun
yang bersangkutan tetap menyebut dirinya sebagai seorang profesional.
Hal yang kerapmemprihatinkan ialah rasa keadilan masyarakat atau keadilan itu sendiri, tidak
dapatsepenuhnya dijangkau perangakat hukum yang ada. Pada ujungnya, keadilan itu
bergantung pada aparat penegak hukum itu sendiri, bagaimana mewujudkannya
secara ideal. Di sinalahmaka penegak hukum itu menjadi demikian erat hubungannya dengan
perilaku, khususnyaaparat penegak hukum, antara lain termasuk jaksa. Hukum bukan sesuatu
yang bersifatmekanistis, yang dapat berjalan sendiri. Hukum bergantung pada sikap tindak
penegak hukum.Melalui aktivasi penegak hukum tersebut, hukum tertulis menjadi hidup dan
memenuhi tujuan-tujuan yang dikandungnya.

Profesionalisme seorang jaksa sungguh sangat penting dan mendasar, sebabsebagaimana


disebutkan di atas, bahwa antara lain di tangannyalah hukum menjadi hidup, dankarena
kekuatan atau otoritas. Mungkin bagi orang yang berpikiran normatif, ungkapan iniagak
berlebihan. Akan tetapi, secara sosiologis hal ini tidak dapat dimungkiri
kebenarannya, bahkan beberapa pakar sosiologi hukum acap menyebutkan bahwa hukum itu
tidak lain adalah perilaku pejabat-pejabat hukum.

Agar keahlian yang dimiliki seorang jaksa tidak menjadi tumpul, maka kemampuanyang
sudah dimilikinya seyogianya harus selalu diasah, melalui proses pembelajaran inihendaknya
ditafsirkan secara luas, di mana seorang jaksa dapat belajar melalui
pendidikan- pendidikan formal atau informal, maupun pada pengalaman-pengalaman sendiri. 
Karenahukum yang menjadi lahan pekerjaan jaksa merupakan sistem yang rasional, maka
keahlianyang dimiliki olehnya melalui pembelajaran tersebut, harus bersifat rasional pula.
Sikap ilmiahmelakukan pekerjaan ditandai dengan kesediaan memperguanakan metodologi
modern yangdemikian, diharapkan dapat mengurangi sejauh mungkin sifat subjektif seorang
jaksa terhadap perkara-perkara yang harus ditanganinya.
Dalam dunia kejaksaan di Indonesia terdapat lima norma kode etik profesi jaksa, yaitu:

a. Bersedia untuk menerima kebenaran dari siapapun, menjaga diri, berani, bertanggung jawa
bdan dapat menjadi teladan di lingkungannya. Mengamalkan dan melaksanakan pancasila
sertasecara aktif dan kreaatif dalam pembangunan hukum untuk mewujudkan masyarakat
adil. 

b. Bersikap adil dalam memberikan pelayanan kepada para pencari keadilan.

c. Berbudi luhur serta berwatak mulia, setia, jujur, arif dan bijaksana dalam diri, berkata dan 
bertingkah laku.

d. Mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara daripada kepentingan pribadi atau golonga
n

Dalam usaha memahami maksud yang terkandung dalam kode etik jaksa tidaklahterlalu sulit.
Kata-kata yang dirangkaikan tidak rumit sehingga cukup mudah untukdimengerti. Karena
kode etik ini disusun dengan tujuan agar dapat dijalankan. Kemampuananalisis yang
dikembangkan bukan lagi semata-mata didasari pendekatan-pendekatan yangserba legalitas,
positivis dan mekanistis. Sebab setiap perkara sekalipun tampak
serupa, bagaimanapun tetap memiliki keunikan tersendiri. Sebagai penuntut, seorang jaksa dit
untutuntuk mampu merekosntruksi dalam pikiran peristiwa pidana yang ditanganinya. Tanpa
halitu, penanganan perkara tidaklah total, sehingga sisi-sisi yang justru penting bisa jadi
malahterlewatkan. Memang bukan persoalan mudah untuk memahami sesuatu, peristiwa
yang kitasendiri tidak hadir pada kejadian yang bersangkutan, apalagi jika berkas yang
sampai sudahmelalui tangan kedua (dengan hanya membaca berita acara pemeriksaan atau
BAP darikepolisian). Jika pada tingkat analisis telah menderita keterbatasan-keterbatasan,
maka sebagaikonsekuensi logisnya kebenaran yang hendak kita tegakkan tidaklah dapat
diraih secara bulat.Tidak adanya faktor tunggal, menyebabkan setiap perkara memiliki
keunikan sendiri.

