Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

1.1 KASUS MASALAH UTAMA


Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

1.2 PROSES TERJADINYA MASALAH


1.2.1 Pengertian
Harga diri rendah adalah segala sesuatu kurang berharga yang timbul karena
ketidak mampuan psikologis atau sosial yang dirasakan secara subjektif, ataupun
karena jasmani yang kurang sempurna (Sunaryo, 2014: 108)
Harga diri rendah adalah dimana keadaan individu mengalami evaluasi diri
negatif yang mengenal diri atau atau kemampuan dalam waktu lama (Carpenitto,
Linda, 2010: 356)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Keliat, 2009).
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2015). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2010).
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini
dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa –
apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan
daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung
bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan
ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara
negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2011).

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :


1.2.1.1 Citra tubuh (Body Image)

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
2

Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan
sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang
secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang
baru.
1.2.1.2 Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan
tentang diri sendiri.
1.2.1.3 Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai
pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas
utama pada masa remaja
1.2.1.4 Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
1.2.1.5 Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga.

1.2.2 Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
3

pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang


negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal
Menurut Carpenito, L.J (2010 : 82) koping individu tidak efektif adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau
kognitif).
1.2.2.1 Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
1.2.2.2 Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktifitas yang menurun.
1.2.3 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,kekalahan,
dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya
disertai oleh evalauasi diri yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1.2.3.1 Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
4

tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak


menghargai.
1.2.3.2 Kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa.

1.2.4 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


1) Mengejek dan mengkritik diri
2) Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
3) Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi
4) Menunda keputusan
5) Sulit bergaul
6) Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
7) Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
8) Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhirinya
hidup
9) Merusak/melukai orang lain
10) Perasaan tidak mampu
11) Pandangan hidup yang pesimistis
12) Tidak menerima pujian
13) Penurunan produktivitas
14) Penolakan terhadap kemampuan diri
15) Kurang memerhatikan perawatan diri
16) Berpakaian tidak rapih
17) Berkurang selera makan
18) Tidak berani menatap lawan bicara
19) Lebih banyak menunduk
20) Bicara lambat dengan nada suara lemah.
1.2.5 Penatalaksanaan Medis
Menurut hawari (2009), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini
sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud
meliputi:

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
5

1) Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
2) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
3) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
4) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia
5) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
6) Tidak menyebabkan kantuk
7) Memperbaiki pola tidur
8) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
9) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine
HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,
Zotatine, dan aripiprazole.
10) Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2010,hal.231).
11) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)ECT adalah
pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2010).
12) Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan
rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
6

dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan


sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,2009).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2010,hal.13). Dari
empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat,2010).

1.3 POHON MASALAH

Resiko tinggi ( resti) perilaku


KEKERASASN
Effect Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan
Isolasi sosial :Menarik diri
Core Problem
Defisit Perawatan diri
Waham/PK Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif


Causa

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
7

1.4 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DI KAJI


Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
1 Masalah utama: Mengungkapkan ingin diakui Merusak diri sendiri,
gangguan konsep jati dirinya. Mengungkapkan Merusak orang lain,
diri : harga diri tidak ada lagi yang peduli. Ekspresi malu,
rendah Mengungkapkan tidak bisa Menarik diri dari
apa-apa. Mengungkapkan hubungan social,
dirinya tidak berguna. Tampak mudah
Mengkritik diri sendiri. tersinggung,
Perasaan tidak mampu. Tidak mau makan dan
tidak tidur
2 Mk : Penyebab Mengungkapkan Tampak ketergantungan
tidak efektifnya ketidakmampuan dan meminta terhadap orang lain
koping individu bantuan orang lain. Tampak sedih dan tidak
Mengungkapkan malu dan melakukan aktivitas
tidak bisa ketika diajak yang seharusnya dapat
melakukan sesuatu. dilakukan
Mengungkapkan tidak berdaya Wajah tampak murung
dan tidak ingin hidup lagi.
3 Mk : Akibat Mengungkapkan enggan bicara Ekspresi wajah kosong
isolasi sosial dengan orang lain Klien tidak ada kontak mata
menarik diri mengatakan malu bertemu dan ketika diajak bicara
berhadapan dengan orang lain. Suara pelan dan tidak
jelas
Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika
didekat

1.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
1.5.1 Harga Diri Rendah
1.5.2 Isolasi Sosial
1.5.3 Defisit Perawatan Diri

1.6 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
8

Rencana Tindakan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pasien. Untuk


mengatasi masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Tindakan
keperawatan pada pasien :
1.6.1 Pasien mampu:
1) Tujuan :
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
2) Kriteria evaluasi
Setelah .......x pertemuan pasien dapat menunjukan kemampuan yang
dimiliki pasien dapat mengikuti kegiatan
SP 1: klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil:
Setelah .......x pertemuan pasien dapat menunjukan kemampuan yang
dimiliki pasien dapat mengikuti kegiatan
Klien dapat berkenalan dan dapat mengenalkan dirinya
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan nama lengkap, nama panggilan dan tujuan
perawatberkenalan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
4. Buat kontrak yang jelas
5. Tunjukan sikap jujur dan menempati janji setiap kali interaksi
Rasional: kepercayaan diri klien merupakan hal yang mutlak serta akan
memudahkan dalam melakukan perkenalan.

