Dosen Pembimbing :
Paramita Ratna G., S. Kep, Ns, M. Kes
Oleh :
NIM. 40221003
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut WHO keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Harmoko, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka jidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat,
penerima asuhanm kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat
(Harmoko, 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan sekumpulan orang atau
individu ynag terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal
dalam satu rumah.
2. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu sebagai
berikut :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,
memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi yaitu memfasilitasi sosialisasi primer anak ynag bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
4. Fungsi Ekonomo
Fungsi ekonomu yaitu untuk menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan
alokasi efektifnya.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan untuk meneydiakan kebutuhan fisik, makanan,
pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan.
3. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan
mengetahui berbagai tipe keluarga. (Harmoko, 2012)
1. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu
ikatan perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu rumah
dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/
keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/ salah satu bekerja di rumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
15. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe
keluarga non tradisional.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-
5. Jakarta: EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolis lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran
atau lebih. (Susan 2011).
Demikian menurut (Nurarif, 2015) hipertensi adalah, sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya
90mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
2. Anatomi Fisiologi
Menurut (Nurarif, 2015) :
a. Anatomi fisiologi sistem kardiovaskuler.
1. Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan
kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12
cm, lebar 8-9 cm seta tebal kirakira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau
200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap
harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung
memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter . Sistem
kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh – pembuluh darah, dan
terletak di dalam dada. Organ ini berhubungan dengan :
a. Sebelah atas dengan pembuluh – pembuluh darah besar (aorta asenden,
arteri pulmonal dan vena kava superior).
b. Sebelah bawah dengan diafragma.
c. Pada salah satu sisinya, dengan paru-paru.
d. Sebelah belakang dengan aorta desenden.
Jantung terbungkus oleh kantong yang longgar yang tidak elastis
(pericardium) yang terdiri dari dua lapis : lapisan sebelah dalam
(pericardium viseral) dan lapisan luar (pericardium parietal). Permukaan
diantara dua pericardial pada keadaan normal berisi 10 sampai 20 ml cairan
pericardial yang sedikit dan jernih. Cairan pelumas ini membasahi
permukaan lapisan dan mengurangi gesekan akibat gerakan memompa
jantung.
Terdapat 3 lapisan jaringan jantung yaitu epicardium lapisan luar
dari jantung, struktur sama seperti pericardium, miocardium lapisan tengah
dari jantung, terdiri dari otot – otot berserat, yang bertanggung jawab atas
kontraksi jantung. Endocardium lapisan dalam yang terdiri dari lapisan
jaringan endotel, melapisi sebelah dalam dari bilik – bilik dan katup –
katup jantung.
2. Bilik jantung ada 4 yaitu :
a. Atrium dextra
dextra yang tipis dindingnya ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
darah dan sebagai penyalur darah dari vena – vena sirkulasi sistemik ke
dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru- paru. Darah yang berasal
dari pembuluh vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena kava
superior, inferior dan sinus koronarius.
b. Ventrikel dextra
Pada kontraksi ventrikel, maka tiap ventrikel harus menghasilkan
kekuatan yang cukup besar untuk dapat menampakkan darah yang
diterimanya dari atrium ke sirkulasi pulmonar ataupun sirkulasi sistemik.
Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik, guna menghasilkan
kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah ke
dalam arteri pulmonalis.
c. Atrium sinistra
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenasi dari paru-paru
melalui ke empat vena pulmonalis. Antara vena pulmonalis dan atrium
kiri tidak ada katup sejati. Karena itu, perubahan tekanan dalam kiri
mudah sekali membalik retrograd ke dalam pembuluh darah paru – paru.
Atrium kiri berdinding tipis dan bertekanan rendah.
d. Ventrikel sinistra
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah
ke jaringan – jaringan perifer Ventrikel kiri mempunyai otot – otot yang
tebal dan bentuknya yang menyerupai lingkaran, mempermudah
pembentukan tekanan yang tinggi selama ventrikel berkontraksi.
3. Katup – katup jantung
Keempat katup merupakan struktur cuping yang berfungsi untuk
mempertahankan aliran darah dari arus darah melalui bilik – bilik jantung.