Di dalam mengemban profesi, usaha-usaha yang dilakukan oleh jaksa bukan hanyauntuk
memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam ketentuan hukum semata, melainkan apayang
sesungguhnya benar-benar terjadi dan dirasakan langsung oleh masyarakat juga didengardan
diperjuangkan. Inilah yang dinamakan pendekatan sosioligis. Memang tidak mudah
bagi jaksa untuk menangkap suara yang sejati yang muncul dari sanubari anggota masyarakat
secaramayoritas. Di samping masyarakat Indonesia yang heterogen, kondisi yang
melingkupinya punsedang dalam keadaan yang tidak sepenuhnya normal.Profesi jaksa adalah
profesi yang sangat mulia, mewakili negara dalam penegakanhukum dalam peradilan. Posisi
ini sangat penting sekaligus rawan berbagai penyimpangan.

Profesi Jaksa adalah profesi yang luhur, sehingga untuk dapat mengemban tugasnya
dengan baik harus ada ketentuan yang mengaturnya yaitu berdasarkan Surat Keputusan Jaksa
AgungTentang Penyempurnaan Doktrin Kejaksaan Tri Krama Adhyaksa, Nomor : Kep-
030/J.A./3/1988. Tugas dan wewenang kejaksaan di atur dalam Undang-Undang No. 16
Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia, yaitu : Di bidang pidana, Di bidang
perdata dan tata usaha Negara, dan dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum.

Sebagai kelengkapan dari pembinaan dan etika profesi sebagai jaksa,


berdasarkankeputusan jaksa agung nomor Kep-074/J.A./7/1978 tanggal 17 Juli 1978,
disahkan PanjiAdhyaksa. Panji ini merupakan perangkat kejaksaan, lambang kebanggaan
korps, lambing cita-cita kejaksaan dan mengikat jiwa korps kejaksaan.

Pada panji tersebuit terdapat lambing korps kejaksaan, berbentuk lukisan yang terdiridari
tiga buah bintang bersudut tiga, Pedang, timbangan, setangkai padi dengan jumlah 17
butirdan kelopak bungan kapas sejumlah 8 buah melingkari pedang dan timbangan
ditengahnya.Dibawahnya terdapat seloka berbunyi Satya Adhi Wicaksana.

Selanjutnya berdasarkan keputusan jaksa agung no. kep-052/J.A./8/1979


yangdisempurnakan oleh keputusan Jaksa Agung No. kep-030/J.A./1988 ditetapkan
doktrinkejaksaan tri karma adhyaksa, sebagai pedoman yang menjiwai setiap warga
kejaksaan.Doktrin tersebut kemudian dijabarkan dalam kode etik jaksa yang diterbitkan oleh
pengurus pusat persatuan jaksa pada tanggal 15 Juni 1993 yang disebut tata karma adhyaksa,
terdiri atas pembukaan dan 17 pasal.

Dalam rangka mewujudkan jaksa yang memiliki integritas kepribadian serta disiplintinggi
guna melaksanakan tuigas penegakan hokum dalam rangka mewujudkan keadilan
dankebenaran, maka dikeluarkanlah kode prilaku jaksa sebagaimana tertuang dalam
peraturan jaksa agung RI (PERJA) No. : Per-067/A/JA/07/2007 tanggal 12 Juli 2007.

Bahwa nama Jaksa atau Yaksa berasal dari India dan gelar itu di Indonesia
diberikankepada pejabat yang sebelum pengaruh hukum Hindu masuk di Indonesia, sudah
biasamelakukan pekerjaan yang sama. Sedangkan menurut DR.Saherodji kata Jaksa berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti Pengawas (Super-itedant) atau pengontrol yaitu
pengawas soal-soal kemasyarakatan. Dengan demikian menjadi jelas bahwa jika ditinjau dari
sudut etimologi bahasa atau asal usul perkataan Jaksa, nampaknya memang sangat luas
pengertiannya.

Jaksa sebagai pejabat publik senantiasa menunjukkan pengabdiannya melayani


publikdengan mengutamakan kepentingan umum, mentaati sumpah jabatan, menjunjung
tinggidoktrin Tri Krama Adhyaksa, serta membina hubungan kerjasama dengan
pejabat publiklainnya.Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperolehkekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.

