Anda di halaman 1dari 21

Telah disetujui Proseptor Klinik Telah disetujui Proseptor Akademik

Hari / Tanggal : Hari / Tanggal :

Tanda Tangan :
Tanda Tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :
HELMI YENTI
NPM: 23260088

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaandiri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)

Harga diri rendah (HDR) adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. (keliat B.A,2002). Harga diri
rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya
diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
(Departemen Kesehatan RI,2000).

B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diriseseorang. Dalam
tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah
muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
(Yosep, 2009).
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidakrealistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereoti peperan gender, tuntutan
peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006).
2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau
kronik. Secara situasional karena trauma yangmuncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu
yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif
dan meningkat saat dirawat.( Yosep, 2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya kopingi ndividu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend, 2008).

c. Patofisiologi dan Pathway, Pohon Masalah

Harga Diri Rendah Kronis terjadi maerupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat terjadi karena individu tidak pernah
mendapatkan Feed Back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecenderungan llingkungan yang memberi respon negative untuk mendorong individu
menjadi harga diri rendah.
Harga Diri Rendah ( HDR ) disebabkan oleh banyak factor. Awalnya individu akan
berada pada situasi yang penuh dengan stressor ( krisis ). Individu akan berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas. Sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu
atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional,
jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

Rentang Respon Konsep Diri

Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi diri Konsep diri Positif Harga Diri Rendah Kerancuan identitas Depersonalisasi
3. Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
4. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dia hidupi
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif
yang merasa lebih rendah dari orang lain

b. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi( tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian
yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim, tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain
C. Pohon Masalah

D. Manifestasi Klinis
Menurut carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
antara lain:
1. Data subjektif
Mengkritik diri sendiri atau orang lain, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang
pesimis, perasaan lemah dan takut, penolakan terhadap kemampuan diri sendiri, pengurungan
diri/mengejek diri sendiri, hidup yang berpolarisasi, ketidakmampuan menentukan tujuan,
mengungkapkan kegagalan pribadi, merasionalisasi penolakan.
2. Data objektif
Produktifitas menurun, perilaku distruktif pada diri sendiri dan orang lain menyalah gunakan
zat menarik diri dari hubungan sosial ekspresi wajah malu dan rasa bersalah, menunjukkan
gejala depresi ( sukar tidur dan sukar makan), tampak mudah tersinggung, garing dan mudah
marah.

E. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita
tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama ( typical)
dan golongan kedua ( atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL,thoridazine HCL,dan haloperidol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya, risperidone,olozapine,quentiapine,glanzapine,zotatine,dan aripiprazole
( hawari,2001)
2. Psikoterapi
Terapi kerja bik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,penderita
lain,perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila
ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan perminan atau latihan bersama(maramis.2005)
3. Terapi kejang listrik ( electro convulsive therapy )
ECT adalah pengobtan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang satu atau kedua temples,terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika
oral atau injeksi,dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik(maraamis,2005).
4. Terapi modalitas
Terapi modalitas atau perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik menggunakan latihan
keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata.(Eko, 2014:108)

A. Pemeriksaan Penunjang
1. Test psikologik: test keperibadian
2. EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis
3. Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi
4. Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik

B. Komplikasi
HDR yang tidak diatasi dapat menjadikan klien dengan HDR terjadi kondisi isolasi social.
klien dengan harga diri rendah beresiko melukai dirinya sendiri bahkan ada klien yang sampai
bunuh diri karena terbiasa degan suasana sepi sehinggau tidak banyak orang tau dengan
keadaan yang sedang dihadapi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN KASUS
HARGA DIRI RENDAH
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan
alamat klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik
yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10. Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.


11. Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas.
12. Daftar masalah keperawatan
a. Isolasi social: Menarik Diri
b. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
c. Perilaku Kekerasan
d. Koping Individu Tidak Efektif
e. Perubahan Persepsi Sensori
f. Tidak Efektifnya Penatalaksanaan regimen terapeutik
g. Koping Keluarga Tidak Efektif

A. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI INTERVENSI
1. Gaangguan konsep TUM: Klien menunjukkkan tanda – 1.1. Binahubungan saling Kepercayaan dari
diri : harga diri Klien dan keluarga tanda percaya kepada perawat percaya dengan klien merupakan hal

rendah melalui : mengemukakan prinsip yang akan


mampu mengatasi
komunikasi terapeutik : memudahkan
harga diri rendah yang a. Ekspresi wajah cerah,
tersenyum a. Mengucapkan salam perawat dalam
dialami klien
b. Mau berkenalan terapeutik. Sapa klien melakukan
TUK 1 :
c. Ada kontak mata dengan ramah, baik pendekatan
Klien dapat membina verbal maupun non keperawatan
d. Bersedia menceritakan atau
hubungan saling verbal
perasaannya intervensi
percaya b. Berjabat tangan selanjutnya terhadap
e. Bersedia mengungkapkan
masalah dengan klien klien
c. Perkenalkan diri
dengan sopan
d. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan yang
disukai klien
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat kontak
topic, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu klien
g. Tunjukkan sikap
empati dan menerima
klien apa adanya
h. Beri perhatian kepada
klien dan perhatian
kebutuhan dasar
klien
2. TUK 2 setelah 2x interaksi, klien 2.1 Diskusikan dengan klien diskusikan mengenai

