Anda di halaman 1dari 19

1.

PENGERTIAN
Pengertian Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi
negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang
dialami.(Wilkinson, 2012).Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011).
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak
mampu dalam mencapai keinginan.(Fitria, 2009). Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian
terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya
rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang
lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

2. JENIS HARGA DIRI RENDAH


Klasifikasi Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama

Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,


kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah D & Iskandar, 2012)
b. Kronik Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D &
Iskandar, 2012).

3. RENTANG RESPON

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah


yang dihadapinya.

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima

2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.(Eko P, 2014)

b. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.

1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.

2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.

3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai


kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik
dengan orang lain.(Eko P,2014)
4. PENYEBAB
A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011)
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh

2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit

3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh

4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga diri
rendah adalah :
a. Penolakan
b. Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut

c. Persaingan antar saudara

d. Kesalahan dan kegagalan berulang

e. Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah :

(1) Stereotipik peran seks

(2) Tuntutan peran kerja

(3) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :

(a) Ketidakpercayaan orang tua

(b) Tekanan dari peer gruup

(c) Perubahan struktur sosial


( Herman,2011)

B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.

2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam
melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik

5. TANDA DAN GEJALA


Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
6. AKIBAT
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami
harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari
kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)
7. PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada
masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik
untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup).
Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
b. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan
pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan untuk
menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2005)
8. POHON MASALAH

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIK

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF


9. ASUHAN KEPERAWATAN
a. FOKUS PENGKAJIAN
1) Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
2) Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara.
(Budi Anna Keliat, 2001)

b. DIAGNOSA
1. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu inefektif

c. NURSING PLAN CARE


TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki konsep diri yang mengungkapkan prinsip komumikasi
positif terapeutik:
Tujuan khusus : 1. Sapa pasien dengan ramah baik
TUK 1 : verbal maupun non verbal
Pasian dapat membina hubungan 2. Perkenalkan diri dengan sopan
saling percaya dengan perawat 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
kriteria hasil: nama panggilan yang disukai
setelah…..x interaksi,pasien pasien
menunjukkan ekspresi wajah 4. Jelaskan tujuan pertemuan
bersahabat ,menunjukkan rasa 5. Jujur dan menepati janji
senang,ada kontak mata,mau 6. Tunjukkan sikap empati dan
berjabat tangan,mau menyebut menerima pasien apa adanya
nama,mau menjawab salam,pasien 7. Beri perhatian kepada pasien dan
mau duduk,berdampingan dengan perhatikan kebutuhan dasar pasien
perawat,mau mengutarakan masa-
lah yang dihadapi

TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan aspek


Pasien dapat mengidentifikasi positif , keluarga dan lingkungan
kemampuan dan aspek positif yang yang dimiliki pasien
dimiliki 2. Bersama pasien membuat daftar
Kriteria hasil: tentang :
Setelah.….x interaksi pasien dapat a. Aspek positif pasien,
menyebutkan: keluarga, dan lingkungan
a. Kemampuan yang dimiliki b. Kemampuan yang dimiliki
pasien pasien
b. Aspek positif keluarga 3. Utamakan memberi pujian yang
c. Aspek positif lingkungan realistik dan hindarkan penilaian
negatif

TUK 3 : 1. Diskusikan dengan pasien


Pasien dapat menilai kemampuan kemampuan yang masih dapat
yang dimiiki untuk digunakan dilaksanakan dan digunakan selama
Kriteria hasil: Sakit
Setelah…..x interaksi pasien dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
menyebutkan kemampuan yang dilanjutkan penggunaannya
dapat digunakan

TUK 4 : 1. Rencanakan bersama pasien


Pasien dapat (menetapkan) aktivitas yang dapat dilakukan
merencanakan kegiatan sesuai setiap hari sesuai kemampuan
dengan kemampuan yang dimiliki a. Kegiatan mandiri
Kriteria hasil: b. Kegiatan dengan bantuan
Setelah…..x interaksi, pasien c. Kegiatan yang
mampu membuat rencana kegiatan membutuhkan bantuan total
harian 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh pasien lakukan