Katup-katup membuka dan menutup sebagai respon terhadap tekanan dan
volume dari dalam bilik – bilik jantung. Katup-katup jantung dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis. Katup atrioventrikuler (AV) yang
memisahkan atrium dan ventrikel, katup semilunaris memisahkan arteri
pulmonalis dan aorta.
4. Arteri coronaria
Arteri coronaria keluar mulai dari permulaan aorta sebelah kanan dekat katup
aorta. Fungsi dari sistem arteri coronaria adalah untuk menyuplai darah
kepada miocardium. Terdapat dua arteri coronaria utama yang kiri dan yang
kanan. Arteri coronaria kiri mensuplai belahan jantung kiri yang akan terbagi
dua menjadi cabang left anterior descending (LAD)/cabang anterior yang
menurun, dan the circumflex coronary arteri (RCA)/arteri coronaria kanan
mensuplai darah kepada belahan jantung kanan.
5. Siklus jantung
Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari
permulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung
berikutnya. Siklus ini terjadi dalam 2 fase yaitu fase diastole dan sistole.
Relaksasi dan pengisian kedua bilik jantung terjadi pada saat diastole
sedangkan kontriksi dan pengosongan terjadi pada saat sistole.
6. Curah jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satu
satuan waktu. Curah jantung pada orang dewasa normal sekitar 5 liter/menit.
Namun sangat bervariasi tergantung kebutuhan metabolisme tubuh. Curah
jantung sebanding dengan volume sekuncup kali frekuensi jantung.
Frekuensi jantung istirahat pada orang dewasa rata – rata 60 sampai 80
denyut/menit dan rata – rata volume sekuncup sekitar 70 ml/denyut.
Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi akibat kontrol refleks yang
dimediasi oleh sistem saraf otonom, meliputi bagian simpatis dan
parasimpatis. Impuls parasimpatis yang berjalan ke jantung melalui nervus
vagus, dapat memperlambat frekuensi jantung sementara impuls simpatis
meningkatkannya.
7. Sirkulasi sistemik
Sifat – sifat struktural dari setiap bagian sistem sirkulasi darah sistemik
menentukan peran fisiologisnya dalam integrasi fungsi kardiovaskuler.
Dinding pembuluh darah terdiri dari 3 bagian. Lapisan terluar disebut tunika
adventisia, bagian tengah yang berotot disebut tunika media, sedangkan
bagian dalam yaitu lapisan endotelnya disebut tunika intima. Sirkulasi
sistemik dapat dibagi menjadi lima, dipandang dari sudut anatomi dan fungsi
yaitu arteria, arteriola, kapiler, venula dan vena.
8. Sirkulasi pulmonar
Pembuluh pulmonar mempunyai dinding – dinding yang lebih tipis dan
sedikit otot polos, karena itu sirkulasi pulmonar lebih mudah teregang dan
resistensinya terhadap aliran darah lebih kecil. Besarnya tekanan dalam
sirkulasi pulmonar kira – kira seperlima tekanan dalam sirkulasi sistemik.
9. Sirkulasi koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot
jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung, membawa
oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardia
yang kecil – kecil.
3. Klasifikasi
Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte VIII (AHA &
JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi yaitu :
4. Manifestasi Klinis
Tahap hipertensi awal hipertensi primer adalah asimtomatik, hanya ditandai dengan
kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah pada awalnya sementara tetapi
akhirnya menjadi permanen. Ketika gejala muncul, biasanya samar. Sakit kepala di
tengkuk dan leher, dapat muncul saat terbangun, yang berkurang selama siang hari.
Gejala lain terjadi akibat kerusakan organ target dan dapat mencakup nokturia,
bingung mual dan muntah, gangguan penglihatan. Pemeriksaan retina mata dapat
menunjukan penyempitan arteriol, hemoragi, eksudat, dan papilledema
(pembembangkkan saraf optikus). Meskipun hipertensi sering tanpa gejala, namun
tanda ini dapat terjadi :
a. Hasil pengukuran tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran secara berurutan sesudah dilakukan.
b. Perasaan pening dan bingung dan keletihan yang disebabkan oleh penurunan
perfusi darah akibat vasokontriksi pembuluh darah.
c. Penglihatan yang kabur akibat kerusakan retina.
d. Nyeri kepala yang bisa semakin parah disaat bangun tidur karena terjadi
peningkatan kranial dan vomitus dapat terjadi.
e. Edema yang disebabkan peningkatan kapiler.
f. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan
filtrasi oleh glomerulus (Nurarif, 2015).