Klien dapat menyebutkan aspek positif yang bahwa klien masih tingkat kemampuan
Mengidentifikasi dimiliki klien, seperti kegiatan memiliki sejumlah klien, seperti menilai
kemampuan dan aspek klien di rumah, adanya keluarga, kemampuan yang realitas, control diri
positif yang dimiliki dan lingkungan terdekat dimiliki klien atau integritas ego
klien lingkungan klien 2.2 Bersama klien buat diperlukan sebagai
daftar tentang aspek dasar asuhan
positif yang dimiliki keperawatan
klien, seperti kegiatan
klien di rumah, adanya
Penguatan (
keluarga, dan
Reinforcement )
linngkungan terdekat
positif akan
klien
meningkatkkan
2.3 Hindarkan memberi
harga diri klien
penilaian negative
2.4 Bri pujian yang realistis
atas kemampuan klien Pujian yang realistis
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya
karena ingin
mendapatkan pujian
3. TUK 3 Setelah 2x interaksi, klien 3. Diskusikan dengan klien Keterbukaan dan

Klien dapat menilai menyebutkan kemapuan yang tentang kemampuan pengertian tentang

kemampuan yang dimilikinya yang dapat yang masih dapat kemampuan yang

dimiliki untuk dilaksanakan digunakan selama sakit dimiliki adalah

dilaksanakan 3.2 Bantu klien prasyarat untuk


menyebutkannya dan berubah. Pengertian
beri penguatan terhadap tentang kemampuan
kemampuan diri yang yang dimiliki,
diungkapkan klien memotivasi klien
3.3 Perlihatkan respons yang untuk tetap
kondusif serta jadilah mempertahankan
pendengar yang baik penggunaanya.

4. TUK 4 Setelah 1x interaksi, klien dapat 4.1 Tingkatkan kegiatan Klien dapat berfikir

Membantu klien merencanakan kegiatan yang yang sesuai dengan positif, sehingga bias

memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang toleransi dan kondisi membuat pasien

akan dilatih sesuai dimilikinya 4.2 Rencanakan bersama percaya diri.


dengan kemampuannya klien suatu aktivitas yang
dapat dilakukan setiap
Contoh peran yang
hari sesuai dengan
dilihat klien akan
kemampuan klien
memotivasi klien
4.3 Beri contoh kegiatan
untuk melaksankan
yang boleh dilakukan
kegiatan

5. TUK 5 Setelah 1x interaksi, klien dapat 5.1 Berdiskusi dengan klien Klien merupakan

Melatih kliensesuai melakukan kegiatan sesuai untuk menetapkan urutan individu yang

dengan kegiatan yang jadwal yang dibuat kegiatan yang akan bertanggung jawab
dilatihkan terhadap dirinya
dipilih berdasarkan
rencana yang dibuat 5.2 Anjurkan klien untuk
melaksanakan kegiatan Klien perlu

yang telah direncanakan bertindak secara

5.3 Pantau yang realistis


kegiatan dalam

telah dilaksanakan kehidupannya

5.4 Diskusikan kemungkinan


pelaksanaan kegiatan Klien terbiasa

setelah pulang melakukan kegiatan


5.5 Memotivasi klien untuk yang dipilihnya
memasukkan kegiatan tersebut
yang telah dilakukan
kedalam jadwal kegiatan
harian

6. TUK 6 Klien memanfaatkan system 6.1 Beri pendidikan Mendorong keluarga

Keluarga menjadi yang ada di keluarga kesehatan pada keluarga untuk mampu

system pendukung yang tentang cara merawat merawat klien secara

efektif bagi klien klien dengan harga diri mendiri di rumah


rendah
6.2 Diskusikan dengan Keluarga sebagai

keluarga tentang support system akan


kemampuan yang sangat berpengaruh
dimiliki klien dan dalam mempercepat
anjurkan memuji klien proses penyembuhan
atas kemampuan nya klien
secara realistis
6.3 Bantu keluarga Meningkatkan peran
keluarga dalam
memberikan dukungan merawat klien di
dan motivasi klien dalam rumah
melakukan kegiatan yang
sudah dilatihkan klien
selama klien di rawat
6.4 Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
di rumah
6.5 Anjurkan keluarga untuk
mengamati
perkembangan
perubahan perilaku klien
IV. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelenjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
jadi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan.
Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien.
Evaluasi dapat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola
fikir.
S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O = respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A = analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada.
P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.
b. Rencana di modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan. (Stuart dan Laria, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. 2002. Pelatihan Nasional Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa dan


Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Makalah tidak dipublikasikan. Malang:
Tim PPNI RS Jiwa DR Radjiman Wediodiningrat.

DepKes RI. 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa I: Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta. Keliat, B.A. 2004. Keperawatan
Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai