Oleh :
Mukhammad Arif Puji Hermawan 012212005
Ani Sri Setyo Wijianti 012212020
Agnes Bayu Wijayanti 012212021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang
dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah
kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana
perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam
waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang
negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada
harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak
adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi
yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa
jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
menimbulkan dampak sangat besar dan berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang
tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul. Hasil survey Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di
Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa didunia. Hal Ini
sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang, Rata-rata orang
bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau 48.000 orang bunuh diri per
tahun, Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa,
Penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja yang dirawat di rs jiwa.
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Biasanya harga diri sangat
rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan
bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi
terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal
yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan skizofrenia. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
sehat detail )
B. Identifikasi Masalah
penerapan asuhan keperawatan pasien dengan kasus konsep diri: harga diri
rendah?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2. Tujuan khusus
1. Bagi Penulis
A. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep,2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri disertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap
lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara lemah
(Suerni, Keliat, 2013).
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri disertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap
lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara lemah
(Suerni, Keliat, 2013).
B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
sesorang.Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.Menjelang dewasa awal
sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya (Iskandar,2014).
Pendapat lain tentang penyebab masalah harga diri rendah juga
dikemukakan oleh beberapa ahli disebutkan faktor predisposisi dan faktor
presipitasi, seperti dibawah ini :
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
Faktor predisposisi harga diri rendah menurut (Prabowo, 2014)
adalah :
a. Penolakan
b. Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten,
terlalu dituruti, terlalu dituntut.
c. Persaingan antar saudara
d. Kesalahan dan kegagalan berulang
e. Tidak mampu mencapai standar
2. Faktor Presipitasi
Faktor prepitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan / bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun (Yosep, 2014).Faktor presipitasi
terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
C. Rentang Respon
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika
dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.(Eko P, 2014)
D. Psikopatologi
Faktor penyebab
Skizofrenia
Isolasi sosial
DPD
Halusinasi
Resiko bunuh
diri
E. Manifestasi Klinis
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah menurut
(Carpenito dalam Keliat 2011), antara lain :
1. Data Subjectif : mengkritik diri sendiri atau orang lain perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pemsimis, perasaan lemah dan takut,
penolakan terhadap kemampuan diri sendiri, pengurangan diri/ mengejek
diri sendiri, hidup yang berpolarisasi, ketidak mapuan menentukan tujuan
mengungkapkan kegagalan pribadi, merasionalkan penolakan.
2. Data Objektif, produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri sendiri
dan orang lain penyalahgunaan zat, menarik diri dari hubungan social,
ekspresi wajah malu dan rasa bermasalah, menunjukkan tanda depresi
(sukarr tidur sukar makan), tampak mudah tersinggung/mudah marah
(Eko, 2014).
Ciri khas dari harga diri rendah menurut (Damainyanti, 2008). Tanda dan
gejala harga diri rendah kronik adalah sebagai berikut :
1. Mengkritiik diri sendiri
2. Persaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang peseimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat darikurangnya memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah (Iskandar, 2014).
F. Mekanisme Koping
1. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti&Iskandar (2014) mekanisme
koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam mengahadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan
tersebut mencakup berikut:
a. Jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton
televisi secara obsesif).
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan atau geng).
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
b. Jangka panjang
1) Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat
G. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
Obat psikofarma yang diedarkan terdapat dua golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
adalah Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine dan Aripiprazole.
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Tujuan dari
psikoterapi ini adalah supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, pasien
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi kejang listrik (elecro convulsive therapy)
Terapi ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
4. Terapi modalitas
Merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang ditujukan
pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meingkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal.
5. Terapi Keluarga
Keluarga juga salah satu kunci keberhasilan untuk mengatasi masalah
harga diri rendah karena keluarga merupakan lingkungan terdekat yang
setiap hari bersama klien. Tindakan dan peran keluarga yang dapat
dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah klien menurut
(Yosep,2014) diantaranya:
a. Mendorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya
b. Memberi kegiatan sesuai kemampuan klien
c. Menetapkan tujuan yang nyata
d. Bantu klien mengungkapkan beberapa rencana menyelesaikan masalah
e. Membantu klien mengungkapkan upaya yang bisa digunakan dalam
menghadapi masalah.
6. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok merupakan terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan
interpersonal.
a. Tujuan terapi kelompok Terapi kelompok mempunyai tujuan
theurapetic dan rehabilitatif.
1) Tujuan umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)
b) Membentuk sosialisasi
c) Meningkatkan fungsi psikologis
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi kognitif dan
afektif
2) Tujuan khusus
a) Melatih pemahaman identitas diri
b) Penyaluran emosi
c) Meningkatkan ketrampilan hubungan untuk diterapkan sehari-
hari
d) Rehabilitatif
H. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu:
1. Data Subjektif
Mengkritik diri sendiri/orang lain, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan
bersedih dan kecewa, klien mengatakan pesimis dalam menghadpi
kehidupan, mengatakan hal-hal yang negatif tentang keadaan tubuhnya.
2. Data Objektif
Gangguan dalam berhubungan, pandangan bertentangan terhadap
penolakan kemampuan personal, menarik diri secara personal, menarik
dir secara sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri sendiri dan
orang lain, produktivitas menurun,bengong dan putus asa. Harga diri
rendah merupakan karakteristik skizofrenia dimana pada lien skizofrenia
harus dikaji riwayat keluarga karena salah satu faktor yang berperan serta
bagi munculnya gejala tersebut adalah faktor genetik atau keturunan.
Dari data yang muncul diatas dianalisa dan pada umumnya dapat
dirumuskan masalah keperawatan diantaranya yaitu:
a. Kerusakan Interaksi Sosial
b. Harga diri rendah
c. Koping individu tidak efektif
3. Faktor predisposisi
Menurut Afnuhazi (2015) faktor predisposisi yang menyebabkan
harga diri rendah yaitu faktor yang mempengaruhi harga diri termasuk
penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak realita. Faktor yang
mempengaruhi penampilan peran yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan
kebudayaan. Faktor yang mempengaruhi identitas diri yaitu orang tua
yang tidak percaya kepada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial
yang berubah.
4. Faktor presisposisi
Menurut Afnuhazi (2015) faktor presipitasi meliputi:
a. Ketegangan peran terjadi stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
b. Konflik peran terjadi ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan
dengan yang diinginkan.
c. Peran yang tidak jelas terjadi kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
d. Peran berlebihan terjadi kurangnya sumber adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
e. Perkembangan yang transisi terjadi perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
I. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
J. Intervensi
Komunikasi yang baik dan kepercayaan adalah kunci keberhasilan
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah Harga Diri
Rendah, diantaranya :
1. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Pasien :
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
dengan cara mendiskusikan dengan klien bahwa klien masih memiliki
sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan maupun hobi,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat yang senantiasa menyayangi
klien.
2. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Pasien :
a. Membantu klien memilih/menetapkan kegiatan sesuai kemampuan
dengan cara mendiskusikan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
baik secara mandiri atau dengan bantuan orang lain(keluarga) dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
b. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien.
c. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan klien.
d. Berikan dukungan dan pujian yang nnyata atas kemajuan yang
diperlihatkan klien.
e. Membantu klien merencanakan kegiatan sesuai kemampuanya.
f. Susun daftar aktifitas yang sudah di ajarkan bersama klien dan
keluarga.
g. Yakinkan bahwa keluarga senantiasa mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan klien (Yosep, 2014).
3. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Pasien :
a. Membantu klien melatih suatu kegiatan dengan baik agar pasien
merasakan manfaat dari kegiatan yang dilakukan.
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Suerni, T., Keliat, B. A., & C.D, N. H. 2013.Penerapan Terapi Kognotif Dan
Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang
Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2013. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 1(2), 161–169
Wibisono, Faizin Wahid . 2013. Analisis dan Implementasi Access Point Pada
PT. selaras Citra Terabit Menggunakan Softwere The Dude.
Skripsi.Yogyakarta : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer, Amikom
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Bandung : PT
Refika Aditama