Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH

Disusun untuk memenuhi kepaniteraan umum mata kuliah Keperawatan Jiwa

Oleh :
Mukhammad Arif Puji Hermawan 012212005
Ani Sri Setyo Wijianti 012212020
Agnes Bayu Wijayanti 012212021

FAKULTAS KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang

dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah

kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana

perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam

waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang

negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada

harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak

adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi

yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa

(Stuart dan Laraia, 2001).

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah. Setiap

individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, tapi

jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri

akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Ternyata dampaknya mampu

menimbulkan dampak sangat besar dan berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang

tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul. Hasil survey Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di

Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa didunia. Hal Ini

ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun

2000: Rata-rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri,

sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang, Rata-rata orang

bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau 48.000 orang bunuh diri per

tahun, Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa,

Penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja yang dirawat di rs jiwa.

Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,

interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan

pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Biasanya harga diri sangat

rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan

bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi

terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh

orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal

yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan skizofrenia. Gangguan harga

diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk

hilangnya percaya diri dan harga diri (http:// www.dnet.net.id/kesehatan / berita

sehat detail )
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis ingin mengetahui, “bagaimana

penerapan asuhan keperawatan pasien dengan kasus konsep diri: harga diri

rendah?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi :

1. Tujuan umum

Tujan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga diri


rendah.

b. Mendiagnosis keperawatan berdasarkan data yang diperoleh untuk


mengatasi masalah harga diri rendah.
c. Merencanakan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi harga
diri rendah.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat untuk


mengatasi masalah harga diri rendah.

e. Mengevaluasi untuk mengetahui keberhasilan yang sesuai dengan


rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan.
D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Penulis mampu memperdalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien


dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan acuan dalam penelitian tentang harga diri rendah lebih lanjut.
3. Bagi pembaca dan pasien
Menambah ilmu pengetahuan terkait tentang kasus harga diri rendah.
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep,2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri disertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap
lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara lemah
(Suerni, Keliat, 2013).
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri disertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap
lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara lemah
(Suerni, Keliat, 2013).

B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
sesorang.Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.Menjelang dewasa awal
sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya (Iskandar,2014).
Pendapat lain tentang penyebab masalah harga diri rendah juga
dikemukakan oleh beberapa ahli disebutkan faktor predisposisi dan faktor
presipitasi, seperti dibawah ini :
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
Faktor predisposisi harga diri rendah menurut (Prabowo, 2014)
adalah :
a. Penolakan
b. Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten,
terlalu dituruti, terlalu dituntut.
c. Persaingan antar saudara
d. Kesalahan dan kegagalan berulang
e. Tidak mampu mencapai standar
2. Faktor Presipitasi
Faktor prepitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan / bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun (Yosep, 2014).Faktor presipitasi
terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan Desperona


Diri Diri Rendah Identitas lisasi

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika
dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.(Eko P, 2014)
D. Psikopatologi

Faktor penyebab

Skizofrenia

Ketidakmampuan menghadapi stressor

Koping individu tidak efektif

Predisposisi : Presipitasi Gangguan berfikir


Penolakan orangtua Kehilangan bagian tubuh
Harapan orang tua yang tidak Perubahan
realistis penampilan/bentuk tubuh
Kegagalan yang berulang Kegagalan atau Waham
Kurang mempunyai produktivitas yang
tanggungjawab personal menurun
Ketergantungan pada orang lain
Ideal diri yang tidak realistis

Gangguan Konsep diri

Harga diri rendah

Isolasi sosial
DPD

Halusinasi

Resiko Perilaku Perilaku Kekerasan


Kekerasan

Resiko bunuh
diri
E. Manifestasi Klinis
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah menurut
(Carpenito dalam Keliat 2011), antara lain :
1. Data Subjectif : mengkritik diri sendiri atau orang lain perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pemsimis, perasaan lemah dan takut,
penolakan terhadap kemampuan diri sendiri, pengurangan diri/ mengejek
diri sendiri, hidup yang berpolarisasi, ketidak mapuan menentukan tujuan
mengungkapkan kegagalan pribadi, merasionalkan penolakan.
2. Data Objektif, produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri sendiri
dan orang lain penyalahgunaan zat, menarik diri dari hubungan social,
ekspresi wajah malu dan rasa bermasalah, menunjukkan tanda depresi
(sukarr tidur sukar makan), tampak mudah tersinggung/mudah marah
(Eko, 2014).
Ciri khas dari harga diri rendah menurut (Damainyanti, 2008). Tanda dan
gejala harga diri rendah kronik adalah sebagai berikut :
1. Mengkritiik diri sendiri
2. Persaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang peseimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat darikurangnya memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah (Iskandar, 2014).