5. Faktor Yang Mempengaruhi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopastik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Nurarif, 2015).
6. Komplikasi
Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskular, saraf, dan ginjal. Laju
aterosklerosis meningkat, meningkatkan risiko penyakit jantung coroner dan stroke.
Beban kerja ventrikel kiri meningkat, menyebabkan hipertropi ventrikel, yang
kemudian menignkatkan risiko penyakit jantung coroner, disritmia, dan gagal
jantung. Hipertensi juga dapat menyebabkan nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal.
Proteinuria dan hematuria mikroskopik berkembang, serta tanda gagal ginjal kronik
(Nurarif, 2015).
7. Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa
rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah
juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola)
untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon
didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari
sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor
tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom
(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
jika tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah
normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam
mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada
ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan
arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014). pertimbangan gerontology.
Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan
meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015).
8. WOC
9. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi, Sufrida & Gusti, 2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obatobatan
yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah
diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. menghindari stres
7. menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama.
Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain
obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat
konfersi enzim angiotensi.
1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan
air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan
dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh
darah.
2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah
sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah.
4. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan
pembuluh darah.
b. Terapi herbal
banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat
hipertensi sebai berikut :
1. Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegakdengan
ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki bau yang khas,
identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi, bercabang, memiliki
ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih, kecil, menyerupai payung,
dan majemuk. Buahnya berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut.
Daunnya memiliki pertulangan yang menyirip, berwarna hijau, dan
bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan
dan daunnya digunakan sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar, rebus
seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air rebusannya
sehari dua kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan tekanan
darah (hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi pembuluh
darah menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai vasodilator
perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan lain
menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan dengan integritas
sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani, 2011).
Edukasi
Kolaborasi
- Berikan teknik
nonfaramkologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Edukasi
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Edukasi
- Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
- Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menajalani program pengobatan
5. Defisit pengetahuan Setalah dilakukan intervensi Observasi
b.d ketidakmampuan keperawatan 1x24 jam maka - Identifikasi kesiapan dan
keluarga mengenal tingkat pengetahuan meningkat, kemampuan menerima
masalah kesehatan dengan kriteria hasil : informasi
1. Perilaku sesuai anjuran - Identifikasi faktor-faktor
meningkat (5) yang dapat meningkatkan dan
2. Perilaku sesuai dengan menurunkan motivasi
pengetahuan meningkat perilaku hidup bersih dan
(5) sehat
3. Persepsi yang keliru
Teraputik
terhadap masalah
- Sediakan materi dan media
menurun (5)
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
Junaedi, E. Dan Yulianti, S. Dkk. 2013. “Hipertensi Kandas Berkat Herbal”, ed 1. Jakarta:
Fmedia.
Mun’im., Abdul., Hanani., Endang, 2011. Fitoterapi Dasar Vol 1. Jakarta : Dian Rakyat
Press.
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid II. Jogjakarta : MediAction
Smeltzer, Susan C. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta:EGC.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1,
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :
Definisi dan Tindakan Keperawatan . Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI
Triyanto E. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014
Format Asuhan Keperawatan Keluarga
FAKULTAS KESEHATAN
b. Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan
c. Genogram
Keterangan :
: Tn. S
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
d. Type Keluarga :
a) Jenis type keluarga : Type keluarga Tn. S adalah Three Generation karena tiga
generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah terdiri dari nenek-kakek, ibu-ayah,
dan anak.
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Tidak ada.
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Jawa
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan : Tidak ada budaya yang berhubungan dengan
kesehatan.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Keluarga Tn. S menganut agama
dan kepercayaan islam, Tn. S mengatakan didalam agama tersebut tidak ada yang
mempengaruhi kesehatan
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. S
b) Penghasilan : Rp. 1.500.000 per bulan
c) Upaya lain : Jualan kopi
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Lemari, tempat tidur, kipas angin, meja, kursi, kulkas, TV, motor.