TUK 5 : 1. Beri kesempatan pada pasien untuk


Pasien dapat melakukan kegiatan mencoba kegiatan yang telah
sesuai dengan rencana yang telah direncanakan
dibuat 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
Kriteria hasil: pasien
Setelah…..x pertemuan,pasien 3. Beri pujian atas keberhasilan
dapat melakukan kegiatan jadwal pasien
yang telah dibuat 4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pasien
pulang

TUK 6 : 1. Beri pendidikan kesehatan pada


Pasien dapat memanfaatkan system keluarga tentang cara merawat
pendukung yang ada pasien dengan harga diri rendah
Kriteria hasil: 2. Bantu keluarga memberikan
Setela…..x pertemuan,pasien dukungan selama pasien dirawat
memanfaatkan system pendukung 3. Bantu keluaga menyiapkan
yang ada di keluarga lingkungan rumah

TUK 7 : Diskusikan dengan pasien dan keluarga


Pasien dapat memanfaatkan obat tentang dosis ,frekuensi dan manfaat obat
dengan baik 1. Anjurkan pasien meminta sendiri
Kriteria hasil: obat pada perawat, dan merasakan
Setelah….. pertemuan manfaatnya
1. Pasien dan keluarga dapat 2. Anjurkan pasien dengan bertanya
menyebutkan manfaat,dosis kepada dokter tentang efek dan
dan efek samping obat efek samping obat yang dirasakan.
2. Pasien dapat 3. Diskusikan akibat berhentinya
mendemonstrasikan tanpa konsultasi
penggunaan obat 4. Bantu pasien menggunakan obat
3. Pasien termotivasi untuk dengan prinsip 5 benar
berbicara dengan perawat
apabila dirasakan ada efek
samping obat
4. Pasien memahami akibat
berhentinya obat
5. Pasien dapat menyebutkan
prinip 5 benar penggunaan
obat

(Eko prabowo,konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa,2014:213-214)

10. STRATEGI PELAKSANAN INDIVIDU


A. INSTRUKSIONAL KERJA SP 1: MENGIDENTIFIKASI KEMAMPUAN
DAN ASPEK POSITIF YANG DIMILIKI KLIEN
1. FASE ORIENTASI
a. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien
3) Memanggil nama panggilan yang disukai
4) Menyampaikan tujuan interaksi
b. Melakukan evaluasi dan validasi data
1) Menanyakan perasaan pasien hari ini
2) Memvalidasi masalah pasien
c. Melakukan kontrak
1) Waktu
2) Tempat
3) Topik
2. FASE KERJA
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Membantu klien menetapkan atau memilih kegiatan positif yang akan
dilatih
d. Melatih kemampuan yang dipilih klien
e. Memberikan reinforcemet positif
3. FASE TERMINASI
a. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan
1) Data subjektif
2) Data objektif
b. Melakukan rencana tindak lanjut : memasukkan ke jadwal kegiatan
c. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya
1) Waktu
2) Tempat
3) Topic
4. HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. SIKAP TERAPEUTIK
1) Berhadapan dan mempertahankaan kontak mata
2) Membungkuk kearah pasien dengan sikap terbuka dan rileks
3) Menggunakan jarak terapeutik
b. TEKNIK KOMUNIKASI
1) Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti
2) Menggunakan teknik komunikasi yang tepat
B. PERSIAPAN ALAT SP 2 (misal mencuci piring)
1. Piring
2. Gelas
3. Sendok dan garpu
4. Sabut (untuk membersihkan piring)
5. Sabun khusus untuk mencuci piring
6. Air
7. Lap
8. Kertas / jadwal harian
9. Bolpoint