F. Mekanisme Koping
1. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti&Iskandar (2014) mekanisme
koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam mengahadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan
tersebut mencakup berikut:
a. Jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton
televisi secara obsesif).
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan atau geng).
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
b. Jangka panjang
1) Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat

G. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
Obat psikofarma yang diedarkan terdapat dua golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
adalah Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine dan Aripiprazole.
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Tujuan dari
psikoterapi ini adalah supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, pasien
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi kejang listrik (elecro convulsive therapy)
Terapi ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
4. Terapi modalitas
Merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang ditujukan
pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meingkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal.
5. Terapi Keluarga
Keluarga juga salah satu kunci keberhasilan untuk mengatasi masalah
harga diri rendah karena keluarga merupakan lingkungan terdekat yang
setiap hari bersama klien. Tindakan dan peran keluarga yang dapat
dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah klien menurut
(Yosep,2014) diantaranya:
a. Mendorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya
b. Memberi kegiatan sesuai kemampuan klien
c. Menetapkan tujuan yang nyata
d. Bantu klien mengungkapkan beberapa rencana menyelesaikan masalah
e. Membantu klien mengungkapkan upaya yang bisa digunakan dalam
menghadapi masalah.
6. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok merupakan terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan
interpersonal.
a. Tujuan terapi kelompok Terapi kelompok mempunyai tujuan
theurapetic dan rehabilitatif.
1) Tujuan umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)
b) Membentuk sosialisasi
c) Meningkatkan fungsi psikologis
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi kognitif dan
afektif
2) Tujuan khusus
a) Melatih pemahaman identitas diri
b) Penyaluran emosi
c) Meningkatkan ketrampilan hubungan untuk diterapkan sehari-
hari
d) Rehabilitatif

H. Pengkajian
            Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu:
1. Data Subjektif
Mengkritik diri sendiri/orang lain, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan
bersedih dan kecewa, klien mengatakan pesimis dalam menghadpi
kehidupan, mengatakan hal-hal yang negatif tentang keadaan tubuhnya.
2. Data Objektif
Gangguan dalam berhubungan, pandangan bertentangan terhadap
penolakan kemampuan personal, menarik diri secara personal, menarik
dir secara sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri sendiri dan
orang lain, produktivitas menurun,bengong dan putus asa. Harga diri
rendah merupakan karakteristik skizofrenia dimana pada lien skizofrenia
harus dikaji riwayat keluarga karena salah satu faktor yang berperan serta
bagi munculnya gejala tersebut adalah faktor genetik atau keturunan.
Dari data yang muncul diatas dianalisa dan pada umumnya dapat
dirumuskan masalah keperawatan diantaranya yaitu:
a. Kerusakan Interaksi Sosial
b. Harga diri rendah
c. Koping individu tidak efektif
3. Faktor predisposisi
Menurut Afnuhazi (2015) faktor predisposisi yang menyebabkan
harga diri rendah yaitu faktor yang mempengaruhi harga diri termasuk
penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak realita. Faktor yang
mempengaruhi penampilan peran yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan
kebudayaan. Faktor yang mempengaruhi identitas diri yaitu orang tua
yang tidak percaya kepada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial
yang berubah.
4. Faktor presisposisi
Menurut Afnuhazi (2015) faktor presipitasi meliputi:
a. Ketegangan peran terjadi stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
b. Konflik peran terjadi ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan
dengan yang diinginkan.
c. Peran yang tidak jelas terjadi kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
d. Peran berlebihan terjadi kurangnya sumber adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
e. Perkembangan yang transisi terjadi perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

I. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah

J. Intervensi
Komunikasi yang baik dan kepercayaan adalah kunci keberhasilan
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah Harga Diri
Rendah, diantaranya :
1. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Pasien :
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
dengan cara mendiskusikan dengan klien bahwa klien masih memiliki
sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan maupun hobi,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat yang senantiasa menyayangi
klien.
2. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Pasien :
a. Membantu klien memilih/menetapkan kegiatan sesuai kemampuan
dengan cara mendiskusikan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
baik secara mandiri atau dengan bantuan orang lain(keluarga) dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
b. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien.
c. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan klien.
d. Berikan dukungan dan pujian yang nnyata atas kemajuan yang
diperlihatkan klien.
e. Membantu klien merencanakan kegiatan sesuai kemampuanya.
f. Susun daftar aktifitas yang sudah di ajarkan bersama klien dan
keluarga.
g. Yakinkan bahwa keluarga senantiasa mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan klien (Yosep, 2014).
3. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Pasien :
a. Membantu klien melatih suatu kegiatan dengan baik agar pasien
merasakan manfaat dari kegiatan yang dilakukan.

1. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Keluarga :


a. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
b. Keluarga dapat memahami pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah yang dialami klien beserta proses terjadinya.
2. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Keluarga :
a. Keluarga dapat mengetahui cara merawat pasien dengan harga diri
rendah.
3. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Keluarga :
a. Klien mendapat motivasi dari keluarga berupa nasehat atau dukungan
moril.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Iskandar, ,. d. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic


course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Prabowo, E. 2014.Konsep &Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Suerni, T., Keliat, B. A., & C.D, N. H. 2013.Penerapan Terapi Kognotif Dan
Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang
Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2013. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 1(2), 161–169

Wibisono, Faizin Wahid . 2013. Analisis dan Implementasi Access Point Pada
PT. selaras Citra Terabit Menggunakan Softwere The Dude.
Skripsi.Yogyakarta : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer, Amikom

Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Bandung : PT
Refika Aditama

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung : Revika Aditama

Anda mungkin juga menyukai