SP 2: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien


Kriteria hasil:
Setelah .......x pertemuan pasien dapat menunjukan kemampuan yang
dimiliki pasien dapat mengikuti kegiatan
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang masih dimilikinya
Intervensi
1. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
saat ini

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
9

2. Bantu klien menyebutkan dan berikan penguatan terhadap kemampuan


diri yang diungkapkan klien
3. Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

SP 3: Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Kriteria hasil:
Setelah .......x pertemuan pasien dapat menunjukan kemampuan yang
dimiliki pasien dapat mengikuti kegiatan.
Pasien dapat menilai dirinya sendiri tentang kemampuan yang dimiliki
Intervensi:
1. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan
saat ini
2. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
3. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

SP4: Membantu klien agar mampu memilih atau menetapkan kegiatan sesuai
dengan kemampuan.
Kriteria hasil:
Setelah .......x pertemuan pasien dapat menunjukan kemampuan yang
dimiliki pasien dapat mengikuti kegiatan
Klien dapat menetapkan menetapkan kegiatan sesuai dengan kempuannya
Intervensi:
1. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
2. Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat
daftar kegiatan sehari-hari pasien.

SP 5 : Melatih kemampuan yang dipilih sesuai kemampuan.


Kriteria hasil:
Setelah .......x pertemuan pasien dapat menunjukan kemampuan yang
dimiliki pasien dapat mengikuti kegiatan
Klien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuannya

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
10

Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:


1. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
2. Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
3. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien

SP 6 : Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih


Kriteria hasil:
Setelah .......x pertemuan pasien dapat menunjukan kemampuan yang
dimiliki pasien dapat mengikuti kegiatan
Pasien dapat menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
Intervensi
1. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
2. Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
4. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

1.6.2 Keluarga Mampu:


SP 1 Menberikan pendidikan Kesehatan pada keluarga tentang harga diri
rendah tanda dan gejala pasien dengan harga diri rendah.
Kriteria evaluasi
Setelah .......x pertemuan kelurga mampu menjelaskan tentang HDR
Intervensi
1. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan tentang harga diri rendah
3. Tanda dan gejal harga diri rendah
4. Cara merawat pasien dengan harga diri rendah dan cara berkomunikasi
pemberian obat dan pemberian aktivitas kepada pasien
5. Sumber-suber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau
6. Bermain peran cara merawat
7. Rencana tindakan lanjut keluarga jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2 Melatih keuarga praktik merawat pasien langsung disepan pasien
Kriteria evaluasi
Setelah .......x pertemuan kelurga mampu menjelaskan
1. Menjelaskan kegiatan yang dilakukan
2. Memperaktekan cara merawat pasien

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
11

Intervensi:
1. evaluasi kemapuan keluarga SP1
2. Latih keluarga merawat pasien
3. Jadwal keluarga merawat pasien

SP3: Membuat persiapan pulang


Kriteria evaluasi
Setelah .......x pertemuan kelurga mampu menjelaskan
1. Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
2. Menerangkan cara merawat pasien
Intervensi :
1. Evaluasi kemampuan SP2
2. Latih keluarga merawat pasien
3. Buat jadwal keluarga untuk merawat pasien

SP4: Evaluasi kempuan keluarga


Kriteria evaluasi: setelah ........x pertemuan kelaurgaa mampu
menyebutkannkegiatan yang sudah dilakukan melakukan follow up rujuk
Intervensi :
1. Evaluasi kemampuan keluarga, evaluasi kemampuan pasien, RTL
Keluarga, follow up, rujukan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:


Jakarta.

Keliat, Budi Anna. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakartaa

Towsend. (2010). Buku Saku diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.


Jakarta: EGC

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588
12

Ahmadi. 2009. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta

Anonim. 2013. http://www.wordpress.hargadirirendah.com (22 Desember 2014)

Carpenito, L. 2010. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis


(terjemahan). EGC. Jakarta

Dalami,W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Tiras Info
Medika: Jakarta.

FKUI dan WHO. 2009. Modul Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. (MPKP
Jiwa). FKUI&WHO

Mubarak, W. 2009. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. EGC. Jakarta

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Arivin, S.Kep
2014.C.06a.0588

Anda mungkin juga menyukai