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : ± Rp. 1.000.000
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Aktivitas Rekrasi keluarga biasanya kalau hari libur pergi ke rumah saudara.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Pada saat ini keluarga Tn. S sedang berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
usia sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Tahap perkembangan keluarga Tn. S saat ini merasa sudah terpenuhi, namun keluarga
merasa perlu mempertahankan apa yang sudah ada untuk pengalaman keluarga melangkah
ke proses berikutnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny. Y mengatakan suaminya memiliki penyakit hipertensi tetapi tidak mau rutin minum
obat Tn. S hanya minum obat hipertensi saat kambuh saja, obat hipertensi Tn. S masih
banyak, jarang mengecek tekanan darah, saat ini Tn. S mengeluh nyeri di kepala bagian
belakang terasa nyut- nyutan dan pusing seperti berputar-putar sambil memegang kepala
belakangnya dan memijat, nyeri semakin terasa saat bergerak, nyeri hilang timbul, Tn. S
sering begadang dengan tetangga lain dan terlihat mempunyai kantung mata, Tn. S sering
minum kopi.
b) Riwayat penyakit keturunan : Ada riwayat penyakit hipertensi dari ayah Tn. S
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :
-
2. Ny. Y 37 Th 57 Sehat -
-
4. An. F 9 Th 25 Sehat -
DO :
- Tn. S memegang
kepala belakangnya
sambil memijat
- Tn. S terlihat
mempunyai
kantung mata
- N : 90x/ menit
- TD : 150/100
2. - RR 22x/ menit Ketidakpatuhan ketidakmampuan keluarga
DS : mengenal masalah kesehatan
- Ny. Y mengatakan
Tn. S tidak mau
rutin minum obat
- Ny. Y mengatakan
Tn. S hanya minum
obat saat kambuh
saja
- Ny. J mengatakan
Tn. S jarang
mengecek tekanan
darah
- Tn. S sering
begadang dengan
tetangga lain dan
sering minum kopi
DO :
- Obat hipertensi Tn.
S masih banyak
- Tn. S memegang
kepala belakangnya
sambil memijat
- N : 90x/ menit
- TD : 150/100
- RR : 22x/ menit
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Nilai
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Kep. Total
Keadaan sejahtera 1
Diagnosa Nilai
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Kep. Total
Keadaan sejahtera 1
DX Keperawatan : Nyeri Akut pada Tn. S b.d Ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam
merawat anggota keluarga yang sakit d.d nyeri di kepala bagian belakang
Tujuan Kriteria Hasil/Standart Intervensi
Tujuan Umum : 1. Keluhan nyeri Menurun / Membaik (5) Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan 2. Kesulitan tidur Observasi :
kunjungan selama 3. Tekanan darah 1. Identifikasi lokasi,
1x/ minggu 4. Pola tidur karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
yang dirasakan intensitas nyeri
Tn. S segera 2. Identifikasi skala nyeri
teratasi 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
Tujuan Khusus : memperingan nyeri
Setelah dilakukan Terapeutik :
intervensi 4. Berikan teknik
keperawatan nonfarmakologis untuk
selama 1x30 menit mengurangi rasa nyeri
maka nyeri 5. Kontrol lingkungan
menurun yang memperberat rasa
nyeri
Edukasi :
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
9. Ajarkan teknik
nonfarmakalogis untuk
mengurangi rasa nyeri
ketidakpatuhan pengobatan
pengobatan
Tn, S segera Terapeutik :
2. Verbalisasi
2. Buat komitmen menjalani
teratasi mengikuti
program pngobatan
anjuran
dengan baik
Tujuan Khusus : 3. Perilaku
3. Diskusikan hal-hal yang
Setelah dilakukan menjalankan dapat mendukung atau
intervensi anjuran menghambat program
keperawatan
pengobatan yang dijalani
selama 1x30 menit 4. Libatkan keluarga untuk
maka tingkat mendukung ptogram
kepatuhan pengobatan yang dijalani
meningkat Edukasi :
5. Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
6. Informasikan manfaat
yang akan diperoleh
jika teratur menjalani
program pengobatan
7. Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika
perlu
IMPLEMENTASI
Dx Keperawatan : Nyeri Akut pada Tn. S b.d Ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam
merawat anggota keluarga yang sakit d.d nyeri di kepala bagian belakang