C. INSTRUKSIONAL KERJA SP 2: MENGIDENTIFIKASI KEMAMPUAN


DAN ASPEK POSITIF KEDUA YANG DIMILIKI KLIEN
1. FASE ORIENTASI
a. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien
3) Memanggil nama panggilan yang disukai
4) Menyampaikan tujuan interaksi
b. Melakukan evaluasi dan validasi data
1) Menanyakan perasaan pasien hari ini
2) Memvalidasi / evaluasi masalah pasien
c. Melakukan kontrak
1) Waktu
2) Tempat
3) Topik
2. FASE KERJA
a. Mengidentifikasi kemampuan positif kedua yang dimiliki klien
b. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Membantu klien menetapkan atau memilih kegiatan positif yang akan
dilatih
d. Melatih kemampuan yang dipilih klien
e. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
3. FASE TERMINASI
a. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan
1) Data subjektif
2) Data objektif
b. Melakukan rencana tindak lanjut : memasukkan ke jadwal kegiatan
c. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya
1) Waktu
2) Tempat
3) Topic
4. HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. SIKAP TERAPEUTIK
1) Berhadapan dan mempertahankaan kontak mata
2) Membungkuk karah pasien dengan sikap terbuka dan rileks
3) Menggunakan jarak terapeutik
b. TEKNIK KOMUNIKASI
1) Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti
2) Menggunakan teknik komunikasi yang tepat

D. PERSIAPAN ALAT
1. Leaflet/ lembar HDR
2. Kertas
3. Bolpoint

11. STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA


INSTRUKSIONAL KERJA SP 1: IDENTIFIKASI MASALAH KELUARGA,
MENJELASKAN PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH DAN
MENJELASKAN CARA MERAWAT PASIEN HARGA DIRI RENDAH
1. FASE ORIENTASI
a. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama keluarga pasien
3) Memanggil nama panggilan yang disukai
4) Menyampaikan tujuan interaksi
b. Melakukan evaluasi dan validasi data
1) Menanyakan perasaan keluarga pasien hari ini
2) Memvalidasi masalah pasien
c. Melakukan kontrak
1) Waktu
2) Tempat
3) Topik
2. FASE KERJA
a. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
b. Menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala harga diri rendah, proses
terjadinya harga diri rendah
c. Menjelaskan cara merawat pasien harga diri rendah
d. Memberikan kesempatan kepada keluarga klien untuk mempraktekkan
cara merawat klien dengan harga diri rendah
3. FASE TERMINASI
a. Mengevaluasi respon keluarga klien terhadap tindakan :
1) Data subjektif
2) Data objektif
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut : membuat jadwal merawat pasien
c. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya :
1) Waktu
2) Tempat
3) Topik
E. PERSIAPAN ALAT SP 2 KELUARGA
1. Leaflet/ lembar HDR
2. Kertas
3. Bolpoint
F. INSTRUKSIONAL KERJA SP 2: MERAWAT LANGSUNG KE PASIEN
1. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama keluarga pasien
3) Memanggil nama panggilan yang disukai
4) Menyampaikan tujuan interaksi
2. Melakukan evaluasi dan validasi data
1) Menanyakan perasaan keluarga pasien hari ini
2) Memvalidasi / evaluasi masalah pasien
3. Melakukan kontrak
1) Waktu
2) Tempat
3) Topik
2. FASE KERJA
a. Evaluasi kemampuan keluarga SP 1
b. Melatih keluarga cara merawat (langsung ke pasien)
c. Menyusun RTL keluarga
3. FASETERMINASI
a. Mengevaluasi respon keluarga klien terhadap tindakan :
1) Data subjektif
2) Data objektif
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut : membuat jadwal merawat pasien
c. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya :
1) Waktu
2) Tempat
3) Topik
G. PERSIAPAN ALAT SP 3 KELUARGA
1. Leaflet/ lembar balik HDR
2. Kertas
3. Bolpoint
H. INSTRUKSIONAL KERJA SP 3: EVALUASI KEMAMPUAN KELUARGA
DAN KEMAMPUAN PASIEN
1. FASE ORIENTASI
a. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama keluarga pasien
3) Memanggil nama panggilan yang disukai
4) Menyampaikan tujuan interaksi
b. Melakukan evaluasi dan validasi data
1) Menanyakan perasaan keluarga pasien hari ini
2) Memvalidasi / evaluasi masalah pasien
c. Melakukan kontrak
1) Waktu
2) Tempat
3) Topik
2. FASE KERJA
a. Evaluasi kemampuan keluarga pada SP 2
Menjelaskan kepada keluarga klien bahwa kegiatan positif yang dilakukan
klien selama di rumah sakit dapat dilakukan di rumah
b. Evaluasi kemampuan klien
Evaluasi kemampuan klien selama dirumah nanti
c. RTL keluarga
1) Follow up
Menjelaskan untuk melanjutkan kegiatan dan minum obat secara teratur
2) Rujukan
Menganjurkan untuk dirujuk atau menghubungi rumah sakit apabila
klien mengalami perubahan perilaku yang menyimpang
3. FASE TERMINASI
a. Mengevaluasi respon keluarga klien terhadap tindakan :
1) Data subjektif
2) Data objektif
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut : kontrol ke rumah sakit sebelum obat
habis
c. Berpamitan dengan klien dan kelurga klien

12. DAFTAR PUSTAKA

1. Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.
3. Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC.
4. Keliat, B.A. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNHM(basic course).
Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
5. Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic course).
Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
6. Kusumawati, F. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
7. Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC
Lampiran

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Harga Diri Rendah (HDR)
Pertemuan ke I (satu)

PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi pasien
1) Klien mengatakan malu dan tidak berguna
2) Klien mengatakan ekspresi wajah malu
3) Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu
4) Klien tampak kurang bergairah
5) Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya

2. Diagnosa keperawatan
HargaDiri Rendah

3. Tujuan
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tujuan umum :
1) Pasien mengungkapkan pandangan positif untuk masa depan dan
melanjutkan tingkat fungsi sebelumnya

4. Tindakan keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya :
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan dengan pasien
 Perkenalan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan pasien
 Jelaskan tujuan

STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 PASIEN :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih, memilih kemampuan yang
akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

ORIENTASI

“Assalamualaikum, Bagaimana keadaan Lina hari ini? Lina terlihat segar”.

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah
Lina lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Lina lakukan
dirumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”

“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau diruang tamu? Barapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”.

KERJA

“ Lina, apa saja kemampuan yang Lina miliki? Bagus, apalagi? Saya buat daftarnya yaa!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Lina lakukan? Bagaimana dengan merapikan
kamar? Menyapu? Mencuci piring….dst”. “Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang Lina miliki”.
“Lina, dari lima kegiatan atau kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
dirumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua….sampai lima
(misalnya masih ada tiga yang bisa dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih
bisa dikerjakan dirumah sakit ini”.

“Sekarang coba Lina pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini”.
“Ooo….yang nomer 1, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaiman kalau sekarang
kita lakukan merapihkan tempat tidur Lina”. “Mari kita lihat tempat tidur Lina. Coba
lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”

“Nah, kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Baguss,,,,! Sekarang kita angkat sepreinya, dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari arah atas, Yaa Bagus!. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapikan, dan letakkan sebelah atas atau kepala. Mari kita lipat selimut, Nah letakkan
sebelah bawah kaki, Baguus!”.

“Lina sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan, Bedakah
dengan sebelum dirapihkan ? B agus”.
“Coba Lina lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (Mandiri) kalau Lina lakukan
tanpa disuruh, tulis B (Bantuan)jika diingatkan bisa melakukan, dan T (Tidak)
melakukan”.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Lina setelah kita bercakap-cakap dan latihan meraoihkan tempat
tidur? Yach, Lina ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah
sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah Lina praktekkan dengan
baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang”.

“Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian Lina. Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, Dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis
istirahat jam16.30”.

“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Lina masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan dirumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya, Bagus! Cuci
piring..kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi didapur ruangan
ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa yaa….

Anda mungkin juga menyukai