Jaksa adalah pejabat fungsional dari lembaga pemerintahan, dimana pengangkatan dan
pemberhentian jaksa tidakdilakukan oleh kepala negara, tetapi oleh Jaksa Agung sebagai
atasannya.
Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untukmelakukan
penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Jabatan fungsional Jaksa
adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi kejaksaan yang karena fungsiny
amemungkinkan kelancaran pelaksaan tugas kejaksaan.

Kejaksaan adalah lembaga pemerintah pelaksana kekuasaan Negara yang mempunyaitugas


dan wewenang di bidang penuntutan dalam penegakan hukum dan keadilan dilingkungan
peradilan umum yang bertujuan memelihara kesatuan kebijakan di bidang penuntutan.
Kejaksaan adalah lembaga yang di pimpin oleh Jaksa Agung yang
mengendalikan pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan dan di bantu oleh seorang Wakil
Jaksa Agung.

Kejaksaan adalah alat Negara yang digunakan sebagai penegak hukum. Tugasutamanya
adalah sebagai penuntut umum. Menjunjung tinggi hak-hak asasi rakyat dankejaksaan
merupakan lembaga yang satu dan tidak dapat di pisah-pisahkan.
BAB III 

PENUTUP 

A. KESIMPULAN

 Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1)
ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan

negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”. Sudah

 jelas bahwajaksa mempunyai wewenang untuk menyelesaikan suatu perkara baik pidanamau
pun perdata.Pemerintah memberikan wewenang kepada kejaksaan bukan semerta-merta.
tetapi banyak hal yang mengikat kinerja profesi hukum kejaksaan seperti menaati kode etik s
erta berani untuk mengucapkan sumpah dan siap menerima konsekwensi jika perbuatan mere
kakeluar/melenceng dari prosedur kinerja tugas profesinya. Sebagai penuntut, seorang
jaksadituntut untuk mampu merekosntruksi dalam pikiran peristiwa pidana yang
ditanganinya.

B. SARAN

 Demikianlah makalah singkat ini, penulis berharap agar semua pelaku profesi
hukum baik kejaksaan, kepolisian, dll, agar kiranya dapat menaati kode etik,
sumpah, dsb. Agar kinerja profesi hukumterutama kejaksaan bisa berjalan sesuai dengan yan
g diharapkan masyarakat,sebab kejaksaan mempunyai perang penting dalam menyelesaikan
suatu perkara. Untukmenghindari suap, korupsi, dll harapnya jaksa mampu bersifat tegas dan
mementingkankepentingan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Thalib, Teori & Filsafat Hukum Modrn Dalam Prspektiftp, tth.Abu Thalib, Teori &
Filsafat Hukum Modrn Dalam Prspektiftp, tth.hlm. 120Abu Thalib, Lop. Cit, hal. 339-441

Harplileny Soebiantoro, Hj. S.H. CN. MH, article : “Tanggung Jawab Profesi

http://blogspot.com/kode-etik-jaksa_files/comment-iframe.html.http://blogspot.com/kode-
etik-jaksa_files/comment-
iframe.html.http://wordpress.com/doktrin+kejaksaan.htmlhttp://www.kejaksaanRI.com/lamb
ang+kejaksaan.html Harplileny Soebiantoro, Hj. S.H. CN. MH,article : “Tanggung Jawab
Profesi Jaksa” hal. 19

-20. diambil dari http://myblogspot.com/Tanggung Jawab Profesi


Jaksa.htmlhttp://blogspot.com/kode-etik-jaksa_files/comment-iframe.html. http://www.kejaks
aanRI.com/lambang+kejaksaan.html

Jaksa” diambil dari http://myblogspot.com/Tanggung Jawab Profesi Jaksa.html

 Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 tentang Kode


Perilaku JaksaJaksa Agung Republik Indonesia.Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia
Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 tentang Kode Perilaku JaksaJaksa Agung Republik
Indonesia.Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-067/A/JA/07/2007
tentang Kode Perilaku JaksaJaksa Agung Republik Indonesia.SSRepublik Indonesia,
Bandung : Citra Umbara, 2004.Supriadi, S.H., Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, cet ke III,hal. 130-131.Supriadi, S.H., Etika &
Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.Undang-Undang
Republik Indonesia No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia,Bandung:Citra Umbara, 2004, hal.3.P

Anda mungkin juga menyukai