Hari/
IMPLEMENTASI Paraf
Tanggal/waktu
Hari/
IMPLEMENTASI Paraf
Tanggal/waktu
EVALUASI
Dx Keperawatan : Nyeri Akut pada Tn. S b.d Ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam
merawat anggota keluarga yang sakit d.d nyeri di kepala bagian belakang
Rabu, 17 November S : Tn. S sudah mau rutin minum obat hipertensi, sudah
2021 mau rutin mengecek tekanan darah, sudah mengurangi
Jam 18.30 begadang dan minum kopi
O : Obat hipertensi Tn. S sudah berkurang banyak, Tn. S
sudah tidak memegangi dan memijat kepala belakangnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA
Kunjungan Ke : 1
A. Latar Belakang
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi,mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik,mental, sosial dan lingkungan. Dalam pengumpulan
data dapat dilakukan melalui wawancara, pengamatan atau observasi. Pengkajian
Keluarga merupakan suatu suatu tahapan dimana perawat dimana suatu
perawatmengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis untuk
mengumpulkandata dan menganalisa, sehingga dapat di ketahui kebutuhan keluarga
yang di binanya. Metode dalam pengkajian bisa melalui wawancara, observasi
vasilitas dan keadaanrumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dan
measurement dari data sekunder.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga Tn. S sehingga dapat dapat dirumuskan
masalah keperawatan pada keluarga Tn. S.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2) Mengetahui karakteristik lingkungan.
3) Mengetahui struktur keluarga.
4) Mengetahui fungsi keluarga.
5) Mengetahui stress dan koping keluarga.
6) Mengetahui keadaan gizi keluarga.
7) Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.
8) Mengetahui harapan keluarga.
C. Rancangan kegiatan
1. Metode : wawancara & observasi
2. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik
3. Sasaran : keluarga Tn. S
4. Pelaksana : Ananda Galuh Raka Siwi
5. Waktu : Rabu, 10 November 2021
6. Tempat : rumah Tn. S
7. Strategi Pelaksanaan :
Waktu Kegiatan Penyaji Pasien/Keluarga
5 Menit Orientasi : a. Menjawab salam
a. Mengucapkan salam b. Menerima
b. Memperkenalkan diri c. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan kunjungan d. Memberikan informasi
d. Memvalidasi keadaan keluarga
Tujuan :
20 Menit Kerja : . a. Memberikan informasi
a. Melakukan pengkajian b. Menerima
b. Melakukan pemeriksaan fisik c. Memperhatikan
c. Mengidentifikasi masalah d. Menerima
kesehatan d. Memberi
reinforcement pada hal-hal positif
yang dilakukan keluarga
5 Menit Terminasi : a. Membuat kesepakatan
a. Membuat kontrak untuk b. Menjawab salam
pertemuan selanjutnya
b. Mengucapkan salam
8. Setting Tempat
Keterangan :
A B
A : Mahasiswa
B : Klien
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. LP disiapkan
b. Alat bantu/media disiapkan
c. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana
2. Kriteria Proses
d. Pelaksanaan sesuai waktu strategi pelaksanaan
e. Keluarga aktif dalam kegiatan
3. Kriteria Hasil
f. Didapatkan : data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik
pada anggota keluarga.
g. Teridentifikasi masalah kesehatan
h. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA
Kunjungan Ke : 2
A. Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolis lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran
atau lebih. (Susan 2011). Demikian menurut (Nurarif, 2015) hipertensi adalah, sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolic
sedikitnya 90mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
Setelah dilakukan kunjungan pertama pada tanggal 10 November 2021 telah
didapatkan data subjektif dan objektif untuk menegakkan diagnosa keperawatan
sesuai dengan masalah dalam keluarga tersebut kemudian menentukan intervensi
yang sesuai. Pada pertemuan yang akan dilaksanakan hari rabu 17 November 2021,
mahasiswa akan melaksanakan implementasi pada Tn. S. Setelah dilakukan
implementasi, mahasiswa akan melakukan evaluasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn. S mampu mengetahui dan
mengatasi tentang masalah kesehatannya.
2. Tujuan Khusus
1) Pengetahuan tentang masalah kesehatan
2) Pengetahuan tentang perawatan anggota keluarga yang sakit
3) Pengetahuan tentang tindakan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit
C. Rancangan kegiatan
1. Metode : wawancara, pemberian tindakan, observasi, pemberian
reinforcement positif
2. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik,
Format Asuhan Keperawatan
3. Sasaran : keluarga Tn. S
4. Pelaksana : Ananda Galuh Raka Siwi
5. Waktu : rabu, 17 November 2021
6. Tempat : rumah Tn. S
7. Strategi Pelaksanaan :
Waktu Kegiatan Penyaji Pasien/Keluarga
5 Menit Orientasi : a. Menjawab salam
a. Mengucapkan salam b. Menerima
b. Memperkenalkan diri c. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan kunjungan d. Memberikan informasi
d. Memvalidasi keadaan keluarga
Tujuan :
20 Menit Kerja : . a. Memberikan informasi
a. Mengkaji fungsi perawatan pada b. Menerima
keluarga c. Memperhatikan
b. Memberi reinforcement pada hal- d. Menerima
hal positif yang dilakukan keluarga
5 Menit Terminasi : a. Membuat kesepakatan
a. Membuat kontrak untuk b. Menjawab salam
pertemuan selanjutnya
b. Mengucapkan salam
8. Setting Tempat
Keterangan :
A B
A : Mahasiswa
B : Pasien
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a) Alat bantu/media disiapkan
b) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana selanjutnya
2. Kriteria Proses
a) Pelaksanaan sesuai waktu strategi pelaksanaan
b) Keluarga aktif dalam kegiatan
c) Situasi mendukung tidak ada gangguan
3. Kriteria Hasil
a) Keluarga kooperatif atas apa yang ditanyakan oleh mahasiswa
b) Kontrak untuk pertemuan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
American Heart Association. 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA Statistical
Update, p. 205.
Aulia. 2017. Pengendalian Hipertensi, Kementerian Kesehatan RI DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR.
Depkes. 2019. Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Junaedi, E. Dan Yulianti, S. Dkk. 2013. “Hipertensi Kandas Berkat Herbal” , ed 1. Jakarta:
Fmedia.
Niven, N. 2012. Psikologi Kesehatan - Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan
Lain (2 ed.). Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid II. Jogjakarta : MediAction
Smeltzer, Susan C. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta:EGC.
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Alamat : Jl. K.H Wakhid Hasyim No 65 Bandar Lor
Kota Kediri, Jawa Timur, 64114
Klasifikasi Hipertensi?
Bagaimana tanda &gejala
Hipertensi?
Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi adalah
pengobatan jangka panjang, bahkan
seumur hidup, Anda harus minum obat
secara teratur seperti yang dianjurkan
oleh Dokter meskipun tak ada gejala.
Obat-obatan anti hipertensi yang sering
digunakan dalam pegobatan :
Diuretik
Beta bloker
ACE-inhibitor
Ca bloker
Apamanfaatpatuh
minum Obat?
Kepatuhan minum obat pada pengobatan
hipertensi sangat penting karena dengan
minum obat anti hipertensi secara teratur
dapat mengontrol tekanan darah penderita
hipertensi. Sehingga dalam jangka panjang
resiko kerusakan organ- organ penting tubuh
seperti jantung, ginjal, dan otak dapat
dikurangi.
Mengembangkan
Mengembangkan perasaan mampu,
Perilaku sehat
tujuan bisa mengontrol
yang baru perlu
kepatuhan diri dan percaya
dipertahankan kepada diri sendiri
tersebut
Dukungan sosial,
baik dalam bentuk Dukungan dari
dukungan
emosional dari
professional
anggota keluarga, kesehatan
teman
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association. 2014. Heart Disease
and Stroke Statistics. AHA Statistical Update, p.
205.
2. Aulia. 2017. Pengendalian Hipertensi, Kementerian
Kesehatan RI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAKMENULAR.
3. Depkes. 2019. Hipertensi Penyakit Paling Banyak
Diidap Masyarakat, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
4. Junaedi, E. Dan Yulianti, S. Dkk. 2013. “Hipertensi
Kandas Berkat Herbal”, ed 1. Jakarta: Fmedia.
5. Niven, N. 2012. Psikologi Kesehatan - Pengantar
untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain (2
ed.). Jakarta: EGC
6. Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid II.
Jogjakarta : MediAction
7. Smeltzer, Susan C. 2010. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 12. Jakarta:EGC.
DOKUMENTASI